Anda di halaman 1dari 5

SOP PEMERIKSAAN KESEHATAN MATA

Pengertian
Suatu pemeriksaan yang di lakukan untuk mengetahui adanya gangguan kesehatan
mata.
Tujuan
Mengidentifikasi jenis gangguan kesehatan mata untuk mencegah serta
menentukan terapi/pengobatan.
Sarana dan Prasarana

1.Sarana Non Medis :


a. Ruang Pemeriksaan
 Ukuran minimal 4 m x 4 m²
 Ventilasi dan pencahayaan yang cukup
 Ruangan bersih dan rapi
 Wastafel dengan air yang mengalir, dilengkapi dengan sabun cair serta handuk
tangan yang bersih / disposible tissue
b. Mebelair
 Meja kursi satu set untuk pemeriksa dan pasien serta pengantar
 Tempat tidur
c. Lain lain
 Tempat sampah medis dan non medis masing masing 1 buah
 Informed consent
 Alat tulis menulis
 Surat kabar atau majalah
 Penggaris kecil
 Komputer
 Surat kabar
 Penggaris kecil
2.Sarana Medis :
 Stetoskop dan tensimeter
 Pinhole (cakram berlubang)
 Snellen chart
 Penutup 1 mata (okluder)
 Trial Frame
 Trial lensa
 Isihara test
 Loupe
 Senter
 Optalmoskop
 Kartu kipas
 Tonometer
 Kapas steril
 APD
Prosedur Tetap
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan
3. Diagnosa
4. Penatalaksanaan
5. Konseling
6. Pencatatan dan pelaporan
Cara melaksanakan tiap kegiatan
1. ANAMNESA
 Menyapa pasien dengan ramah, sambil menatap mata pasien dengan lembut
dan mengucapkan salam
 Bila kunjungan yang pertama perlu menanyakan identitas pasien :Nama,
umur,alamat rumah, pekerjaan.
 Bila kunjungan ulang, maka jawaban pasien dicocokkan dengan kartu status
pasien
 Bertanya dengan ramah dan hati-hati tentang
Riwayat Penyakit :
 Tentukan masalah yang mendorong klien untuk mencari bantuan kesehatan.
 Tanyakan pada klien adakah kelopak mata yang turun menutup terus menerus,
Nyeri mata, foto phobia (kerentaan terhadap cahaya) rasa seperti terbakar pada
mata, gatal, air mata, kotoran mata yang berlebihan, diplopia (pandangan
ganda), pandangan kabur , perasaan adanya ‘’ film ‘’ diatas lapang penglihatan,
mengambang (titik hitam kecil yang tampak menghilangpada lapang
penglihatan), cahaya kilatan, lingkaran hitam (halo) di seputar cahaya.
 Tentukan apakah klien mempunyai riwayat penyakit mata, trauma pada
mata,diabetes, hipertensi, atau masalah visual
 Tentukan apakah ada riwayat keluarga dengan gangguan mata, meliputi
gloukoma atau retinitis pigmentosa
 Kaji riwayat pekerjaan klien mengenai aktivitas kerja yang memerlukan kerja
tertutup, kerja yang melibatkan computer, atau aktivitas seperti
pengelas,terpajan langsung dengan bahan kimia yang membuat resiko cedera
mata.
 Tanyakan pada klien apakah memakai kaca mata, atau lensa kontak atau tidak
 Tentukan tanggal terakhir klien memeriksakan mata.
 Kaji obat obatan yang sudah di pakai termasuk tetes mata.
2. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dengan cara :
KETAJAMAN PENGLIHATAN
Tahap I
 Lakukan pemeriksaan sekilas dengan meminta klien membaca surat
kabar/majalah.Pastikan pencahayaan cukup. Klien berkacamata seharusnya
memakai kecamatanya selama tahap pemreksaan ini. Perhatikan cara klien
memegang lembaran yang dibaca dari matanya.
 Pastikan klien tidak buta huruf. Mintalah klien agar membaca dengan keras
untuk memastikan bahwa klien tidak buta huruf. Bila klien menghadapi kesulitan
lanjutkan pengujian ke tahap II
Tahap II
 Untuk pemeriksaan yang akurat gunakan lembar pemeriksaan Snellen. Pastikan
bahwa lembaran pemeriksa benar benar diterangi. Buat klien berdiri 20 kaki
(6,1m) jauhnya dari lembar Snellen atau duduk di kursi pengujian yang telah
terpasang khusus bersebrangan dengan layar periksa
 Minta klien untuk membaca huruf huruf pada layar dimulai dari garis yang mana
saja, pertama dengan kedua mata terbuka dan kemudian dengan satu mata
terpisah (mata lainnya ditutupi)
 Selalu menguji pertanma kali tanpa kacamata. Kemudian bila memakai
kacamata jarak jauh, ulangi pengujian. Tentukan baris terkecil dimana klien
dapat membaca seluruh huruf dengan benar baca ketajaman untuk garis
tersebut.
 Bila klien tidak bisa membaca, gunakan kartu ‘’E’’ dan tentukan arah tangan
huruf ‘’E ‘’ . Pada anak kecil, gunakan lembaran dengan gambaran obyek yang
dikenal. Catat nilai ketajaman penglihatan untuk masing masing mata dan kedua
mata dalam dua nilai :
 Pembilang adalah jarak dari lembar pemeriksaan ke klien dalam ukuran kaki.
 Penyebut adalah nomor standar untuk garis tersebut pada lembar pemeriksa
( contoh : 20/80 ). Nomor standar ini adalah jarak dimana mata normal dapat
membaca baris tersebut.
Tahap III
 Uji masing-masing mata dengan klien membaca kartu indek dengan menutupi
satu mata bergiliran
 Jangan menggunakan tangan untuk menutupi mata
 Minta klien dengan gangguan penglihatan parah untuk menghitung jari jari yang
