EPILEPSI
Disusun oleh :
Shintya Dwipuspa Rani
20184010075
Diajukan Kepada :
Dr. dr.Tri Wahyuliati, Sp.S., M.Kes
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Usia : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Gamplong V Rt 12/5 Sumberrahayu, Moyudan, Sleman
Pekerjaan : Mahasiswa
Status : Belum menikah
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Kejang dengan penurunan kesadaran
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli saraf RS PKU Muhammadiyah Gamping untuk kontrol
rutin penyakit epilepsinya, saat ini pasien mengeluh mudah lupa, sulit konsentrasi, mudah
emosi, gusi bengkak yang dirasakan sejak mengkonsumsi obat rutin. pasien sudah menderita
penyakit epilepsi dengan mengkonsumsi obat rutin selama 6 bulan. Jika pasien merasa takut
atau khawatir berlebihan, maka akan terjadi kekambuhan. Pasien kambuh +1 bulan sekali,
Terakhir kambuh 4 bulan yang lalu. Pasien kejang dalam keadaan sadar tanpa bisa
mengendalikan gerakan dari anggota tubuh atasnya yang terjadi selama kurang dari 1 menit.
Setelah kejang juga pasien masih dalam keadaan sadar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Stroke (+) 5 tahun yang lalu. Riw. Cedera Kepala (-),Riw. DM (-), Riw. HT (-).
Riw. Penyakit stroke (+), Riw Mondok di RS pada 2016 karena kejang dengan perdarahan di
otak, Riw. Alergi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Riw. DM (-), Riw. HT (-) Riw. Epilepsi (-)
Riwayat Personal Sosial
Mahasiswa
Merokok (-)
Alkohol (-),
Olahraga (+), badminton 1 minggu sekali
a. Vital Sign
Tekanan Darah : 140/73 mmHg
Nadi : 85x / menit
Suhu : 36,5 ◦C
Respirasi : 20 x/menit
b. Status Internus
Pemeriksaan Kepala Leher
Bentuk : Simetris, Normochepali
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), edema
Jantung :
d. Status Neurologis:
N. I (Olfaktorius) Tidak dilakukan
Visus: tidak diperiksa
N. II (Optikus)
Lapang pandang: Normal
NIII (Okulomotorius), Pupil: refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya
N IV (Trokhlearis), tidak langsung +/+, nistagmus -/-
VI (Abdusen) Gerak bola mata: baik ke segala arah
Motorik: baik
N. V (Trigeminus) Sensorik: V-1, V-2, V-3: +/+
Refleks kornea: +/+
Angkat alis, kerut dahi: dapat, simetris
N. VII (Facialis) Tutup mata : dapat, simetris
Rasa 2/3 anterior lidah: tidak dilakukan
Tes berbisik: tidak dilakukan
Rinne, Webber, Schwabach: tidak dilakukan
N VIII (Vestibulochoclearis)
Nistagmus: (-)
Tes Romberg: tidak dilakukan
N. IX (Glossofaringeus),
Bicara : artikulasi jelas
X (Vagus)
Menoleh kanan-kiri: dapat melawan tahanan
N.XI (Aksesorius)
Angkat bahu: dapat melawan tahanan
Menjulurkan lidah: tidak ada deviasi
N. XII (Hipoglosus) Tremor lidah : (-)
Atrofi otot lidah : (-)
Ekstremitas
+5 │+5
Kekuatan
+5 │+5
Reflek Fisiologis:
Achilles : +2 / +2
Bisep : +2 / +2
Triseps : +2 / +2
Patella : +2 / +2
Reflek patologis
Hoffman-Trommner : -/-
Babbinski : -/-
Chaddok : -/-
Oppenheim :-/-
Rangsang Meningeal
Kaku Kudu : -/-
Laseque test :-/-
Kernig Sign :-/-
Pemeriksaan Khusus
Patrick test : -/-
Kontrapatrick test :-/-
Tes Fungsi Koordinasi
Tidak dilakukan
Fungsi Vegetatif :
Defekasi : inkontinensia alvi (-), retensi alvi (-)
Miksi : inkontinensia urine (-), retensi urine (-), anuria (-), poliuria (-)
Defekasi : inkontinensia alvi (-), retensi alvi (-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
EEG
Hasil kesimpulan: abnormal iritatif difus, sesuai dengan gambaran epileptiform
discharge dengan volatse sedang
CT scan, dilakukan sebanyak 4 kali
1. Subkronik ICH di lobus temporoparietalis dextra
2. Subkronik ICH di lobus temporoparietalis dextra, dibandingkan head ct scan
sebelumnya lesi membaik
3. Subkronik ICH di lobus temporoparietalis dextra, dibandingkan head ct scan
sebelumnya lesi membaik
4. Subkronik ICH di lobus temporoparietalis dextra, dibandingkan head ct scan
sebelumnya lesi membaik
V. DIAGNOSIS
Diagnosa Klinis : Kejang klonik tanpa gangguan kesadaran
Diagnosa Etiologi : Epilepsi simple partial post intra cerebral haemorhage
Diagnosa Topik : korteks cerebri
VI. PENATALAKSANAAN
1. Tab Meloxicam 15 mg/24 jam (jika nyeri)
2. Tab CPG 75 mg/24 jam
3. Tab Candesartan 16 mg/24 jam
4. Tab Amlodipine 100 mg/24 jam
5. Tab Vitamin B complek/24 jam
BAB II
DASAR TEORI
A. Definisi
B. Etiologi
Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui sebabnya, yang disebut dengan osteoartritis
idiopatik.Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis dapat terjadi akibat trauma pada sendi,
infeksi, atau variasi herediter, perkembangan, kelainan metabolik dan neurologik, yang
disebut dengan osteoartritis sekunder. Onset usia pada osteoartritis sekunder tergantung pada
penyebabnya; maka dari itu, penyakit ini dapat berkembang pada dewasa muda, dan bahkan
anak-anak, seperti halnya pada orang tua. Sebaliknya, terdapat hubungan yang kuat antara
osteoartritis primer dengan umur. Presentasi orang yang memiliki osteoartritis pada 1 atau
beberapa sendi meningkat dari dibawah 5% dari orang-orang dengan usia antara 15-44 tahun
menjadi 25%-30% pada orang-orang dengan usia 45-64 tahun, dan 60%-90% pada usia diatas
65 tahun. Selain hubungan erat ini dan pandangan yang luas bahwa osteoartritis terjadi akibat
proses wear & tear yang normal dan kekakuan sendi pada orang-orang dengan usia diatas 65
tahun, hubungan antara penggunaan sendi, penuaan, dan degenerasi sendi masih sulit
dijelaskan. Terlebih lagi, penggunaan sendi selama hidup tidak terbukti menyebabkan
degenerasi. Sehingga, osteoartritis bukan merupakan akibat sederhana dari penggunaan
sendi.(2-5)
Perubahan struktur tulang rawan sendiyang paling dini terlihat pada osteoartritis adalah
kerusakan atau fibrilasi zona superfisial sampai ke zona transisional dan violasi oleh
pembuluh darah tulang subchondral. Berberapa peneliti memperkirakan bahwa kekakuan
tulang subchondral menyebabkan dan mempercepat degenerasi rawan sendi, dan progresi
degenerasi kartilago mengakibatkan kekakuan tulang subchondral, tapi beberapa peneliti lain
mengatakan bahwa kerusakan tulang rawan sendimeningkatkan stress pada tulang
subchondral yang menyebabkan remodeling tulang.(2-5)
Degenerasi kartilago artikuler dan remodeling tulang subchondral muncul pada pasien
yang mengeluhkan gejala, dan kerusakan rawan sendilah yang mengakibatkan kerusakan
fungsi sendi.Walaupun insidens OA meningkat dengan bertambahnya usia, ternyata proses
OA bukan sekedar suatu proses wear and tear yang terjadi pada sendi di sepanjang kehidupan.
Dikatakan demikian karena beberapa hal :
1) Perubahan biokimiawi rawan sendi pada tingkat molekuler yang terjadi akibat proses
menua berbeda dengan yang terjadi pada rawan sendi akibat OA.
