Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN COMMUNITY HEALTH ANALYSIS

KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Warga dalam Mengikuti Protokol COVID-19

Disusun oleh :

Ayu Permatasari G4A019045


Safrida Nur Hasraeda G4A019047

Pembimbing Fakultas :
Dr. dr. Nendyah Roestijawati, M. KK

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
2020

1
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diawal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru
yaitu corona virus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Corona
virus disease 2019 (COVID-19). Diketahui, asal mula virus ini berasal dari
Wuhan, Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember tahun 2019. Sampai saat
ini sudah dipastikan terdapat 65 negara yang telah terjangkit virus satu ini
(Data WHO, 1 Maret 2020) (PDPI, 2020).
Pada awalnya data epidemiologi menunjukkan 66% pasien berkaitan
atau terpajan dengan satu pasar seafood atau live market di Wuhan, Provinsi
Hubei Tiongkok (Huang et.al., 2020). Sampel isolat dari pasien diteliti dengan
hasil menunjukkan adanya infeksi coronavirus, jenis betacorona virus tipe
baru, diberi nama 2019 novel Corona virus (2019-nCoV). Pada tanggal 11
Februari 2020, World Health Organization memberi nama virus baru tersebut
Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus-2 (SARS-CoV-2) dan
nama penyakitnya sebagai Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) (WHO,
2020). Pada mulanya transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat
melalui antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring
dengan waktu. Selain itu, terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh
salah satu pasien. Salah satu pasien tersebut dicurigai kasus “super spreader”
(Channel News Asia, 2020). Akhirnya dikonfirmasi bahwa transmisi
pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia (Relman, 2020). Pada
tanggal 11 Maret 2020, WHO mengumumkan bahwa COVID-19 menjadi
pandemi di dunia. Sampai saat ini virus ini dengan cepat menyebar masih
misterius dan penelitian masih terus berlanjut.
Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan
sudah terjadi penyebaran ke luar wilayah Wuhan dan negara lain. Sejak 31
Desember 2019 sampai 26 Mei 2020, 5.370.375 kasus COVID-19 dan
344.454 kematian telah dilaporkan Di Indonesia pun sampai saat ini terinfeksi
23.165 orang. Angka kematian mencapai 1.418 dengan angka kesembuhan
5.877 orang (WHO, 2020). Terbukti pasien konfrimasi COVID-19 di
Indonesia berawal dari suatu acara di Jakarta dimana penderita kontak dengan
seorang warga negara asing (WNA) asal Jepang yang tinggal di Malaysia.
Setelah pertemuan tersebut penderita mengeluhkan demam, batuk dan sesak
napas (WHO, 2020).
Kejadian luar biasa oleh Coronavirus bukanlah merupakan kejadian
yang pertama kali. Tahun 2002 Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

2
disebakan oleh SARS-Coronavirus (SARS-CoV) dan penyakit Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) tahun 2012 disebabkan oleh MERS-
Coronavirus (MERS-CoV) dengan total akumulatif kasus sekitar 10.000
(1000-an kasus MERS dan 8000-an kasus SARS). Mortalitas akibat SARS
sekitar 10% sedangkan MERS lebih tinggi yaitu sekitar 40% (PDPI, 2020).
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa
inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada
kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala
klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan
beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen
menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru (Direktorat Jenderal P2P,
2020).
Menurut data dari pantauan kasus COVID-19 Kabupaten Cilacap
sampai dengan tanggal 26 Mei 2020, terdapat jumlah kasus terkonfirmasi
positif sebanyak 45 orang, dengan kasus meninggal 1, dan total pasien
sembuh sebanyak 25 orang. Untuk data pada kecamatan Cilacap Tengah 1
terdapat jumlah kasus positif 2, ODP 44, PDP 10, dan untuk jumlah kasus
meninggal 3 orang. Berdasarkan data pantauan siaga COVID-19 Kabupaten
Jepara sampai dengan tanggal 2 Juni 2020, terdapat jumlah kasus
terkonfirmasi positif sebanyak 18 orang, dengan jumlah kasus meninggal 2
orang, kasus sembuh sebanyak 4 orang. Untuk data pada wilayah kecamatan
Mlonggo, jumlah ODP sebanyak 39 orang, PDP sebanyak 10 orang, dan tidak
terdapat kasus terkonfirmasi positif (0).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui
kepatuhan mengikuti protokol COVID-19 dengan kejadian COVID-19 di area
tempat tinggal peneliti di Kecamatan Cilacap Tengah, Cilacap dan Kecamatan
Mlonggo, Jepara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis kesehatan komunitas terkait kepatuhan mengikuti
protokol COVID-19 yang mempengaruhi kejadian COVID-19?
2. Apakah terdapat hubungan antara kepatuhan mengikuti protokol

3
COVID-19 terhadap kejadian COVID-19?
3. Apakah alternatif pemecahan masalah dari ketidakpatuhan mengikuti
protokol COVID-19?
4. Apakah intervensi terhadap penyebab masalah dari kepatuhan mengikuti
protokol COVID-19 yang mempengaruhi angka kejadian COVID-19?
C. Tujuan
1. Umum

Melakukan analisis kesehatan komunitas tentang faktor predisposisi,


pendukung dan pendorong dengan kepatuhan mengikuti protokol COVID-19
di area tempat tinggal peneliti di Kecamatan Cilacap Tengah, Cilacap dan
Kecamatan Mlonggo, Jepara.

2. Khusus
a. Menentukan penyebab yang paling berpengaruh terhadap kejadian
COVID-19 di area tempat tinggal peneliti di Kecamatan Cilacap
Tengah, Cilacap dan Kecamatan Mlonggo, Jepara.
b. Mencari alternatif pemecahan masalah COVID-19 di area tempat
tinggal peneliti di Kecamatan Cilacap Tengah, Cilacap dan
Kecamatan Mlonggo, Jepara.
c. Melakukan intervensi terhadap penyebab masalah kejadian COVID-
19 di area tempat tinggal peneliti di Kecamatan Cilacap Tengah,
Cilacap dan Kecamatan Mlonggo, Jepara.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan dalam mencegah
COVID-19, terutama kepatuhan warga sekitar mengikuti protokol
COVID-19 dengan angka kejadian COVID-19.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi masyarakat
Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai faktor risiko dan tata
cara pencegahan COVID-19, agar dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari
b. Manfaat bagi puskesmas

4
Membantu program enam dasar pelayanan kesehatan puskesmas yang
berkaitan dengan promosi kesehatan terutama masalah infeksi
COVID-19 sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk menentukan kebijakan yang harus diambil dalam menyelesaikan
masalah
c. Manfaat bagi mahasiswa
Menjadi dasar untuk penelitian lebih lamjut mengenai masalah
kesehatan di wilayah kerja.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Corona Virus
1. Definisi
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-
160 nm. Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di
antaranya adalah kelelawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah
COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia,
yaitu alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus
OC43, betacoronavirus HKU1, Severe Acute Respiratory Illness
Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East Respiratory Syndrome
Coronavirus (MERS-CoV) (riedel et al, 2019). Coronairus disease
2019 atau COVID-19 adalah suatu penyakit infeksi coronavirus jenis
baru yaitu severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-
CoV-2) yang dapat menyebabkan gejala seperti pneumonia.
2. Etiologi
Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam
genus betacoronavirus. Hasil analisis flogenetik menunjukkan bahwa
virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang
menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada
2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International
Commitee on Taxonomy of Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2
(Gorbalenya et al, 2020). Pada kasus COVID-19, trenggiling diduga
sebagai reservoir perantara. Strain coronavirus pada trenggiling adalah
yang mirip genomnya dengan coronavirus kelelawar (90,5%) dan
SARS-CoV-2 (91%) (Zhou et al, 2020). Genom SARS-CoV-2 sendiri
memiliki homologi 89% terhadap coronavirus kelelawar ZXC21 dan
82% terhadap SARS-CoV (Chan et al 2020). Hasil pemodelan melalui
komputer menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 memiliki struktur tiga
dimensi pada protein spike domain receptor-binding yang hampir
identik dengan SARS-CoV. Pada SARS-CoV, protein ini memiliki
afinitas yang kuat terhadap angiotensinconverting-enzyme 2 (ACE2)

6
(Zhang et al, 2020). Pada SARS-CoV-2, data in vitro mendukung
kemungkinan virus mampu masuk ke dalam sel menggunakan reseptor
ACE2. Studi tersebut juga menemukan bahwa SARS-CoV-2 tidak
menggunakan reseptor coronavirus lainnya seperti Aminopeptidase N
(APN) dan Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) (Zhou et al, 2020).
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang
luas, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia,
pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80%
kasus tergolong ringan atau sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan
sebanyak 6,1% pasien jatuh ke dalam keadaan kritis. Berapa besar
proporsi infeksi asimtomatik belum diketahui (WHO, 2020). Viremia
dan viral load yang tinggi dari swab nasofaring pada pasien yang
asimptomatik telah dilaporkan (Kam et al, 2019). Gejala ringan
didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran napas atas
tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatique, batuk (dengan
atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti
nasal, atau sakit kepala. Pasien tidak membutuhkan suplementasi
oksigen. Pada beberapa kasus pasien juga mengeluhkan diare dan
muntah (Chen et al, 2020). Pasien COVID-19 dengan pneumonia
berat ditandai dengan demam, ditambah salah satu dari gejala: (1)
frekuensi pernapasan >30x/menit (2) distres pernapasan berat, atau (3)
saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen. Pada pasien geriatri dapat
muncul gejala-gejala yang atipikal. Sebagian besar pasien yang
terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan gejala-gejala pada sistem
pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan sesak napas.
Berdasarkan data 55.924 kasus, gejala tersering adalah demam, batuk
kering, dan fatique (Rothan et al, 2020).
Gejala lain yang dapat ditemukan adalah batuk produktif,
sesak napas, sakit tenggorokan, nyeri kepala, mialgia/artralgia,
menggigil, mual/muntah, kongesti nasal, diare, nyeri abdomen,
hemoptisis, dan kongesti konjungtiva. Lebih dari 40% demam pada

7
pasien COVID-19 memiliki suhu puncak antara 38,1-39°C, sementara
34% mengalami demam suhu lebih dari 39°C.3 Perjalanan penyakit
dimulai dengan masa inkubasi yang lamanya sekitar 3-14 hari (median
5 hari). Pada masa ini leukosit dan limfosit masih normal atau sedikit
menurun dan pasien tidak bergejala. Pada fase berikutnya (gejala
awal), virus menyebar melalui aliran darah, diduga terutama pada
jaringan yang mengekspresi ACE2 sepert paru-paru, saluran cerna dan
jantung. Gejala pada fase ini umumnya ringan. Serangan kedua terjadi
empat hingga tujuh hari setelah timbul gejala awal.
Pada saat ini pasien masih demam dan mulai sesak, lesi di paru
memburuk, limfosit menurun. Penanda inflamasi mulai meningkat dan
mulai terjadi hiperkoagulasi. Jika tidak teratasi, fase selanjutnya
inflamasi makin tak terkontrol, terjadi badai sitokin yang
mengakibatkan ARDS, sepsis, dan komplikasi lainnya (WHO, 2020).
4. Faktor Risiko
Berdasarkan data yang sudah ada, penyakit komorbid seperti
hipertensi dan diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok
aktif merupakan faktor risiko dari infeksi SARS CoV-2. Distribusi
jenis kelamin yang lebih banyak pada laki-laki diduga terkait dengan
prevalensi perokok aktif yang lebih tinggi. Pada perokok, hipertensi,
dan diabetes melitus, diduga ada peningkatan ekspresi reseptor ACE2.
Pasien kanker dan penyakit hati kronik lebih rentan terhadap infeksi
SARS-CoV-2 (Cai. 2020). Kanker diasosiasikan dengan reaksi
imunosupresif, sitokin yang berlebihan, supresi induksi agen
proinflamasi, dan gangguan maturasi sel dendritik (Xia et al, 2020).
Pasien dengan sirosis atau penyakit hati kronik juga mengalami
penurunan respons imun, sehingga lebih mudah terjangkit COVID-19,
dan dapat mengalami luaran yang lebih buruk. Studi Guan et al,
menemukan bahwa dari 261 pasien COVID-19 yang memiliki
komorbid, 10 pasien di antaranya adalah dengan kanker dan 23 pasien
dengan hepatitis B (Guan et al, 2020).

