Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI KASUS

CERUMEN IMPACTION

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian


Telinga Hidung Tenggorokan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :
Shintya Dwipuspa Rani
20184010075

Diajukan Kepada :
dr. Asti Widuri, Sp. THT-KL, M. Kes.

BAGIAN ILMU TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROK


RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
1. Pengalaman :
Seorang anak perempuan datang ke rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping.
Ibu dari anak mengakatakan anak sering tidak mendengar bila dipanggil. Anak pernah
diperiksa oleh petugas kesehatan di UKS dan petugas kesehatan menyarankan untuk
periksa ke dokter. Tidak terdapat demam, batuk, pilek, dan pusing. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan cerumen pada meatus acusticus eksternus telingan dextra et sinistra.
Dokter mendiagnosis cerumen dan diberikan terapi forumen (docusate sodium) 5 x
sehari sebanyak 3 tetes.
2. Masalah yang dikaji :
Apakah terapi yang tepat sesuai diagnosis pasien ini?

3. Analisa kritis :
Cerumen adalah gabungan dari hasil produksi kelenjar sebasea dan kelenjar
seruminosa, serta deskuamasi sel epitel. Cerumen ini normal berada di dalam ear canal.
Cerumen ini berfungsi sebagai pembersih, pelindung, dan pelumas ear canal (Schwartz
et all, 2016). Sifatnya yang memiliki ph asam berguna sebagai pelindung dari serangga
(Gabriel, 2015).
Secara alamiah serumen dapat keluar dengan sendirinya, mekanisme ini disebut
self-ear-cleaning yaitu serumen akan bergerak ke lateral akibat migrasi epitel kulit dari
arah membrantimpani menuju ke luar yang dibantu juga dengan gerakan rahang
sewaktu mengunyah dan berbicara (Bashiruddin, 2014). Sekitar 48% prevalensi kasus
cerumen impaction berdasar penelitian yang dilakukan di USA. Faktor predisposisi
terjadinya cerumen impaction diantaranya adalah penggunaan cotton bud sebagai
pembersih, ear plug, dan hearing aids (Gabriel, 2015).
Guideline untuk penatalaksanaan cerumen impaction pada tahun 2008 telah
diperbarui di tahun 2016 (Schwartz et all, 2016). Berikut algoritma untuk kasus
cerumen impaction:
Penatalaksanaan pada kasus cerumen impaction diantaranya yaitu: (Schwartz et
all, 2016).
-observasi, hal ini dilakukan bila tidak terdapat simptom pada pasien dan cerumen
masih dalam jumlah kecil.
-edukasi, pentingnya penjelasan dari clinicians pada pasien untuk tidak terlalu khawatir
pada cerumen yang masih dalam batas normal dan tidak menimbulkan simptom. Selain
itu edukasi juga dibutuhkan untuk mencegah terjadinya cerumen impaction atau kasus
berulang. Hal yang dapat diedukasikan diantaranya, cara membersihkan telinga dengan
benar (dapat menggunakan cerumenolytic agents dengan frekuensi yang tidak terlalu
sering. Karena penelitian membuktikan pada sekitar 53% dari 333 sample masih
memiliki jumlah cerumen yang sama sejak penelitian dimulai yang totalnya dilakukan
selama 5 hari).
-cerumenolytic agents, ini merupakan salah satu jenis obat topikal yang digunakan
untuk melunakkan cerumen. Agents ini memiliki 3 jenis yaitu: 1)water-based agents, 2)
oil-based agents, 3)nonwater nonoil based. Setelah penggunaan ini, cerumen juga dapat
keluar dengan sendirinya bersama keluarnya cairan cerumenolytic agents.

-Irrigasi, tatalaksana ini dapat dilakukan dengan cara memberikan irigasi dengan aliran
bertekanan melalui syringe yang berisi air hangat. Hal ini dilakukan dengan
mengarahkan aliran ke dinding bagian superior.
-Manual removal, teknik ini termasuk dalam tatalaksana yang membutuhkan skills.
Keuntungan dari teknik ini yaitu lebih cepat dibandingkan teknik-teknik di atas.
Pengambilan dapat menggunakan berbagai instrument seperti, alligator, straight
aplicator dengan cotton wool diujungnya, right-angled hook, dan tentunya didukung
visualisasi yang cukup dengan head lamp ataupun otoskop
Berikut ringkasan dari tatalaksana pada cerumen impaction:
4. Referensi
Schwartz et all. 2016. Clinical Practice Guidelines (Update): Earwax (Cerumen
Impaction). Otolaryngology-Head and Neck Surgery.
Bashiruddin. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telingan, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan
Leher. Edisi Ke-7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2014.
Gabriel. 2015. Cerumen Impaction: Challenges and Management Profile in A Rural
Health Facility. Nigerian Medical Journal.

Anda mungkin juga menyukai