Molahidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin. Kejadian kehamilan mola hidatidosa adalah sekitar 1 setiap 1500-2000 kehamilan di antara kulit putih di Amerika Serikat. Terdapat kejadian jauh lebih tinggi di antara perempuan Asia di Amerika Serikat (1 dari 800) dan bahkan kejadian lebih tinggi pada wanita di Asia, misalnya Taiwan (1 dari setiap 125-200 kehamilan). Risiko terhadap pengembangan kehamilan mola hidatidosa kedua adalah 1% hingga 3%, atau sebanyak 40 kali lebih besar daripada risiko terhadap mengembangkan kehamilan molar pertama. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita dalam masa reproduksi, di ketahui terjadi lebih sering pada wanita yang lebih muda dari 20 tahun dan pada mereka yang lebih tua dari 40 tahun. Penyebab terjadinya mola belum sepenuhnya diketahui secara pasti tetapi ada beberapa dugaan yang bisa menyebabkan terjadinya mola hidatidosa. Penyebab yang paling mungkin adalah kelainan pada sel telur, rahim dan/atau kekurangan gizi. Resiko yang lebih tinggi ditemukan pada wanita yang berusia di bawah 20 tahun atau diatas 40 tahun. Faktor resiko terjadinya mola adalah: Status sosial-ekonomi yang rendah dan diet rendah protein, asam folat dan karotin. Keluhan dari penderita seperti gejala – gejala hamil muda yang kadang – kadang lebih nyata dari kehamilan biasanya. Penanganan mola hidatidosa tidak terbatas pada evakuasi kehamilan mola saja, tetapi juga membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa monitoring untuk memastikan prognosis penyakit tersebut. Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik, seberapa jauh tingkat bahaya mola terhadap pasien dan tatalaksananya. Hampir semua wanita dengan penyakit trophoblastic gestasional yang malignan dapat disembuhkan dengan mempertahankan fungsi reproduksi. Hal berikut terbatas pada mola hidatidosa. Kehamilan mola secara histologis ditandai dengan kelainan vili khorionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus. Mola biasanya terletak di rongga uterus, namun kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan ovarium
I.2. TUJUAN UMUM
Mengetahui epidemologi Mola Hidatidosa.
Mengetahui perbedaan antara Mola Hidatidosa sempurna dan Mola Hidatidosa parsial. Mengetahui etiologi dan gejala klinis Mola Hidatidosa. Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis. Mengetahui penatalaksanaan mola hidatidosa. Mengetahui komplikasi dan prognosa dari mola hidatidosa. KOMPLIKASI(8) Perforasi uterus kadang-kadang terjadi saat kuretase vakum karena uterus besar dan berawa. Jika perforasi dicatat, prosedur seharusnya lengkap di bawah panduan laparoskopi. Perdarahan adalah komplikasi yang sering terjadi selama evakuasi kehamilan molar. Untuk alasan ini, oxytocin intravena sebaiknya dimulai pada permulaan suction tersebut. Methergine dan / atau Hemabate juga harus tersedia. Darah untuk kemungkinan transfusi harus tersedia. Penyakit trofoblas ganas berkembang dalam 20% dari kehamilan mola. Alasannya, hCG serial kuantitatif harus dipantau seperti dijelaskan di atas. Faktor-faktor yang dilepaskan oleh jaringan molar dapat memicu kaskade koagulasi. Pasien harus dipantau untuk koagulopati intravaskuler diseminata (DIC). Emboli trofoblas dapat menyebabkan insufisiensi pernapasan akut. Faktor risiko terbesar untuk komplikasi ini adalah rahim lebih besar dari yang diharapkan untuk usia kehamilan 16 minggu. Kondisi ini bisa berakibat fatal. 1. Cuninngham. F.G. dkk. “Mola Hidatidosa” Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. 2006. Hal 930-938. 2. Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H. Mola Hidatidosa. ILMU KANDUNGAN. Yayasan Bina Pustaka SARWONO PRAWIROHADJO. Jakarta. 2010. Hal . 488-490. 8. Twiggs LB, Morrow CP, Schlaerth JB. Acute pulmonary complications of molar pregnancy. Am J Obstet Gynecol. 1979 Sep 15. 135(2):189-94.