Anda di halaman 1dari 7

RESUME TINDAKAN

TINDAKAN OTOSCOPI

DI PUSKESMAS BATU, KOTA BATU

DOSEN PENGAMPU

ITA YULIANI, SST, M.KEB

DISUSUN OLEH :

KHARIDAH IFFAH

P17310213038

2A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

2023
LEMBAR PENGESAHAN
RESUME TINDAKAN PEMASANGAN OKSIGEN
DI PUSKESMAS MOJOLANGU, KOTA MALANG
Malang, 3 Mei 2023
Mahasiswa

Kharidah Iffah
P17310213038
Mengetahui,

Presepto Klinik Preseptor Akademik

Ita Yuliani, SST, M. Keb


NIP. NIP.
1. Pengertian

Otoskopi adalah prosedur diagnostik untuk memeriksa struktur


dalam telinga menggunakan alat khusus bernama otoskop atau auriskop.
Tujuan utamanya adalah mendiagnosis abnormalitas atau kondisi yang
menyerang telinga, khususnya pada telinga tengah, karena strukturnyayang
bertanggung jawab atas pendengaran dan keseimbangan.

Otoskop memiliki tiga bagian, yaitu kepala, gagang, dan kerucut.


Gagang berguna untuk menggenggam otoskop dan merupakan sumber daya
sinar cahaya yang akan dipancarkan, sedangkan kepala otoskop terdiri dari
bola lampu dan lensa pembesar berdaya rendah. Di sisi lain, kerucut otoskop
adalah bagian yang akan dimasukkan ke saluran telinga. Ukuran otoskop
sangat beragam, mulai dari ukuran besar dengan dinding menjulang dan
bertenanga listrik hingga seukuran genggaman tangan dengan dukungan
baterai. Otoskop hadir dapat dilengkapi dengan lensa monokular dan atau
binokular.

2. Indikasi dan Kontraindikasi


Kondisi atau penyakit yang dapat terdiagnosis melalui prosedur ini,
antara lain:

 Eksim telinga
Kondisi yang ditandai dengan rasa gatal menetap di
dalam telinga dan peradangan di dalam telinga. Saluran
telinga akan tampak kering dengan dinding yang
berkerak.

 Otitis media atau infeksi telinga


Kondisi yang ditandai dengan peradangan telinga dalam
karena infeksi bakteri. Saluran telinga membengkak,
sehingga menimbulkan nyeri menetap dan membuat
kemampuan mendengar menurun. Kondisi ini pun sering
kali menyebabkan pelepasan cairan yang berupa
campuran nanah dan darah.

 Kondisi yang menyerang gendang telinga atau


membran timpanik
Kondisi ini dapat terdiagnosis oleh melalui versi otoskopi
pneumatic, yang dilakukan dengan memberikan tekanan
untuk menentukan bagaimana membran timpanik
bergerak. Gendang telinga yang tidak bergerak
menandakan adanya efusi di telinga tengah.

Prosedur ini juga dapat dilakukan untuk menggambarkan dan


membersihkan kotoran telinga atau serumen. Beberapa jenis otoskop
memungkinkan penggantian lensa dengan perangkat khusus yang dapat
digunakan tidak hanya untuk membersihkan kotoran telinga, namun benda
asing yang terjebak di saluran telinga.
Selain dikenal sebagai prosedur yang sangat sederhana, otoskopi
dilakukan secara rawat jalan atau di klinik saja, dan dokter mampu membuat
diagnosis di hari yang sama. Prosedur ini menimbulkan nyeri ringan hingga
tanpa nyeri, dan dengan diagnosis yang cepat, pasien pun diberi resep obat
sebelum meninggalkan klinik.

Kontraindikasi otoscopy adalah rasa nyeri pada telinga yang


diakibatkan oleh laserasi atau cedera lainnya, yang akan mengganggu
pemeriksaan dan dapat melukai pasien. Pada kondisi tersebut,
sebaiknya otoscopy tidak dilakukan.
Kontraindikasi relatif otoscopy adalah pasien berusia anak-anak
yang tidak kooperatif dan tidak bisa tenang, bahkan setelah anak tersebut
telah dibantu dipegang oleh orang tua atau wali. Pasien seperti ini berisiko
tinggi mengalami trauma.
Riwayat operasi telinga bukan merupakan kontraindikasi otoscopy.
Namun, otoscopy pada pasien seperti ini harus dilakukan dengan lebih hati-
hati dan lembut. Pasien pascaoperasi telinga biasanya mengalami
kecemasan tentang prosedur serta lebih mungkin untuk bergerak-gerak
selama prosedur

3. Persiapan Pasien
Sebelum otoscopy, anamnesis harus dilakukan untuk mengetahui
keluhan pada telinga, terapi untuk telinga yang sedang diterima, dan riwayat
operasi telinga sebelumnya. Hal relevan lain mengenai keluhan telinga
pasien juga perlu ditanyakan saat anamnesis.
Pemeriksa menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
atau wali yang bertanggung jawab terhadap pasien. Pasien diinstruksikan
untuk segera memberi tahu pemeriksa bila merasa tidak nyaman atau nyeri
saat pemeriksaan. Persetujuan akan pemeriksaan biasanya didapatkan secara
verbal dari pasien atau wali. Bila ada artefak seperti alat bantu pendengaran
yang bisa mengganggu pemeriksaan, alat perlu dilepaskan terlebih dahulu.

4. Persiapan Petugas
- Informed consent
- Cuci tangan dan pakai sarung tangan non-steril

5. Persiapan Lingkungan dan alat


A. Lingkungan
Pastikan privasi pasien terjaga
B. Alat
1. Sarung tangan nonsteril

2. Otoscope

3. Baterai ekstra

4. Spekulum telinga dengan berbagai ukuran

6. Prosedur Tindakan
1. Cuci tangan dan pakai sarung tangan nonsteril
2. Pasien dan pemeriksa berada dalam posisi duduk dengan ketinggian
sejajar

3. Lakukan pemeriksaan fisik telinga luar, mulai dari pinna, meatus


akustikus eksternus, dan kulit kepala sekitar telinga. Pada tahap ini, alat
magnifikasi tidak diperlukan, meskipun sumber cahaya tambahan kadang
dibutuhkan

4. Pastikan lampu otoscope menyala dan pasang spekulum steril. Pilih


spekulum dengan ukuran terbesar yang dapat masuk ke dalam meatus
auditori eksternal tanpa menimbulkan tahanan atau rasa nyeri pada pasien

5. Palpasi tragus untuk mengidentifikasi nyeri yang mungkin dialami pasien

6. Tarik pinna aurikula ke posterior dan superior menggunakan tangan


pemeriksa yang kontralateral dengan telinga yang sedang diperiksa. Jika
memeriksa telinga kanan, tarik pinna menggunakan tangan kiri, begitu
pula sebaliknya. Penarikan bertujuan untuk meluruskan kartilago dari
KAE pasien. Pada anak-anak, pinna aurikula ditarik ke posterior dan
inferior untuk meluruskan KAE

7. Pegang otoscope menggunakan tangan yang ipsilateral dengan telinga


yang diperiksa. Apabila sedang memeriksa telinga kanan,
pegang otoscope dengan tangan kanan, begitu pula sebaliknya.
Pegang otoscope seperti memegang pensil dengan jari telunjuk dan jari
tengah. Letakkan tangan atau jari kelingking pada pipi pasien agar stabil.
Posisi ini bertujuan mencegah cedera pada telinga pasien apabila terjadi
gerakan tiba-tiba

8. Masukkan otoscope secara perlahan ke dalam meatus akustikus eksternus


melalui rambut-rambut pada meatus akustikus eksternus, sambil
mengintip melalui otoscope dengan ujung spekulum mengarah ke hidung
pasien

9. Sebisa mungkin, posisikan spekulum di tengah KAE untuk mencegah


iritasi pada dinding KAE. Spekulum dapat digerakkan ke berbagai sudut
dengan perlahan untuk melihat keseluruhan KAE dan membran timpani
10. Lakukan penilaian KAE dan membran timpani. Jika penilaian membran
timpani terhalang serumen, lakukan irigasi telinga dulu
sebelum otoscopy dilanjutkan.

11. Apabila pasien telah melalui operasi canal wall mastoid, lakukan juga
penilaian pada seluruh kavitas mastoid dan membran timpani yang tersisa

12. Tarik otoscope keluar secara perlahan

13. Ganti spekulum, lalu lakukan pemeriksaan yang sama pada telinga
kontralateral. Spekulum yang sama tidak boleh digunakan pada telinga
ke-2 untuk mencegah penyebaran infeksi antar telinga

14. Buang semua alat sekali pakai sesuai prosedur pembuangan barang
infeksius dan dekontaminasi alat lainnya

15. Cuci tangan setelah prosedur selesai

16. Dokumentasikan temuan pada pemeriksaan otoscopy

Anda mungkin juga menyukai