Anda di halaman 1dari 12

Nama : Winda Triyana

Nim : 12201173438
Kelas : PAI 3J
Matkul : Psikologi Pendidikan Islam

PEMBINAAN MINAT DAN BAKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


(ABK)

(STUDI DESKRIPTIF DI SEKOLAH DASAR INKLUSI)

A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan salah satu anugerah tidak ternilai yang Allah SWT berikan pada
setiap orang tua. Melalui anak, dapat menetukan keberlangsungan suatu keturunan dan
juga ke-berlangsungan kehidupan suatu bangsa melalui berbagai keistimewaan yang
mereka miliki. Berbagai keistimewaan yang dimiliki oleh setiap anak dapat dilihat dari
fisik, bakat, potensi, sifat, kebutuhan ataupun karakteristik khusus. Karakteristik khusus
yang tidak dimiliki anak pada umumnya biasa diartikan dengan anak berkebutuhan
khusus (ABK). Menurut Delphie (2006:1) “Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
merupakan istilah lain untuk menggantikan Anak Luar Biasa (ALB) yang menandakan
kelainan khusus.” Baik ABK atau ALB adalah mereka yang membutuhkan penanganan
khusus dalam kesehariannya ataupun dalam memaksimalkan berbagai potensi yang
dimiliki. Macam-macam ABK dapat digolongkan menjadi beberapa jenis diantaranya
yaitu retardasi mental, kesulitan belajar, gangguan emosi, gangguan bicara,
pendengaran, penglihatan, fisik, dan juga anak berbakat. Namun berbagai karakteristik
dan hambatan yang dimiliki ABK bukan menjadi dasar pemikiran bahwa mereka tidak
memiliki potensi seperti minat dan bakat pada bidang tertentu. Bahkan terdapat
semboyan hidup yang sering dikatakan bahwa “setiap orang memiliki bakatnya masing–
masing”, sama halnya dengan ABK, mereka pada dasarnya mereka juga sama seperti
individu anak lain, mereka juga memiliki hak sama untuk dapat sukses dan berkembang
dalam hidupnya dengan berbagai minat dan bakat yang mungkin banyak orang lain
tidak miliki. Seperti tokoh ternama Helen Keller yang memiliki kekurangan pada
penglihatan dan pendengaran namun dia berhasil menjadi seorang penulis, aktivis
politik, dan dosen Amerika, serta mendapatkan berbagai penghargaan dari hasil
karyanya berkat bantuan gurunya yang selalu mem-bimbingnya. Satu lagi yaitu aktor
Hollywood terkenal Thomas Cruise atau yang sering disebut dengan sebutan Tom
Cruise didiagnosis menderita disleksia atau penyakit ketidakmampuan se-seorang dalam
menulis dan membaca.
Dari dua hal yang terjadi pada Helen Keller dan Tome Cruise bila terjadi di
lingkungan masyarakat mungkin orang lain akan berfikir bahwa mereka adalah individu
yang bodoh, namun teranyata siapa yang menyangka melaui bakat yang dimiliki dia
dapat menjadi sosok luar biasa yang dapat dikenal oleh banyak orang. Bukti lain yang
ada di sekitar kita khususnya di Indonesia sendiri juga dapat dikuatkan dengan
pengalaman Chatib (2014:60) yang memiliki anak dengan kelemahan discalculia atau
kesulitan dalam menghitung namun berhasil menjadikan anaknya terampil dalam
menghasilkan berbagai puisi. Dari berbagai data tersebut menunjukan bahwa setiap
orang memiliki potensi bakat masing– masing yang ada dalam dirinya bahkan apabila
orang tersebut adalah seorang yang bodoh sekalipun mereka tetap dapat bertahan hidup
atau sukses karena bakat yang dimilikinya, dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa
seseorang dapat bertahan hidup tidak hanya dilihat berdasarkan kemampuan integensi
saja melaikan juga melalui kemapuan nonintegensi seperti minat, bakat atau kretivitas
seseorang tersebut. Bahkan dalam harian kompas memberitahukan bahwa nama
Indonesia telah diharumkan dengan membawa 15 emas, 13 perak, 11 Perunggu, oleh
ABK pada kegiatan Olimpiade Tunagrahita di Athena. (Kompas, 2013).
Hal ini menunjukan bahwa sangat penting adanya penanganan pada ABK dalam
membantu mengembangkan berbagai minat serta bakat yang dimiliki mereka, karena
seperti yang diketahui ABK memiliki tantangan untuk dapat berjuang dalam hidup yang
lebih berat dari orang lainnya dan hal tersebut akan lebih berat lagi apabila tidak adanya
potensi diri seperti bakat yang mampu menopang hidupnya. Berita koran pendidikan
memberitakan bahwa bagian dari generasi emas (Gifted an Talented) yang populasinya
mencapai 2,5% dari seluruh penduduk Indonesia adalah anak–anak berkebutuhan
khusus yang diibaratkan mutiara yang terbenam dalam lumpur jika dibersikan dan
diasah akan menjadi cemerlang sehingga melalui generasi emas dari 2,5% ini nantinya
akan mampu memberikan peran penting dalam berbagai bidang kehidupan, karena
jangan sampai keterbatasan menghalangi seseorang untuk berprestasi (DIK-
JENPENDIS, 2015).
Namun dibalik usaha dalam memaksimalkan bakat yang dimiliki ABK
membutuhkan upaya serta bantuan orang lain baik orang tua pemerintah maupun sosok
guru yang memiliki peran besar di sekolah. Keberadaan sosok guru di sekolah
menduduki peran yang sangat penting terlebih pada sekolah inklusi yang merupakan
satuan pendidikan yang diadakan oleh pemerintah sebagai perwujudan usaha membantu
ABK dalam bidang pendidikan di-selenggarakan melalui prinsip menerima semua
bentuk siswa baik yang memiliki kebutuhan khusus maupun tidak untuk dapat
melakukan pembelajaran bersama–sama.
Di Indonesia sendiri hal tersebut telah diupayakan melaui peran guru di sekolah,
dimana guru tidak lagi hanya sekedar mengajar memberikan ilmu pada peserta didiknya
namun juga harus mampu memahami dan mengembangkan berbagai potensi yang
dimiliki peserta didiknya serta mampu bersikap inklusi, bertindak obyektif serta tidak
diskriminatif dimana hal ini sesuai dengan pengaplikasian isi salah satu dari 14
kompetansi yang terdapat dalam Penilaian Kinerja Guru (PKG). Semua kompetensi
yang terdapat di PKG tersebut setidaknya mampu menjadi acuan penting terkait peran
guru khususnya mereka yang menangani ABK dalam melaksanakan serta mendampingi
anak didiknya untuk dapat memperoleh ilmu terlebih dapat menemukan dan membina
minat dan bakat di lingkungan sekolah inklusi. Salah satu contoh sekolah inklusi yang
terdapat di Kabupaten Nganjuk yaitu SDN 02 Rejoso yang memulai kelas inklusinya
sejak tahun ajaran 2004– 2005 dengan ditunjuk secara langsung oleh pemerintah
sebagai SD Rintisan SD Inklusi dengan dasar pada Keputusan Bupati No.
421/149/2011, dan Permendiknas No. 70 tahun 2009. Di SD ini semua siswa ABK
melaksanakan proses pendidikan dengan memperoleh bimbingan serta arahan yang
sama dengan siswa. Jumlah siswa ABK yang terdapat di SD ini berjumlah ±40 siswa
yang terdiri dari empat macam ABK yaitu Retardasi Mental (Tunagrahita), Slow
Learning (Kesulitan dalam belajar), Autis dan Tuna Daksa dengan jumlah ABK jenis
gangguan terbanyak yaitu slow learning atau kesulitan belajar, SDN 02 Rejoso mencoba
untuk senantiasa menemukan, membina minat dan bakat para siswa ABK yang ada.
Sebagai contoh beberapa potensi minat serta bakat yang dimiliki oleh siswa dengan
gangguan jenis autis dikenal oleh warga sekolah sebagai siswa yang sangat menyukai
kegiatan menggambar, hampir setiap hari dia selalu menggambar pada setiap
pembelajaran. Guru dan teman sekelasnya juga mengakui akan kualitas gambar yang
dihasilkan siswa ABK dengan gangguan jenis autis tersebut. Dari uraian tadi menjadi
landasan bagi peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana manajemen pendidikan
sekolah iknlusi tersebut khususnya guru dalam melaksanakan bentuk pembinaan minat
dan bakat pada anak berkebutuhan khusus di SD Inklusi khususnya SDN 02 Rejoso.
Penelitian ini mencari tahu bagaimana cara guru SDN 02 Rejoso lakukan untuk
mengetahui karakteristik, minat dan bakat dari siswa ABK serta management strategi
guru sekaligus sekolah dalam membina minat bakat ABK tersebut dan juga berbagai
kendala yang dihadapi baik dari guru maupun sekolah dalam membina minat bakat
siswa ABK dengan fokus pada siswa jenis slow learning atau kesulitan belajar yang
berada di SDN 02 Rejoso. Pada penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan
manfaat baik secara teoritis yaitu memberikan gambaran informasi terkait cara guru
untuk mengetahui minat dan bakat anak berkebutuhan khusus sekolah dasar inklusi dan
memberikan gambaran bagaimana pembinaan minat dan bakat yang dilakukan guru di
sekolah inklusi agar minat dan bakat anak yang memiliki kebutuhan khusus dapat
dikembangkan dengan baik. Selain itu penelitian ini juga diharapkan mampu
memberikan manfaan praktis baik untuk siswa ataupun untuk guru, sekolah dan peneliti.
Bagi siswa sendiri diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada siswa tentang
minat dan bakat yang dimiliki oleh setiap orang sehingga semua siswa mampu
menyadari untuk dapat mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki. Harapan lain
dari hasil penelitian untuk guru diharapkan mampu menjadi suatu bahan kajian bagi
guru terkait dengan pembinaan minat dan bakat anak berkebutuhan khusus yang
nantinya diharapkan dapat menjadi lebih baik dan maju dari yang sebelumnya.
Sedangkan bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu bahan
kajian bagi guru terkait dengan pembinaan minat dan bakat anak berkebutuhan khusus
yang nantinya diharapkan dapat menjadi lebih baik dan maju dari yang sebelumnya.
Lalu untuk peneliti mampu menjadikan sebuah bekal pengetahuan terkait pembinaan
minat dan bakat pada anak berkebutuhan khusus di tingkat SD.

B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana bisasanya peneliti
mengamati berbagai kondisi dari suatu permasalahan sosial secara alamiah. Berbagai
kejadian yang menyangkut terkait hal yang diteliti peneliti tuangkan dan jelaskan
melalui bahasa yang jelas dan detail sesuai kenyataan pada proses penelitian. Menurut
Sugiyono (2010:14) “Penelitian kualitatif disebut sebagai metode penelitian naturalistik
karena penelitiannya yang dilakukan pada kondisi yang alamiah”. Hal ini dapat
diartikan bahwa dalam melaksanakan penelitian kualitatif ini semua objek penelitian
diteliti apa adanya tanpa adanya manipulasi atau setting. Menurut Moleong (2013:11)
“Deskriptif adalah pengumpulan data berupa kata–kata, gambar, bukan angka–angka.”
Selain berisi penjelasan dari apa yang peneliti jelaskan dalam kata–kata, dalam
penelitian ini juga berisi kutipan–kutipan yang berasal dari dokumen peneliti, seperti
hasil wawancara, dan dokumentasi.
Penelitian ini dilakukan di SDN 02 Rejoso Kabupaten Nganjuk, yang menjadi salah
satu sekolah inklusi yang terdapat di Kabupaten Nganjuk. Sekolah tersebut memiliki
kelas pararel yang disetiap kelasnya terdapat siswa ABK yang jumlah setiap kelasnya
berbeda-beda. Peneliti memilih ABK di SD tersebut khususnya pada kelas empat
sebagai subjek penelitian yang terbagi menjadi dua kelas 4A dan 4B dimana dalam satu
tingkatan kelas tersebut terdapat 8 ABK dan 7 di antaranya merupakan ABK dengan
gangguang lambat belajar atau kesulitan belajar. ABK tersebut terdiri dari tiga laki– laki
dan empat perempuan. Pemilihan tempat penelitian ini didasarkan pada status sekolah
yang menjadi SD Inklusi yang ditunjuk langsung oleh Dinas Pendidikan Kabupaten
Nganjuk. Partisipan penelitian dalam penelitian ini adalah guru, siswa dan kepala
sekolah SDN 02 Rejoso sekaligus sebagai subjek penelitian ini. Partisipan penelitian
tersebut terbagi dalam dua jenis partisipan yaitu partisipan primer dan partisipan
sekunder. Partisipan primer dalam penelitian ini yaitu guru SDN 02 Rejoso yang terbagi
dalam dua jenis guru yaitu guru khusus yang berjumlah dua orang dan guru reguler
yang berjumlah dua orang terdiri dari guru kelas A dan B sehingga total guru yang
menjadi partisipan dalam primer dalam penelitian ini yaitu empat orang. Partisipan
penelitian sekunder yaitu siswa dan kepala sekolah, partisipan yang pertama adalah
siswa yang terdiri dari siswa ABK dan siswa reguler.

Tabel 1.1 Daftar Partisipan

No. Partisipan Usia Jenis Kelamin Status

1. Santo Sucipto 52 L Kepala Sekolah

2. Yeni Dwiarti 43 P Guru Khusus A


3. Fahmi Adiutama 27 L Guru Khusus B

4. Ulfa Anggini 30 P Guru Reguler Kelas A

5. Nugroho Wijaya 30 L Guru Reguler Kelas B

Siswa ABK Berkesulitan


6. Octarina Damayanti 11 P
Belajar

Siswa ABK Berkesulitan


7. Nila Sukmawati 12 P
Belajar

Siswa ABK Berkesulitan


8. Jerry Prasetyo 10 L
Belajar

Siswa ABK Berkesulitan


9. Hendra Antoni 10 L
Belajar

Siswa ABK Berkesulitan


10. Laila Lawandra 10 P
Belajar

Siswa ABK Berkesulitan


11. Fani Nur’aini 13 P
Belajar

Siswa ABK Berkesulitan


12. Candra Leonard 10 L
Belajar

13. Fitri Ristanti 10 P Siswa Reguler

14. Kaka Ramdhani 10 L Siswa Reguler

Peneliti menggali secara mendalam melalui beberapa teknik pengumpulan data yang
diberikan pada proses penelitian antara lain wawancara, observasi, dan catatan lapangan
agar informasi yang diperoleh lengkap. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah
peneliti sendiri. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2010:305) “dalam penelitian
kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri”. Data
yang telah terkumpul, selanjutnya dianalisis oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan
analisis data pada saat berada dilapangan, saat penelitian berlangsung dan setelah
penelitian dengan menggunakan model analisis dari Miles dan Huberman. Berikut
model dalam analisis data dengan komponen analisis sebagai berikut: Data Reduction
(Reduksi Data) Setelah memperoleh data dari lapangan dan merasa cukup, peneliti
meganalisis data yang ada dengan mereduksi data yang dimiliki. Data Display
(Penyajian Data) Peneliti setelah selesai melakukan reduksi data, melanjutkan pada
tingkatan penyajian data. Conclusion Drawing/ Verification Langkah yang berikutnya
yaitu pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Pada penelitian ini untuk dapat menguji
keabsahan data yang diperoleh, peneliti menggunkan Teknik Triangulasi. Jenis teknik
triangulasi yang digunakan peneliti adalah triangulasi dengan tiga teknik pengumpulan
data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi dimana semua teknik tersebut antara
satu dengan yang lain saling berhubungan. Antara satu teknik dengan yang lain saling
memberikan keterhubungan dan bila dalam praktiknya tidak terdapat hubungan maka
peneliti akan melakukan diskusi lanjutan dengan informan.

C. PEMBAHASAN

1. Cara Guru Mengenal Karakter-istik Siswa Berkebutuhan Khusus


Di sekolah inklusi terdapat dua macam guru yaitu guru reguler atau guru kelas dan
guru inklusi atau khusus. Pandangan guru reguler terkait cara mereka mengetahui
karakteristik siswa ABK yang berada di kelas khususnya pada siswa dengan jenis
lambat belajar dapat dikatakan bahwa mereka lebih melihat pada ciri khas atau
karakteristik saat pembelajaran. Biasanya siswa ABK akan melihatkan perbedaan yang
jelas dengan siswa lain pada pembelajaran meskipun itu pada siswa dengan jenis sama
perbedaan dapat dilihat dari contoh kesulitan pada materi pembelajaran masing-masing
anak.
Lain halnya dengan pandangan cara guru khusus dalam mengenal karakteristik
setiap siswa ABK yang dibimbingnnya. Dari wawancara yang dilakukan dengan guru
khusus dapat dinyatakan bahwa, guru khusus lebih memperhatikan dan memahami
karakteristik siswa ABK yang dibimbingnya. Selain dengan melihat dari jenis
kebutuhan siswa, guru khusus juga memperhatikan siswa ABK dalam keseharian
bersikap, bertingkah laku, hal yang sering mereka lakukan atau tunjukkan dan respon
pada setiap hal yang ada disekitar seperti tinggi rendahnya rasa ingin tahu mereka. Hal
tersebut menjadi gambaran jelas bahwa antara guru reguler dan khusus prakteknya
memiliki fokus yang berbeda-beda pada caranya mengenali karakteristik setiap siswa
ABK yang dibimbing. Guru khusus lebih terlihat memiliki waktu yang lebih untuk
mendampingi dan mamahami siswa ABK sehingga cara yang digunakan guru khusus
bisa dikatakan lebih memliki penanganan khusus dalam menghadapi dan memperhati-
kan karakteristik siswa ABK dibandingkan dengan guru reguler.