8
Infeksi saluran napas akut yang menyerang pasien HIV
umumnya memiliki risiko mortalitas yang lebih besar dibanding pasien
yang tidak HIV. Namun, hingga saat ini belum ada studi yang
mengaitkan HIV dengan infeksi SARS-CoV-2. Hubungan infeksi
SARS-CoV-2 dengan hipersensitvitas dan penyakit autoimun juga
belum dilaporkan (Conforti et al, 2020). Belum ada studi yang
menghubungkan riwayat penyakit asma dengan kemungkinan
terinfeksi SARS-CoV-2. Namun, studi meta-analisis yang
menunjukkan bahwa pasien COVID-19 dengan riwayat penyakit
sistem respirasi akan cenderung memiliki manifestasi klinis yang lebih
parah (Yang et al, 2020).
Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for
Disease Control and Preventon (CDC) adalah kontak erat, termasuk
tinggal satu rumah dengan pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan
ke area terjangkit. Berada dalam satu lingkungan namun tidak kontak
dekat (dalam radius 2 meter) dianggap sebagai risiko rendah. Tenaga
medis merupakan salah satu populasi yang berisiko tinggi tertular. Di
Italia, sekitar 9% kasus COVID-19 adalah tenaga medis. Di China,
lebih dari 3.300 tenaga medis juga terinfeksi, dengan mortalitas
sebesar 0,6% (WHO, 2020).
B. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19
Berdasarkan bukti yang tersedia, COVID-19 ditularkan melalui
kontak dekat dan droplet, bukan melalui transmisi udara. Orang-orang
yang paling berisiko terinfeksi adalah mereka yang berhubungan dekat
dengan pasien COVID-19 atau yang merawat pasien COVID-19
(KemendagRI, 2020).
Tindakan pencegahan dan mitigasi merupakan kunci penerapan di
pelayanan kesehatan dan masyarakat. Langkah-langkah pencegahan yang
paling efektif untuk dilakukan di masyarakat yaitu meliputi (KemendagRI,
2020):

9
1. Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika
tangan tidak terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun jika tangan
terlihat kotor
2. Menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut
3. Terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut
dengan lengan atas bagian dalam tisu, lalu buang tisu ke tempat
sampah
4. Memakai masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan
melakukan kebersihan tangan setelah membuang masker
5. Menjaga jarak (minimal 1 m) dari orang yang mengalami gejala
gangguan pernapasan.
C. Protokol Kesehatan dalam Upaya Pencegahan COVID-19
1. Protokol Acara Resmi Penanganan COVID-19
Dalam pencegahan penularan COVID-19 perlu kelengkapan dan
perlengkapan dalam rapat, sebagai berikut:
a. Rapat diupayakan dilakukan tanpa bertatap muka secara langsung
dengan menggunakan teknologi video conference.
b. Langkah-langkah yang dilakukan apabila rapat harus dilakukan
dengan bertatap muka, pada saat pra rapat sebagai berikut:
1) Sebelum ruang rapat digunakan, perlu disterilisasi dengan
penyemprotan desinfektan.
2) Tersedianya hand sanitizer dan hand soap di tempat-tempat
strategis seperti: pintu masuk acara, lift, ruang makan, area
kamar mandi dll.
3) Sebelum memasuki ruang rapat harus terlebih dahulu tes
suhu (termal scanner) dan tidak boleh melebihi suhu38⁰C.
4) Dalam mengisi daftar hadir atau administrasi lain diutamakan
menggunakan alat tulis masing- masing, tidak diperkenankan
bergantian.
5) Mengatur jarak tempat duduk antara satu dengan yang
lainnya ± 1-2 m dan menghindari kontak fisik langsung
seperti: jabat tangan, berpelukan, dll.

10
c. Langkah-langkah yang dilakukan pada saat rapat, sebagai berikut:
1) Durasi rapat agar lebih cepat tanpa mengurangi bobot dari
rapat tersebut.
2) Membatasi penggunaan microfone bergantian.
3) Apabila terdapat gejala batuk, flu, demam dan sesak nafas
tidak diperkenankan untuk mengikuti acara tersebut serta
etika pada saat batuk untuk menutup mulut atau
menggunakan masker.
d. Langkah-langkah yang dilakukan pada pasca rapat, sebagai
berikut:
1) Pemeriksaan dan pengisian ulang hand sanitizer dan hand
soap di tempat-tempat strategis seperti: pintu masuk acara,
lift, ruang makan, area kamar mandi dll.
2) Melakukan pembersihan ruang rapat dan kelengkapan rapat
dengan penyemprotan desinfektan.

Dalam pencegahan penularan COVID-19 perlu kelengkapan dan


perlengkapan dalam upacara resmi, sebagai berikut:
1. Langkah-langkah yang dilakukan pada saat pra upacara resmi sebagai
berikut:
a. Memeriksa kebersihan dan melakukan disterilisasi dengan
penyemprotam desinfektan
b. Tersedianya hand sanitizer dan hand soap di tempat-tempat
strategis seperti: pintu masuk acara, lift, ruang makan, area kamar
mandi dll
c. Sebelum memasuki tempat acara harus terlebih dahulu tes suhu
(termal scanner) dan tidak boleh melebihi suhu 38⁰C
d. Apabila terdapat gejala batuk, flu, demam dan sesak napas tidak
diperkenankan untuk mengikuti upacara
e. Dalam mengisi daftar hadir atau administrasi lain diutamakan
menggunakan alat tulis masing-masing, tidak diperkenankan
bergantian

11
f. Mengatur jarak barisan antara satu dengan yang lainnya ± 1-2 m
dan menghindari kontak fisik langsung seperti: jabat tangan,
berpelukan, dll
2. Langkah-langkah yang dilakukan pada saat upacara resmi sebagai
berikut:
a. Durasi berlangsungnya upacara agar lebih dipersingkat.
b. Pemeriksaan dan sterilisasi kelengkapan dan perlengkapan upacara.
3. Langkah-langkah yang dilakukan pada pasca upacara, sebagai berikut:
a. Pemeriksaan dan pengisian ulang hand anitizer dan hand soap di
tempat-tempat strategis seperti: pintu masuk acara. Ruang makan,
area kamar mandi, dll.
b. Melakukan pembersihan tempat dan kelengkapan upacara dengan
menyemprotkan desinfektan.
2. Protokol di Tempat Publik Penanganan COVID-19
Tempat publik yang dimaksud adalah: taman bermain, jalur hijau,
perbelanjaan dalam ruang, ruang spontan dalam lingkungan hunian,
ruang terbuka komunitas, mall dan pasar:
Langkah-langkah pencegahan COVID-19 pada tempat publik:
a. Pastikan seluruh area umum dalam keadaan bersih dengan cara
melakukan pembersihan menggunakan desinfektan minimal 3 kali
sehari, terutama pada waktu aktivitas padat (pagi, siang dan sore
hari) di setiap lokasi representatif (pegangan pintu, tombol lift,
pegangan eskalator, ll).
b. Deteksi suhu tubuh disetiap titik pintu masuk tempat umum. Jika
suhu tubuh masyarakat terdeteksi ≥ 38⁰C, dianjurkan untuk segera
memeriksakan kondisi tubuh ke fasilitas pelayanan kesehatan dan
tidak diperkenankan untuk memasuki tempat umum.
c. Pastikan ruang isolasi tersedia di acara besar (contoh: konser,
seminar, dll). Memastikan ada pos pemeriksaan kesehatan, ruang
transit dan petugas kesehatan di setiap acara besar. Jika pada saat
acara, ada peserta yang sakit segera dilakukan pemeriksaan, jika

12
kondisinya memburuk, pidahkan ke ruang transit dan segera rujuk
ke RS rujukan.
d. Menyediakan pos kesehatan di pusat perbelanjaan dan pasar
tradisional.
e. Mempromosikan Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) dengan cara
memasang poster mengenai pentingnya cuci tangan dan tata cara
cuci tangan yang benar.
f. Pastikan tempat umum memiliki akses untuk cuci tangan dengan
sabun dan air atau pencuci tangan berbasis alkohol.
g. Tempatkan dispenser pembersih tangan di tempat-tempat strategis
dan mudah di jangkau masyarakat di tempat umum serta dan
pastikan dispenser ini diisi ulang secara teratur.
h. Memperbaharui informasi tentang COVID-19 secara reguler dan
menempatkan di area yang mudah dilihat oleh pengunjung.
Menyediakan media komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
mengenai pencegahan dan pengendalian COVID-19 di lokasi
strategis di setiap tempat umum.
3. Protokol Perdagangan Pasar Rakyat
a. Pengelola Pasar, Pedagang dan Pembeli wajib menjaga kesehatan
dan kebersihan diri sendiri dan lingkungan pasar.
b. Pengelola Pasar, Pedagang dan Pembeli secara bersama menjaga
kebersihan sarana umum (toilet umum, tempat buang sampah,
parkiran, lantai/selokan pasar dan tempat makan).
c. Pengelola pasar memelihara sarana umum dan membersihkan
lantai dengan desinfektan secara rutin.
d. Pedagang wajib menjaga barang yang diperjualbelikan agar tetap
higienis, simpan dan susun ditempat yang bersih.
e. Pedagang dan Pembeli wajib menggunakan sarung tangan dan
masker kesehatan apabila menderita flu/batuk.
f. Pedagang dan pembeli ikut waspada/tanggap dengan informasi
update COVID-19

13
g. Manfaatkan perdagangan online apabila tidak dapat beraktivitas
keluar rumah untuk membeli kebutuhan.
4. Protokol Layanan Penjual
a. Prosedur Pelayanan Perdagangan ini berlaku untuk Unit Pelayanan
Terpadu Perdagangan (UPTP) I, II, III dan IV di lingkungan
Kementerian Perdagangan.
b. Pengurusan perijinan pada UPTP I dan IV dilakukan secara online.
c. Pengurusan perijinan pada UPTP II dilakukan secara online dan
offline
d. Pengurusan non perijinan pada UPTP III dan IV dilakukan secara
offline.
e. Untuk proses verifikasi dokumen dan/atau pengujian alat/barang,
pengguna layanan dapat menyampaikan dokumen perijinan
dan/atau alat/barang kepada petugas ditempat yang telah disediakan
pada masing-masing UPTP, khusus UPTP II, dokumen juga dapat
sampaikan melalui email ke penguatanpbk@kemendag.go.id.
f. Pengguna layanan yang baru kembali dari negara China, Italia, dan
Korea Selatan dalam jangka waktu 14 hari tidak diperkenankan
mendatangi UPTP.
g. Pengguna layanan yang akan menggunakan layanan perdagangan
pada UPTP diwajibkan untuk memakai masker kesehatan.
h. Pengguna layanan yang akan menggunakan layanan perdagangan
pada UPTP diwajibkan untuk mengisi formulir pernyataan
kesehatan.
i. Pengukuran suhu dilakukan sebelum memasuki ruang layanan
UPTP oleh petugas.
j. Pengguna layanan dengan suhu tubuh di atas 370 celsius dan/atau
menunjukkan gejala demam diminta untuk memeriksakan diri ke
dokter pribadi.
k. Pengguna layanan yang tidak dapat/tidak diperkenankan
mendatangi UPTP, dapat menghubungi UPTP melalui nomor
telepon masing-masing UPTP.

14
5. Protokol Area Pendidikan
a. Dinas Pendidikan melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan
setempat untuk mengetahui rencana atau kesiapan daerah setempat
dalam menghadapi COVID-19.
b. Menyediakan sarana untuk cuci tangan menggunakan air dan sabun
atau pencuci tangan berbasis alkohol di berbagai lokasi strategis di
sekolah sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
c. Menginstruksikan kepada warga sekolah melakukan cuci tangan
menggunakan air dan sabun atau pencuci tangan berbasis alkohol,
dan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) lainnya seperti: makan
jajanan sehat, menggunakan jamban bersih dan sehat, Olahraga
yang teratur, tidak merokok, membuang sampah pada tempatnya.
d. Membersihkan ruangan dan lingkungan sekolah secara rutin
(minimal 1 kali sehari) dengan desinfektan, khususnya handel
pintu, saklar lampu, komputer, meja, keyboard dan fasilitas lain
yang sering terpegang oleh tangan. Memonitor absensi
(ketidakhadiran) warga sekolah, Jika diketahui tidak hadir karena
sakit dengan gejala demam/ batuk/ pilek/ sakit tenggorokan/ sesak
napas disarankan untuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk
memeriksakan diri.
e. Memberikan himbauan kepada warga sekolah yang sakit dengan
gejala demam/batuk/ pilek/ sakit tenggorokan/ sesak napas untuk
mengisolasi diri dirumah dengan tidak banyak kontak dengan orang
lain.
f. Tidak memberlakukan hukuman/sanksi bagi yang tidak masuk
karena sakit, serta tidak memberlakukan kebijakan insentif berbasis
kehadiran (jika ada). (dalam hal ini bukan kewenangan
Kementerian Kesehatan untuk menetapkan, sehingga Kementerian
Kesehatan tidak memberikan masukan). Jika terdapat
ketidakhadiran dalam jumlah besar karena sakit yang berkaitan
dengan pernapasan, Dinas Pendidikan berkoordinasi dengan Dinas
Kesehatan setempat. Mengalihkan tugas pendidik dan tenaga

