Anda di halaman 1dari 17

DERMATITIS

Kelompok : (4)

DisusunOleh:

1. Aliatur .R
2. Bela Mutiara .A
3. Ikrammullah
4. Galang yoga .P

Jurusan : SI Keperawatan

STIKES HafshawatyZainulHasanGenggong

PROBOLINGGO

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

  Dan harapan kami semoga makalah ini dapa tmenambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dar ipembaca demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                                     Situbondo, November 2016

                                                                                               Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………..i

KATA PENGANTAR……………………………………………ii

DAFTAR ISI……………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang………………………………………………1
1.2 Tujuan………………………………..…………………… 1
1.3 Manfaat………………….…………………………………1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 

2.1 DefinisiHipertensi……………………………………………2
2.2 Etiologi .............……………………………………………2
2.3 Epidemiolog............................................................................3
2.4 Patogenesis/patofiologi...........................................................4
2.5 Manifestasi klinis (Tanda dan Gejala)……………………….4
2.6 Komplikasi ....................................................……….………4
2.7 Pencegahan ………………………………………….…........5
2.8 Penatalaksanaan ………………….………………………….5

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................6

BAB VI PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA………………………………...............................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang


Dermatitis adalah penyakit kulit gatal-gatal, kering, dan kemerahan. Dematitis juga dapat
didefinisikan sebagai peradangan pada kulit, baik karena kontak langsung dengan zat kimia
yang mengakibatkan iritasi, atau reaksi alergi
Dengan kata lain, dermatitis adalah jenis alergi kulit. Selain penyebab bahan-bahan kimia,
sering kali dermatitis terjadi ketika kulit sensitive kontak langsung dengan perhiasan logam
biasanya emas dengan kadar rendah atau perhiasan perak dan kuningan. Jika Anda
mengalami kulit kering dan gatal, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi pada dokter, apakah
yang terjadi pada kulit Anda teridentifikasi dermatitis.
Jika Anda teridentifikasi dermatitis, maka pertama kali yang harus Anda ketehui adalah
penyebab dari penyakit kulit tersebut. Pastikan Anda menghindari penyebab dari iritasi dan
alergi. Jangan pernah menggaruk, meskipun rasa gatal tidak tertahankan. Sebab menggaruk
tidak akan membuat hilang rasa gatal, melainkan akan memperparah ketidaknyamanan Anda.
Sebab menggaruk akan menyebabkan kulit lebih rentan terhadap infeksi kulit dan penyakit
kulit lainnya. Biasanya rasa gatal timbul karena area kulit tersebut kering maka gunakan
pelembab untuk mengurangi rasa gatal. Gunakan obat kulit untuk dermatitis, juga akan
membantu mengurangi rasa gatal.
Dermatitis tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga pada anak-anak. Tipe
dermatitis yang sering terjadi pada anak-anak yaitu dermatitis atopik yang meruapakan suatu
gejala eksim terutama timbul pada masa kanak-kanak. GeJala ini biasanya timbul pada usia
sekitar 2 bulan sampai 1 tahun den sekitar 85% pada usia kurang dari 5 tahun. Pada keadaan
akut, gejalanya berupa kulit kemerahan, kulit melenting berisi cairan, basah dan sangat gatal.
Kadang-kadang disertai infeksi sekunder yang menimbulkan nanah.

1.2 TUJUAN
Penulisan makalah ini memiliki beberapa tujuan,antara lain:
1)      Mengetahui konsep dari peyakit dermatitis yang menyerang kulit
2)      Mempelajari patofisiologi gambaran penyakit dermatitis secara menyeluruh
3)      Mengetahui implikasi patofisiologi penyakit dermatitis dalam bidang keperawatan dan
peranan keperawatan terhadap penyakit tersebut.

1.3 MANFAAT
1)      Dapat memahami konsep dermatitis yang menyerang kulit
2)      Dapat memahami patofisiologi gambaran penyakit dermatitis secara menyeluruh.
3)      Dapat menjalankan implikasi dermatitis dalam bidang keperawatan dan dapat
memahami peranan keperawatan dalam menghadapi penyakit tersebut.
BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Definisi
Dermatitis berasal dari kata dermo- (kulit) -itis (radang/inflamasi), sehingga dermatitis
dapat diterjemahkan sebagai suatu keadaan di mana kulit mengalami inflamasi.
Dermatitis adalah suatu peradangan pada dermis dan epidermis yang dalam
perkembangannya memberikan gambaran klinik berupa efloresensi polimorf dan pada
umumnya memberikan gejala subjektif gatal. (Mulyono :1986)
Dermatitis adalah peradangan epidermis dan dermis yang memberikan gejala subjektif
gatal dan dalam perkembangannya memberikan efloresensi yang polimorf. (Junaidi
Purnawan : 1982)
Dermatitis merupakan epidermo-dermatitis dengan gejala subyektif pruritus. Obyektif
tampak inflamasi eritema, vesikula, eksudasi, dan pembentukan sisik. Tanda-tanda
polimorfik tersebut tidak selalu timbul pada saat yang sama. Penyakit bertendensi residif dan
menjadi kronis. Sinonim dermatitis adalah eksem. Ada yang membedakan antara dermatitis
dan eksem, tetapi pada umumnya menganggap sama.
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit
tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling
sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah eksim
atopik atau dermatitis atopik. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak anak terutama
saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan
bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan
pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi
angka kekambuhan.

Dermatitis ada yang didasari oleh faktor endogen, misalnya dermatitis atopik,
dermatitis kontak, dan sebagainya. Tetapi kebanyakan penyebab dermatitis ini belum
diketahui secara pasti. Sedangkan bila ditinjau dari jenis kelainannya, maka dermatitis
atopik adalah dermatitis yang paling sering dibahas, mengingat insidensnya yang cenderung
terus meningkat dan dampak yang dapat ditimbulkannya pada kualitas hidup pasien maupun
keluarganya.
Imunitas seluler menurun pada 80% penderita dermatitis alergi. Sehingga pada
umumnya penderita ini mudah mengalami infeksi. Oleh karena itu, sebaiknya penderita
menjaga kondisi tubuhnya agar selalu vit dengan berolah raga teratur, makan yang bergizi
(bisa ditambahkan madu), istirahat yang cukup serta yang terpenting menjauhi stress
emosional. Penderita juga sebaiknya jangan berdekatan dengan penderita cacar air, herpes
zoster atau penyakit kulit lainnya karena akan mudah tertular. Untuk pemilihan obat
dermatitis yang tepat sebaiknya anda periksakan diri dan konsultasi ke dokter spesialis kulit.

2.2 Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia, fisik
(contoh : sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya
dermatitis atopik. Sebagian lain tidak diketahui pasti. Banyak macam dermatitis yang belum
diketahui patogenesisnya, terutama yang penyebabnya fakktor endogen. Yang telah banyak
dipelajari adalah tentang dermatitis kontak, baik yang tipe alergik maupun iritan primer.
Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada
stadium penyakit, batasnya dapat tegas dapat pula tidak tegas, penyebarannya dapat setempat,
generalisata, bahkan universalis. Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema,
vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah (medidans). Stadium subakut,
eritema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta. Sedang pada stadium kronis tampak
lesi kronis, skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi, dan papul, mungkin juga terdapat erosi
atau ekskoriasi karena garukan. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal
suatu dermatitis memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis. Demikian
pula jenis efloresensinya tidak selalu harus polimorfi, mungkin hanya oligomorfi.
Tiap tiap orang mempunyai pencetus eksim yang berbeda beda. Ada orang yang
setelah memegang sabun atau deterjen akan merasakan gatal yang luar biasa, ada pula yang
disebabkan oleh bahan atau alat rumah tangga yang lain. Gejala yang timbul pun bervariasi,
ada yang gatalnya ringan tetapi rasa panas yang dominan, ada pula yang sebaliknya. Infeksi
saluran nafas bagian atas atau flu juga bisa menjadi pencetus timbulnya eksim. Stress yang
dialami penderita akan membuat gejala menjadi lebih buruk.
Meskipun penyembuhan eksim sangat sulit dilakukan, namun pada banyak kasus,
pasien dapat mengurangi terjadinya kekambuhan dengan melakukan pengobatan yang tepat
dan menghindari iritan/alergen yang menyebabkan eksim. Perlu diingat, penyakit ini tidak
menular dan tidak akan menyebar dari satu orang ke orang yang lain.
Hingga kini belum ada kesepakatan internasional mengenai tatanaman dan klasifikasi
dermatitis, tidak hanya karena penyebabnya yang multi faktor, tetapi juga karena seseorang
dapat menderita lebih dari satu jenis dermatitis pada waktu yang bersamaan atau bergantian.
Ada yang memberi nama berdasarkan etiologi (contoh : dermatitis kontak, radiodermatitis,
dermatitis medikamentosa), morfologi (contoh : dermatitis papulosa, dermatitis vesikulosa,
dermatitis medidasns, dermatitis eksfoliativa), bentuk (contoh : dermatitis
numularis), lokalisasi (contoh : dermatitis interdigitalis, dermatitis intertriginosa, dermatitis
manus, dermatitis generalisata), dan ada pula yang berdasarkan lama atau stadium penyakit
(contoh : dermatitis akut, dermatitis subakut, dermatitis kronis).
Perubahan histopatologi dermatitis terjadi pada epidermis dan dermis, bergantung
pada stadiumnya. Pada stadium akut kelainan di epidermis berupa vesikel atau bula,
spongiosis, edema intrasel, dan eksositosis, terutama sel mononuklear. Dermis sebab,
pembuluh darah melebar, ditemukan sebukan terutama sel mononuklear; eosinofil kadang
ditemukan, bergantung pada penyebab dermatitis.
Kelainan pada stadium subakut hampir seperti stadium akut, jumlah vesikel di
epidermis berkurang, spongiosis masih jelas, epidermis tertutup krusta, dan parakeratosis;
edema di dermis berkurang, vasodilatasi masih tampak jelas, demikian pula sebukan sel
radang.
Epidermis pada stadium kronis, hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, rete
ridges memanjang, kadang ditemukan spongiosis ringan; vesikel tidak ada lagi. Papila dermis
memanjang (papilamatosis), dinding pembuluh darah menebal, dermis terutama di bagian
atas bersebukan sel radang mononuklear, jumlah fibroblas dan kolagen bertambah. Eksema
dapat dipicu oleh beberapa hal, antara lain:
1. Keringnya kulit
2. Iritasi oleh sabun, detergen, pelembut pakaian, dan bahan kimia lain
3. Menciptakan kondisi yang terlalu hangat untuk anak, misalnya membungkus anak
dengan pakaian berlapis-lapis
4. Alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu
5. Alergi terhadap tungau debu, serbuk sari tanaman, atau bulu hewan
6. Virus dan infeksi lain
7. Perjalanan ke negara dengan iklim berbeda
2.3  Epidemiologi
Di Indonesia menurut laporan dari bagian penyakit kulit dan kelamin FK Unsrat
Manado dari tahun1988-1991 dijumpai insiden dermatitis kontak sebesar 4,45%. Di RSUD
Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat, pada tahun 1991-1992 dijumpai insiden
dermatitis kontak sebanyak 17,76%. Di RS Dr. Pirngadi Medan insiden dermatitis kontak
pada tahun 1992 sebanyak 37,54% tahun 1993 sebanyak 34,74% dan tahun 1994 sebanyak
40,05%. Di RS Dr. Pirngadi Medan, selama tahun 2000 terdapat 3897 pasien baru di
poliklinik alergi dengan 1193 pasien (30,61%) dengan diagnosis dermatitis kontak, dan  dari
bulan Januari hingga Juni 2001 terdapat 2122 pasien alergi dengan 645 pasien (30,40%)
diantaranya  menderita dermatitis kontak.

2.4 Patogenesis/patofiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis ataupun epidermis
yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan.
Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada
kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap
suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah
12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk,
denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit.
Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan
kulit atau dermatitis.
Adapun faktor-faktor yang ikut mendorong perkembangan dermatitis adalah gesekan,
tekanan, balutan, macerasi, panas dan dingin, tempat dan luas daerah yang terkena dan
adanya penyakit kulit lain.

2.5 Manifestasi klinis (Tanda dan Gejala)


   Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama
pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka
( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a)      Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan
eksudasi sehingga tampak basah.
b)      Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.
c)      Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak awal
memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

2.6 Komplikasi
Eksema yang terinfeksi oleh bakteri adalah komplikasi yang umum terjadi. Hal ini
harus dicurigai jika ada eksema yang berkerak, basah berair, kemerahan, pecah-pecah,
mengeluarkan nanah, atau mengalami ekskoriasi. Bakteri penyebab infeksi pada keadaan ini
umumnya adalah Staphylococcus aureus. Selain oleh bakteri, eksema juga dapat terinfeksi
oleh virus. Infeksi virus Herpes Simplex 1 (HSV 1) ditandai dengan munculnya bintik-bintik
kecil yang berkelompok secara tiba-tiba, berisi cairan bening atau putih, nyeri, dan gatal.
Bintik-bintik ini kemudian dapat bernanah atau terkikis.

2.7 Pencegahan
Munculnya eksim dapat dihindari dengan melakukan beberapa hal dibawah ini :
1. Jaga kelembaban kulit.
2. Hindari perubahan suhu dan kelembaban yang mendadak.
3. Hindari berkeringat terlalu banyak atau kepanasan.
4. Kurangi Stress.
5. Hindari pakaian yang menggunakan bahan yang menggaruk seperti wool dan lain
lain.
6. Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras, deterjen dan larutan lainnya.
7. Hindari faktor lingkungan lain yang dapat mencetuskan alergi seperti serbuk bunga,
debu, bulu binatang dan lain lain.
8. Hati hati dalam memilih makanan yang bisa menyebabkan alergi.
2.8 Penatalaksanaan
   Kortikosterid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian topikal
akan memghambat reaksi eferen dan eferen dari dermatitis kontak alergi. Steroid
menghambat aktivitas dan proliferasi spesifik antigen. Ini mungkin disebabkan karena efek
langsung pada sel penyaji antigen dan sel T. Pemberian steroid topikal pada kulit
menyebabkan hilangnya molekul CDI dan HLE-DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans
kehilangan fungsi penyaji antigennya. Juga menghalangi pernafasan IL-2 oleh sel T,dengan
demikian profilerasi sel T dihambat. Efek imunomodulator ini meiadakan respon imun yang
terjadi dalam efek terapetik. Jenis yang dapat diberikan adalah hidrokortison 2,5%,
halcinonid dan triamsinolon asetonik. Cara pemakaian topikal dengan menggosk secara
lembut. Untuk meningkatkan penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan, dapat dilakukan
secara tertutup dengan film plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya
efek samping berupa potensiasi,atrofi kulit dan erupsi akneiformis
Asuhan Keperawatan
Pengkajian :
1)      Anamnesis
Tanggal dan waktu pengkajian harus dicantumkan guna mengetahui perkembagan penyakit.
Biodata, tanyakan nama, umur (penting untuk mengetahui angka prevalensi) jenis kelamin,
pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit kulit banyak terkait dengan faktor pekerjaan)
2)      Riwayat Keperawatan
a)      Keluhan utama: gatal-gatal,rasa terbakar
 b)      Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan
tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya. Dalam mengkaji riwayat
kesehatan sekarang, pola PQRST dapat digunakan untuk menanyakan keluhan klien.
Misalnya pada klien dengan keluhan gatal, dapat dikembangkan pengkajiannya sebagai
berikut.
               P : Provocative (pencetus)
                           -apa penyebab rasa gatal tersebut?
               Q : Quality/Quantity (kualitas)
                           -bagaimana gambaran rasa gatal tersebut (seperti membakar, hilang itmbul,
atau bercampur nyeri?)
               R : Region (lokasi)
-rasa gatal tersebut terasa dimana? Apakah menjalar? Jika menjalar sampai dimana?
               S : Severity Scale (tingkat keparahan)
-berapa lama berlangsungnya dan apakah menggangu aktivitas sehari-hari?
               T : Timing (waktu)
-kapan pertama kali dirasakan? Apakah timbul setiap saa atau sewaktu-waktu?
  
c)      Riwayat kesehatan dahulu
                Untuk informasi riwayat kesehatan yang dahulu, misalnya demam, penyakit kulit
yang pernah diderita penyakit pernapasan atau pencernaan, riwayat alergi, dan lain-lain.

    d)     Riwayat kesehatan keluarga


               Tentang status kesehatan keluarga, dapat ditanyakan ada tidaknya anggota
keluarga yang menderita gangguan kulit, kapan dimulainya gangguan itu, dan adakah
anggota keluarga yang mempunyai riwayat alergi.

 e)      Riwayat pengobatan atau terpapar zat


               Tanyakan pada klien obat apa saja yang telah dikonsumsi atau pernahkah klien
terpapar factor-faktor yang tidak lazim. Misalnya, terkena zat-zat kimia atau bahan iritan
lainya.
  f)       Riwayat pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
              Kebiasaan dan aktivitas sehari-hari klien perlu ditanyakan Misalnya, bagaimana
pola tidur klien, sebab pola tidur dan istirahat sangat mempengaruhi kesehatan kulit.
Lingkungan kerja klien juga perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien berkontak dengan
bahan-bahan iritan.
    g)      Riwayat psikososial
                Keadaan psikologis klien yang perlu dikaji misalnya, stress yang berkepanjangan
yang akan mempengaruhi kesehatan kulit seseorang , bahkan dapat menimbulkan kelainan
kulit.
  3)      Pemeriksaan fisik
          Mengkaji ciri kulit secara keseluruhan:
                           - Eritema yang bersisik, batas tegas/menyolok  
                           - Lesi kering dan timbul pruritus            
                           - Adanya lubang-lubang atau kerusakan total pada kuku dan tangan   
                           -Lesi tidak simetris bilateral       
                           -  Lesi dapat timbul pada luka bekas garukan.   
                           - Bila akut : eritema dan nyeri.   
                           -Menarik diri     

1).   Diagnosa Keperawatan :
1.      Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi lokal.
2.      Nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, erosi jaringan lunak.
3.      Perubahan pola tidur b.d pruritus
4.      Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas, adanya port de entree pada lesi.
5.      Gangguan gambaran diri (citra diri) b.d perubahan struktur kulit.
6.      Kebutuhan pemenuhan informasi b.d tidak adekuatnya sumber informasi, ketidaktahuan
program perawatan dan pengobatan 

2).     Intervensi
1.      Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi lokal.
Tujuan : Dalam 5 x 24 jam integritas kulit membaik secara optimal.
Kriteria hasil : Pertumbuhan jaringan membaik dan lesi psoarisis berkurang.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kerusakan jaringan kulit yang terjadi Menjadi data dasar untuk memberikan informasi
pada klien.  intervensi perawatan yang digunakan

Lakukan tindakan peningkatan integritas Untuk menghindari cedera kulit, pasien harus
jaringan. dinasehati agar tidak mencubit atau menggaruk
daerah yang sakit. Tindakan untuk mencegah
kekeringan kulit perlu di anjurkan karena kulit
yang kering akan memperburuk keadaan perosiasi.
Tindakan membasuh lesi yang terlalu sering akan
menambah rasa sakit dan pembentukan sisik. Air
yang dipakai harus hangat dan tidak panas, kulit
harus dikeringkan dengan cara menepuknya
memakai handuk dan bukan menggososknya kuat
kuat. Prefaratemolien memiliki efek pelembab
dengan menimbulkan lapisan oklusif pada
permukaan kulit sehingga kehilangan air yang
normalnya akan terjadi dapat dihambat, dengan
demikian air yang terperangkap tersebut akan
menciptakan hidrasi stratumkorneum. Larutan
pembersih emolien atau bath oil dapat menambah
rasa nyaman pada luka dan mengurangi
pembentukan sisik. Pelunakan kulit dapat
mencegah timbulnya  fissura. 
Tingkatkan asupan nutrisi Diet TKTP diperlukan untuk meningkatkan asupan
dari kebutuhan pertumbuhan jaringan. 

Evaluasi kerusakan jaringan dan Apabila masih belum mencapai dari kriteria
perkembangan pertumbuhan jaringan  evaluasi 5x 24 jam, maka perlu dikaji ulang faktor
– faktor menghambat pertumbuhan dan perbaikan
dari lesi. 
Lakukan pencegahan artritis psoriatik Diagnosa psoriasis, khusunya jika disertai dengan
komplikasi artritis, biasanya sulit ditegakkan .
artritis psoriatik yang mengenai sendi sendi sakro
iliaka dan distal jari-jari tangan mungkin
terlewatkan, khususnya jika pasien ditemukan
dengan diagnosis lesi, psioriatik tipikal yang sudah
ditegakkan.sebaliknya.

2.      Nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, erosi jaringan lunak.


Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang atau hilang atau teradaptasi
Kriteria hasil : 
-          Secara subjektof melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi
-          Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan aktivitas
nyeri.
-          Pasien tidak gelisah.

INTERVENSI RASIONAL

Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST Menjadi parameter dasar untuk mengetahui
sejauh mana intervensi yang diperlukan dan
sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi
manajmen nyeri keperawatan.

Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
tindakan pereda nyeri non farmakologi non farmakologi lainnya telah menunjukan
dan non invasif keefektifan dalam mengurangi nyeri.

Lakukan menejemen keperawatan


-atur posisi fisiologis  -posisi fisologis akan meningkatkan asupan O2
-lakukan perawatan hygiene oral ke jaringan yang mengalami peradangan
-istirahatkan klien  subcutan bagian tubuh yang mengalami
-bila perlu premedikasi sebelum inflamasi lokal dilakukan imobilisasi untuk
melakukan perawatan luka menurunkan respon peradangan dan
-menejemen lingkungan : lingkungan meningkatkannkesembuhan .
tenang, batasi pengunjung -istirahat diperlukan selama fase akut. kondisi
-ajarkan tehnik relaksasi, pernapasan ini akan meningkatkan suplai darah pada
dalam jaringan yang mengalami peradangan . 
-ajarkan tehnik distraksi pada saat nyeri-kompres yang basah dan sejuk atau terapi
-lakukan menjemen sentuhan rendaman merupakan tindakan protektif yang
dapat mengurangi rasa nyeri . 
-lingkungan tenang akan menurunkan stimulus
nyeri external dan pembatasan pengunjung akan
membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan
yang akan berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada diruangan 
-meningkatkan asupan O2 sehingga menurunkan
nyeri sekunder dari peradangan 
-distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi endorfin dan
enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri
untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri
sehingga menurunkan persepsi nyeri 
-menagement sentuhan pada saat nyeri berupa
sentuhan dukungan sikologis dapat membantu
menurunkan nyeri . masase ringan dapat
meningkatkan aliran darah dan dengan otomatis
membantu suplai darah dan oksigen ke area
nyeri serta menurunkan sensasi nyeri .      
Kolaborasi dengan dokter untuk Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga
pemberian analgetik nyeri akan berkurang 

Kolaborasi dengan dokter untuk Terapi antibiotik sistemik yang dipilih


pemberian antibiotik berdasarkan pemeriksaan sensitifitas umumnya
diperlukan 

3.      Perubahan pola tidur b.d pruritus


Tujuan: pencapaian tidur yang nyenyak 
Kriteria Hasil :
         Mencapai tidur yang nyenyak
         Melaporkan pereedaan rasa gatal
         Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat
         Menghindari konsumsi kafein pada sore hari dan menjelang tidur pada malam
hari.
         Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur
         Mengalami pola tidur/istrahat yang memuaskan
INTERVENSI RASIONAL
Bantu pasien melakukan gerak badan secara Gerak badan memberikan efek yang
teratur  menguntungkan untuk tidur jika dilaksanakan
pada sore hari

Jaga kamar tidur agar tetap memiliki fentilasi Udara kering akan membuat kulit terasa gatal 
dan kelembaban yang baik Lingkungan yang nyaman meningkatkan
relaksasi

Cegah dan obati kulit yang kering Pruritus noeturnal mengganggu tidur yang
normal

Anjurkan kepada klien menjaga kulit selalu tindakan ini mencegah kehilangan air. Kulit
lembab yangkering dan gatal biasanya tidak dapat
disembuhkan tetapi bisa dikendalikan
Anjurkan klien menghindari minuman kafein Kafein memiliki efek puncak 2 – 4 jam
menjelang tidur dimalam hari sesudah di konsumsi
Anjurkan klien mengerjakan hal hal yang Tindakan ini memudahkan peralihan dari
ritual dan rutin menjelang tidur keadaan terjaga menjadi keadaan tertidur.

4.      Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas, adanya port de entree pada lesi.

Tujuan : Dalam 7 x 24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integritas
jaringan lunak.
Kriteria hasil :
-          Lesi akan menutup pada hari ke 7 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan
peradangan pada area lesi.
-          Leukosit dalam batas normal, TTV dalam batas normal.

INTERVENSI RASIONAL
Kaji kondisi lesi, banyak dan besarnya bula, Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan
serta apakah adanya order khusus dari tim dari tujuan yang diharapkan.
dokter dalam melakukan perawatan luka. 

Buat kondisi balutan dalam keadaan bersih Kondisi bersih dan kering akan menghindari
dan kering  kontaminasi komensal, serta akan menyebabkan
respon inflamasi lokal dan akan memperlambat
penyembuhan luka.
Lakukan perawatan luka : Perawatan luka sebaiknya dilakukan setiap hari
         Lakukan perawatan luka steril setiap hari. untuk membersihkan debris dan menurunkan
         Bersihkan luka dan drainase dengan cairan kontak kuman masuk ke dalam lesi. Intervensi
nacl 0,9% atau antiseptic jenis iodine dilakukan dalam kondisi steril sehingga
providum dengan cara swabbing dari arah mencegah kontaminasi kuman ke lesi pemfigus.
dalam ke luar. Pembersihan debris (sisa fagositosis, jaringan
         Bersihkan bekas sisa iodine providum mati) dan kuman sekitar luka dengan
dengan normal saline dengan cara swabbing mengoptimalkan kelebihan dari iodine
dari arah dalam keluar  providum sebagai antiseptic dan dengan arah
         Tutup luka dengan kassa steril dan jangan dari dalam keluar dapat mencegah kontaminasi
menggunakan dengan plester adhesif kuman kejaringan luka. 
Antiseptik iodine providum mempunyai
kelemahan dalam menurunkan proses epitelisasi
jaringan sehingga memperlambat pertumbuhan
luka, maka harus dibersihkan dengan alkohol
atau normal saline.
Penutupan secara menyeluruh dapat
menghindari kontaminasi dari benda atau udara
yang bersentuhan dengan lesi pemfigus.
Kolaborasi penggunaan antibiotik Antibiotik injeksi diberikan untuk mencegah
aktifitas kuman yang bisa masuk. Peran perawat
mengkaji adanya reaksi dan riwayat alergi
antibiotik, serta memberikan antibiotik sesuai
pesenan dokter.

5.      Gangguan gambaran diri (citra diri) b.d perubahan struktur kulit.


Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam citra diri pasien meningkat.
Kriteria hasil : 
-mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi
dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap
situasi.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan Menentukan bantuan individual dalam
hubungan dengan derajat ketidakmampuan. menysusun renxana perawatan dan pemilihan
intervensi.
Identifikasi arti dari kehilangan atau Beberapa pasien dapat menerima secara efektif
disfungsi pada pasien. kondisi perubahan fungsi yang dialaminya,
sedangkan yang lain mempunyai kesulitan dalam
menerima perubahan fungsi yang dialaminya,
sehingga memberikan dampak pada kondisi
koping maladaptif
Bina hubungan terapeutik. Hubungan terapeutik antara profesional
pelayanan kesehatan dan penderita psoriasis
merupakan hubungan yang mencakup
pendidikan, serta dukungan. Setelah hubungan
tersebut diciptakan, pasien harus lebih memiliki
keyakinan diri dan pemberdayaan dalam
melaksanakan program terapi.
Bantu pasien unutk mendapatkan Pengenalan terhadap strategi koping yang
mekanisme koping yang efektif berhasil dijalankan oleh penderita psoriasis
lainnya dan saran-saran untuk mengurangi atau
menghadapi situasi penuh stres dirumah,
disekolah atau tempat kerja akan memfasilitasi
ekspektasi pasien yang lebih positif
Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan Menghidupkan kembali perasaan kemandirian
pasien melakukan sebanyak-banyaknya hal- dan membantu perkembangan harga diri serta
hal untuk dirinya memengaruhi proses rehabilitasi
Dukung perilaku atau usaha seperti Pasien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan
peningkatan minat atau partisipasi dalam pengertian tentang peran individu masa
aktivitas rehabilitasi mendatang

6.      Kebutuhan pemenuhan informasi b.d tidak adekuatnya sumber informasi,


ketidaktahuan program dan pengobatan
Tujuan : Terpenuhinya pengetahuan pasien tentang kondisi penyakit
Kriteria evaluasi : 
-Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan dengan
kemungkinan komplikasi.
-Mengenal perubahan gaya hidup atau tingkah laku untuk mencegah terjadinya
komplikasi
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat pengetahuan pasien dan Pengetahuan pasien dan orang tua yang baik dapat
keluarga tentang psoariasis menurunkan resiko komplikasi
Jelaskan pentingnya istirahat Seseorang dengan psoriasis memerlukan nasihat
untuk menghilangkan iritan eksternal dan
menghindari panas yang berlebihan, serta
perspirasi. Kebiasaan menggaruk dan menggososk
bagian yang gatal akan memperpanjang lamanya
penyakit.
Meningkatkan cara hidup sehat seperti Meningkatkan sistem imun dan pertahanan
intake makanan yang baik, terhadap infeksi.
keseimbangan antara aktivitas dan
istrahat, monitor status kesehatan dan
adanya infeksi
Jelaskan tentang kondisi penyakit dan Perawat harus menjelaskan dengan perasaan yang
pentingnya penatalaksanaan psoriasis peka bahwa sampai saat ini masih belum terdapat
pengobatan untuk penyembuhan total penyakit
psoriasis bahwa penanganan seumur hidup tidak
diperlukan bahwa keadaan ini dapat dihilangkan,
serta dikendalikan. Patofisologi psoriasis perlu
ditinjau kembali termasuk faktor pencetusnya,
yaitu setiap iritasi atau cidera pada kulit (luka
tersayat, abrasi, terbakar cahaya matahari) setiap
penyakit yang baru saja dialami (misalnya : infeksi
streptokokus pada faring) dan stress emosional.
Perlu di tegaskan bahwa trauma yang berulang –
ulang pada kulit disamping lingkungan yang tidak
mendukung (hawa dingin) atau preparat tertentu
(litium, penyekat-beta, indomentasin) dapat
membuat psoriasis. Pasien harus diingatkan bahwa
pemakaian obat – obat tanpa resep dokter dapat
memperburuk penyakit psioriasis yang ringan
Identifikasi sumber – sumber Keterbatasan aktivitas dapat mengganggu
pendukung yang memungkinkan untuk kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
mempertahankan perawatan dirumah sehari – hari
yang dibutuhkan
Beri penjelasan untuk perawatan Bahan untuk penyuluhan yang sudah dicetak dapat
dirumah disediakan untuk memperkuat diskusi tatap muka
dengan pasien mengenai pedoman terapi dan
berbagai masalah lainnya.

                                                DAFTAR PUSTAKA
Bruner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Elizabeth, J Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran (EGC)
Kowalak, dkk. 2012. Patofisiologi. Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan
(KDT).
Mutaqqin Arief dan Sari Kumala. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta : Salemba Medika.
Rahariyani, Loetfia Dwi. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Sistem Integumen.  Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Sri Adi dan Suria Djuanda. 2010. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : FKUI
http://sobodadjian.blogspot.com/2012/12/kti-bab-1-dermatitis.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai