Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan

heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah

atau hiperglikemia(Brunner &Suddarth, 2012). American Diabetes

Association (ADA) tahun 2016 menyatakan bahwa DM merupakan

suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia

yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau

keduanya.Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas,

mengendalikan kadar gula darah dalam mengatur produksi dan

penyimpanannya (Brunner &Suddarth, 2012).


Prevalensi pasien DM terus mengalami kenaikan di Indonesia

(Riskesdas, 2010).DM juga merupakan penyebab utama untuk

kebutaan, serangan jantung, stroke, gagal ginjal, dan amputasi. Salah

satu komplikasi pada pasien Dm adalah terjadinya gangguan vaskuler

perifer baik akibat mikro vaskuler atau karena gangguan yang bersifat

makro vaskuler menyebabkan iskemia kaki, keadan tersebut di

samping menjadi penyebab terjadinya ulkus juga mempersulit proses

penyembuhan ulkus kaki (Fryberg, 2013). Penyakit DM merupakan

masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius.Namun dua

pertiga orang dengan DM tidak mengetahui dirinya terkena DM, dan

berpotensi mengakses layanan kesehatan dalam kondisi terlambat.

Perhatian terhadap penanganan DM di Negara berkembang masih


kurang, terutama tentang komplikasi yang di timbulkan akibat DM

(Suyono, 2012).

Jika kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik (HbA1C

> 6,5%) dalam jangka waktu 3 bulan dengan 2 obat oral, merupakan

suatu indikasi untuk memulai terapi kombinasi obat hipoglikemik oral

dengan insulin. Namun, jika kadar glukosa darah semakin memburuk

ditandai kadar glukosa darah sewaktu >300 mg/dL, kadar glukosa

darah puasa >250 mg/dL atau kadar HbA1C >10% maka terapi

insulin menjadi pilihan terapi berikutnya.

menurut World Health Organization (WHO, 2016).Secara

global sekitar 425 juta (8,8%)orang di seluruh dunia diperkirakan

penyandang DM tipe 2. Diperkirakan penyandang DM tipe 2 usia

20-79 tahun di Indonesia sebanyak 10,3 juta jiwa. Saat ini Indonesia

berada pada peringkat ke- 6 sebagai negara dengan jumlah

penyandang DM tipe 2 setelah China, India, Amerika, Brazil dan

Mexico (IDF, 2017). Dalam KemenKes RI 2014 pada Riskesdas

tahun 2013, jumlah DM tipe 2 di Indonesia 6,9 % atau sekitar 12

juta jiwa. Data Sample Registration Survey tahun 2014

menunjukkan bahwa DM penyebab kematian terbesar nomor 3 di

Indonesia dengan persentase sebesar 6,7%, setelah Stroke

(21,1%) dan penyakit Jantung Koroner (12,9%). Propinsi di

Indonesia yang termasuk dalam empat peringkat teratas dengan


jumlah kasus DM terbanyak pada usia ≥15 tahun yaitu Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY) (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi

Utara (2,4%), dan Kalimantan Timur (2,3%) (KemenKes RI, 2014).

Surveilans Penyakit Tidak Menular Dinas Kesehataan Provinsi

Nusa Tenggara Barat menyebutkan jumlah pasien DM tahun 2013

sebanyak 9.394 orang, kemudian 2014 sebanyak 6.394 dan pada

tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 53.786 orang.Dari

data Dinas Kesehatan Kota Mataram jumlah klien DM di

Puskesmas se Kota Mataram tercatat pada tahun 2013 terdapat

1111 orang, 2014 sebanyak 1130 dan padatahun 2015 sebanyak

1338 orang klien DM (Dikes Prov. NTB, 2015).

Komponen tubuh yang dapat mengalami perubahan adalah sel

beta pankreas yang menghasilkan hormon insulin, sel jaringan target

yang menghasilkan glukosa, sistemsaraf, dan hormon lain yang

mempengaruhi kadar glukosa (Magfuri, 2016). DM di sebabkan oleh

beberapa hal mulai dari pola makan yang berlebihan, factor genetik

yang diwarisi gen penyebab DM, bahan-bahan kimia, obat-obatan, dan

penyakit infeksi pancreas seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi

pancreas sehingga menimbulkan radang pankreas (Wijayakusuma,

2004). Lamanya penderita mengalami penyakit DM dan disertai

dengan kadar glukosa darah yang tinggi dapat mengakibatkan

kerusakan pada saraf terutama pada saraf perifer(Suyono, 2006).DM

juga merupakan penyebab utama kebutaan, serangan jantung, stroke,


gagal ginjal, kerusakan saraf di kaki yang meningkatkan kejadian ulkus

kaki, infeksi dan bahkan harus amputasi kaki (Riskesdas, 2013).

Tingkat pengetahuan yang rendah akan dapat mempengaruhi

pola makan yang salah sehingga menyebabkan kegemukan, yang

akhirnya mengakibatkan kenaikan kadar glukosa darah. Diperkirakan

sebesar 80-85% penderita DM tipe 2 mengidap kegemukan. Hal ini

terjadi karena tingginya asupan karbohidrat dan rendahnya asupan serat.

Salah satu upaya pencegahan DM adalah dengan perbaikan pola makan

melalui pemilihan makanan yang tepat. Pengelolaan DM tipe 2

bertujuan mengembalikan konsentrasi glukosa darah senormal

mungkin agar penyandang DM tipe 2 merasa nyaman dan sehat

serta mencegah timbulnya komplikasi mikrovaskuler dan makro

vaskuler (Subekti, 2009). Tujuan tersebut dapat tercapai dengan

pengendalian glukosa darah yaitu dengan pengeloalaan dan

penatalaksanan edukasi, latihan jasmani, terapi farmakologis, diet

dan monitoring glukosa darah (Soewondo 2009; PERKENI, 2015).

Penyandang Diabetes Mellitus mungkin membutuhkan insulin

bila terapi jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa

darah.

Peran perawat dalam pelayanan pasien dengan DM tipe 2

adalah Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat mengontrol

glukosa darah pasien dan mempertahankan glukosa darah pasien


mencapai kadar normal. Glukosa darah pada pasien DM tipe 2

dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, obesitas, aktivitas, pola

makan, kecemasan dan infeksi dimana akan berdampak pada

kontrol glukosa darah. Salah satu cara mengontrol glukosa darah

pasien agar tetap normal adalah dengan monitoring glukosa darah

dan menggunakan terapi faramakologis berupa injeksi insulin

(Subekti, 2009).

Terapi insulin dilakukan dengan cara memberikan insulin

eksogen yang dapat menyerupai pola sekresi insulin endogen

sehingga kontrol glukosa darah yang diinginkan dapat tercapai.

Teknik pemberian insulin dapat diberikan secara infus (drip) atau

injeksi subkutan, jenis insulin yang digunakan pada terapi DM tipe 2

adalah insulin analog yang terdiri dari insulin kerja cepat (rapid acting

insulin), insulin kerja pendek (short acting insulin), insulin kerja

menengah (intermediate acting insulin), insulin kerja panjang (long

acting insulin).

Berdasarkan masalah di atas peneliti tertarik dan memutuskan

untuk meneliti kemampuan pasien tentang cara melakukan suntik

insulin.

B. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat di rumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:”Bagaimana Kemampuan Pasien Tentang

Cara Melakukan Suntik Insulin Pada Pasien DM ?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Bagaimana Kemampuan Pasien Tentang

Cara Melakukan Suntik Insulin Pada Pasien DM.


2. TujuanKhusus
Mengidentifikasi Bagaimana Kemampuan Pasien Tentang

Cara Melakukan Suntik Insulin Pada Pasien DM


D. ManfaatPenelitian
1. SecaraTeoritis
Menambah referensi dan pengetahuan ilmu kesehatan

khususnya dalam Keperawatan Medikal Bedah (KMB) yaitu

perawatan pada pasien DM.


2. SecaraPraktis
a. Bagi Poltekkes Kemenkes Mataram
Dapat dijadikan referensi tentang keperawatan medical

bedah dan hasilnya nanti diharapkan dapat bermanfaat

sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan guna

meningkatkan mutu pendidikan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai