Anda di halaman 1dari 14

OSCE UNAS THT-KL LI MALANG

Tanggal 29 April 2019

1. Seorang anak umur 15 th, terkena pukul temannya dan mengeluh hidung kiri
tersumbat. Lakukan tindakan reposisi os nasal tertutup (dr. Trimartani)

PROSEDUR REPOSISI FRAKTUR HIDUNG


(CLOSED REDUCTION)
Kegiatan / langkah klinik
NO
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
 Identitas
 Diagnosis
1.  Informed Choice & Informed Consent
 Rencana Tindakan
 Persiapan Sebelum Tindakan
II. PERSIAPAN PROSEDUR REPOSISI HIDUNG
1. Cuci tangan, memakai baju operasi dan lampu kepala.
Tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah wajah pasien dan sekitarnya dengan
2.
menggunakan povidon iodine atau antiseptik lainnya.
3. Pasang kain penutup operasi steril pada pasien, kecuali di area operasi.
Posisi pasien:
4.  Duduk atau setengah duduk bila tindakan dilakukan dalam anestesi lokal
 Berbaring bila tindakan dalam anestesi umum
Anestesi:
 Pasang tampon hidung atau spray yang berisi dekongestan - anestetik topikal.
5.  Larutan lidocain 1% dengan 1: 100.000 epinefrin disuntikkan intranasal di
antara kartilago upper dan lower lateral dan diteruskan subkutaneus sampai ke
atas tulang di kedua sisi.
III. PROSEDUR REPOSISI
1. Umumnya fraktur dapat direduksi menggunakan tekanan ibu jari operator
Pada fraktur yang comminuted atau displaced ke arah medial, elevator Freer atau
Ballenger dimasukkan secara hati-hati ke dalam kavum nasi untuk mendorong
2. fragmen ke posisi semula sementara jari telunjuk dan ibu jari dari tangan yang
lain berada di dorsum nasi untuk merasakan apakah fraktur sudah tereduksi dan
berada pada posisinya semula
3. Meluruskan fraktur menggunakan Asch forsep, bila diperlukan
Memasang tampon intranasal bila setelah reduksi, fragmen yang comminuted
4.
cenderung untuk kembali jatuh ke kavum nasi
5. Memasang splint ekstra nasal

Note: Perhatikan cuman yang dipake (Asch dan walsham), jangan terbalik….

Created: dr. Suyanti (Universitas Sriwijaya)


2. Lakukan prosedur trakeostomi dengan anestesi lokal (dr. Aminudin)

PROSEDUR TRAKEOSTOMI
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
 Identitas
 Diagnosis
 Informed Choice & Informed Consent
 Rencana Tindakan
 Persiapan sebelum tindakan

II. PERSIAPAN PROSEDUR


1. Memakai topi, masker, cuci tangan, baju operasi dan sarung tangan.
2. Alat telah dipersiapkan dan dalam keadaan steril. Balon kanul dipastikan tidak bocor.
3. Posisi kepala ekstensi maksimal dan bahu diganjal.
4. Melakukan aseptik & antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya dengan
menggunakan povidon iodin/antiseptik lainnya.
5. Pasang kain penutup operasi steril pada pasien, kecuali di daerah operasi.
III. PROSEDUR
1. Identifikasi trakea, kartilago tiroid, kartilago krikoid dan insisura sternalis. Tentukan
letak insisi kulit pertengahan antara kartilago krikoid dan insisura sternalis.
2. Anestesi lokal kulit tempat insisi.
3. Insisi kulit sampai ke subkutis secara vertikal, diteruskan sampai menembus fascia,
lalu dipasang retraktor.
4. Memisahkan strap muscle secara tumpul di tengah (midline).
5. Bila trakea terhalang isthmus tiroid, dapat disisihkan ke atas atau bawah atau
dipotong setelah di klem kanan dan kiri.
6. Identifikasi trakea dengan aspirasi menggunakan spuit yang diisi cairan, sehingga
tampak bubble.
7. Membuat insisi trakea berbentuk inferior Bjork flap (U terbalik).
8. Insersi kanul trakeostomi secara avue (hindari false route).
9. Kontrol untuk memastikan tidak ada false route. Pasang anak kanul.
10. Fiksasi, mengembangkan cuff dan memasang kasa mengelilingi stoma memasang tali
dengan melakukan fleksi kepala.
11. Evaluasi komplikasi dengan melakukan pemeriksaan fisik daerah leher, bila curiga
komplikasi, dilakukan rontgen thorax.
IV. PASCA OPERASI
1. Evaluasi tanda vital dan tanda-tanda komplikasi
2. Jaga kelembaban, evakuasi sekret via kanul seefektif mungkin
3. Penderita dan keluarga diedukasi cara perawatan kanul dan anak kanul serta tindakan
pertama bila kanul buntu total atau salah posisi.
4. Pemberian antibiotik dan analgetik segera setelah operasi.
5. Balon dikempiskan dalam 24 jam.

Created: dr. Suyanti (Universitas Sriwijaya)


3. Seorang guru TK mengeluhkan suara serak (Prof. Mochtar, dr. Dewa agung)

LISAN
1. Anamnesa apa yg ditambahkan:
- Sudah berapa lama seraknya?
- Apakah ada gangguan menelan?
- Riwayat kebiasaan merokok dan minum alkohol?
- Adakah sesak nafas?
- Adakah rasa menganjal?

2. Pemeriksaan yg dilakukan
- Pemeriksaan THT umum
- Larigoskopi indirek
- FOL

(Dikasih gambar tele: tampak nodul bilateral di 1/3 anterior pita suara)
3. Diagnosa Banding
- Nodul pita suara
- Kista pita suara
- Polip pita suara
- Reinke edema
- Laryngitis TB
- Papiloma laring

4. Diagnosa
Nodul pita suara

4. Saat ini banyak kasus KNF di daerah anda. Sebutkan masing-masing 2 Pencegahan
primer, sekunder dan tersier, dan tanda/ gejala dini KNF
SHORT ANSWER
Pencegahan Primer
- Konsumsi makanan sehat dan bergizi
- Hindari kebiasaan mengkonsumsi makanan pengawer, makanan yang diasap,ikan
asin
- Berhenti merokok
Pencegahan Sekunder
- Segera memeriksakan ke dokter apabila terdapat keluhan benjolan dileher
- Diagnosis dan tatalaksana KNF sedini mungkin sesuai dengan stadium
Pencegahan Tersier
- Sosialisasi melalui penyuluhan atau seminar awam tentang gejala dan tanda dini
KNF
- Penemuan vaksin EBV
Tanda/ Gejala dini KNF
- Tinitus, telinga terasa penuh dan penurunan pendengaran
- Hidung tersumbat, epitaksis

Created: dr. Suyanti (Universitas Sriwijaya)


5. Seorang anak tertelan koin 8 jam SMRS. Keadaan umum lemah, mata cekung,
turgor menurun. VS : N: 136 X/mnt, RR 32x/mnt T: 37,6 (Prof. Ira, dr. Susiana
Tamim)

LISAN
1. Anamnesa apa yg ditambahkan:
- Apakah ada batuk tiba saat tertelan?
- Apakah ada rasa menganjal?
- Apakah ada muntah?
- Apakah ada sesak nafas?
- Apakah ada drooling?

Note: kenapa bisa terjadi sesak?


Karena benda asing (koin) menekan trakea dibagian posterior (kartilago trakea
berbentuk C, dibagian posterior tidak ada kartilago sehingga daerah yang lemah)
menyebabkan sumbatan jalan nafas

2. Pemeriksaan yang diperlukan


- Rontgen cervico thorakal AP lateral

3. Diagnosis dan alasannya


- Dehidrasi sedang berat + Benda asing (koin) esofagus

4. Tatalaksana yang dilakukan


- Rehidrasi
- Esofagoskopi rigid dalam anestesi umum

6. Ibu siti, 50 th, bekerja di pabrik, mengeluhkan penurunan pendengan.


Lakukan audiometri nada murni (dr. Wijana)