2) Perubahan menyerupai OA dapat terjadi pada rawan sendi percobaan berusia muda yang
dirangsang dengan berbagai trauma seperti tekanan mekanik dan zat kimia.
C. Patofisiologi
Pada prinsipnya struktur sendi sinovial dirancang untuk memastikan agar gerakan tulang
halus; sendi dikelilingi oleh cairan sinovial yang merupakan pelumas sendi, dan kedua ujung
tulang ditutupi oleh tulang rawan yang bahannya lebih lembut daripada tulang dan secara
teratur diperbaharui.Pada sendi yang mengalami OA mekanisme ini tidak lagi berfungsi
sebagaimana mestinya. Kapsul sendi yang berisi cairan sinovial menjadi tebal dan kaku
sehingga kemampuan pergerakan sendi menurun dan ruangan untuk cairan sinovial
menyempit sehingga lubrikasinya berkurang.(1)
D. Patogenesis
Stage I :
Stage II :
Stage III :
2. Perubahan Tulang
Pada sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti dengan perubahan tulang
rawan sendi serta tulang subchondral dan metafiseal.Permukaan yang keras, fibrous, dan
kartilaginis ini biasanya muncul di tepi-tepi sendi.Osteofit marginal biasanya muncul pada
permukaan tulang rawan, tapi dapat muncul juga di sepanjang insersi kapsul sendi (osteofit
kapsuler).Tonjolan tulang intraartikuler yang menonjol dari permukaan sendi yang
mengalami degenerasi disebut osteofit sentral.Sebagian besar osteofit marginal memiliki
pernukaan kartilaginis yang menyerupai tulang rawan sendi yang normal dan dapat tampak
sebagai perluasan dari permukaan sendi.Pada sendi superfisial, osteofit ini dapat diraba,
nyeri jika ditekan, membatasi ruang gerak, dan terasa sakit jika sendi digerakkan. Tiap
sendi memiliki pola karakter yang khas akan pembentukan osteofit di sendi panggul,
osteoarthritis biasanya membentuk cincin di sekitar tepi acetabulum dan tulang rawan
femur. Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan artikuler os humerus
biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi glenohumeral. Osteofit
merupakan respon terhadap proses degerasi tulang rawan sendi dan remodelling tulang
sudkhondral, termasuk pelepasan sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi dan
pembentukan sel tulang dan matrik kartilageneus.(2-5)
3. Jaringan Periartikuler.
E. Faktor Resiko.
1. Usia
Fungsi kondrosit menurun dengan bertambahnya usia. Sel-sel ini mensintesis aggrecans
yang lebih kecil dan protein penghubung yang kurang fungsional sehingga mengakibatkan
pembentukan agregat proteoglikan yang ireguler dan lebih kecil. Aktivitas mitotik dan
sintesis menurun dengan bertambahnya usia, dan mereka kurang responsif terhadap sitokin
anabolik dan rangsang mekanik.(1)
1. Obesitas
2. Beban Sendi yang Berlebihan dan Berulang-ulang/ Aktivitas fisik yang berlebihan
3. Kelemahan otot
4. Trauma
5. Hormonal
6. Rokok
7. Hiperurisemia
8. Diet
F. Klasifikasi
Secara umum, osteoarthritis dikategorikan menjadi :
1) Osteoarthritis primer(idiopatik).
2) Osteoarthritis sekunder, yaitu osteoathritis yang disebabkan trauma,
komplikasi dari penyakit lain, dan akibat deposisi kalsiumpirofosfat
G. Grading
H. Diagnosis
Sindrom klinis osteoartritis muncul akibat degenerasi sendi synovial; berupa kerusakan
keseluruhan yang progresif dari tulang rawan sendi diikuti oleh perbaikan, remodelling, dan
sklerosis dari tulang subchondral, dan pada banyak kasus terjadi kista subchondral dan
osteofit submarginal.Selain perubahan sendi synovial, yang biasanya dapat dibuktikan melalui
foto rontgen, diagnosis sindrom klinis osteoartritis harus disertai adanya nyeri sendi yang
kronik.Banyak pasien dengan osteoartritis juga mengalami keterbatasan gerakan, krepitasi
dengan gerakan, dan efusi sendi.Pada kondisi yang berat dapat terjadi deformitas tulang dan
subluksasi.
Sebagian besar pasien dengan osteoartritis datang dengan keluhan nyeri sendi.Pasien
sering menggambarkan nyeri yang dalam, ketidaknyamanan yang sukar dilokalisasikan, yang
telah dirasakan selama bertahun-tahun.Nyeri dapat bertambah dengan perubahan cuaca,
khususnya dalam cuaca dengan suhu yang dingin, dan aktivitas.Nyeri yang berhubungan
dengan aktivitas biasanya terasa segera setelah penggunaan sendi dan nyeri dapat menetap
selama berjam-jam setelah aktivitas.Beberapa pasien pada awalnya memperhatikan adanya
gejala penyakit degeneratif sendi ini setelah trauma ringan sendi atau aktivitas fisik yang
berat, pada pemeriksaan radiologis dapat ditemukan perubahan degenerasi sendi.Pada tahap
lanjut, nyeri menjadi konstan hingga dapat membangunkan pasien dari tidurnya.Selama
degenerasi sendi berlanjut, pasien dapat mengeluhkan nyeri yang tajam yang dipicu dengan
gerakan.Pembesaran sendi karena pembentukan osteofit dan deformitas muncul pada tahap
akhir dari penyakit.
Tanda awal osteoartritis meliputi penurunan kecepatan dan ruang gerak aktif sendi.
Keterbatasan gerakan dapat muncul akibat rusaknya kartilaggo artikularis, kontraktur ligamen
& kapsul sendi, kontraktur & spasme otot, osteofit, atau adanya fragmen kartilago, tulang,
atau meniskus intraartikuler. Pada palpasi dapat ditemukan krepitasi, efusi, dan nyeri
sendi.Osteofit dapat menyebabkan tonjolan tulang yang dapat diraba dan dilihat, kerusakan
progresif kartilago artikuler dan tulang subchondral dapat mengakibatkan luksasi sendi dan
deformitas.Atrofi otot dapat terjadi pada kasus osteoartritis yang sudah lama.
I. Terapi
a. Untuk penderita dengan keluhan nyeri sedang hingga berat, dan memiliki
kontraindikasi pemberian COX-2 inhibitor spesifik dan
OAINS, dapat diberikan Tramadol (200-300 mg dalam dosis terbagi).
Manfaatnya dalam pengendalian nyeri OA dengan gejala klinis sedang
hingga berat dibatasi adanya efek samping yang harus diwaspadai,
seperti: mual (30%), konstipasi (23%), pusing/dizziness (20%), somnolen
(18%), dan muntah (13%).
Perhatian
Hal-hal yang harus diperhatikan pasien selama menggunakan obat ini adalah
sebagai berikut : (9)
Jika radang sendi pada lutut sangat mencolok, mengingat penggunaan
Sinovial injection (Sodium hyaluronate) dapat menyebabkan eksaserbasi
gejala peradangan pada bagian yang sakit, sebaiknya pengobatan diberikan
setelah gejala inflamasi tersebut telah dieliminasi.
Kadang-kadang, nyeri lokal terjadi setelah penggunaan Sinovial injection
(Sodium hyaluronate), oleh karena itu, tindakan yang diperlukan harus
dilakukan. Suntikan bocor ke luar rongga artikular dapat menyebabkan rasa
sakit, oleh karena itu, sebaiknya diberikan secara akurat ke dalam rongga
sendi.
Hati-hati menggunakan obat ini pada pasien dengan riwayat
hipersensitivitas terhadap obat lain, pasien dengan gangguan hati atau
riwayat gangguan tersebut.
Keamanan dan keefektifan penggunaan obat ini pada nyeri sendi selain lutut
belum ditetapkan.
Gunakan dengan hati-hati saat menggunakan obat ini pada pasien yang
alergi terhadap protein unggas, bulu dan produk telur.