15
kependidikan yang absen kepada tenaga kependidikan lain yang
mampu. (dalam hal ini bukan kewenangan Kementerian Kesehatan
untuk menetapkan, sehingga Kementerian Kesehatan tidak
memberikan masukan).
g. Pihak institusi pendidikan harus bisa melakukan skrining awal
terhadap warga pendidikan yang punya keluhan sakit, untuk
selanjutnya diinformasikan dan berkoordinasi dengan Dinas
Kesehatan setempat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
h. Memastikan makanan yang disediakan di sekolah merupakan
makanan yang sehat dan sudah dimasak sampai matang.
i. Menghimbau seluruh warga sekolah untuk tidak berbagi makanan,
minuman, termasuk peralatan makan, minum dan alat musik tiup
yang akan meningkatkan risiko terjadinya penularan penyakit.
j. Menginstruksikan kepada warga sekolah untuk menghindari kontak
fisik langsung (bersalaman, cium tangan, berpelukan, dsb).
k. Menunda kegiatan yang mengumpulkan banyak orang atau
kegiatan di lingkungan luar sekolah (berkemah, studi wisata).
l. Melakukan skrining awal berupa pengukuran suhu tubuh terhadap
semua tamu yang datang ke institusi pendidikan.
m. Warga sekolah dan keluarga yang berpergian ke negara dengan
transmisi lokal COVID-19 (Informasi daftar negara dengan
transmisi lokal COVID-19 dapat diakses di
www.covid19.kemkes.go.id ) dan mempunyai gejala demam atau
gejala pernapasan seperti batuk/pilek/sakit tenggorokan/sesak
napas diminta untuk tidak melakukan pengantaran, penjemputan,
dan berada di area sekolah.
6. Protokol Pencegahan dan Kontrol terhadap Populasi Tertentu
(Lansia)
a. Pastikan bahwa lansia memperoleh kesadaran akan perlindungan
pribadi, langkah-langkah, persyaratan kebersihan tangan; hindari
berbagi barang pribadi; memperhatikan ventilasi; dan menerapkan

16
langkah-langkah disinfektan. Dorong lansia untuk sering mencuci
tangan.
b. Ketika lansia memiliki gejala yang mencurigakan seperti demam,
batuk, sakit tenggorokan, sesak dada, dispnea, kelelahan, mual dan
muntah, diare, konjungtivitis, nyeri otot, dll., Langkah- langkah
berikut harus diambil:
a. Karantina sendiri dan hindari kontak dekat dengan orang lain.
b. Status kesehatan harus dinilai oleh staf medis dan mereka yang
memiliki kondisi kesehatan abnormal akan dipindahkan ke
lembaga medis. Mengenakan masker bedah diperlukan dalam
perjalanan ke rumah sakit, menghindari mengambil kendaraan
umum jika memungkinkan. pendaftaran segera serta menerima
observasi medis.kegiatan,dan tidak mengatur makanter pusat.
c. Mengurangi pertemuan yang tidak perlu, pesta makan malam, dan
grup lainnya
d. Jika ada lansia dengan gejala yang mencurigakan didiagnosis
COVID-19, mereka yang berhubungan dekat harus menerima
pengamatan medis selama 14 hari. Setelah pasien pergi (seperti
rawat inap, kematian, dll.), Ruangan tempat dia tinggal dan
kemungkinan bahan yang terkontaminasi harus diterapkan
desinfeksi terminal tepat waktu. Prosedur disinfeksi khusus harus
dioperasikan atau diinstruksikan oleh para profesional dari CDC
lokal, atau pihak ketiga yang berkualifikasi. Tempat tinggal tanpa
disinfeksi tidak disarankan untuk digunakan.
7. Protokol Pencegahan dan Kontrol terhadap Populasi tertentu
(Anak-Anak)
a. Jangan pergi ke tempat-tempat ramai, dan jangan menghadiri pesta.
b. Kenakan topeng saat pergi keluar, dan ingat untuk mengingatkan
orang tua Anda dan kakek- nenek untuk melakukannya.
c. Pertahankan jadwal teratur dan diet sehat. Cuci tangan Anda
dengan saksama sebelum makan dan setelah buang air besar. Ikuti
lebih banyak latihan di rumah bersama orang tua Anda.

17
d. Tutupi mulut dan hidung Anda dengan handuk kertas atau siku saat
bersin atau batuk.
e. Dengarkan orang tua Anda dan cari perawatan medis segera jika
Anda demam atau sakit.
8. Protokol Pencegahan dan Kontrol terhadap Populasi tertentu
(Pelajar)
a. Siswa yang datang dari daerah epidemi tinggi harus tinggal di
rumah atau di tempat yang ditunjuk untuk pengamatan medis
selama 14 hari setelah meninggalkan daerah tersebut.
b. Semua siswa harus tinggal di rumah seperti yang diperintahkan
oleh sekolah; hindari mengunjungi kerabat dan teman, menghadiri
pesta makan malam, dan pergi ke tempat-tempat umum yang
ramai, terutama tempat-tempat yang tidak berventilasi.
c. Siswa disarankan untuk melakukan pemantauan kesehatan sehari-
hari dan melaporkan hasilnya kepada orang relatif sesuai dengan
persyaratan masyarakat atau sekolah.
d. Di akhir liburan, siswa tanpa gejala yang mencurigakan dapat
kembali ke sekolah dengan normal. Mereka yang memiliki gejala
yang mencurigakan harus segera memberi tahu sekolah Anda dan
mencari perawatan medis tepat waktu, dan kembali ke sekolah
setelah pemulihan.
Saat Kembali ke Sekolah:
1. Kenakan masker atau masker N95 saat mengumumkan ke publik
2. Jaga kebersihan tangan setiap saat dan kurangi kontak dengan
barang publik
3. Pantau kesehatan selama perjalanan, dan ukur suhu tubuh
4. Perhatikan status kesehatan penumpang di sekitar dan hindari dari
dekat
5. Jika mengalami gejala yang mencurigakan selama perjalanan,
kenakan kendaraan. atau area dalam kendaraan. saat merasa
demam. kontak dengan orang yang memiliki gejala yang
mencurigakan. masker bedah medis atau masker N95, hindari

18
kontak dengan orang lain, dan konsultasikan dengan dokter tepat
waktu jika perlu.
6. Pelajar yang perlu pergi ke rumah sakit selama perjalanan harus
memberi tahu dokter tentang perjalanan dan riwayat hidup daerah
epidemi, dan bekerjasama dengan dokter untuk melakukan
penyelidikan yang relevan.
7. Simpan informasi tiket perjalanan dengan benar jika ada pelacakan
kontak dekat.
9. Protokol Pencegahan dan Kontrol Terhadap Populasi Tertentu
(Sekolah dan Taman Kanak-Kanak)
a. Mereka yang memiliki riwayat hidup atau bepergian di daerah
epidemi tinggi disarankan untuk memiliki periode karantina rumah
selama 14 hari sebelum kembali ke taman kanak-kanak (sekolah).
b. Setelah kembali ke taman kanak-kanak (sekolah), memonitor suhu
tubuh dan status kesehatan setiap hari, meminimalkan keluar tidak
perlu dan menghindari kontak dengan orang lain.
c. Kenakan masker bedah medis atau masker N95 dengan benar saat
melakukan kontak dengan guru dan siswa lainnya, dan
meminimalkan ruang lingkup kegiatan.
d. Otoritas taman kanak-kanak (sekolah) harus memantau kesehatan
siswa dengan cermat, mengukur suhu tubuh dua kali sehari,
mencatat absen, keberangkatan awal, dan meninggalkan aplikasi.
Jika gejala yang mencurigakan ditemukan di antara siswa, otoritas
sekolah harus segera melaporkan kepada staf manajemen epidemi
dan bekerja sama dengan CDC lokal untuk melakukan manajemen
kontak dan desinfeksi.
e. Sekolah harus menghindari penyelenggaraan pertemuan skala
besar, memperkuat ventilasi dan pembersihan ruang kelas, asrama,
perpustakaan, pusat kegiatan, kantin, auditorium, kantor guru, toilet
dan area aktivitas lainnya, di mana pembersih tangan dan
desinfektan tangan harus disediakan.

19
f. Otoritas sekolah melakukan pengajaran online dan kelas perbaikan
untuk siswa yang ketinggalan kelas karena sakit. Bagi mereka yang
menunda ujian karena sakit, ujian susulan harus diatur
10. Protokol Pencegahan dan Kontrol terhadap Populasi Tertentu
(Tempat Kerja)
a. Staf disarankan untuk memantau kesehatan mereka sendiri dan
menghindari bekerja jika ia memiliki gejala infeksi 2019-nCoV
yang mencurigakan (termasuk demam, batuk, sakit tenggorokan,
sesak dada, dispnea, kelelahan, mual dan muntah diare,
konjungtivitis, nyeri otot , dll.).
b. Staf dengan gejala yang mencurigakan harus diminta untuk
meninggalkan tempat kerja.
c. Barang publik harus dibersihkan dan didesinfeksi secara teratur.
d. Pertahankan sirkulasi udara di ruang kantor. Pastikan semua
fasilitas ventilasi bekerja secara efisien. Filter AC harus
dibersihkan secara teratur dan ventilasi dengan membuka jendela
harus diperkuat.
e. Kamar kecil harus dilengkapi dengan pembersih tangan yang cukup
dan memastikan pengoperasian fasilitas air yang normal termasuk
faucet.
f. Jagalah agar lingkungan tetap bersih dan rapi, dan bersihkan
sampah tepat waktu
11. Protokol Pencegahan dan Kontrol terhadap Populasi tertentu
(Transportasi Umum)
a. Staf angkutan umum di daerah epidemi harus memakai masker
bedah
b. Disarankan untuk dilengkapi dengan termometer, masker dan
lainnya
c. Tingkatkan frekuensi pembersihan dan desinfeksi kendaraan, dan
masker atau masker N95 dan lakukan pemantauan kesehatan harian
di dalam kendaraan. Membuat catatan dan tanda-tanda
pembersihan dan desinfeksi.

20
d. Jaga agar kendaraan memiliki ventilasi yang baik.
e. Jaga stasiun dan kompartemen bersih dan rapi, dan bersihkan
sampah tepat waktu.
f. Atur hari libur yang dirotasi agar staf cukup istirahat
12. Protokol Pencegahan dan Kontrol terhadap Populasi tertentu
(Pusat Keramaian)
Panduan ini berlaku untuk pusat perbelanjaan, restoran, bioskop,
KTV, kafe internet, pemandian umum, gimnasium, ruang pameran,
stasiun kereta api, stasiun kereta bawah tanah, bandara, halte bus, dan
tempat umum lainnya.
1. Staf di tempat-tempat umum harus memantau kesehatan mereka
sendiri. Jangan pergi bekerja jika ada gejala yang mencurigakan
dari infeksi 2019-nCoV.
2. Staf dengan gejala yang mencurigakan harus diminta pergi untuk
perawatan medis.
3. Barang publik harus dibersihkan dan di desinfeksi secara teratur.
4. Pertahankan sirkulasi udara di ruang kantor. Pastikan semua
perangkat ventilasi bekerja secara efisien. Filter AC harus
dibersihkan secara teratur, dan ventilasi dengan membuka jendela
harus diperkuat.
5. Kamar kecil harus dilengkapi dengan pembersih tangan yang
cukup dan
6. Jaga kebersihan dan kebersihan lingkungan, dan bersihkan
sampah
7. Di daerah wabah penyakit, orang harus menghindari pergi ke
tempat-tempat umum, memastikan pengoperasian normal fasilitas
air termasuk keran.
8. waktu. terutama tempat-tempat dengan aliran manusia yang padat
dan ventilasi yang buruk.

21
13. Protokol Karantina Mandiri
a. Pengaturan Ruang Hidup
1) Orang dengan gejala yang mencurigakan perlu tinggal di
kamar tunggal yang berventilasi baik dan menolak semua
kunjungan.
2) Anggota keluarga harus tinggal di kamar yang berbeda.
Menginap setidaknya satu meter dan tidurlah di tempat tidur
terpisah jika kondisinya tidak memungkinkan. Orang dengan
gejala yang mencurigakan harus menghindari kegiatan,
membatasi ruang hidup, dan memastikan ruang bersama
(seperti dapur dan kamar mandi) berventilasi baik (menjaga
jendela tetap terbuka).
b. Pengaturan Pengasuh
Yang terbaik adalah memiliki anggota keluarga biasanya yang
sehat dan bebas dari penyakit kronis untuk merawat pasien
c. Pecegahan penularan
Anggota keluarga yang hidup dengan orang-orang yang memiliki
gejala yang mencurigakan harus mengenakan masker bedah
medis yang sesuai dengan wajah. Jaga kebersihan tangan setiap
saat dan hindari kontak langsung dengan sekresi tubuh, dan
jangan berbagi benda apa pun yang dapat menyebabkan infeksi
kontak tidak langsung.
d. Perawatan kontaminasi
Sarung tangan bekas, handuk kertas, masker, dan limbah lainnya
harus ditempatkan di kantong sampah khusus di kamar pasien dan
ditandai sebagai kontaminan sebelum dibuang.
e. Orang dengan salah satu dari gejala berikut harus berhenti
karantina mandiri:
1) Kesulitan bernapas (termasuk meningkatnya sesak dada)
2) Gangguan kesadaran (termasuk kelesuan, bicara tidak jelas,
ketidakmampuan karantina rumah dan mencari perawatan
medis pada waktunya. Sesak napas dan terengah-engah

22
setelah kegiatan) untuk membedakan antara siang dan
malam).
3) Diare. Demam dengan suhu tubuh lebih tinggi dari 39⁰C
4) Anggota keluarga lainnya mengembangkan gejala yang
diduga infeksi 2019-nCov.
D. Pencegahan
Panduan kegiatan menjaga kebersihan untuk pencegahan penularan
COVID-19 di beberapa tempat, seperti (Kemenkes, 2020):
1. Pencegahan Level Individu
a. Upaya kebersihan Personal dan Rumah
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diikuti untuk membantu
mencegah COVID-19, yaitu menjaga kebersihan diri/personal dan
rumah dengan cara:
1) Mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya
20 detik atau menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol
(hand sanitizer), serta mandi atau mencuci muka jika
memungkinkan, sesampainya rumah atau di tempat bekerja,
setelah membersihkan kotoran hidung, batuk atau bersin dan
ketika makan atau mengantarkan makanan.
2) Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan
yang belum dicuci
3) Jangan berjabat tangan
4) Hindari interaksi fisik dekat dengan orang yang memiliki gejala
sakit
5) Tutup mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas bagian
dalan atau dengan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat
sampah dan segera cuci tangan
6) Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah
bepergian
7) Bersihkan dan berikan desinfektan secara berkala pada benda-
benda yang sering disentuh dan pada permukaan rumah dan
perabot (meja, kursi, dan lain-lain), gagang pintu, dan lain-lain.

23
b. Peningkatan Imunitas Diri dan Mengendalikan Komorbid
Dalam melawan penyakit COVID-19, menjaga sistem imunitas diri
merupakan hal yang penting, terutama untuk mengendalikan
penyakit penyerta (komorbid). Terdapat beberapa hal yang dapat
meningkatan imunitas diri pada orang yang terpapar COVID-19,
yaitu sebagai berikut:
a. Konsumsi gizi seimbang
b. Aktifitas fisik/senam ringan
c. Istirahat cukup
d. Suplemen vitamin
e. Tidak merokok
f. Mengendalikan komorbid (misal diabetes mellitus, hipertensi,
kanker)
2. Pencegahan Level Masyarakat
a. Pembatasan Interaksi Fisik dan Pembatasan Sosial (Physical
Contact/Physical Distancing dan Social Distancing)
Pembatasan sosial adalah pembatasan kegiatan tertentu
penduduk dalam suatu wilayah. Pembatasan sosial ini dilakukan
oleh semua orang di wilayah yang diduga terinfeksi penyakit.
Pembatasan sosial berskala besar bertujuan untuk mencegah
meluasnya penyebaran penyakit di wilayah tertentu. Pembatasan
sosial berskala besar paling sedikit meliputi: meliburkan sekolah
dan tempat kerja; pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau
pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Selain itu,
pembatasan social juga dilakukan dengan meminta masyarakat
untuk mengurangi interaksi sosialnya dengan tetap tinggal di dalam
rumah maupun pembatasan penggunaan transportasi publik.
Pembatasan sosial dalam hal ini adalah jaga jarak fisik
(physical distancing), yang dapat dilakukan dengan cara:
1) Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang, mengatur
jarak minimal 1 meter, tidak bersalaman, tidak berpelukan dan
berciuman

24
2) Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus,
dan angkot) yang tidak perlu, sebisa mungkin hindari jam
sibuk ketika bepergian
3) Bekerja dari rumah (Work From Home), jika memungkinkan
dan kantor memberlakukan ini
4) Dilarang berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas umum
5) Hindari bepergian ke luar kota/luar negeri termasuk ke tempat-
tempat wisata
6) Hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk
berkunjung/bersilaturahmi tatap muka dan menunda kegiatan
bersama. Hubungi mereka dengan telepon, internet, dan media
sosial
7) Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi
dokter atau fasilitas lainnya
8) Jika sakit, dilarang untuk mengunjungi orang tua/ lanjut usia.
Jika tinggal satu rumah dengan mereka, maka hindari untuk
interaksi langsung dengan mereka
9) Untuk sementara waktu, anak sebaiknya bermain sendiri di
rumah
10) Untuk sementara waktu, dapat melaksanakan ibadah di rumah

Semua orang harus mengikuti ketentuan ini. Kami menghimbau


untuk mengikuti petunjuk ini dengan ketat dan membatasi tatap
muka dengan teman dan keluarga, khususnya jika:

1. Berusia 60 tahun keatas


2. Memiliki penyakit komorbid (penyakit penyerta) seperti
diabetes mellitus, hipertensi, kanker, asma dan Penyakit Paru
Obstruksi Kronik (PPOK) dan lain-lain
3. Ibu hamil
b. Menerapkan Etika Batuk dan Bersin
Menerapkan etika batuk dan bersin meliputi:

25
1. Jika terpaksa harus bepergian, saat batuk dan bersin gunakan
tisu lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan segera cuci
tangan
2. Jika tidak ada tisu, saat batuk dan bersin tutupi dengan lengan
atas bagian dalam
E. Kesiapsiagaan Bencana
Dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi ancaman COVID-19
maupun penyakit dan faktor risiko kesehatan yang berpotensi Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat (KKM) lainnya di pintu masuk (pelabuhan, bandar
udara, dan PLBDN), diperlukan adanya dokumen rencana kontinjensi
dalam rangka menghadapi penyakit dan faktor risiko kesehatan berpotensi
KKM. Rencana Kontinjensi tersebut dapat diaktifkan ketika ancaman
kesehatan yang berpotensi KKM terjadi. Rencana kontinjensi disusun atas
dasar koordinasi dan kesepakatan bersama antara seluruh pihak terkait di
lingkungan bandar udara, pelabuhan, dan PLBDN (KemendagRI, 2020).
Dalam rangka kesiapsiagaan tersebut perlu dipersiapkan beberapa hal
meliputi norma, standar, prosedur, kriteria (NSPK), kebijakan dan strategi,
Tim Gerak Cepat (TGC), sarana prasarana dan logistik, serta pembiayaan.
Secara umum kesiapsiagaan tersebut meliputi (KemendagRI, 2020):
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
a. Membentuk dan mengaktifkan TGC di wilayah otoritas pintu
masuk negara di bandara/ pelabuhan/ PLBDN. Tim dapat terdiri
dari petugas KKP, Imigrasi, Bea Cukai, Karantina Hewan dan unit
lain yang relevan di wilayah otoritas pintu masuk negara yang
memiliki kompetensi yang diperlukan dalam pencegahan
importasi penyakit
b. Peningkatan kapasitas SDM yang bertugas di pintu masuk negara
dalam kesiapsiagaan menghadapi COVID-19 dengan melakukan
pelatihan/drill, table top excercise, dan simulasi penanggulangan
COVID-19
c. Meningkatkan kemampuan jejaring kerja lintas program dan lintas
sektor dengan semua unit otoritas di bandara/ pelabuhan/ PLBDN

26
2. Sarana dan Prasarana
a. Tersedianya ruang wawancara, ruang observasi, dan ruang
karantina untuk tatalaksana penumpang. Jika tidak tersedia maka
menyiapkan ruang yang dapat dimodifikasi dengan cepat untuk
melakukan tatalaksana penumpang sakit yang sifatnya sementara
b. Memastikan alat transportasi (ambulans) penyakit menular
ataupun peralatan khusus utk merujuk penyakit menular yang
dapat difungsikan setiap saat untuk mengangkut ke RS rujukan.
Apabila tidak tersedia ambulans khusus penyakit menular,
perujukan dapat dilaksanakan dengan prinsip-prinsip pencegahan
infeksi (menggunakan Alat Pelindung Diri/ APD lengkap dan
penerapan disinfeksi)
c. Memastikan fungsi alat deteksi dini (thermal scanner) dan alat
penyehatan serta ketersediaan bahan pendukung
d. Memastikan ketersediaan dan fungsi alat komunikasi untuk
koordinasi dengan unit-unit terkait
e. Menyiapkan logistik penunjang pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan antara lain obat-obatan suportif (life saving) alat
kesehatan, APD, Health Alert Card (HAC), dan melengkapi
logistik lain, jika masih ada kekurangan
f. Menyiapkan media komunikasi risiko atau bahan komunikasi,
informasi, dan edukasi (KIE) dan menempatkan bahan KIE
tersebu di lokasi yang tepat
g. Ketersediaan pedoman kesiapsiagaan menghadapi COVID-19
untuk petugas kesehatan, termasuk mekanisme atau prosedur tata
laksana dan rujukan pasien
F. Kepatuhan
Menurut Konformitas (conformity) merupakan perubahan perilaku
atau keyakinan sebagai akibat dari adanya tekanan kelompok. Disisi lain
kepatuhan (compliance) mengacu pada perilaku yang terjadi sebagai
respon terhadap permintaan langsung yang berasal dari pihak lain. Dengan
demikian kepatuhan berbeda dengan konformitas (conformity) karena
konformitas tekanan perilaku bersifat tak langsung. Shaw menyatakan
bahwa kepatuhan (compliance) berhubungan dengan prestise seseorang di

27
mata orang lain. Orang yang telah memiliki bahwa dirinya adalah orang
yang pemurah akan menjadi malu bila dia menolak memberi seseuatu
ketika orang lain meminta sesuatu padanya (Nuqul, 2007).
Terdapat 4 unsur utama dalam kepatuhan secara esensial, yaitu
(Nuqul, 2007):
1. Adanya pihak yang memiliki otoritas yang menuntut kepatuhan
2. Adanya pihak yang dituntut untuk melakukan kepatuhan
3. Adanya objek atau isi tuntutan dari pihak yang memiliki otoritas untuk
dilaksanakan oleh pihak lain
4. Adanya konsekuensi dari perilaku yang tidak dilakukan
G. Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari Manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010).
Perilaku manusia dapat diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik yang secara
prinsipal dapat dibedakan dengan manusia lainnya. Perilaku itu sendiri
dapat diartikan sebagai suatu bentuk respon dari stimulus yang timbul dan
manusia merupakan gabungan dari jiwa dan raga yang memiliki sifat-sifat
tertentu dan unik. Alwisol dalam Prayitno (2016) menyatakan bahwa
tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan sosial dinamakan
kepribadian atau personality.
Menurut teori Lawrence Green, perilaku manusia dipengaruhi oleh
dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour cases) dan faktor diluar
perilaku (non behaviour causes). Dan selanjutnya perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya
perilaku tertentu. Secara umum dapat dikatakan faktor predisposisi
sebagai pertimbangan-pertimbangan personal dari suatu individu
atau kelompok yang mempengaruhi terjadinya suatu perilaku,
adapun yang termasuk kedalam kelompok faktor predisposisi
adalah pengetahuan, sikap, nilai-nilai budaya, persepsi, beberapa

28
karakteristik individu, misalnya umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, dan pekerjaan.
2. Faktor pemungkin (enabling factor)
Faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku
tertentu atau memungkinkan suatu motivasi direalisasikan, yang
termasuk dalam kelompok faktor pemungkin adalah ketersediaan
pelayanan kesehatan, aksesibilitas dan kemudahan pelayanan
kesehatan baik dari segi jarak maupun biaya dan sosial, adanya
peraturan-peraturan dan komitmen masyarakat dalam menunjang
perilaku tersebut. Faktor pemungkin juga meliputi keterampilan
baru yang diperlukan seseorang, organisasi atau masyarakat untuk
membuat suatu perubahan perilaku atau lingkungan.
3. Faktor penguat (reinforcement factor)
Faktor yang memperkuat (atau kadang-kadang justru dapat
memperlunak) untuk terjadinya perilaku tersebut. Faktor penguat
merupakan konsekuensi dari tindakan yang menentukan apakah
pelaku menerima umpan balik positif dan akan mendapat
dukungan sosial. Kelompok faktor penguat meliputi pendapat,
dukungan sosial, pengaruh teman, kritik baik dari teman-teman
sekerja atau lingkungan bahkan juga saran dan umpan balik dari
petugas kesehatan. Faktor ini juga meliputi konsekuensi fisik dari
perilaku, yang mungkin terpisah dari konteks sosial. Sebagai
contoh adanya perasaan nyaman (atau sakit) yang disebabkan oleh
latihan fisik. Keuntungan sosial (contoh: pengakuan dari orang
lain), keuntungan fisik (contoh: kenyamanan), penghargaan yang
dapat diukur (contoh: keuntungan ekonomi, bebas biaya), dan
penghargaan imajinatif (contoh penghormatan dari orang lain,
hubungan dengan orang terhormat yang mempunyai perilaku yang
sama) semuanya memperkuat perilaku. Beberapa faktor penguat
yang memberikan penguatan sosial dapat menjadi faktor
pemungkin jika berubah menjadi dukungan sosial, seperti bantuan
keuangan atau bantuan transport.

29
H. Pengetahuan
Pengetahuan memegang peranan penting dalam penentuan
perilaku yang utuh karena pengetahuan akan membentuk kepercayaan
yang selanjutnya dalam mempersepsikan kenyataan, memberikan dasar
bagi pengambilan keputusan dan menentukan perilaku terhadap
objek tertentu . Pengetahuan memiliki kaitan yang erat dengan
keputusan yang akan diambilnya, karena dengan pengetahuan seseorang
memiliki landasan untuk menentukan pilihan (Sari & Atiqoh, 2020).
Pengetahuan adalah suatu hasil yang diperoleh oleh seseorang setelah
melakukan penginderaan atau pengamatan pada suatu objek tertentu.
Penginderaan yang dilakuan seseorang dilakukan melalui panca indera
manusia seperti pengelihatan, penciuman, perasaan, pendengaran dan
perabaan. Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh melalui indra
penglihatan dan penderangaran (Notoatmodjo, 2011).
Terdapat tiga tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2011) yang
dapat dibedakan berdasarkan kualitas yang dimilikinya, yaitu :
1. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai mencapai 76-100%
2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai mencapai 56-75%
3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai mencapai <56%

30
I. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

31
J. Kerangka Konsep

Faktor Risiko:

1. Predisposing Factor
(umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pekerjaan)
2. Enabling Factor Kepatuhan Mengikuti
(ketersediaan masker, sabun Protokol
cuci tangan, pelayanan COVID-19
kesehatan)
3. Reinforcing Factor
(kontrol dari RT/RW
setempat)

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian


K. Hipotesis
Terdapat hubungan antara faktor prediposisi, pendukung, dan
pendorong dengan kepatuhan mengikuti protokol COVID-19..

32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan studi observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan kepatuhan
mengikuti anjuran protokol COVID-19 yang paling berpengaruh di RT/RW
sekitar perumahan peneliti.
1. Populasi
a. Populasi target
Populasi target pada penelitian ini adalah warga RT/RW sekitar
perumahan peneliti.
b. Populasi terjangkau
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah warga RT/RW sekitar
perumahan peneliti yang berusia > 40 tahun di Kecamatan Cilacap Tengah,
Kabupaten Cilacap dan Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara.
2. Sampel
a. Metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability
sampling dengan jenis consecutive sampling yaitu pemilihan sampel dengan
mencari subjek yang berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian yang
akan dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga
jumlah responden yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro & Sofyan, 2014).
b. Besar sampel
Perhitungan rumus besar sampel pada penelitian dilakukan dengan
rumus:
Zα + Zβ
n=
[ 0,5∈
1+r
( )
1−r ] 2
+3

n = Jumlah sampel
α = kesalahan tipe satu 5%

33
Zα = 1,96
β = kesalahan tipe dua 10%
Zβ = 1,64
r = koefisien korelasi minimal yang dianggap bermakna
ditetapkan 0,5
Dengan rumus ini didapatkan sampel minimal:
1,96+ 1,64
n=
[ 0,5∈
1+0,5
(
1−0,5 ) ] 2
+3

n=31

Berdasarkan perhitungan sampel di atas, maka besar sampel minimal


untuk penelitian ini adalah 31 orang.

c. Kriteria inklusi dan eksklusi


1) Kriteria inklusi :
a) Individu berusia ≥ 40 tahun
b) Bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani lembar
persetujuan menjadi subjek penelitian setelah membaca lembar
informed consent.
c) Subjek penelitian berdomisili disekitar perumahan peneliti di
Kecamatan Cilacap tengah, Cilacap dan Kecamatan Mlonggo,
Jepara.
2) Kriteria eksklusi:
a) Tidak berada di lokasi penelitian.
b) Tidak kooperatif dalam melakukan tahap wawancara dan pengisian
kuesioner.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah faktor predisposisi, pendukung dan
pendorong

34
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kepatuhan mengikuti protokol
COVID-19.

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional


No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Jenis dan
Skala
Data
1. Jenis Varian laki-laki dan Kuesioner Kategorik
Kelamin perempuan yang dibedakan nominal
berdasarkan bentuk
fisiknya.
Hasil interpretasi:
a. Laki-laki
b. Perempuan
2. Pengetahuan Pengetahuan yang diketahui Kuesioner Kategorik
mengenai oleh subjek yang diteliti nominal
COVID-19 mengenai COVID-19
Hasil interpretasi:
a. Baik: benar 76-100%
b. Sedang: benar 56-75%
c. Kurang: benar <56%
3. Sikap Pandangan orang mengenai Kuesioner Kategorik
mengenai COVID-19 nominal
COVID-19 Hasil interpretasi:
a. Baik: setuju 76-100%
b. Sedang: setuju 56-75%
c. Kurang: setuju <56%
4. Ketersediaan Ketersediaan masker,tempat Kuesioner Kategorik
Sarana dan cuci tangan dan sabun, nominal
Prasarana tempat berobat, poster.
Hasil interpretasi:
a. Tersedia: memenuhi 3-5
kriteria
b. Tidak tersedia:
memenuhi 1-2 kriteria
5. Pengawasan Adanya kontrol dari pihak Kuesioner Kategorik
dari Pihak RT/RW dan sanksi nominal
Berwenang Hasil Interpretasi:
a. Ya, apabila ada

35
kontrol dan sanksi
b. Tidak, apabila tidak
ada kontrol dan
sanksi
6. Kepatuhan Kepatuhan mengikuti Kuesioner Kategorik
mengikuti protokol COVID-19. Nominal
protokol Hasil interpretasi:
COVID-19 a. Patuh: mematuhi 5-6
b. Tidak patuh: mematuhi
1-4

D. Instrumen Pengambilan Data


Sumber data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari
ketua RT/RW di Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap dan Kecamatan
Mlonggo Kabupaten Jepara.
E. Rencana Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan karakteristik responden
dengan mendeskripsikan tiap variabel hasil penelitian, kemudian dihitung
frekuensi dan presentasinya.
2. Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas dan
variabel terikat menggunakan uji Chi Square. Jika data tidak memenuhi syarat
uji Chi Square, maka analisis dilakukan dengan menggunakan uji Fisher
Exact Test sebagai alternatif.
F. Waktu dan Tempat
Kegiatan dilaksanakan pada:
1. Waktu pelaksanaan : Bulan Juni 2020

Tempat pelaksanaan : Di Kecamatan Cilacap Kabupaten Cilacap dan di Kecamatan


Mlonggo Kabupaten Jepara.

36
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Analisis Univariat
Penelitian ini melibatkan 62 responden yang dinilai kepatuhannya
terhadap protokol covid-19 yang diambil di Cilacap dan Jepara. Jumlah
responden pada masing-masing Kota Cilacap maupun Jepara berjumlah 31
orang. Adapun karakteristik responden disajikan dalam tabel 4.1 dan 4.2

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Penelitian di Cilacap

No Karakteristik Jumlah Persentas Mean ± SD Min-Max


(n) e (%)

1 Jenis Kelamin    

  a. Laki-laki 17 54,8

   b. Perempuan 14 45,2

2 Usia 51,68 ± 9.68 42 - 86


3 Pendidikan

  a. SD 0 0,0

  b. SMP 0 0,0
c. SMA 9 29,0
 
d. Diploma/Sarjana
e. Magister 17 54,8

5 16,1
4 Pekerjaan
a. PNS 10 32,3
b. Wiraswasta 4 12,9
c. IRT
d. Pensiunan 4 12,9
e. Lainnya
4 12,9

37
9 29,0
5 Pendapatan 4.26 ± 5.33 0 - 25
6 Pengetahuan
a. Baik 30 96,8
b. Sedang 0 0
c. Kurang
1 3,2
7 Sikap
a. Baik 31 100,0
b. Sedang 0 0,0
c. Berat
0 0,0
8 Ketersediaan
a. Tersedia 30 96,8
b. Tidak Tersedia 1 3,2
9 Pengawasan
a. Ya 26 83,9
b. Tidak 5 16,1
10 Kepatuhan
a. Patuh 29 93,5
b. Tidak Patuh 2 6,5

Sumber : Data Primer Terolah

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dibagi menjadi 2


kelompok yaitu laki-laki dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin
laki-laki berjumlah 17 orang (54,8%) dan jenis kelamin perempuan 14 orang
(45,2%). Karakteristik responden berdasarkan usia dengan rerata 51,68 ± 9.68
tahun, usia minimal 42 tahun, dan usia maksimal 86 tahun. Karakteristik
responden berdasarkan tingkat pendidikan dibagi menjadi 5 yaitu SD, SMP,

38
SMA, Diploma/Sarjana, dan Magister. Responden dengan pendidikan terakhir
SD yaitu sejumlah 0 orang (0%), responden dengan pendidikan terakhir SMP
yaitu sejumlah 0 orang (0%), responden dengan pendidikan terakhir SMA
yaitu sejumlah 9 orang (29,0%), responden dengan pendidikan terakhir
Diploma/Sarjana yaitu sejumlah 17 orang (54,8%), dan responden dengan
pendidikan terakhir Magister yaitu sejumlah 5 orang (16,1%).
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dibagi menjadi 5
yaitu PNS, Wiraswasta, IRT, Pensiunan, dan Lainnya. Responden dengan
pekerjaan PNS yaitu sejumlah 10 orang (32,3%), responden dengan pekerjaan
Wiraswasta yaitu sejumlah 4 orang (12,9%), responden dengan pekerjaan IRT
yaitu sejumlah 4 orang (12,9%), responden dengan pekerjaan Pensiunan yaitu
sejumlah 4 orang (12,9%), dan responden dengan pekerjaan lainnya yaitu
sejumlah 9 orang (29,0%). Karakteristik responden berdasarkan pendapatan
dengan rerata 4.26 ± 5.33 juta, pendapatan minimal 0, dan pendapatan
maksimal 25 juta.
Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan responden dibagi
menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Responden dengan pengetahuan
baik yaitu berjumlah 30 orang (96,8%), responden dengan pengetahuan
sedang yaitu berjumlah 0 orang (0%), dan responden dengan pengetahuan
kurang yaitu berjumlah 1 orang (3,2%). Karakteristik responden berdasarkan
sikap responden dibagi menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Responden
dengan sikap baik yaitu berjumlah 31 orang (100%) dan responden dengan
sikap sedang dan kurang yaitu berjumlah 0 orang (0%).
Karakteristik responden berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana
dibagi menjadi 2 yaitu tersedia dan tidak tersedia. Responden dengan tersedia
sarana dan prasarana yaitu berjumlah 30 orang (96,8%) dan responden dengan
tidak tersedia sarana dan prasarana yaitu berjumlah 1 orang (3,2%).
Karakteristik responden berdasarkan adanya pengawasan dibagi menjadi 2
yaitu ya dan tidak. Responden dengan ya ada pengawasan yaitu berjumlah 26
orang (83,9%) dan responden dengan tidak ada pengawasan yaitu berjumlah 5

39
orang (16,1%). Karakteristik responden berdasarkan kepatuhan responden
dibagi menjadi 2 yaitu patuh dan tidak patuh. Responden yang patuh yaitu
berjumlah 29 orang (93,5%) dan responden dengan tidak patuh yaitu
berjumlah 2 orang (6,5%).

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Penelitian di Jepara

No Karakteristik Jumlah Persentas Mean ± SD Min-Max


(n) e (%)

1 Jenis Kelamin    

  a. Laki-laki 16 51,6

   b. Perempuan 15 48,2

2 Usia 52,39 ± 8,17 40 - 69


3 Pendidikan

  a. SD 5 16,1

  b. SMP 8 25,8
c. SMA 10 32,3
 
d. Diploma/Sarjana
e. Magister 7 22,6

1 3,2
4 Pekerjaan
a. PNS 3 9,7
b. Wiraswasta 16 51,6
c. IRT
d. Pensiunan 11 35,5
e. Lainnya
1 3,2

0 0
5 Pendapatan 2,097 ± 2,96 0 - 15
6 Pengetahuan

40
a. Baik 29 93,5
b. Sedang 0 0
c. Kurang
2 6,5
7 Sikap
a. Baik 31 100,0
b. Sedang 0 0,0
c. Berat
0 0,0
8 Ketersediaan
a. Tersedia 31 100
b. Tidak Tersedia 0 0
9 Pengawasan
a. Ya 29 93,5
b. Tidak 2 6,5
10 Kepatuhan
a. Patuh 29 93,5
b. Tidak Patuh 2 6,5

Sumber : Data Primer Terolah

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dibagi menjadi 2


kelompok yaitu laki-laki dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin
laki-laki berjumlah 16 orang (51,6%) dan jenis kelamin perempuan 15 orang
(48,2%). Karakteristik responden berdasarkan usia dengan rerata 52,39 ± 8,17
tahun, usia minimal 40 tahun, dan usia maksimal 69 tahun. Karakteristik
responden berdasarkan tingkat pendidikan dibagi menjadi 5 yaitu SD, SMP,
SMA, Diploma/Sarjana, dan Magister. Responden dengan pendidikan terakhir
SD yaitu sejumlah 5 orang (16,1%), responden dengan pendidikan terakhir
SMP yaitu sejumlah 8 orang (25,8%), responden dengan pendidikan terakhir
SMA yaitu sejumlah 10 orang (32,3%), responden dengan pendidikan terakhir

41
Diploma/Sarjana yaitu sejumlah 7 orang (22,6%), dan responden dengan
pendidikan terakhir Magister yaitu sejumlah 1 orang (3,2%).
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dibagi menjadi 5
yaitu PNS, Wiraswasta, IRT, Pensiunan, dan Lainnya. Responden dengan
pekerjaan PNS yaitu sejumlah 3 orang (9,7%), responden dengan pekerjaan
Wiraswasta yaitu sejumlah 16 orang (51,6%), responden dengan pekerjaan
IRT yaitu sejumlah 11 orang (35,5%), responden dengan pekerjaan Pensiunan
yaitu sejumlah 1 orang (3,2%), dan responden dengan pekerjaan lainnya yaitu
sejumlah 0 orang (0%). Karakteristik responden berdasarkan pendapatan
dengan rerata 2,097 ± 2,96 juta, pendapatan minimal 0, dan pendapatan
maksimal 15 juta.
Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan responden dibagi
menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Responden dengan pengetahuan
baik yaitu berjumlah 29 orang (93,5%), responden dengan pengetahuan
sedang yaitu berjumlah 0 orang (0%), dan responden dengan pengetahuan
kurang yaitu berjumlah 2 orang (6,5%). Karakteristik responden berdasarkan
sikap responden dibagi menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Responden
dengan sikap baik yaitu berjumlah 31 orang (100%) dan responden dengan
sikap sedang dan kurang yaitu berjumlah 0 orang (0%).
Karakteristik responden berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana
dibagi menjadi 2 yaitu tersedia dan tidak tersedia. Responden seluruhnya
dengan tersedia sarana dan prasarana yaitu berjumlah 31 orang (100%).
Karakteristik responden berdasarkan adanya pengawasan dibagi menjadi 2
yaitu ya dan tidak. Responden dengan ya ada pengawasan yaitu berjumlah 29
orang (93,5%) dan responden dengan tidak ada pengawasan yaitu berjumlah 2
orang (6,5%). Karakteristik responden berdasarkan kepatuhan responden
dibagi menjadi 2 yaitu patuh dan tidak patuh. Responden yang patuh yaitu
berjumlah 29 orang (93,5%) dan responden dengan tidak patuh yaitu
berjumlah 2 orang (6,5%).

42
2. Analisis Bivariat Penelitian di Cilacap
Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan atau tidak antar variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Secara rinci, data hasil penelitian di Cilacap dengan analasis bivariat ditujukan
pada tabel tabel 6.3.

Tabel 4.3 Hasil Analisis Bivariat Penelitian di Cilacap

No Karakteristik Patuh Tidak Patuh p-value

N % N %

1 Jenis Kelamin     0,488*

  a. Laki-laki 15 51,7% 2 100%

   b. Perempuan 14 48,3% 0 0%

4 Pengetahuan 1,000*
a. Baik 28 96,6% 2 100%
d. Sedang 0 0% 0 0%
b. Kurang
1 3,4% 0 0%
5 Sikap -
a. Baik 29 100% 2 0%

b. Sedang 0 0% 0 0%

c. Kurang 0 0% 0 0%
6 Ketersediaan 1,000*
a. Tersedia 28 96,6% 2 100%

b. Tidak tersedia 1 3,4% 0 0%


7 Pengawasan 0,022*
a. Ya 26 89,7% 0 0%
b. Tidak 3 10,3% 2 100%

* Uji Fisher

43
Sumber: Data Primer Terolah

a. Hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan


Pada responden yang patuh sebagian besar berjenis kelamin laki-laki
yaitu sebesar 15 orang (51,7%), sedangkan jenis kelamin perempuan
sebesar 14 orang (48,3%). Pada responden yang tidak patuh seluruhnya
berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 2 orang (100%).
Pada uji chi-square tidak terpenuhi, sehingga digunakan uji Fisher.
Berdasarkan hasil uji Fisher antara variabel jenis kelamin dengan
kepatuhan responden menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara
statistik ditunjukkan dengan nilai p value 0,488 atau p > 0.05.

b. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan


Pada responden yang patuh sebagian besar memiliki pengetahuan yang
baik yaitu sebesar 28 orang (96,6%), sedangkan yang memiliki
pengetahuan kurang sebesar 1 orang (3,4%). Pada responden yang tidak
patuh seluruhnya memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebesar 2 orang
(100%).
Pada uji chi-square tidak terpenuhi, sehingga digunakan uji Fisher.
Berdasarkan hasil uji Fisher antara variabel pengetahuan dengan
kepatuhan responden menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara
statistik ditunjukkan dengan nilai p value 1,000 atau p > 0.05.

c. Hubungan sikap dengan kepatuhan


Pada responden yang patuh seluruhnya memiliki sikap yang baik yaitu
sebesar 29 orang (100%). Pada responden yang tidak patuh seluruhnya
memiliki sikap yang baik yaitu sebesar 2 orang (100%). Pada variabel ini
tidak dapat dianalisis lebih lanjut.
d. Hubungan ketersediaan dengan kepatuhan
Pada responden yang patuh sebagian besar tersedia sarana dan
prasarana yaitu sebesar 28 orang (96,6%), sedangkan yang memiliki tidak

44
tersedia sebesar 1 orang (3,4%). Pada responden yang tidak patuh
seluruhnya tersedia sarana dan prasarana yaitu sebesar 2 orang (100%).

Pada uji chi-square tidak terpenuhi, sehingga digunakan uji Fisher.


Berdasarkan hasil uji Fisher antara variabel pengetahuan dengan
kepatuhan responden menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara
statistik ditunjukkan dengan nilai p value 1,000 atau p > 0.05.
e. Hubungan pengawasan dengan kepatuhan
Pada responden yang patuh sebagian besar ya ada pengawasan yaitu
sebesar 26 orang (89,7%), sedangkan yang memiliki tidak ada
pengawasan sebesar 3 orang (10,3%). Pada responden yang tidak patuh
seluruhnya tidak ada pengawasan yaitu sebesar 2 orang (100%).

Pada uji chi-square tidak terpenuhi, sehingga digunakan uji Fisher.


Berdasarkan hasil uji Fisher antara variabel pengetahuan dengan
kepatuhan responden menunjukkan hubungan yang bermakna secara
statistik ditunjukkan dengan nilai p value 0,022 atau p < 0.05.

3. Analisis Bivariat Penelitian di Jepara


Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan atau tidak antar variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Secara rinci, data hasil penelitian di Jepara dengan analasis bivariat ditujukan
pada tabel tabel 6.4.

Tabel 4.4 Hasil Analisis Bivariat Penelitian di Jepara

No Karakteristik Patuh Tidak Patuh p-value

N % N %

1 Jenis Kelamin     0,484*

  a. Laki-laki 14 48.3% 2 100%


b. Perempuan 15 51,7% 0 0%

45
  
2 Pengetahuan 1,000*
c. Baik 27 93,1% 2 100%
e. Sedang 0 0 0 0%
d. Kurang
2 6,9% 0 0%
3 Sikap -
a. Baik 29 100% 2 0%

b. Sedang 0 0% 0 0%

c. Kurang 0 0% 0 0%
4 Ketersediaan -
a. Tersedia 29 100% 2 100%

b. Tidak tersedia 0 0% 0 0%
5 Pengawasan 0,002*
a. Ya 29 100% 0 0%
b. Tidak 0 0% 2 100%

* Uji Fisher

Sumber: Data Primer Terolah

a. Hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan


Pada responden yang patuh sebagian besar berjenis kelamin
perempuan yaitu sebesar 15 orang (51,7%), sedangkan jenis kelamin laki-
laki sebesar 14 orang (48,3%). Pada responden yang tidak patuh
seluruhnya berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 2 orang (100%).
Pada uji chi-square tidak terpenuhi, sehingga digunakan uji Fisher.
Berdasarkan hasil uji Fisher antara variabel jenis kelamin dengan

46
kepatuhan responden menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara
statistik ditunjukkan dengan nilai p value 0,484 atau p > 0.05.

b. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan


Pada responden yang patuh sebagian besar memiliki pengetahuan yang
baik yaitu sebesar 27 orang (93,1%), sedangkan yang memiliki
pengetahuan kurang sebesar 2 orang (6,9%). Pada responden yang tidak
patuh seluruhnya memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebesar 2 orang
(100%).

Pada uji chi-square tidak terpenuhi, sehingga digunakan uji Fisher.


Berdasarkan hasil uji Fisher antara variabel pengetahuan dengan
kepatuhan responden menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara
statistik ditunjukkan dengan nilai p value 1,000 atau p > 0.05.
c. Hubungan sikap dengan kepatuhan
Pada responden yang patuh seluruhnya memiliki sikap yang baik yaitu
sebesar 29 orang (100%). Pada responden yang tidak patuh seluruhnya
memiliki sikap yang baik yaitu sebesar 2 orang (100%). Pada variabel ini
tidak dapat dianalisis lebih lanjut.
d. Hubungan ketersediaan dengan kepatuhan
Pada responden yang patuh seluruhnya tersedia sarana dan prasarana
yaitu sebesar 29 orang (100%). Pada responden yang tidak patuh
seluruhnya tersedia sarana dan prasarana yaitu sebesar 2 orang (100%).
Pada variabel ini tidak dapat dianalisis lebih lanjut.

e. Hubungan pengawasan dengan kepatuhan


Pada responden yang patuh seluruhnya ya ada pengawasan yaitu
sebesar 29 orang (100%). Pada responden yang tidak patuh seluruhnya
tidak ada pengawasan yaitu sebesar 2 orang (100%).

Pada uji chi-square tidak terpenuhi, sehingga digunakan uji Fisher.


Berdasarkan hasil uji Fisher antara variabel pengetahuan dengan

47
kepatuhan responden menunjukkan hubungan yang bermakna secara
statistik ditunjukkan dengan nilai p value 0,002 atau p < 0.05.

4. Perbandingan Penelitian di Cilacap dan Jepara


Tabel 4.5 Hasil Perbandingan Penelitian di Cilacap dan Jepara

No Karakteristik
p-value

1 Jenis Kelamin 0,801*


2 Pengetahuan 0,557*
3 Sikap 1,000*
4 Ketersediaan 1,000*
5 Pengawasan 0,317*
6 Kepatuhan 0,232*

* Uji Mann Whitney

Berdasarkan hasil uji Mann Whitney perbadingan variabel jenis kelamin,


pengetahuan, sikap, ketersediaan, pengawasan, dan kepatuhan antara 2
kelompok responden di Cilacap dan Jepara menunjukkan tidak adanya
perbedaan antara 2 kelompok tersebut yang bermakna secara statistik
ditunjukkan dengan nilai p > 0.05.

BAB V

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A. Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah


Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data dijelaskan bahwa
pengawasan dari pihak berwenang di Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten

48
Cilacap dan Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara. Dari hasil tersebut maka
dibuat beberapa alternatif pemecahan masalah terkait dengan penyebaran Covid-
19 di masyarakat Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap dan
Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara, yaitu:
1. Melakukan penyuluhan pengawasan pada ketua RT/RW
2. Menyebarkan leaflet mengenai factor predisposisi, pendukung dan
pendorong dengan kepatuhan mengikuti protokol COVID-19.
Pemilihan prioritas pemecahan masalah harus dilakukan karena adanya
berbagai keterbatasan baik dalam sarana, tenaga, dana serta waktu. Salah satu
metode yang dapat digunakan dalam pemilihan prioritas pemecahan masalah
yaitu melalui metode Rinke. Metode ini menggunakan dua kriteria, yaitu
efektivitas dan efisiensi jalan keluar.

B. Penentuan Alternatif Terpilih


Kriteria efektivitas terdiri dari pertimbangan mengenai besarnya masalah
yang dapat diatasi (M), kelanggengan selesainya masalah (I), dan kecepatan
penyelesaian masalah (V). Efisiensi dikaitkan dengan jumlah biaya yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah (C). Skoring efisiensi jalan keluar
adalah dari sangat murah (1), hingga sangat mahal (5).
Tabel 5.1 Kriteria dan Skoring Efektivitas dan Efisiensi Pemecahan
Masalah
Skor M I V C
1 Sangat kecil Sangat tidak Sangat Sangat murah
Berkelanjutan lambat
2 Kecil Tidak berkelanjutan Lambat Murah
3 Cukup besar Cukup berkelanjutan Cukup cepat Cukup murah

49
4 Besar Berkelanjutan Cepat Mahal
5 Sangat besar Sangat berkelanjutan Sangat Cepat Sangat mahal

Prioritas pemecahan masalah pada kasus COVID-19 di Kecamatan


Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap dan Kecamatan Mlonggo, Kabupaten
Jepara.dengan menggunakan metode Rinke adalah sebagai berikut :

Tabel 5.2 Prioritas Pemecahan Masalah Metode Rinke


Efektivitas Efisiensi MIV Urutan
Prioritas
Masalah
No Daftar Alternatif
Jalan Keluar
M I V C C
1. Penyuluhan 4 4 3 1 48 1
pengawasan pada ketua
RT/RW
2. Penyebaran leaflet 4 4 2 2 16 2
mengenai faktor
predisposisi, pendukung
dan pendorong dengan
kepatuhan mengikuti
protokol COVID-19.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis prioritas masalah dengan


menggunakan metode Rinke, maka diperoleh prioritas pemecahan masalah
yaitu penyuluhan pengawasan pada warga sekitar perumahan peneliti di
Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap dan kecamatan Mlonggo,
Kabupaten Jepara melalui ketua RT/RW.

50
BAB VI

PEMILIHAN JALAN KELUAR

A. Latar Belakang

Upaya pembangunan kesehatan merupakan bagian terpenting dari


pembangunan nasional suatu negara terhadap kesehatan suatu bangsa. Tujuan
diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal dan menyeluruh.

Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus


pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei,
Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak
diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus
disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan
sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public
Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC). Penambahan
jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran
antar negara.

Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020, dilaporkan total kasus konfirmasi


414.179 dengan 18.440 kematian (CFR 4,4%) dimana kasus dilaporkan di 192
negara/wilayah. Diantara kasus tersebut, sudah ada beberapa petugas kesehatan
yang dilaporkan terinfeksi. Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan
kasus konfirmasi COVID-19 sebanyak 2 kasus. Sampai dengan tanggal 25 Maret
2020, Indonesia sudah melaporkan 790 kasus konfirmasi COVID-19 dari 24
Provinsi yaitu: Bali, Banten, DIY, DKI Jakarta, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kep. Riau, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan,
Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan,
Lampung, Riau, Maluku Utara, Maluku dan Papua. Wilayah dengan transmisi

51
lokal di Indonesia adalah DKI Jakarta, Banten (Kab. Tangerang, Kota
Tangerang), Jawa Barat (Kota Bandung, Kab. Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok,
Kab. Bogor, Kab. Bogor, Kab. Karawang), Jawa Timur (kab. Malang, Kab
Magetan dan Kota Surabaya) dan Jawa Tengah (Kota Surakarta).

Salah satu penyakit yang masih merupakan suatu permasalahan besar dan
membutuhkan upaya promosi kesehatan secara lebih mulai dari tingkat terendah
adalah penyakit COVID-19. COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia
melalui percikan batuk/bersin (droplet), tidak melalui udara. Orang yang paling
berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien
COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19 jumlah kasusnya terus
meningkat setiap hari dan dapat menyerang segala jenis usia, baik muda maupun
tua dan dapat menyebabkan suatu kematian bagi individu yang terkena. Dengan
adanya pemecahan masalah di perumahan sekitar peneliti di Kecamatan Cilacap
tengah, Kabupaten Cilacap dan Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara.

Berdasarkan temuan dari data terbaru Kota Cilacap dan Jepara pada
Periode Januari sampai April 2020 angka kejadian COVID-19 merupakan
penyakit yang terus meningkat jumlah pasiennya. Maka penting bagi kita untuk
memperhatikan dan mencermati faktor predisposisi,pendukung dan pendorong
dengan kepatuhan mengikuti protokol COVID-19 pada masyarakat di sekitar
perumahan peneliti di Kecamatan Cilacap tengah, Kabupaten Cilacap dan
Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara untuk kemudian bisa mencari alternatif
pengendalian terhadap faktor-faktor tersebut sebagai pemecahan masalah
kesehatan berupa menekan angka prevalensi COVID-19 yang tinggi di tempat
penelitian tersebut.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan analisis kesehatan komunitas tentang faktor predisposisi,
pendukung dan pendorong dengan kepatuhan mengikuti protokol COVID-19

52
di area tempat tinggal peneliti di Kecamatan Cilacap Tengah, Cilacap dan
Kecamatan Mlonggo, Jepara.
2. Tujuan Khusus

a. Memberikan pemahaman tentang faktor predisposisi, pendukung dan


pendorong dengan kepatuhan mengikuti protokol COVID-19 di area
tempat tinggal peneliti di Kecamatan Cilacap Tengah, Cilacap dan
Kecamatan Mlonggo, Jepara.

b. Mengubah perilaku masyarakat mengenai pola hidup bersih, sehat dan


jaga jarak aman ( Social and Physical Distancing) serta tidak keluar
rumah.

C. Bentuk dan Materi Kegiatan

Kegiatan akan dilaksanakan dengan penyuluhan mengenai pengawasan dari


pihak berwenang umtuk menekan angka kejadian COVID-19.

D. Sasaran

Masyarakat yang berada di area tempat tinggal peneliti di Kecamatan Cilacap


Tengah, Cilacap dan Kecamatan Mlonggo, Jepara.

E. Pelaksanaan

1. Personal

Penanggung Jawab : Dr. dr. Nendyah Roestijawati, M. KK

Pembimbing : Dr. dr. Nendyah Roestijawati, M. KK

Pelaksana : Ayu Permatasari

Safrida Nur Hasraeda


Waktu dan Tempat : Bulan Juni 2020
Media : Leaflet dan via grup WA

F. Rencana Evaluasi Program


1. Input
a) Sasaran : Warga di area tempat tinggal peneliti di Kecamatan Cilacap
Tengah, Cilacap dan Kecamatan Mlonggo, Jepara.

53
b) Sumber Daya :Materi pada leaflet dan via grup WA.

2. Proses

a. Keberlangsungan Kegiatan

Evaluasi keberlangsungan kegiatan meliputi antusiasme dari warga di


sekitar perumahan peneliti dalam mengupayakan mengikuti protokol
covid-19.

b. Jadwal pelaksanaan kegiatan

Evaluasi jadwal pelaksanaan kegiatan dinilai dari ketepatan, waktu,


serta alokasi waktu pada saat berlangsungnya acara. Kegiatan
direncanakan berlangsung sejak Bulan Juni 2020 dengan media leaflet
dan penyuluhan via grup WA. Adapun alokasi waktu pembuatan
kegiatan yang akan dilakukan dicantumkan dalam tabel 8.1.

Tabel 6.1 Jadwal Kegiatan

Minggu Durasi Kegiatan

1 1 Minggu Perencanaan Materi


2 1 Minggu Evaluasi Materi yang disiapkan
3 1 Minggu Perencanaan Kegiatan
4 1 Minggu Evaluasi Perencanaan Kegiatan
5 Sejak Juni 2020 Membagikan leaflet

3. Output

Seluruh warga yang menjadi responden peneliti.

54
BAB VII

PELAKSANAAN DAN EVALUASI PROGRAM

A. Pelaksanaan
Kegiatan intervensi dilakukan dengan pemberian leaflet dan penyuluhan
via grup WA. Kegiatan dilakukan dalam bentuk aktif mengenai faktor
predisposisi,pendukung, dan pendorong di area tempat tinggal peneliti di
Kecamatan Cilacap Tengah, Cilacap dan Kecamatan Mlonggo, Jepara.
Pelaksanaan kegiatan dibagi menjadi tahapan-tahapan sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan
a. Perizinan
Perizinan dilakukan secara lisan/tulisan oleh dokter muda kepada ketua
RT/RW dan kepada pembimbing fakultas.

b. Materi

Materi yang disiapkan berupa materi penyuluhan terkait, faktor


predisposisi,pendukung, dan pendorong dengan kepatuhan mengikuti
protokol COVID-19

c. Sarana

Sarana yang dipersiapkan berupa dan materi pada leaflet.dan via grup
WA

2. Tahap Pelaksanaan
a. Judul Kegiatan
“Ayo Patuhi Protokol Covid-19!”
b. Waktu
Sejak Juni 2020.
c. Tempat
Area tempat tinggal peneliti di Kecamatan Cilacap Tengah, Cilacap dan
Kecamatan Mlonggo, Jepara.

55
d. Penanggung Jawab

Dr. dr. Nendyah Roestijawati, M. KK selaku pembimbing lapangan.


e. Pembimbing
Dr. dr. Nendyah Roestijawati, M. KK selaku pembimbing fakultas.
f. Pelaksana
Dokter muda IKM Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman.
g. Peserta
Masyarakat di area tempat tinggal peneliti di Kecamatan Cilacap Tengah,
Cilacap dan Kecamatan Mlonggo, Jepara..
h. Penyampaian Mater
Berupa materi di leaflet dan grup WA.

B. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah melakukan evaluasi mengenai 2 hal, yaitu evaluasi
sumber daya, dan evaluasi proses. Berikut ini akan dijelaskan mengenai hasil
evaluasi masing-masing aspek.
1. Evaluasi sumber daya
Evaluasi sumber daya meliputi evaluasi terhadap 4M, yaitu man, money,
method, material.
a. Man
Pemberi materi penyuluhan di Internet secara umum baik karena
memiliki pengetahuan yang cukup memadai terhadap materi yang
dituliskan dan sumber yang dimiliki merupakan sumber yang dapat
dipercaya.
b. Money
Sumber pendanaan cukup menunjang pelaksanaan kegiatan.

c. Method
56
Metode penyuluhan yang digunakan adalah melalui pemberian materi
secara aktif berupa materi di leaflet.
d. Material
Materi penyuluhan baik karena dilakukan secara mudah dapat dibaca
oleh seluruh masyarakat Tangerang tentang faktor
predisposisi,pendukung, pendorong serta sudah dievaluasi oleh dokter
pembimbing terkait materi yang diberikan berjalan dengan baik.
2. Evaluasi Proses

a. Waktu

Kegiatan dilakukan sejak Juni 2020. Tidak terdapat kendala karena


pemberian leaflet dan penyuluhan pengawasan melalui ketua RT/RE via
grup WA dapat dilakukan kapan saja.
b. Tempat
Area tempat tinggal peneliti di Kecamatan Cilacap Tengah, Cilacap dan
Kecamatan Mlonggo, Jepara.

c. Kegiatan

Kegiatan dilaksanakan Sejak Juni 2020. Proses kegiatan berlangsung


lebih dari 1 bulan dengan kegiatan penyuluhan materi menggunakan
leaflet mengenai faktor predisposisi,pendukung dan pendorong upaya
mengikuti protokol COVID-19.

Metode penyuluhan yang digunakan yaitu dengan metode aktif yang


dilanjutkan dengan penyuluhan. Evaluasi pada metode secara umum baik karena
masyarakat tampak antusias untuk membaca dan mengikuti anjuran.

57
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PERGURUAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN UMUM

Jl. Dr. Gumbreg No. 1 Purwokerto, Telp (0281) 641522

Lembar Informasi dan Kesediaan

Dalam rangka penyusunan Community Health Analysis untuk memenuhi tugas


kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Jurusan Kedokteran Umum Fakultas
Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman. Kami Ayu Permatasari dan Safrida Nur
Hasraeda ingin mengajak Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian kami yang
berjudul “Upaya Meningkatkan Kepatuhan Warga dalam Mengikuti Protokol
COVID-19”, kami sangat mengharapkan saudara untuk menjadi responden dalam
penelitian ini.

A. Tujuan penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kepatuhan warga dalam
mengikuti protokol COVID-19.
B. Keikutsertaan sukarela
Partisipasi Anda dalam penelitian ini adalah sukarela tanpa paksaan untuk
ikut serta dalam penelitian ini. Anda berhak untuk menolak keikutsertaan dan
berhak pula untuk mengundurkan diri dari penelitian ini. Jika Anda memutuskan
untuk tidak berpartisipasi atau mengundurkan diri dari penelitian ini, Anda dapat
melakukannya kapan pun.
C. Durasi lama penelitian, prosedur penelitian, dan tanggung jawab responden

58
Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengisian
lembar kuesioner mengenai identitas diri, pengetahuan dan sikap mengenai
COVID-19, ketersediaan sarana dan prasarana, pengawasan dari pihak berwenang,
kepatuhan mengikuti protokol COVID-19. Kemudian responden dan peneliti akan
melakukan pengisian kuesioner, waktu pengisian kuesioner akan disesuaikan
dengan kesepakatan bersama, apabila Anda memiliki agenda penting yang tidak
dapat ditinggalkan, proses tersebut akan berhenti dan dapat dilakukan kemudian
hari sesuai dengan kesepakatan bersama.
D. Manfaat penelitian
Partisipasi Anda dalam penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk
memberikan informasi tentang Kepatuhan Warga dalam Mengikuti Protokol
COVID-19.
E. Risiko dan ketidaknyamanan
Risiko yang dapat timbul adalah berkurangnya waktu yang dimiliki
responden karena digunakan untuk melakukan prosedur penelitian yang telah
dijelaskan di atas. Kesepakatan waktu dan tempat untuk pengambilan data harus
dilakukan bersama-sama supaya tidak menimbulkan banyak kerugian dari pihak
responden maupun peneliti. Peneliti tidak akan memaksakan waktu responden,
pengumpulan data akan dilaksanakan jika responden memang memiliki waktu
luang yang cukup. Risiko kehilangan privasi atau kerahasiaan dari pengumpulan
data ini dapat pula terjadi. Responden berhak menutupi informasi yang
menurutnya adalah rahasia dan tidak boleh diketahui oleh orang lain. Peneliti akan
menjaga data penelitian sebaik mungkin sehingga risiko hilangnya data atau
menyebarnya data responden tidak akan terjadi. Ketidaknyamanan dalam
penelitian ini yaitu responden akan diminta untuk mengisi data kuesioner yang
telah disiapkan mengenai Kepatuhan warga dalam mengikuti protokol COVID-19.
F. Kompensasi

59
Tidak ada kompensasi ataupun ganti rugi dalam penelitian ini, dikarenakan
pelaksanaan pengumpulan data dilakukan sesuai kesepakatan bersama, sehingga
diharapkan tidak memberikan risiko dan tidak membutuhkan kompensasi tertentu.
G. Kerahasiaan
Kami menjamin kerahasiaan seluruh data dan tidak akan mengeluarkan atau
mempublikasikan informasi tentang data diri Anda tanpa ijin langsung dari Anda
sebagai responden. Hasil data penelitian akan kami tulis dengan kode dan tidak
menunjukkan foto Anda secara langsung. Proses pengambilan foto ini juga akan
dilakukan jika Anda memberikan ijin terlebih dahulu. Data hasil penelitian ini
akan disimpan dalam bentuk softcopy dalam file khusus dan dibuat password
untuk menjaga kerahasiaannya, selain softcopy bentuk hardcopy akan disimpan
dalam stopmap yang akan disimpan dalam rak meja yang terkunci. Data akan
disimpan selama 1 tahun dan setelah itu akan dilakukan pembuangan data dengan
menghapus data.
H. Klarifikasi
Jika Anda memiliki pertanyaan apapun terkait prosedur penelitian, atau
membutuhkan klarifikasi serta tambahan informasi tentang penelitian ini, Anda
dapat menghubungi Ayu Permatasari di nomor 085747213311 / Safrida Nur
Hasraeda di nomor 082138363329
I. Kesediaan
Jika Anda bersedia untuk berpartisipasi, maka Anda dipersilahkan untuk
mengisi biodata yang tertera pada halaman selanjutnya.