2. Cara Guru Mengetahui Minat Bakat Anak Berkebutuhan Khusus Di SD N 02


Rejoso
Agar dapat mengetahui minat bakat dari para siswa ABK yang ada di kelasnya
khususnya pada ABK dengan jenis kesulitan atau lambat belajar dilakukan wawancara
dengan informan primer kembali yaitu guru reguler dan guru khusus di kelas 4. Dari
wawancara dengan guru reguler dihasilkan keterangan bahwa dalam keseharian terkait
minat bakat siswa khususnya pada siswa ABK guru reguler yaitu NW dan UA banyak
mengungkapkan bahwa untuk perkembangan anak secara khusus seperti keterampilan,
minat bakat siswa ABK yang ada di kelasnya lebih diatur oleh guru khusus yang
senantiasa mendampingi di kelas inklusi. Sedangkan guru reguler NW dan UA lebih
mengarahkan pada kegiatan klasikal keseluruhan kegiatan siswanya baik ABK maupun
reguler sehingga pada prakteknya hal minat bakat lebih menjadi tanggungjawab dari
guru khusus.
Bagi guru khusus sendiri yaitu YD dan FA dengan santai menyatakan bahwa cara
mereka untuk dapat mengetahui minat bakat setiap siswa ABK dilakukan secara santai
sesuai dengan alur atau natural dari apa yang ada, hel ini memang dapat menjadi
gambaran bahwa gurur khusus untuk mengetahui minat bakat siswa sudah mnejadi hal
biasa. Guru YD menjelaskan pada prakteknya sering memberikan beberapa kegiatan
yang berhubungan dengan keterampilan saat di kelas khusus, hal ini dilakukan dengan
harapan dapat memancing berbagai minat bakat yang dimiliki oleh siswa ABK. Hampir
sama dengan guru YD, FA dari hasil wawancara juga menyatakan bahwa upaya yang
dilakukan untuk mengetahui minat bakat siswa dilakukan dengan banyak memberikan
banyak berbagai aktifitas atapun kegiatan yang berhubungan dengan keterampilan
sehingga memungkinkan guru dapat dengan mudah mengetahui minat bakat siswa.
Tujuan dari dilakukannya pemberian kegiatan tersebut nantinya diharapkan mampu
memancing keluar minat serta bakat siswa ABK., sehingga bisa menjadi arahan bagi
guru untu dapat mendalam minat bakat siswa padda kegiatan pembinaan setelah
sebelumnya mengetahui melalui cara mengamatireaksi siswa dalam mengerjakan,
kecepatan menyelesaikan, tertarik tidaknya siswa untuk dapat mendalami materi yang
telah diberikan serta dari hasli yang siswa kerjakan.
Menurut Ma’mur (2012:25) “Salah satu cara mengenal bakat anak adalah melihat
perilaku dan kecenderungannya dalam melakukan kegiatan”. Hal ini dapat dinyatakan
selaras dengan ungkapan guru khusus diatas yang menitikberatkan pada pengamatan
sikap siswa dalam melakukan kegiatan yang diberikan apakah berpotensi baik adanya
minat bakat atau tidak. Ungkapan guru khusus dapat disimpulkan bahwa jika dari hasil
pengamatan mengarahkan adanya ketertarikan dan penguasaan yang lebih cepat maka
dapat dikatakan bahwa anak tersebut memiliki minat bakat pada hal yang telah
diajarkan atau kenalkan.

3. Strategi Guru Membina Minat Bakat Anak Berkebutuhan Khusus Di SD N 02


Rejoso
Setelah mengetahui minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa maka
mengembangkan dan membina minat bakat siswa menjadi tanggungjawab seorang guru
agar dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki terlebih pada siswanya yang
memiliki kekurangan atau berkebutuhan khusus. Strategi guru dalam membina minat
bakat ABK banyak peneliti lakukan dengan wawancara bersama khusus mengingat
mereka yang lebih memahami terkait minat bakat siswa ABK. Tidak hanya itu
wawancara juga peneliti lakukan dengan siswa ABK yang turut andil dalam strategi
yang guru lakukan untuk membina minat bakat yang dimiliki.
Di SD N 02 Rejoso khususnya pada kelas inklusi dalam melakuakn kegiatan
pembinaan minat dan bakat pada siswa ABK, dilakukan pada setiap satu minggu sekali.
Pada kesehariannya siswa ABK masuk kelas inklusi setiap harinya untuk mendapatkan
materi tambahan atau pendalaman materi, namun oleh guru khusus menerapkan
management dalam bimbingan dimana terdapat satu hari khusus yaitu hari jumat di
kelas inklusi untuk siswa memperoleh pembinaan atapun bimbingan terkait minat dan
bakat siswa ABK. seperti pada materi keterampilan tangan yang diberikan oleh guru,
dilakukan secara rutin pada setiap hari jumatnya. Hal ini dilakukan dengan harapan
mampu mengembangkan dan membina berbagai potensi non akademik siswa khsusunya
minat bakat siswa. Kegiatan yang dilakukan tersebut dapat dikatakan menjadi sebuha
langkah nyata dari strategi yang dimiliki oleh guru khusus di SD N 02 Rejoso bahwa
untuk pembinaan minat bakat siswa ABK dilakukan setiap hari jumat.
Aplikasi pembinaan yang dilakukan oleh guru khusus YD dan FA juga pada
prakteknya tidak luput dari usaha dan juga kerjasama yang terjalin. Kerjasama yang
terjalin dapat dilihat pada penyampaiannya sebelumnya YD mengutarakan bahwa lebih
sering membimbing siswanya melkukan kegiatan yang berhubungan dengan minat
bakat pada kegitan jenis keterampilan tangan namun lain halnya dengn guru FA yang
banyak membina minat bakat siswa ABK dibagian musik. Kegiatan pembinaan minat
bakat yang pada prakteknya dilakukan dengan secara bersama-sama saat awal pada
pelaksanaanya dilakukan terpisah sesuai dengan kegiatan pembinaan minat bakat yang
guru YD dan FA bimbing. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembinaan minat bakat
yang dilakukan oleh guru khusus disesuaikan dengan minat bakat siswa ABK. Pada
hasil observasi juga menunjukkan bahwa guru dalam membina minat bakat siswa
dilakukan dengan penuh kesabaran serta selalu memantau setiap perkembangan minat
bakat siswa, mengingat siswa yang dibina banyak dari jenis siswa dengan gangguan
kesulitan belajar atau slow learning.

4. Upaya Sekolah dalam Melaksanakan Pembinaan Minat Bakat Anak


Berkebutuhan Khusus Di SD N 02 Rejoso
Tidak hanya guru khusus yang memiliki upaya untuk menemukan minat bakat
siswa ABK, sekolah juga turut andil dalam menyokong usaha menemukan dan
membina minat bakat siswanya. Selain guru khusus sekolah juga memiliki kesadaran
penuh akan pentingnya minat serta bakat dari para siswanya yang perlu untuk
dikembangkan. Dalam hal tersebut kepala sekolah yang pada kesempatan ini merupakan
peimpinan tertinggi yang ada di sekolah mengutarakan upaya yang sekolah lakukan
guna membina minat bakat siswa ABK yang ada di sekolahnya melaui wawancara yang
dilakukan oleh peneliti.
Lebih mendalam lagi SS memberikan informasinya terkait upaya sekolah dalam
membina minat bakat siswanya yang melalui tari dan musik tersebut, bahwa dalam
prateknya sekolah melaksanakan kegiatan tersebut selama satu minggu sekali, dan
sama-sama bertepatan di hari jumat seperti yang dilakasanakan oleh guru kelas inklusi
khususnya pada kelas 4. Sekolah menyediakan upaya pembinaan minat bakat dari seki
tari dan musik ini tidak hanya ditujukan untuk mereka siswa ABK saja namun juga
untuk siswa reguler. Artinya baik siswa reguler dan juga siswa ABK memiliki
kesempatan sama untuk mengembangkan minat bakat mereka di tari dan musik, namun
juga mereka harus mampu bersaing antara siswa reguler dan ABK untuk menjadi yang
terbaik dalam kegiatan tersebut.

5. Kendala Guru dan Sekolah dalam Melaksanakan Pembinaan Minat Bakat


Anak Berkebutuhan Khusus Di SD N 02 Rejoso
Berbagai kegiatan pembinaan yang berlangsung pasti memiliki kendala dalam
bentuk besar ataupun kecil, baik oleh sekolah sendiri ataupun guru dalam sendiri. SS
selaku kepala sekolah menjadi informan dari kendala yang sekolah hadapi, sedangan
guru khusus yaitu YD & FA masih menjadi infroman guru utama, mengingat guru kelas
yang lebih menyerahkan urusan minat bakat siswa khususnya siswa ABK dikleas 4 pada
jenis kesulitan atau hambatan belajar pada guru khusus. Bagi guru khusus sendiri
menyatakan bahwa kendala yang dihadapi dalam melaksanakan pembinaan minat bakat
terdiri dari berbagai macam hal yaitu dari sarana prasarana mulai dari ruangan yang
inklusi yang masih menggunakna ruang perpustakaan terlebih lagi dalam satu ruangan
terbagi menjadi dua bagian untuk dua tingkatan kelas sekaligus. Namun juga sarana
prassarana yang menunjang kegiatan pembinaan, diamana sekolah hanya memiliki tiga
buah gitar, sehingga guru YD hanya mampu membina minat bakat siswa ABK pada hal
yang sederhana juga seperti dalam keterampiplan tangan layaknya menggambar,
membuat origami dll yang tidak membutuhkan sarana prasarana yang besar. Disisi lain
dengan kondisi siswa ABK yang memang sesuai dengan jenis kekurangan yaitu
kesulitian atau lambat belajar juga menjadi hal yang tidak terpisahkan apabila siswa
kerap kali membutuhkan bimbingan lebih karena pemahaman yang kurang.
Menurut Ellis (2008:102) “Minat terbagi dalam dua jenis yang dapat dilihat dari
segi waktu yaitu minat situasional dan pribadi”. Hal ini sesuai dengan guru FA yang
menyatakan bahwa selama ini kendala yang dihadapi terletak pada anak itu sendiri baik
dari segi suasana anak atau mood dari anak atapun minat anak yang kerap kali berubah-
ubah sehingga guru FA yang merasa mantap untuk berusaha mengoptimalkan minat
bakat siswa kerap kali menjadi berfikir ulang kembali terkait minat bakat siswa ABK
yang lebih tepat. Berbeda dengan kendala yang dihadapi oleh guru yang telah
diutarakan sebelumnya, SS selaku kepala sekolah memiliki pandangan kendala
tersendiri dalam melangsungkan upaya membina minat bakat siswa yang ditujukan
untuk seluruh siswa yang ada di sekolah baik reguler maupun ABK. SS merasa bahwa
kendala yang dihadapi selama ini sesungguhnya yaitu kesiapan dari kemampuan guru
yang perlu diasah dalam membina minat bakat anak, mengingat yang mereka ajar itu
tidak hanya siswa reguler biasa namun juga terdapat siswa ABK.

D. SARAN
Berikut beberapa saran yang dapat diambil dalam penelitian ini:
1. Sekolah hendaknya dapat lebih mengusahakan lagi pengadaan sarana prasarana
yang dapat menunjang lebih kegiatan pembinaan minat dan bakat di kelas inklusi
agar dalam berbagai kegiatannya dapat berjalan lebih maksimal.
2. Kerjasama yang terjalin hendaknya lebih dikembangkan lagi tidak hanya antara guru
di sekolah saja namun juga psikiater atau psikolog dalam melaksanakan kegiatan
pembinaan minat bakat siswa ABK.
3. Perlu adanya sebuah ajang untuk menampilkan ataupun mempertunjuk-kan berbagai
minat bakat ABK yang telah dibina, seperti melalui ajang perlombaan atau
pertunjukkan.

Anda mungkin juga menyukai