PROSEDUR AUDIOMETRI NADA MURNI


I. TAHAP PERSIAPAN PEMERIKSAAN AUDIOMETRI NADA MURNI
 Ruang kedap suara dengan ukuran minimal 1x1 meter
 Siapkan seperangkat audiometri terdiri dari:
1. Sepasang headphone (untuk air conduction)
2. Vibrator (untuk bone conduction)
3. Tombol respon
 Formulir audiogram
 Spidol merah dan biru
II. TAHAP PEMERIKSAAN AUDIOMETRI NADA MURNI
 Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan
 Tanyakan kepada pasien keadaan berat ringannya keluhan di antara kedua
telinga, yang lebih ringan lebih dulu diperiksa

Created: dr. Suyanti (Universitas Sriwijaya)


 Atur posisi duduk pasien ke arah sudut 30o membelakangi pemeriksa
 Putar switch power untuk menghidupkan audiometer
 Atur tombol-tombol pengoperasian alat
 Pasang headphone tepat di depan liang telinga
 Berikan perintah sederhana, jelas pada pasien, untuk memencet tombol respon
apabila mendengar nada/bunyi sekecil apa pun
 Lakukan pemeriksaan dari telinga yang keluhannya lebih ringan
 Dilakukan pemeriksaan hantaran udara (AC) dimulai dari frekuensi 1000 Hz
dengan memberi sinyal pada intensitas 40 dB, kemudian naik tiap 5 dB, atau
diturunkan tiap 10 dB sampai memperoleh ambang dengar.
 Berikan secara ireguler pada setiap pemberian nada sebanyak 2-3 kali rangsangan
 Selanjutnya frek. 2000 Hz, 3000 Hz, 4000 Hz, 6000 Hz, 8000 Hz, kembali ke
1000 Hz kemudian periksa frek. 500 Hz dan 250 Hz (untuk hantaran udara)
 Bila ada perbedaan 20 dB atau lebih antara 2 frekuensi, cek pada frek. ½ oktaf
(hindari standing wave)
 Hal yang sama dilakukan untuk telinga lainnya
 Catat hasil tes pada formulir audiogram, dengan simbol(0) menggunakan spidol
merah untuk telinga kanan dan simbol (X) menggunakan spidol biru untuk
telinga kiri. Hubungkan dengan garis tegas hingga membentuk grafik.
 Lakukan pemeriksaan hantaran tulang atau BC bila ambang dengar hantaran
udara meningkat dengan cara:
1. Ganti headphone dengan bonefibrator
2. Pasang bonefibrator pada os mastoid dengan sedikit penekanan
3. Lakukan pemeriksaan dengan cara yang sama pada hantaran udara hanya
frekuensi dan intensitas terbatas yaitu: 500Hz, 1000Hz, 2000Hz, 4000Hz dan
intensitasnya hanya sampai 60-85 dB.
4. Catat respon pasien pada formulir audiogram dengan menggunakan simbol
(>) untuk telinga kiri dan (<) untuk telinga kanan, hubungkan dengan titik-
titik hingga membentuk grafik.
 Dokumentasi hasil audiogram ke dalam formulir audiogram

Note: Saat ujian prosedur dilakukan tidak sampai selesai.. beliau hanya meminta
dilakukan pemeriksaan hantaran udara dan tulang pada 1 frekuensi.
Setelah itu kita disuruh membuat audiogram dari frekuensi dan intensitas yang udah
ada (belajar tanda dan symbol audiogram)

Created: dr. Suyanti (Universitas Sriwijaya)


7. Laki2, datang ke IGD setelah ada luka.
a. Lakukan aseptik antiseptik, wrapping
Dari sentral ke perifer secara sentrifugal, jangan lupa pasang doek steril
b. Lakukan jahit interuptus
Belajar pasang benang ke jarum secara manual

PROSEDUR BSS
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
 Identitas
 Diagnosis
 Informed Choice & Informed Consent
 Rencana Tindakan
 Persiapan sebelum tindakan

II. PERSIAPAN PROSEDUR BSS


1. Memakai topi, masker, cuci tangan, baju operasi dan sarung tangan.
2. Mempersiapkan alat-alat steril (spuit, lidocain, NaCl, kasa, povidon iodin, benang jahit,
needle holder, pinset, gunting, kasa antibiotik, plester)
3. Melakukan aseptik & antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya dengan
menggunakan povidon iodin/antiseptik lainnya
4. Pasang kain penutup operasi steril pada pasien, kecuali di daerah operasi
III. PROSEDUR BSS
1. Menentukan tipe luka, tentukan jenis benang.
2. Dilakukan infiltrasi tepi luka dengan lidocain menggunakan spuit disposable 3cc
3. Pembersihan luka.
4. Pada prosedur penjahitan luka, tepi luka dipegang menggunakan pinset bergigi
menggunakan tangan kiri. Selama melakukan penjahitan, pinset tidak dilepas dan
kemudian diambil kembali, pinset tetap di tangan kiri dengan menjepitnya menggunakan
jari manis dan kelingking sehingga ibu jari dan telunjuk dan jari tengah bebas bekerja.
5. Jarum dipegang dengan needle holder pada 1/3 pangkal.
6. Penjahitan interuptus:
Linear: dimulai dari tengah luka dan dilanjutkan setiap pertengahan luka atau insisi yang
tersisa
Elips: dimulai dari tepi luka di kedua sisi menuju ke tengah luka.
 Arah jarum tegak lurus dengan permukaan kulit dan juga sayatan kulit
 Jarak masuk dan keluarnya jarum dari tepi sayatan sama dengan dalamnya jaringan
yang diambil (x) dan jarak antar jahitan sama dengan 2x jarak tersebut
o Matras vertikal
 Jarum dimasukkan dengan gerakan forehand, posisi needle holder pronasi, menusuk
dan mengambil jarum dalam posisi mid position pada posisi luka sebelahnya.
kemudian jarum diputar pada posisi backhand, dimasukkan sejajar tepi luka dan
keluar pada sisi berseberangan berjarak dari tepi luka. Benang ditarik dan diakhiri
dengan reef knot.
o Matras horizontal
 Jarum dimasukkan dengan gerakan forehand, posisi needle holder pronasi, arah
jarum tegak lurus dengan permukaan kulit dan sayatan kulit. Menusuk dan
mengambil jarum dalam posisi pronasi  kemudian jarum diputar pada posisi
backhand, dimasukkan berjarak x dan sejajar tepi luka keluar dari sisi

Created: dr. Suyanti (Universitas Sriwijaya)


berseberangan berjarak x dari tepi luka. Benang ditarik dan diakhiri dengan reef
knot.
o Penjahitan dengan teknik continuous (jelujur) dimulai dari tepi luka, jahitan I = jahitan
interuptus.
 Setelah simpul I, sisa benang (panjang) dipegang oleh asisten dengan jarak < 1
jengkal dari lapangan operasi
 Jarum masuk dengan gerakan forehand, diambil dengan posisi mid position, benang
ditarik selanjutnya dipegang oleh asisten dan operator langsung melakukan jahitan
berikutnya dengan gerakan forehand
7. Pembuatan simpul, benang dari atas ditarik ke bawah dan benang dari bawah ditarik ke
atas. Simpul berada di tepi luka.
8. Luka ditutup dengan kasa antibiotik, tutup dengan kasa steril direkatkan dengan hipafix.

8. Seorang laki2, 35 th, mengeluh hidung keluar ingus kehijauan dan berbau, keluhan
dirasakan kurang lebih 3 minggu. Terutama dari hidung kanan ( ada ro SPN, dan
telenasoendoskopi)

SHORT ANSWER
1. Anamnesa apa yg ditambahkan:
- Apakah ada hidung tersumbat?
- Apakah ada hidung meler dan rasa dahak mengalir kebelakang?
- Apakah ada gangguan penghidu
- Apakah ada nyeri sekitar wajah?
- Apakah ada demam?
- Apakah ada sakit gigi?

2. Diagnosis
- Rinosinusitis Bakterial Akut

3. Penatalaksanaan
- Cuci hidung 3 kali sehari
- Antibiotic: amoksisilin klavulanat 3 kali 1
- Antihistamine: cetirizine 1 kali 10mg
- Mukolitik: ambroksol 3 kali 30 mg
- Nasal steroid 2 puff per 24 jam

4. Komplikasi yang mungkin terjadi


- Komlikasi orbita: selulitis preseptal, selulitis orbita, abses subperiosteal, abses
orbita dan thrombosis sinus kavernous
- Komplikasi intrakranial: meningitis, epidural abses, abses subdural, abses serebri,
thrombosis

Created: dr. Suyanti (Universitas Sriwijaya)


9. Seorang wanita, 35 th, keluhan hidung meler ingus encer, bersin, mengganggu tidur,
lebih dari 6 minggu (dr. Kartono, dr. Endang)

LISAN
1. Anamnesa apa yg ditambahkan:
Anamnesis dimulai dengan riwayat penyakit secara umum dan dilanjutkan dengan
pertanyaan yang lebih spesifik meliputi gejala di hidung termasuk keterangan mengenai
tempat tinggal / kerja dan pekerjaan penderita.
Gejala-gejala rinitis alergi yang perlu ditanyakan adalah :
- Bersin (lebih dari 5 kali setiap kali serangan), rinore (ingus bening encer)
- Hidung tersumbat (menetap/ berganti-ganti), gatal di hidung, tenggorok, langit-langit
atau telinga.
- Kadang disertai : Mata gatal, berair atau kemerahan, hiposmia / anosmia, posterior
nasal drip atau batuk kronik
Frekuensi serangan, beratnya penyakit, lama sakit, intermiten atau persisten.
Pengaruh terhadap kualitas hidup seperti adakah gangguan terhadap pekerjaan, sekolah,
tidur dan aktifitas sehari-hari.
Komorbid di organ lain sebelum atau bersamaan dengan rinitis alergi
Rinosinusitis, asma bronkhial, eosinofilik otitis media, hipertrofi tonsil adenoid,
dermatitis atopik, urtikaria, alergi makanan
Riwayat atopi di keluarga
Apakah ada anggota keluarga (ayah, ibu, saudara sekandung) yang pernah menderita
salah satu penyakit alergi tersebut diatas (Riwayat atopik keluarga).
Faktor pemicu timbulnya gejala rinitis alergi
Lingkungan misalnya polutan, asap rokok, udara dingin, polutan, bau kimia seperti
parfum, bau deodoran dan olah raga. Selain itu terdapat juga hipersensitifitas dan
hiperesponsif.
Riwayat pengobatan dan hasilnya
Efektifitas obat yang dipergunakan sebelumnya dan macam pengobatan yang sudah
diterima dan kepatuhan berobat

2. Pemeriksaan fisik dan penunjang


Pemeriksaan fisik
- Rinoskopi anterior menggunakan cahaya yang cukup dan spekulum hidung
Perhatikan adanya edem dari konka inferior / media yang diliputi sekret encer
bening, mukosa pucat. Keadaan anatomi hidung lainnya seperti septum nasi.
Perhatikan pula kemungkinan adanya polip nasi.
- Nasoendoskopi (bila fasilitas tersedia)
Pemeriksaan ini dapat menilai patologi hidung dan sinus paranasalis yang tidak
terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior. Dapat menggunakan endoskopi tipe
rigid atau flexible. Gambaran konka inferior livid/ pucat dan dapat juga ditemukan
konka yang hipertrofi.
- Terdapat tanda khas penderita rinitis alergi:
- Allergic shinner: warna kehitaman pada orbita dan palpebral
- Nasal crease/linea nasalis: Penebalan serta timbulnya skar pada hidung
- Allergic shalutte: biasanya terdapat pada anak, hal ini karena anak mencoba
mengurangi rasa gatal di hidung.

Created: dr. Suyanti (Universitas Sriwijaya)


Pemeriksaan Penunjang
Pertimbangkan keadaan / kondisi di seluruh R.S
Tes Kulit Tusuk (Prick test)
- Intradermal skin test / Skin End Point Titration Test (bila tersedia)
- IgE serum spesifik ( mahal )
- IgE serum total (kurang bermanfaat), nilai normal dewasa 100 – 150 IU/ml
- Pemeriksaan sitologis hidung, bila diperlukan untuk :
a. Menentukan antara alergi / non alergi dan rinitis akibat infeksi
b. Menindak lanjuti respons terhadap terapi
c. Melihat sel eosinofil, basofil dan sel mast
Pemeriksaan ini lebih sering dilakukan untuk keperluan penelitian.
- Test provokasi hidung/ nasal challenge test (bila tersedia), dilakukan bila ada keraguan
dan kesulitan dalam mendiagnosis rinitis alergi, dimana riwayat rinitis alergi positif,
tetapi hasil tes alergi selalu negatif.
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut :
- Untuk mendiagnosis rinitis okupasi
- Untuk mendiagnosis rinitis alergi lokal
- Untuk penelitian.
- Foto polos sinus paranasal : bila ada indikasi keterlibatan sinus paranasal
- CT Scan / MRI sinus paranasal : atas indikasi, dilakukan bila :
a. Untuk menentukan adakah komplikasi seperti rinosinusitis
b. Tidak ada respons terhadap terapi
c. Direncanakan tindakan operatif

3. Diperlihatkan hasil SPT, edukasi hasil

SPT positif bila hasil sama dengan atau lebih besar dari kontol positif
histamin (>3mm)

4. Diagnosis dan Tatalaksana berdasarkan ARIA


- Rhinitis Alergi persisten sedang berat

Created: dr. Suyanti (Universitas Sriwijaya)


10. Lakukan prosedur pemasangan tampon belloq (dr. Rus)

PROSEDUR
PEMASANGAN TAMPON ANTERIOR DAN POSTERIOR
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
• Identitas
• Diagnosis
• Informed Choice & Informed Consent
• Rencana Tindakan
• Persiapan sebelum tindakan
II. PROSEDUR PEMASANGAN TAMPON ANTERIOR
1. Memegang spekulum hidung dengan cara: ibu jari pada joint, jari telunjuk diletakkan
pada dorsum hidung dan jari lainnya pada batang spekulum untuk memegang.
2. Masukkan spekulum ke nostril kiri/kanan, spekulum harus selalu terbuka dan
diarahkan ke superior dan jangan ke lantai hidung. Inspeksi akan lebih baik dengan
menekan puncak hidung.
3. Berikan anestesi topikal untuk menekan rasa tidak nyaman, risiko apnea, bradikardi,
dan hipotensi yang diakibatkan blocking the nasal-vagal reflex. Tampon kapas yang
telah diberi larutan pantocain 1%/lidocain (dengan/tanpa 1-2 tetes larutan epinefrin

Created: dr. Suyanti (Universitas Sriwijaya)


1:1.000) dimasukkan ke rongga hidung selama 3-5 menit.
4. Evaluasi sumber perdarahan setelah tampon kapas dibuka.
5. Pasang tampon hidung anterior yang telah dilapisi vaselin atau salep antibakteri ke
dalam rongga hidung.
6. Tampon dipasang dengan cara berlapis-lapis (layering) mulai dari dasar hidung ke
koana di belakang sampai setinggi konka media di atas. Atau menggunakan tampon
yang dimasukkan ke dalam handscoon dan dipasang dalam kavum nasi.
7. Perhatikan:
- Waktu memasang tampon tidak boleh mengenai kolumela dan septum nasi 
mudah trauma.
- Ujung tampon tidak boleh ada yang keluar ke orofaring ataupun terlihat di
orofaring di belakang palatum mole, hal ini dapat menyebabkan iritasi, rasa tidak
nyaman pada pasien dan akan berbahaya bila tampon sampai ke saluran aerodigestif
dan dapat menyebabkan komplikasi.
- Tampon dipasang secukupnya, tidak boleh terlalu padat karena dapat
menyebabkan komplikasi.
8. Setelah tampon terpasang dengan baik di dalam rongga hidung, dilanjutkan dengan
memasang kasa dan plester di anterior untuk menahan tampon supaya tidak keluar.
9. Pada pemasangan tampon hidung bilateral:
- Bila perlu berilah oksigen yang telah dihumidifikasi.
- Penderita harus diobservasi.
10. Berilah antibiotik spektrum luas selama pemasangan tampon.
11. Tampon hidung anterior dipertahankan selama 2x24jam, bila setelah dilepas
epistaksis masih ada, lakukan kembali pemasangan tampon hidung anterior.
12. Bila epistaksis masif lanjutkan dengan pemasangan tampon posterior, pasang infus
dan transfusi sesuai indikasi.
III. PROSEDUR PEMASANGAN TAMPON POSTERIOR
1. Berikan anestesi lokal pada hidung/orofaring (larutan anestesi dengan/tanpa larutan
adrenalin).
2. Masukkan Nelaton kateter melalui lubang hidung sampai terlihat di orofaring dengan
cara pasien membuka mulut dengan bantuan spatula lidah, lalu ditarik keluar dari
mulut.
3. Pada ujung kateter ini dikaitkan 2 benang tampon bellocq tadi, kemudian kateter
ditarik kembali melalui hidung sampai benang keluar dan dapat ditarik. Tampon perlu
didorong dengan bantuan jari telunjuk untuk dapat melewati palatum mole masuk ke
nasofaring.
-Atau masukkan Nelaton kateter melalui lubang hidung sampai terlihat di orofaring,
menggunakan spatula lidah. Isi balon dengan udara atau cairan secukupnya (antara 2
– 3 cc). Nelaton ditarik kembali lewat hidung perlahan-lahan sampai dirasakan
menyangkut di nasofaring, di belakang koana posterior dan tidak keluar atau
meluncur ke kavum nasi
4. Perhatikan adakah refleks naso vagal.
5. Setelah tampon posterior terpasang dengan baik, pasang tampon anterior.
6. Kedua benang yang keluar dari hidung diikat pada sebuah gulungan kain kasa di
depan nares anterior, supaya tampon yang terletak di nasofaring tetap di tempatnya.
Benang lain yang keluar dari mulut difiksasi longgar di pipi.
-Atau Nelaton kateter yang di depan hidung difiksasi dengan gulungan kasa kecil.
7. Pasien diberi antibiotik spektrum luas, dirawat inap dan diawasi tanda-tanda refleks
vagal terutama ke arah jantung/kardiovaskuler.

Created: dr. Suyanti (Universitas Sriwijaya)


11. Anak 3 th, dikonsulkan dari bagian anak dgn OMA, dari pemeriksaan didapatkan
membran timpani bulging. Lakukan prosedur miringotomi. (Prof. Suwardana)

PROSEDUR MIRINGOTOMI

KEGIATAN
 Nama
 Diagnosis
 Informed Choice & Informed Consent
 Rencana Tindakan
 Persiapan Sebelum Tindakan
- Cuci tangan, mengenakan sarung tangan steril
- Dapat melihat membran timpani dengan baik dan sebaiknya
menggunakan mikroskop
- Tindakan pembersihan liang telinga dengan kapas aplikator dan alkohol
70 %
- Insisi membran timpani yang dapat dilihat dengan baik, kecuali daerah
postero-superior, menggunakan miringotom atau jarum steril.
- Hisap sekret yang keluar dari telinga tengah melalui luka insisi dan kultur
sekret.

PASCA MIRINGOTOMI
- Instruksi pasca tindakan
a. pemberian antibiotik oral dan topikal
b. pemberian analgetik/antinflamasi
c. rencana evaluasi 7 hari pasca-miringotomi

Note: Menggunakan mikroskop dan manekin telinga, setelah dilakukan miringotomi


dilihat letak insisi benar ato tidak oleh Prof.

Created: dr. Suyanti (Universitas Sriwijaya)


12. Seorang laki2, 15 th, keluhan hidung buntu. Diberi gambar massa penuh di cavum
nasi
dr. Dwi Antono,dr. Suhartono)

LISAN
1. Anamnesa apa yg ditambahkan:
- Apakah ada mimisan? Berapa banyak? Apakah berulang?
- Apakah ada tinnitus, telinga terasa penuh?
- Apakah ada benjolan di leher?
- Apakah ada sakit kepala?
- Apakah ada gangguan penglihatan? Diplopia atau penurunan visus?

2. Diagnosa Banding
- Massa nasofaring
DD/ Limfoma nasofaring
KSS nasofaring
Angiofibroma nasofaring Juvenille
-
3. Diagnosis dan alasan
Diagnosis: Angiofibroma nasofaring Juvenille
Alasan: pada dewasa muda laki-laki, epitaksis masif
-
5. Tatalaksana yang dilakukan
- Ekstirpasi dengan pendekatan transnasal, transpalatal, midfasial degloving

KEGIATAN
I. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
 Informed Consent
 Rencana Tindakan
 Persiapan Sebelum Tindakan
 Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
prosedur Ekstirpasi Angiofibroma Nasofaring telah tersedia dan lengkap,
yaitu:
a) Sterile scalpel blades no : 15
b) Scalpel handle
c) Surgical scissors blunt/blunt, curved (Cooper)
d) Mouth spreider
e) Dower catheter (small) – 2 pieces
f) Choanal forcep
g) Raspatorium
h) Dissecting scissor, curved (Metzenbaum)/dissecting scissor for plastic
surgery Gorney/scissor, delicate (Chadwick)
i) Vessel and tendon scissors, curved and straight (Stevens)
j) Standard tissue forcep
k) Dissecting forcep, delicate (Adson); dissecting, nontraumatic forcep
l) Hemostatic, delicate forcep/klem, straight and curved (Halsteid-mosquito)
m)Hemostatic forcep standard (Adson, Leriche)

Created: dr. Suyanti (Universitas Sriwijaya)


n) Dissecting and ligature forceps (Baby-Overholt and Baby-Mixter)
o) Bulldog clamps (DeBekey)
p) Dressing and sponge forcep (Rample)
q) Towel clamps (Backhaus)
r) Retractor Lagenbeck-Green dan Wound and vein retractors
(Kocher/Cushing)
s) Needle holder DeBekay, Sarot
t) Deschams ligature needle, blunt
u) Sponge forceps, curved (Duplay)
v) Jarum dan benang (dexon)

a) Dilakukan insisi paralel sepanjang batas ginggiva, dengan


meninggalkan cukup mukosa untuk jahitan pada saat penutupan.
Batas anterior irisan adalah 1 cm dari pangkal gigi incisivus atas.
 Ini point penting yang ditanyakan, disuruh gambar letak insisinya
b) Mukosa palatum dielevasi bersamaan dengan periosteumnya. Pembuluh
darah dan nervus menempel pada flap mukosa. A.Palatina mayor jangan
sampai terpotong
c) Flap mukosa palatum dielevasi, tulang palatum durum dibuka dengan tatah
dan dilebarkan dengan forcep. Tulang palatum durum dibawah irisan
mukosa harus dipertahankan untuk landasan muksa yang dijahit. Mukosa
pada dasar kavum nasi diinsisi untuk mencapai tumor.
d) Reseksi tumor dilakukan secara tumpul, hindari trauma tajam pada tumor
dan pembuluh darah yang memvaskularisasinya.
e) Perdarahan dikontrol dengan suction, dan kauter.
f) Dipasang tampon anterior dan posterior (Belloque).
g) Flap palatum dijahit kembali. Dipasang tampon laba-laba untuk menekan
flap dan menjaga posisi flap sedekat mungkin dengan mukosa dasar kavum
nasi.
Instruksi Pasca Ekstirpasi Angiofibroma Nasofaring :
a. Pemberian obat-obatan yang sesuai
b. Belajar makan dan minum dengan terpasang tampon posterior
c. Tampon anterior dilepas pada hari ke-3
d. Tampon posterior mulai dilonggarkan hari ke-4
e. Hari ke-5 tampon posterior dilepas

Created: dr. Suyanti (Universitas Sriwijaya)

Anda mungkin juga menyukai