60
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PERGURUAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN UMUM

Jl. Dr. Gumbreg No. 1 Purwokerto, Telp (0281) 641522

LEMBAR PERNYATAAN

Saya telah membaca atau dibacakan pada saya, apa yang tertera diatas dan saya telah
diberi kesempatan untuk bertanya sejelas-jelasnya tentang penelitian ini kepada
peneliti. Saya memahami segala sesuatu yang tertera pada naskah diatas mulai dari
tujuan, keikutsertaan sukarela, kerahasiaan, prosedur penelitian, manfaat, risiko,
kompensasi dan ketidaknyamanan dari penelitian ini. Saya yang bertandatangan di
bawah ini :

Nama :...................................................................................................................................

Usia :...................................................................................................................................

Menegaskan keikutsertaan saya untuk berpartisipasi pada penelitian ini.

, ....................................

Tanda tangan Responden,

.....................................................

61
(Nama Lengkap dengan Huruf Balok)

62
KUESIONER UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WARGA DALAM
MENGIKUTI PROTOKOL COVID-19

TAHUN 2020

Waktu dan Tanggal Pengambilan Data

Hari, tanggal :

Jam :

A. Identitas Responden
Nama

Umur

Jenis Kelamin

Alamat

Pendidikan terakhir

Pekerjaan

Pendapatan per kapita

B. Pengetahuan Mengenai COVID-19

1. Apakah bapak/ibu mengetahui apa itu penyakit COVID-19?


a. Ya, sebutkan ………..
b. Tidak
2. Apakah bapak/ibu mengetahui tanda dan gejala apabila terinfeksi COVID-19?
a. Ya, sebutkan ………..
b. Tidak
3. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang cara penularan COVID-19?
a. Ya, sebutkan.........
b. Tidak
4. Apakah bapak/ibu mengetahui cara mencegah infeksi COVID-19?
a. Ya, sebutkan ………..

63
b. Tidak
5. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang bahaya dari COVID-19?
a. Ya, sebutkan ………..
b. Tidak

C. Sikap
No. Pernyataan Setuju Tidak setuju
1. Penggunaan masker dapat mencegah penularan
COVID-19
2. Mengurangi aktifitas di luar rumah, menghindari
kontak dengan orang luar dapat mencegah penularan
COVID-19
3 Menjaga jarak ±1 m dapat mencegah penularan
COVID-19
4. Membiasakan cuci tangan dengan sabun setelah keluar
rumah dapat mencegah penularan COVID-19
5. Melaksanakan ibadah keagamaan dirumah masing-
masing dapat mencegah penularan COVID-19

D. Kepatuhan Mengikuti Protokol

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah bapak/ibu punya kebiasaan cuci tangan setelah
bepergian?
2 Apakah bapak/ibu memakai masker ketika keluar rumah?
3 Apakah bapak/ibu melakukan aktifitas di luar rumah
(belanja, beribadah, kerja) selama masa pandemi?
4 Apakah bapak/ibu melakukan social distancing (menjaga
jarak minimal 1 meter) ketika bertemu dengan orang lain?
5 Apakah bapak/ibu segera mengganti baju/mandi
sesampainya di rumah setelah bepergian?
6 Apakah bapak/ibu rutin membersihkan barang dan
perabotan di rumah?

E. Ketersedian sarana dan prasarana


No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah di rumah bapak/ibu tersedia tempat cuci tangan?

64
2 Apakah di rumah bapak/ibu tersedia sabun untuk mencuci
tangan?

3 Apakah di rumah bapak/ibu tersedia masker?

4 Apakah di dekat rumah bapak/ibu tersedia tempat berobat?

5. Apakah di sekitar rumah bapak atau ibu terdapat poster


tentang cuci tangan yang baik dan benar?

F. Pengawasan dari pihak berwenang


No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah terdapat kontrol dari ketua RT/RW mengenai


kepatuhan menjalankan protokol COVID-19?

2 Apakah terdapat sanksi/denda jika melanggar protokol


COVID-19?

65
CILACAP

1. Analisis Univariat

Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation
Usia 31 42.00 86.00 51.6774 9.68981
Pendapatan 31 .00 25.00 4.2613 5.32670
Valid N
31
(listwise)

Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SMA 9 29.0 29.0 29.0
D3/SARJAN
17 54.8 54.8 83.9
A
MAGISTER 5 16.1 16.1 100.0
Total 31 100.0 100.0

Pekerjaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid PNS 10 32.3 32.3 32.3
Wiraswasta 4 12.9 12.9 45.2
IRT 4 12.9 12.9 58.1
Pensiunan 4 12.9 12.9 71.0
Lainnya 9 29.0 29.0 100.0

66
Total 31 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-laki 17 54.8 54.8 54.8
Perempuan 14 45.2 45.2 100.0
Total 31 100.0 100.0

Pengetahuan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 30 96.8 96.8 96.8
Kurang 1 3.2 3.2 100.0
Total 31 100.0 100.0

Sikap
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 31 100.0 100.0 100.0

Kepatuhan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Patuh 29 93.5 93.5 93.5
Tidak Patuh 2 6.5 6.5 100.0
Total 31 100.0 100.0

67
Ketersediaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tersedia 30 96.8 96.8 96.8
Tidak
1 3.2 3.2 100.0
Tersedia
Total 31 100.0 100.0

Pengawasan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 26 83.9 83.9 83.9
Tidak 5 16.1 16.1 100.0
Total 31 100.0 100.0

2. Analisis Bivariat

Crosstab
Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh Total
Jenis Kelamin Laki-laki Count 15 2 17
% within Jenis
88.2% 11.8% 100.0%
Kelamin
% within Kepatuhan 51.7% 100.0% 54.8%
Perempuan Count 14 0 14
% within Jenis
100.0% 0.0% 100.0%
Kelamin
% within Kepatuhan 48.3% 0.0% 45.2%
Total Count 29 2 31

68
% within Jenis
93.5% 6.5% 100.0%
Kelamin
% within Kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.761a 1 .185
Continuity Correctionb .351 1 .554
Likelihood Ratio 2.516 1 .113
Fisher's Exact Test .488 .292
Linear-by-Linear
1.704 1 .192
Association
N of Valid Cases 31
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .90.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab
Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh Total
Pengetahuan Baik Count 28 2 30
% within
93.3% 6.7% 100.0%
Pengetahuan
% within Kepatuhan 96.6% 100.0% 96.8%
Kurang Count 1 0 1
% within
100.0% 0.0% 100.0%
Pengetahuan
% within Kepatuhan 3.4% 0.0% 3.2%
Total Count 29 2 31
% within 93.5% 6.5% 100.0%
Pengetahuan

69
% within Kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .071 1 .790
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .136 1 .713
Fisher's Exact Test 1.000 .935
Linear-by-Linear
.069 1 .793
Association
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .06.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab
Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh Total
Sikap Baik Count 29 2 31
% within Sikap 93.5% 6.5% 100.0%
% within
100.0% 100.0% 100.0%
Kepatuhan
Total Count 29 2 31
% within Sikap 93.5% 6.5% 100.0%
% within
100.0% 100.0% 100.0%
Kepatuhan

Chi-Square Tests
Value

70
Pearson Chi-
.a
Square
N of Valid Cases 31
a. No statistics are computed
because Sikap is a constant.

Crosstab
Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh Total
Ketersediaan Tersedia Count 28 2 30
% within
93.3% 6.7% 100.0%
Ketersediaan
% within Kepatuhan 96.6% 100.0% 96.8%
Tidak Count 1 0 1
Tersedia % within
100.0% 0.0% 100.0%
Ketersediaan
% within Kepatuhan 3.4% 0.0% 3.2%
Total Count 29 2 31
% within
93.5% 6.5% 100.0%
Ketersediaan
% within Kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .071 1 .790
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .136 1 .713
Fisher's Exact Test 1.000 .935
Linear-by-Linear
.069 1 .793
Association

71
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .06.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab
Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh Total
Pengawasan Ya Count 26 0 26
% within
100.0% 0.0% 100.0%
Pengawasan
% within Kepatuhan 89.7% 0.0% 83.9%
Tidak Count 3 2 5
% within
60.0% 40.0% 100.0%
Pengawasan
% within Kepatuhan 10.3% 100.0% 16.1%
Total Count 29 2 31
% within
93.5% 6.5% 100.0%
Pengawasan
% within Kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 11.117 1 .001
Continuity Correctionb 5.477 1 .019
Likelihood Ratio 8.101 1 .004
Fisher's Exact Test .022 .022
Linear-by-Linear
10.759 1 .001
Association
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .32.

72
b. Computed only for a 2x2 table

73
JEPARA

1. Analisis Univariat

Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation
Usia 31 40.00 69.00 52.3871 8.17589
Pendapatan 31 .00 15.00 2.0968 2.96485
Valid N
31
(listwise)

Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SD 5 16.1 16.1 16.1
SMP 8 25.8 25.8 41.9
SMA 10 32.3 32.3 74.2
D3/SARJAN
7 22.6 22.6 96.8
A
MAGISTER 1 3.2 3.2 100.0
Total 31 100.0 100.0

Pekerjaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid PNS 3 9.7 9.7 9.7
Wiraswasta 16 51.6 51.6 61.3
IRT 11 35.5 35.5 96.8

74
Pensiunan 1 3.2 3.2 100.0
Total 31 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-laki 16 51.6 51.6 51.6
Perempuan 15 48.4 48.4 100.0
Total 31 100.0 100.0

Pengetahuan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 29 93.5 93.5 93.5
Kurang 2 6.5 6.5 100.0
Total 31 100.0 100.0

Sikap
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 31 100.0 100.0 100.0

Kepatuhan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Patuh 29 93.5 93.5 93.5
Tidak Patuh 2 6.5 6.5 100.0
Total 31 100.0 100.0
75
Ketersediaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tersedia 31 100.0 100.0 100.0

Pengawasan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 29 93.5 93.5 93.5
Tidak 2 6.5 6.5 100.0
Total 31 100.0 100.0

2. Analisis Bivariat

Crosstab
Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh Total
Jenis Kelamin Laki-laki Count 14 2 16
% within Jenis
87.5% 12.5% 100.0%
Kelamin
% within Kepatuhan 48.3% 100.0% 51.6%
Perempuan Count 15 0 15
% within Jenis
100.0% 0.0% 100.0%
Kelamin
% within Kepatuhan 51.7% 0.0% 48.4%
Total Count 29 2 31
% within Jenis
93.5% 6.5% 100.0%
Kelamin
% within Kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0%

76
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2.004 1 .157
Continuity Correctionb .468 1 .494
Likelihood Ratio 2.775 1 .096
Fisher's Exact Test .484 .258
Linear-by-Linear
1.940 1 .164
Association
N of Valid Cases 31
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .97.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab
Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh Total
Pengetahuan Baik Count 27 2 29
% within
93.1% 6.9% 100.0%
Pengetahuan
% within Kepatuhan 93.1% 100.0% 93.5%
Kurang Count 2 0 2
% within
100.0% 0.0% 100.0%
Pengetahuan
% within Kepatuhan 6.9% 0.0% 6.5%
Total Count 29 2 31
% within
93.5% 6.5% 100.0%
Pengetahuan
% within Kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0%

77
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .147 1 .701
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .276 1 .599
Fisher's Exact Test 1.000 .873
Linear-by-Linear
.143 1 .706
Association
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .13.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab
Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh Total
Sikap Baik Count 29 2 31
% within Sikap 93.5% 6.5% 100.0%
% within
100.0% 100.0% 100.0%
Kepatuhan
Total Count 29 2 31
% within Sikap 93.5% 6.5% 100.0%
% within
100.0% 100.0% 100.0%
Kepatuhan

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-
.a
Square
N of Valid Cases 31

78
a. No statistics are computed
because Sikap is a constant.

Crosstab
Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh Total
Ketersediaan Tersedia Count 29 2 31
% within
93.5% 6.5% 100.0%
Ketersediaan
% within Kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0%
Total Count 29 2 31
% within
93.5% 6.5% 100.0%
Ketersediaan
% within Kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-
.a
Square
N of Valid Cases 31
a. No statistics are computed
because Ketersediaan is a
constant.

Crosstab
Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh Total
Pengawasan Ya Count 29 0 29
% within 100.0% 0.0% 100.0%
Pengawasan
79
% within Kepatuhan 100.0% 0.0% 93.5%
Tidak Count 0 2 2
% within
0.0% 100.0% 100.0%
Pengawasan
% within Kepatuhan 0.0% 100.0% 6.5%
Total Count 29 2 31
% within
93.5% 6.5% 100.0%
Pengawasan
% within Kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 31.000 1 .000
Continuity Correctionb 16.645 1 .000
Likelihood Ratio 14.831 1 .000
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear
30.000 1 .000
Association
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .13.
b. Computed only for a 2x2 table

80
3. Perbandingan 2 kelompok di Cilacap dan Jepara

Test Statisticsa
Jenis Kelamin Pengetahuan Sikap Kepatuhan Ketersediaan Pengawasan
Mann-Whitney U 465.000 465.000 480.500 480.500 465.000 434.000
Wilcoxon W 961.000 961.000 976.500 976.500 961.000 930.000
Z -.252 -.587 .000 .000 -1.000 -1.194
Asymp. Sig. (2-
.801 .557 1.000 1.000 .317 .232
tailed)
a. Grouping Variable: Kota

81

Anda mungkin juga menyukai