Anda di halaman 1dari 10

TATALAKSANA OMSK

Penatalaksanaan OMSK berupa tindakan operatif dan non operatif. Prinsip


terapinya adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi, dengan atau tanpa
timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah bersifat
sementara dan diberikan sebelum dilakukan pembedahan (Djaafar, 2012). Tujuan
utama untuk segara diberikan pengobatan adalah mencegah komplikasi dan
membasmi infeksi melalui aural toilet, termasuk pemberian antibiotik topikal
empiris (Levi & O'Reilly,2018). Tujuan jangka panjang termasuk
penyembuhan/perbaikan membran timpani untuk meningkatkan pendengaran
(Bareeqa & Ahmed, 2018; Levi & O'Reilly, 2018)
Pada OMSK benigna dilakukan epitelisasi tepi perforasi melalui tindakan
melukai pinggir perforasi secara tajam atau dengan mengoleskan zat kaustik
seperti nitras argenti 25%, asam trichlor asetat 12%, alkohol absolut, dll (Djaafar,
2012).
Penatalaksanaan non operatif dengan pemberian antibiotik spektrum luas
minimal 5 hari sampai 2 minggu dapat membasmi OMSK tanpa
komplikasi. Namun, di beberapa kasus, diperlukan lebih banyak waktu untuk
mengeringkan telinga. Sehingga dianjurkan follow up 1 bulan setelah pengobatan
untuk menilai kemungkinan terjadinya rekurensi (Mahdiani et al, 2021).
Dalam pemilihan antibiotik harus diingat: pada OMSK telah terjadi
perubahan yang menetap, resolusi spontan sangat sulit terjadi dan biasanya ada
gangguan vaskularisasi di telinga tengah sehingga antibiotik sistemik sukar
mencapai sasaran dengan optimal, kronisitas dengan fase aktif dan fase tenang
yang bergantian dapat terjadi sepanjang umur maka diperlukan antibiotika pada
setiap fase aktif, pemberian jangka panjang dapat menyebabkan resistensi dan
efek samping selain masalah cost effective dari obat yang dipakai (Djaafar, 2012).
Hasil uji kepekaan kuman yang dapat diisolasi dari sekret telinga pasien
OMSK menurut sensitivitasnya, yaitu golongan antibiotik Ciprofloxacin memiliki
senitivitas 48,50%, Fosfomycin 30,30%, Moxifloxacin 30,30%, Dibekacin
28,79% dan Gentamycin 25,76% (Djaafar, 2012).
Obat tetes antibiotik dapat dipakai sebagai lini pertama dan obat tunggal.
Keuntungan tetes antibiotik dapat memberi dosis adekuat tetapi memiliki efek
ototoksik bila masuk ke telinga dalam, sehingga tidak dianjurkan pemakaian lebih
dari dua minggu. Obat tetes telinga jenis ofloxacin terbukti aman, tidak toksik
terhadap labirin, efektif sebagai obat tunggal, sehingga direkomendasikan sebagai
obat lini pertama untuk dewasa dan anak-anak, namun obat tetes telinga tidak
dipakai sebagai profilaksis (Djaafar, 2012; Mahdiani et al, 2021).

Gambar 2. Antibiotik untuk kondisi telinga kering (RN Association, 2019)

Gambar 3. Antibiotik lini pertama untuk kondisi telinga basah pada pasien dewasa
(RN Association, 2019)
Gambar 2. Antibiotik lini kedua untuk kondisi telinga basah pada pasien dewasa
(RN Association, 2019)

Pada OMSK tipe Maligna tatalaksana dilakukan melalui operasi untuk


eradikasi kolesteatoma. Teknik operasi yang dipilih tergantung luas kerusakan dan
pilihan ahli bedah. Tindakan atikotomi anterior dipilih apabila kolesteatoma masih
sangat terbatas di atik. Bila kolesteatoma tidak dapat dibersihkan secara total
dengan tindakan tersebut, dapat dipilih berbagai variasi tehnik eradikasi
kolesteatoma, biasanya diikuti dengan rekonstruksi fungsi pendengaran pada saat
yang sama, misalnya timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down
tympanoplasty) atau mastoidektomi dinding utuh (canal wall up tympanoplasty)
atau atikoplasti atau timpanoplasti buka-tutup (open and close method
tympanoplasty) (Suardana, 2003).
Gambar 1. Algoritma Penatalaksanaan OMSK tipe Maligna (Helmi, 2005)

Pasien OMSK dengan komplikasi intratemporal harus segera dilakukan


rawat inap dan diberikan antibiotik dosis tinggi secara intravena. Perlu diperiksa
sekret telinga untuk pemeriksaan mikrobiologi. Kemudian dirujuk ke dokter
spesialis saraf atau saraf anak dan bedah saraf. Selanjutnya pasien dipersiapkan
untuk operasi mastoidektomi sebagai drainase materi purulen disertai dekompresi
nervus fasialis atau petrosektomi, sesuai komplikasi yang ada. Antibiotik dosis
tinggi yang dapat menembuh sawar darah otak diberikan secara intravena selama
7-15 hari dan periksa mikrobiologi sekret telinga. Tergantung dari kondisi pasien,
dapat dilakukan drainase materi purulen secara mastoidektomi dalam anestesi
lokal ataupun umum yang dapat pula disertai tindakan operasi bedah saraf
(Suardana, 2003).
Penatalaksanaan operatif dan medis yang diberikan sesuai dengan
diagnosis yang tepat akan menghasilkan manajemen yang baik.  Pada penelitian
ini menemukan hubungan antara manajemen OMSK dengan keberhasilan
pengobatan pasien. Temuan ini konsisten dengan studi Israel pada tahun 2020,
yang menyatakan terdapat hubungan positif antara manajemen operatif dan non-
operatif dengan berkurangnya keluhan pasien otorrhea pada OMSK (Mahdiani et
al, 2021). 
Berdasarkan penelitian sebelumnya, perbaikan OMSK dapat mulai
dievaluasi > 14 hari. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa penyembuhan
lengkap dapat dilihat dimulai dalam 3 bulan dan evaluasi OMSK pasca operasi
dapat dilakukan keluar dalam 1-6 bulan (Mahdiani et al, 2021).
Pemantauan pasca perawatan penting untuk menilai keberhasilan terapi
pada pasien, dan evaluasi berkala juga harus dilakukan untuk menilai
kekambuhan. Evaluasi dilakukan selama rawat inap, 1 minggu setelah prosedur,
dalam waktu satu bulan sampai kira-kira enam bulan, menilai keluhan pasien,
kondisi telinga dan tulang temporal, dan fungsi pendengaran. Dalam sebuah studi
2017 di India yang menilai tingkat keberhasilan setelah pengobatan OMSK pada
100% kasus didapatkan tingkat keberhasilan akhir optimal yang diperoleh adalah
telinga kering dalam 2 tahun tanpa operasi ulang dan retraksi/perforasi (Mahdiani
et al, 2021). Tingkat pemulihan bisa dinilai dari evaluasi keluhan OMSK dan
pemeriksaan fisiknya dengan prognosis yang baik jika terdapat peningkatan
tingkat pendengaran 6 bulan setelah pengobatan (Mahdiani et al, 2021).

PENCEGAHAN OMSK
Pada banyak kasus OMSK didahului oleh OMA, sehingga metode
pencegahan yang paling efektif adalah pengobatan OMA yang cepat dan tepat.
Pasien dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang adekuat saat mengalami
infeksi saluran napas atas untuk mencegah perburukan OMSK. Pasien dianjurkan
untuk menjaga agar liang telinga tidak kemasukan air saat mandi atau berenang
menggunakan ear bud. Setelah telinga basah segera untuk mengeringkan telinga.
Pasien diedukasi ketika mengalami otitis media ringan segera kembali ke dokter
bila terdapat perburukan gejala, seperti demam semakin meningkat (>39 derajat
C), otorea berupa pus, gejala tidak membaik setelah 2‒3 hari, atau ditemukan
gangguan pendengaran (Donaldson, 2019).
Pada anak-anak, profilaksis antimikroba menggunakan amoksisilin harus
dipertimbangkan untuk anak yang memiliki perforasi persisten atau tabung
timpanotomi pada OMA berulang. Jika terdapat tabung timpanotomi dan telinga
tengah tidak dalam kondisi infeksi, pengangkatan tabung dapat mengembalikan
fisiologi tuba eustachius telinga tengah (yaitu, mencegah refluks atau self-
insuflasi sekresi nasofaring). Namun, pengangkatan tabung timpanotomi tidak
dimungkinkan, terutama pada bayi dan anak kecil. Sehingga, profilaksis
antimikroba harus dipertimbangkan sampai tabung keluar secara spontan. Jika
anak memiliki perforasi kronis yang sekarang kering, operasi timpanoplastik
harus dipertimbangkan (Bluestone dan Klein, 1999).
Pencegahan lain yang perlu dilakukan adalah menjauhkan anak dari
paparan asap rokok atau polusi udara, menghentikan penggunaan dot pada bayi,
terutama dalam posisi telungkup, serta dianjurkan untuk vaksin influenza karena
anak sering terserang flu serta vaksin PCV yang memproteksi dari
infeksi Streptococcus pneumoniae (Donaldson, 2019).

PERAWATAN TELINGA PADA OMSK


Aural toilet adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses
membersihkan telinga secara manual. Aural toilet bertujuan menjaga liang telinga
agar tetap kering, sehingga tidak menjadi media pertumbuhan kuman yang dapat
memperparah infeksi. Aural toilet paling baik dilakukan di klinik dengan
menggunakan ujung hisap kecil, forsep, dan kuret untuk menghilangkan granulasi
mukosa kecil dari telinga tengah. Tindakan ini membutuhkan ahli otologi terampil
(WHO, 2004).
Teknik yang digunakan seperti pembersihan Wicking, (dengan kapas atau
kain kassa), suction clearance (biasanya di bawah mikroskop) atau irigasi
(menggunakan manual atau syringe otomatis). Namun, tidak direkomendasikan
menggunakan syringe telinga secara langsung karena dapat menyebabkan iritasi
pada aparatus vestibular atau infeksi labirin. (WHO, 2004; Bhutta, 2018).
Aural toilet dapat dilanjutkan di luar klinik/RS Teknik berikut dapat
membantu mengatasi ketidaknyamanan dan menghilangkan kotoran dari saluran
telinga((Levi & O'Reilly, 2018; Bhutta, 2018) :
a.  Pembersihan kering (Dry mopping) :
Gunakan bola kapas atau kasa melilit kuret telinga dan masukkan ke
telinga kanal di bawah visualisasi langsung. Dapat dilakukan 4x sehari.
b.   Ear wicking :
Wicking efektif untuk menghilangkan sekret mukopurulen,
serta cukup murah, tetapi kurang efektif dalam menghilangkan epitel
kotoran atau nanah kental dibandingkan dengan irigasi atau
microsuction. Langkah-langkah :
1. Bersihkan telinga luar dan kanalis auditorius externus dengan bola
kapas atau kasa yang direndam normal saline dan bersihkan area
debris dan eksudat secara perlahan; dan
2. Jika saluran telinga bengkak, dapat dilakukan dengan menggunakan
kapas atau kain kasa sepanjang 2,5 sentimeter dipilin dan diputar
lembut lalu dimasukkan ke dalam saluran telinga.
3. Kapas/ kain kasa yang telah dipilin dibiarkan di tempat untuk
memudahkan pemberian obat tetes ke bagian distal kanal. Pada
akhirnya kapas/ kain kasa akan rontok saat edema mereda atau
dapat dihilangkan setelah 2-3 hari. 
4. Setelah dilepas, tetes antibiotik dapat diberikan langsung ke kanal
telinga

Selain itu, pasien dan keluarga disarankan untuk (Alkatiri, 2009 ;Porter et
al.,2019). :
a. Menggunakan obat yang tepat (dosis, frekuensi, kepatuhan, dll.)
b. Anjurkan untuk tidak menggunakan cotton bud untuk membersihkan telinga
c. Menjaga agar liang telinga tidak kemasukan air saat mandi atau berenang
menggunakan ear bud atau kapas yang dilapisi vaselin.
Setelah telinga basah segera untuk mengeringkan telinga dengan handuk
kering atau pengering rambut dengan pengaturan panas terendah setelah
mandi atau berenang.
d. Hindari berenang di air yang stagnan atau terkontaminasi
e. Nasihat tentang kebersihan alat bantu dengar, penggunaan telepon karena
menempel di telinga, dan kebersihan alat penyumbat telinga
f. Pasien diingatkan untuk tidak mengabaikan batuk dan pileknya, mengingat
infeksi saluran pernapasan atas berulang dan tidak ditangani menjadi faktor
predisposisi dari OMSK
g. Instruksikan pasien untuk mengamati kondisi telinga setiap minggu untuk
menilai hasil dari pengobatan. Pengobatan dianggap gagal jika otorrhea
berlanjut setelah tiga minggu terapi 
DAFTAR PUSTAKA

Alkatiri FBB. 2009. Kriteria Diagnosis Dan Penatalaksanaan Otitis Media


Supuratif Kronis. Ism, Vol. 5 No.1, Januari-April

Bareeqa, S. B., & Ahmed, S. I. 2018. Comment to empirical therapy for chronic
suppurative otitis media. Clinical Medicine Insights: Ear, Nose and Throat.
doi.org/10.1177/1179550618810226

Bhutta MF et al. 2018. Aural toilet ( ear cleaning) for chronic suppurative otitis
media. Cochrane collaboration. Availabe at www. Cochranelibrary. Com

Bluestone dan Klein. 1999. Chronic Suppurative Otitis Media. AAP News and
Journals.

Djaafar ZA, Helmi, Restuti R D. 2012. Kelainan Telinga Tengah. Dalam :


Soepardi EA, Iskandar HN editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan Kepala Leher. Edisi ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Helmi. Otitis Media Supuratif Kronis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005.
Donaldson JD. Acute Otitis Media. Medscape. Updated 2019. Diakses dari:
https://emedicine.medscape.com/article/859316-overview#a1.
Levi, J., & O’Reilly, R. 2018. Chronic suppurative otitis media: Clinical features
and diagnosis. Retrieved from www.uptodate.com
Mahdiani S et al. 2021. Management evaluation of patients with chronic
suppurative otitis media: A retrospective study. Annals of Medicine and
Surgery 67
RN Association. 2019. Otitis Media Chronic Suppurative - Adult & Pediatric.
Clinical Decision Tool for RNs with Authorized Practice [RN(AAP)s].
Available at file:///C:/Users/user/Downloads/Otitis-Media-Chronic-
Suppurative-Adult-Pediatric-CDT-2019.pdf

Suardana W. 2003. Patogenesis dan diagnostik Otitis Media Supuratif Kronik.


Dalam Simposium Penatalaksanaan Otitis Media Supuratifa Kronik,
Sinusitis dan Demo Operasi Timpanoplasti. Denpasar: Lab/SMF THT FK
Unus/RS Sanglah

WHO. 2004. Chronic suppurative otitis media Burden of Illness and Management
Options. Available at
https://www.who.int/pbd/publications/Chronicsuppurativeotitis_media.pdf

Anda mungkin juga menyukai