Obat harus digunakan sesuai prosedur aseptik yang ketat. Hapus efusi sendi,
jika ada, sebelum menyuntikkan Sinovial injection (Sodium hyaluronate).
Jika perbaikan gejala tidak diketahui setelah perawatan, pemberian harus
dibatasi sampai 5 x sebelum berhenti.
Dalam percobaan pada hewan (tikus), diketahui bahwa obat ini bisa masuk
ke dalam ASI. Keamanan dan keefektifan obat ini belum ditetapkan pada
ibu menyusui.
Karena keamanan obat ini pada anak belum ditetapkan, pemberian harus
dilakukan dengan hati-hati. Gunakan obat hanya jika sangat diperlukan.
Berikan dengan hati-hati pada pasien lansia karena fungsi fisiologisnya
umumnya menurun.
Jika tanda-tanda reaksi anafilaksis (misalnya, kesulitan bernafas,
pembengkakan wajah atau tenggorokan) terjadi segera hubungi pihak
medis.
Interaksi Obat
Berikut adalah interaksi obat yang terjadi jika digunakan dengan obat-obat lain :
Keamanan dan keefektifan penggunaan bersamaan dengan injeksi intra-
artikular lainnya belum ditetapkan.
Karena Sinovial injection (Sodium hyaluronate) diendapkan oleh bakteri
amina kuartener atau desinfektan misalnya, benzalkonium klorida dan
klorheksidin, dan lain-lain, perhatian yang memadai harus diberikan.
Dosis
Sinovial injection (Sodium hyaluronate) diberikan dengan dosis berikut : (9)
Dewasa : 1 x seminggu 1 suntikan, selama 3-5 minggu berturut-turut. Obat
diberikan dengan cara injeksi pada rongga sendi lutut. Penggunaan dapat
dilanjutkan sampai 24 minggu, sesuai kebutuhan.
Lazimnya obat-obat yang mengandung Sodium hyaluronate yang digunakan untuk
mengobati nyeri lutut diberikan dengan dosis berikut : (9)
Dosis dewasa : 20-25 mg sekali seminggu selama 5 minggu atau sampai 30 mg
sekali seminggu selama 3-4 minggu. Pengobatan tidak diulangi dalam waktu 6
bulan untuk setiap persendian. Obat diberikan secara Intra-articular.
Tahap Ketiga
Indikasi untuk tindakan lebih lanjut:
1. Adanya kecurigaan atau terdapat bukti adanya artritis inflamasi: bursitis, efusi
sendi: memerlukan pungsi atau aspirasi diagnostik dan teurapeutik (rujuk ke
dokter ahli reumatologi/bedah ortopedi.
2. Adanya kecurigaan atau terdapat bukti artritis infeksi (merupakan kasus gawat
darurat, resiko sepsis tinggi: pasien harus dirawat di Rumah Sakit)
Segera rujuk ke dokter bedah ortopedi pada:
a. Pasien dengan gejala klinis OA yang berat, gejala nyeri menetap atau
bertambah berat setelah mendapat pengobatan yang standar sesuai dengan
rekomendasi baik secara non-farmakologik dan farmakologik (gagal terapi
konvensional).
b. Pasien yang mengalami keluhan progresif dan mengganggu aktivitas fisik
sehari-hari.
c. Keluhan nyeri mengganggu kualitas hidup pasien: menyebabkan gangguan
tidur (sleeplessness), kehilangan kemampuan hidup mandiri, timbul
gejala/gangguan psikiatri karena penyakit yang dideritanya.
d. Deformitas varus atau valgus (>15 hingga 20 derajat) pada OA lutut
e. Subluksasi lateral ligament atau dislokasi: rekonstruksi retinakular medial,
distal patella realignment, lateral release.
Gejala mekanik yang berat (gangguan berjalan/giving way, lutut terkunci/locking,
tidak dapat jongkok/inability to squat): tanda adanya kelainan struktur sendi seperti
robekan meniskus: untuk
Keterangan:
Kekuatan rekomendasi berdasarkan bukti-bukti penelitian menurut rekomendasi dari ACR untuk OA
panggul dan lutut:
3. Pembedahan
DAFTAR PUSTAKA