diacungkan kurang lebih satu kaki ( 30 cm ) dari wajah klien.
 Bila klien gagal dalam kedua tes tersebut, sinari mata klien dengan senter kecil
dan kemudian padamkan cahayanya . Tanyakan apakah klien melihat cahaya.
Hasil Normal :
 Nilai normal ketajaman penglihatan adalah 20/20
 Catat, apabila ketajaman penglihatan diukur dengan kacamata perbaikan atau
lensa kontak ( cc ) atau tanpa perbaikan ( sc ). Penyimpangan dari Normal : Nilai
ketajaman penglihatan 20/200 dianggap buta total
PEMERIKSAAN LAPANG PENGLIHATAN
Pemeriksaan lapang penglihatan dengan cara :
 Buat klien duduk atau berdiri 2 kaki 60 cm jauhnya, berhadapan dengan petugas
sejajar ketinggian mata.
 Minta klien untuk menutupi atau melapisi dengan perlahan satu mata
menggunakan kartu indeks dan menatap mata petugas berlawanan arah contoh
mata kiri klien,mata kanan petugas.
 Tutup atau lapisi mata petugas yang berlawanan dengan mata klien sehingga
lapang penglihatan petugas tidak bertumpang tindih dengan lapangan
penglihatan klien.
 Gerakkan jari dengan jarak sebanding panjang lengan diluar lapang penglihatan.
 Minta klien untuk mengatakannya bila melihat jari petugas.
 Perlahan tarik jari petugas mendekat. Jari selalu dijaga tetap di tengah anatara
petugas dan klien.
 Ulangi prosedur pada sisi yang lain, atas dan bawah. Selalu harus
membandingkan titik dimana petugas melihat jari tersebut memasuki lapang
penglihatan petugas dan titik di mana klien melihatnya.
 Ulangi prosedur dengan ke empat arah pada mata lainnya.
 Bila klien melihat jari sedikit lebih lama dari petugas, klien mengalami
penyempitan lapang penglihatan.
PEMERIKSAAN VISUS
Pemeriksaan visus dengan cara :
 Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari pasien dengan posisi lebih tinggi
atau sejajar dengan mata pasien.Bila jarak 5 meter, maka visus normal akan
bernilai 5/5 artinya mata normal dapat melihat pada jarak 5 meter, pasien juga
dapat melihat pada jarak 5 meter.Bila berjarak 6 m, berarti visus normalnya 6/6.
Satuan selain meter ada kaki = 20/20, ada juga log (logaritma).
 Pastikan cahaya harus cukup
 Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus ditutup dan pasien
diminta membaca kartu.
 Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :
a. Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5 atau 6/6,
maka tidak usah membaca pada baris berikutnya => visus normal
b. Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus
normal,cek pada 1 baris tersebut
 Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya terletak pada baris
tersebut dengan false 1.
 Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya terletak pada baris tersebut dengan
false 2.
 Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf yang ada, berarti
visusnya berada di baris tepat di atas baris yang tidak dapat dibaca.
 Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya terdapat pada baris di
atasnya.
c. Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan menggunakan pinhole
(alat untuk memfokuskan titik pada penglihatan pasien)
d. Bila visus tetap berkurang => berarti bukan kelainan refraksi.
e. Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya => berarti merupakan
kelainan refraksi
PEMERIKSAAN TONOMETER
Pemeriksaan tonometer dengan cara :
Menggunakan Tonometer dari Schiotz.
 Klien diminta tidur terlentang di tempat tidur.
 Mata penderita terlebih dulu ditetesi dengan larutan anestesi lokal- pantokain
0,5%,masing-masing 1 tetes. Ditunggu sampai klien tidak merasa perih.
 Kelopak mata klien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari –jangan tertekan bola mata
pasieniv.Pasien diminta meletakkan ibu jari tangannya di depan matanya atau pasien
melihat kelangit-langit ruang pemeriksaan.
 Tonometer diletakkan dengan perlahan-lahan dan hati-hati diatas cornea penderita.
 Setelah telapak tonometri menunjukkan angka yang tetap,dibaca nilai tekanan pada
skala busur schiotz yang berantara 0-15
 Misalnya menunjukkan angka 5 dengan beban 5.5, maka tekanan bola matanya ialah
5/5.5. lalu carilah tabel konversi yang selalu ada pada setiap tonometer. Misssalnya
untuk 5/5.5 akan terdapat angka konversi 15.0 mmHg.
 Apabila dengan beban 5.5 jarum skala tidak bergerak atau bergerak Cuma
sedikit,misalnya hanya pada angka 1-2, maka gantilah beban tonometer dengan beban
7.5. apabila dengan beban ini angka skala menunjukkan angka 4, maka tekanan bola
mata ialah 4/7.5. lalu bacalah tabel konversi untuk mendapatkan angka untuk itu.
 Tekanan bola mata yang disebut normal ialah yang berkisar antara 15-22mmHg. Jika
tekanan bola mata di bawah 10 mmHg, maka berarti rendah dan bila diatas 25 mmHg
berati tinggi.

Anda mungkin juga menyukai