Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

NIFAS POST SC (SECTIO CAESARIA)

OLEH

FITRI ROHMAYANI
(P07120317008)
( TINGKAT III SEMESTER V )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MATARAM
2018/2019

LAPORAN PENDAHULUAN

0
NIFAS POST SC (SECTIO CAESARIA)

A. KONSEP TEORI

1. DEFINISI

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan


membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut
juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar,
1998).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan
berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus
yang utuh(Gulardi &Wiknjosastro, 2006).

2. KLASIFIKASI

a. Sectio caesarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen


bawah uterus.
Tipe ini yang paling banyak dilakukan. Segmen bawah uterus tidak
begitu banyak mengandung pembuluh darah dibanding segmen atas
sehingga resiko perdarahan lebih kecil. Karena segmen bawah terletak
diluar kavum peritonei, kemungkinan infeksi pasca bedah juga tidak
begitu besar. Di samping itu resiko rupture uteri pada kehamilan dan
persalinan berikutnya akan lebih kecil jika jaringan parut hanya
terbatas pada segmen bawah uterus. Kesembuhan luka biasanya baik
karena segmen bawah merupakan bagian uterus yang tidak begitu
aktif.

Indikasi SC yang berasal dari ibu:

1) Sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk

2) Terdapat kesempitan panggul

1
3) Solusio Plasenta tingkat I-II

4) Komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia, eklamsia

5) Setelah operasi plastic vaginam:

a) Bekas luka / sikatriks yang luas

b) Fistula vesika-vaginal, rekto-vaginal

6) Gangguan perjalanan persalinan, karena :

a) Kista ovarium

b) Mioma uteri

c) Karsinoma serviks

d) Kekakuan serviks

e) Rupture uteri iminem

7) Kehamilan yang disertai penyakit seperti :

a) Penyakit jantung

b) DM

Indikasi yang berasal dari janin :

1) Fetal distress/ gawat janin

2) Malpresentasi dan malposisi kedudukan janin

3) Prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil

4) Kegagalan persalinan vakumatau forseps ekstraksi

Pertolongan persalinan SC tidak akan dipertimbangkan pada :

1) Janin yang telah meninggal

2) Kelainan congenital

3) Terdapat kesempitan panggul absolute (CD ≤ 5 cm)

2
Keuntungan insisi segmen bawah rahim menurut kehier :

 Segmen bawah rahim lebih tenang

 Kesembuhan lebih baik

 Tidak banyak menimbulkan perlekatan

Kerugiannya :

 Terdapat kesulitan pada waktu mengeluarkan janin

 Terjadi perluasan luka insisi dan menimbulkan perdarahan

b. Sectio sesarea klasik (korporal) menurut Sanger

Insisi dibuat pada korpus uteri. Dilakukan kala segmen bawah


tidak terjangkau karena melekat eratnya dinding uterus pada perut
karena section sesarea yang sudah-sudah, insisi disegmen bawah
uterus mengandung bahaya perdarahan banyak berhubung dengan
letaknya plasenta pada plasenta previa, atau apabila dikandung maksud
untuk melakukan histerektomi setelah janin dilahirkan.

Indikasi :

1) SC yang dengan sterilisasi

2) Terdapat pembuluh darah besar sehingga diperkirakan akan


terjadi robekan segmen bawah rahim dan perdarahan

3) Janin kepala besar dalam letak lintang

4) Kepala bayi telah masuk pintu atas panggul

Keuntungan :

1) Mudah dilakukan karena lapangan operasi relative luas

Kerugian :

3
1) Kesembuhan luka operasi relative sulit

2) Kemungkinan terjadinya rupture uteri pada kehamilan


berikutnya lebih besar

3) Kemungkinan terjadinya perlekatan dengan dinding


abdomen lebih besar

c. Sectio sesarea ekstraperitoneal

Dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal,


sekarang tidak banyak dilakukan karena sulit dalam tehniknya dan
seringkali terjadi sobekan peritoneam.

d. Sectio sesarea histerektomi menurut Porro

Operasi SC Histerektomi dilakukan secara Histerektomi supra


vaginal untuk menyelamatkan jiwa ibu dan janin dengan indikasi :

1) SC disertai infeksi berat

2) SC dengan Antonio uteri dan perdarahan

3) SC disertai uterus coovelaire (solusio plasenta)

3. ETIOLOGI

a. Indikasi Ibu
1) Panggul sempit absolute
2) Placenta previa
3) Ruptura uteri mengancam
4) Partus Lama
5) Partus Tak Maju
6) Pre eklampsia, dan Hipertensi
b. Indikasi Janin
1) Kelainan Letak
2) Letak lintang
3) Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah
jalan/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak
lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua
primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio

4
caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara
dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
4) Letak belakang
5) Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang
bila panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
6) Gawat Janin
7) Janin Besar
c. Kontra Indikasi
1) Janin Mati
2) Syok, anemia berat.
3) Kelainan congenital Berat

4. PATOFISIOLOGI

Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang


menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan,
dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada
pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan
insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya
inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah
insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses

5
Kelahiran terhambat

pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka


post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah
resiko infeksi.

5. PATHWAY
Insufisiensi plasenta Sirkulasi uteroplasenta menurun Cemas pada janin

Tidak timbul HIS


Kadar kortisol
menurun(merupakan
metabolisme
Tidak ada perubahan
karbohidrat, protein dan
pada serviks
lemak)
Faktor predisposisi :

 Ketidak seimbangan
sepalo pelvic
 Kehamilan kembar
 Distress janin
 Presentsi janin Post date
 Preeklampsi /
eklampsi

SC
6
Persalinan tidak
normal

Kurang Nifas Estrogen


pengetahuan (post pembedahan) meningkat

Ansietas Resiko infeksi Penurunan laktasi


Nyeri Imobilisasi

Pembendungan
Kerusakan laktasi
integritas jaringan
Deficit
perawatan diri

Nyeri Mastitis
6. MANIFESTASI KLINIS
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang
lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan
post partum.Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges
(2001),antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan
(lokhea tidak banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira
600-800ml
f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan
muntah
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler

7
k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang
paham prosedur
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Darah lengkap, golongan darah (ABO)


b. Urinalis untuk mengetahui kadar albumin
c. Kultur mengidentifikasi adanya virus herpes simplex II
d. Ultrasonografi melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan
dan presentasi janin

8. PENATALAKSANAAN

a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah
penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan
peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah
boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih
dan air teh.
c. Mobilisasi
1) Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
2) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
3) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar

8
4) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
5) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
6) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak
enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan
menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam /
lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-
beda setiap institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
 Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
 Oral : tramadol tiap 6 jam atau
paracetamol
 Injeksi : penitidine 90-75 mg diberikan
setiap 6 jam bila perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
4) Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila
basah dan berdarah harus dibuka dan diganti
5) Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah
suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
6) Perawatan Payudara

9
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut
payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak
menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
(Manuaba, 1999)
9. KOMPLIKASI

a. Pada Ibu

Telah dikemukakan bahwa dengan kemajuan tehnik


pembedahan, dengan adanya antibiotika dan dengan persediaan
darah yang cukup, seksio sesaria sekarang jauh lebih aman
daripada dahulu. Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas
yang baik dan tenaga-tenaga kompeten kurang dari 2 per 1000.

Faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas


pembedahan ialah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi
untuk melakukan pembedahan dan lamanya persalinan
berlangsung. Tentang faktor pertama, niscaya seorang wanita
dengan plasenta previa dan perdarahan banyak memikul resiko
yang lebih besar daripada seorang wanita lain yang mengalami
seksio sesaria elektif karena disproporsi sefalopelvik. Demikian
pula makin lama persalina berlangsung makin meningkat bahaya
infeksi post operatif apalagi setelah ketuban pecah.

Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul adalah :

1) Infeksi Puerperal

Komplikasi ini bisa bersifat ringan seperti kenaikan


suhu selam beberapa hari dalam masa nifas atau bersifat
berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya. Infeksi post
operatif terjadi bila sebelum pembedahan sudah ada gejala-
gejala infeksi intra partum, atau ada faktor-faktor yang

10
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama
khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan
pemberian antibiotika, akan tetapi tidak dapat dihilangkan
sama sekali, terutama seksio sesaria klasik dalam hal ini
lebuh berbahaya daripada seksio sesaria transperitonealis
profunda.

2) Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu


pembedahan jika cabang-cabang arteria uterine ikut terbuka
atau karena atonia uteri.

3) Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing,


embolisme paru-paru, dan sebagainya sangat jarang
terjadi.Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ,
ialah kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga
pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
Kemungkinan peristiwa ini leih banyak ditemukan sesudah
seksio sesaria klasik.

b. Pada Anak

Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan


dengan seksio sesaria banyak tergantung dari keadaan yang
menjadi alasan untuk melakukan seksio sesaria. Menurut statistic
di Negara-negara pengawasan antenatal dan intra natal yang baik,
kematian prenatal pasca seksio sesaria berkisar antara 4 dan 7 %.

11
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam,
alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record,
diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk,
keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien
multipara
d. Data Riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah
pasien operasi.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit
sekarang, Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit
yang sama (Plasenta previa).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien
ada juga mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.
e. Keadaan klien meliputi :
1) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi.
Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan
kira-kira 600-800 mL
2) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai
wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan,
ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
3) Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
4) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal
epidural.

12
5) Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma
bedah, distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri
tekan uterus mungkin ada.
6) Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
7) Keamanan
8) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
9) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea
sedang.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri / ketidakberdayaan b.d agen injuri (insisi pembedahan)

b. Deficit perawatan diri b.d nyeri

c. Resiko infeksi b.d trauma pembedahan

d. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada konsep diri,


transmisi

e. Imobilisasi b.d adanya luka bekas operasi

f. Menyusui tidak efektif b/d kurang pengetahuan ibu,


terhentinya proses menyusui, nyeri payudara.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


1) Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen
injuri (insisi pembedahan).

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


NOC NIC
NOC: Kontrol nyeri NIC :
Kriteria hasil: Managemen nyeri
- Menggunakan skala nyeri untuk Intervensi :
mengidentifikasi tingkat nyeri - Kaji komprehensif tentang nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri - Observasi isyarat2 nonverbal
berkurang dengan menggunakan

13
managemen nyeri dari ketidaknyamanan
- Melaporkan kebutuhan tidur dan - Beri informasi tentang nyeri
istirahat cukup - Berikan analgetik sesuai dosis
- Kolaborasi dengan dokter bila
tindakan tidak berhasil

2) Diagnosa keperawatan : Deficit perawatan diri berhubungan dengan


nyeri

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


NOC NIC
NOC: Perawatan diri Aktivitas NIC : Perawatan diri
Kehidupan Sehari-hari (AKS) Intervensi :
Kriteria hasil : - Kaji kemampuan untuk
- Mengungkapkan secara verbal menggunakan alat bantu
kepuasan tentang kebersihan - Kaji membran mukosa oral dan
tubuh dan hygiene mulut kebersihan tubuh
- Mempertahankan mobilitas yang - Pantau adanya perubahan
diperlukan untuk ke kamar kemampuan fungsi
mandi
- Bantu klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari
- Anjurkan keluarga untuk
membantu memenuhi ADLs
klien seperti mandi, makan,
toileting dan berpakaian
- Motivasi klien untuk memenuhi
ADLs secara mandiri dan
bertahap
- Anjurkan untuk melakukan
aktivitas sesuai dengan
kemampuan

3) Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan


infasive, insisi post pembedahan

14
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
NOC NIC
NOC: Pengendalian resiko, NIC : Pengendalian infeksi
dengan indikator (nilai 1-5: tidak Intervansi :
pernah, jarang, kadang-kadang,
sering, konsisten) - Pantau tanda/gejala infeksi
Kriteria hasil : - Kaji faktor yang meningkatkan
serangan infeksi
- Terbebas dari tanda atau gejala
infeksi - Instruksikan untuk menjaga
hygiene pribadi
- Menunjukkan hygiene pribadi
yang adekuat - Berikan terapi antibiotik, bila
diperlukan
- Menggambarkan faktor yang
menunjang penularan infeksi - Monitor jumlah leukosit
- Gunakan teknik aseptik
setiap melakukan tindakan
- Tingkatkan intake nutrisi
- Batasi pengunjung

4) Diagnosa keperawatan : Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada


konsep diri, transmisi

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


NOC NIC
NOC: Kontrol cemas NIC :
Kriteria hasil: Anciety reduction
- Klien mampu mengidentifikasi Intervensi :
dan mengungkapkan gejala - Jelaskan semua prosedur dan apa
cemas yang dirasakan selama prosedur
- Tanda vital dalam batas normal - Berikan informasi fakual
- Mengidentifikasi, mengenai diagnose dan tindakan
mengungkapkan dan prognosis
menunjukkan teknik untuk - Identifikasi tingkat kecemasan
mengontrol cemas
- Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi

15
- Instruksikan klien untuk
menggunakan tehnik relaksasi/
distraksi
- Berikan obat untuk mengurangi
cemas

5) Diagnosa keperawatan : kerusakan mobilitas fisik b.d adanya luka


bekas operasi

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


NOC NIC
NOC: ambulation : walking NIC :
Kriteria hasil : Exercise therapy: ambulation
- Dapat mempertahankan dan Intervensi :
fungsi tubuh - Monitor vital sign
- Klien menunjukkan perilaku - Bantu klien untuk memenuhi
yang memungkinkan untuk ADLs
melakukan aktivitas
- Kaji kemempuan klien dalam
mobilisasi
- Latih klien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
- Damping dan bantu klien saat
mobilisasi
- Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
- Ajarkan klien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

6) Menyusui tidak efektif b/d kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses


menyusui, nyeri payudara.

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

16
NOC NIC

NOC : Knowledge : Breasfeeding Knowledge Breastfeeding:

- Mampu mendeskripsikan cara - Ajarkan cara menyusui yang


menyusui yang benar benar
- Mampu mempraktekkan cara - Motivasi ibu agar terus
menyusui yang baik. menyusui bayinya
- Mampu melakukan perawatan - Ajarkan cara perawatan
putting dan payudara payudara selama menyusui
- Mampu mendeskripsikan - Berikan pendidikan kesehatan
tanda-tanda kelainan pada mengenai laktasi dan masa
payudara saat menyusui. nifas

DAFTAR PUSTAKA

Bobak Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, ECG :
Jakarta.

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC: Jakarta

Farrer Hellen, 1999, Perawatan Maternal, Alih Bahasa Andry Hartono, ECG :
Jakarta.

Johnson, Marion. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis : Mosby.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media Aesculaplus:
Jakarta.

Mc.Closkey. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louis : Mosby.

17
Mochtar, Rustam. 1988. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Jakarta : EGC.

NANDA International. 2010. Nursing Diagnosis 2009-2011. Jakarta : EGC.

Prawiroharjo, Sarwono. 2001. “Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal.”

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta :
CV Andi Offset.

Winkjosastro Hanifa, 2002, Ilmu Kebidanan Edisi 3, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo: Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai