OLEH
FITRI ROHMAYANI
(P07120317008)
( TINGKAT III SEMESTER V )
LAPORAN PENDAHULUAN
0
NIFAS POST SC (SECTIO CAESARIA)
A. KONSEP TEORI
1. DEFINISI
2. KLASIFIKASI
1
3) Solusio Plasenta tingkat I-II
a) Kista ovarium
b) Mioma uteri
c) Karsinoma serviks
d) Kekakuan serviks
a) Penyakit jantung
b) DM
2) Kelainan congenital
2
Keuntungan insisi segmen bawah rahim menurut kehier :
Kerugiannya :
Indikasi :
Keuntungan :
Kerugian :
3
1) Kesembuhan luka operasi relative sulit
3. ETIOLOGI
a. Indikasi Ibu
1) Panggul sempit absolute
2) Placenta previa
3) Ruptura uteri mengancam
4) Partus Lama
5) Partus Tak Maju
6) Pre eklampsia, dan Hipertensi
b. Indikasi Janin
1) Kelainan Letak
2) Letak lintang
3) Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah
jalan/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak
lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua
primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio
4
caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara
dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
4) Letak belakang
5) Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang
bila panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
6) Gawat Janin
7) Janin Besar
c. Kontra Indikasi
1) Janin Mati
2) Syok, anemia berat.
3) Kelainan congenital Berat
4. PATOFISIOLOGI
5
Kelahiran terhambat
5. PATHWAY
Insufisiensi plasenta Sirkulasi uteroplasenta menurun Cemas pada janin
Ketidak seimbangan
sepalo pelvic
Kehamilan kembar
Distress janin
Presentsi janin Post date
Preeklampsi /
eklampsi
SC
6
Persalinan tidak
normal
Pembendungan
Kerusakan laktasi
integritas jaringan
Deficit
perawatan diri
Nyeri Mastitis
6. MANIFESTASI KLINIS
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang
lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan
post partum.Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges
(2001),antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan
(lokhea tidak banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira
600-800ml
f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan
muntah
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
7
k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang
paham prosedur
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
8. PENATALAKSANAAN
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah
penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan
peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah
boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih
dan air teh.
c. Mobilisasi
1) Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
2) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
3) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
8
4) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
5) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
6) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak
enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan
menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam /
lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-
beda setiap institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
Oral : tramadol tiap 6 jam atau
paracetamol
Injeksi : penitidine 90-75 mg diberikan
setiap 6 jam bila perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
4) Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila
basah dan berdarah harus dibuka dan diganti
5) Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah
suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
6) Perawatan Payudara
9
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut
payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak
menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
(Manuaba, 1999)
9. KOMPLIKASI
a. Pada Ibu
1) Infeksi Puerperal
10
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama
khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan
pemberian antibiotika, akan tetapi tidak dapat dihilangkan
sama sekali, terutama seksio sesaria klasik dalam hal ini
lebuh berbahaya daripada seksio sesaria transperitonealis
profunda.
2) Perdarahan
b. Pada Anak
11
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam,
alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record,
diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk,
keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien
multipara
d. Data Riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah
pasien operasi.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit
sekarang, Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit
yang sama (Plasenta previa).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien
ada juga mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.
e. Keadaan klien meliputi :
1) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi.
Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan
kira-kira 600-800 mL
2) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai
wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan,
ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
3) Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
4) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal
epidural.
12
5) Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma
bedah, distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri
tekan uterus mungkin ada.
6) Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
7) Keamanan
8) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
9) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea
sedang.
2. Diagnosa Keperawatan
13
managemen nyeri dari ketidaknyamanan
- Melaporkan kebutuhan tidur dan - Beri informasi tentang nyeri
istirahat cukup - Berikan analgetik sesuai dosis
- Kolaborasi dengan dokter bila
tindakan tidak berhasil
14
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
NOC NIC
NOC: Pengendalian resiko, NIC : Pengendalian infeksi
dengan indikator (nilai 1-5: tidak Intervansi :
pernah, jarang, kadang-kadang,
sering, konsisten) - Pantau tanda/gejala infeksi
Kriteria hasil : - Kaji faktor yang meningkatkan
serangan infeksi
- Terbebas dari tanda atau gejala
infeksi - Instruksikan untuk menjaga
hygiene pribadi
- Menunjukkan hygiene pribadi
yang adekuat - Berikan terapi antibiotik, bila
diperlukan
- Menggambarkan faktor yang
menunjang penularan infeksi - Monitor jumlah leukosit
- Gunakan teknik aseptik
setiap melakukan tindakan
- Tingkatkan intake nutrisi
- Batasi pengunjung
15
- Instruksikan klien untuk
menggunakan tehnik relaksasi/
distraksi
- Berikan obat untuk mengurangi
cemas
16
NOC NIC
DAFTAR PUSTAKA
Bobak Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, ECG :
Jakarta.
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC: Jakarta
Farrer Hellen, 1999, Perawatan Maternal, Alih Bahasa Andry Hartono, ECG :
Jakarta.
Johnson, Marion. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis : Mosby.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media Aesculaplus:
Jakarta.
17
Mochtar, Rustam. 1988. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Jakarta : EGC.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta :
CV Andi Offset.
Winkjosastro Hanifa, 2002, Ilmu Kebidanan Edisi 3, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo: Jakarta
18