Kecerdasan
Kecerdasan Kinestetik
Politik
Kecerdasan
Ekonomika
Cetak biru SMK model indigenous Wisdom THK disusun sebagai target hasil
penelitian strategis nasional tahun I pada tahun 2012. Cetak biru SMK model
Indigenous Wisdom THK ini merupakan kerangka kerja konseptual
pengembangan SMK kearifan lokal THK di Bali yang nanti pada tahun II akan
ditindaklanjuti dengan pengembangan kurikulum dan buku pedoman
pembangunan SMK Indigenous Wisdom THK. Lalu pada Tahun III akan
dilaksanakan piloting di salah satu SMK di Bali.
Cetak biru ini disusun setelah mendapatkan kajian dan masukan dari unsur
budayawan, jurnalis, agamawan, dosen Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Dosen Universitas Panji Sakti Singaraja, Dosen Institut Hindu Dharma
Singaraja, ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Buleleng, praktisi pendidikan
kejuruan dari SMK N 1 Singaraja, SMK N 3 Singaraja melalui kegiatan Focus
Grouop Discussion (FGD). Melalui focus group discussion cetak biru ini menjadi
lebih baik dan memenuhi syarat filosofis, teoritis, konsep, dan teknis. Untuk itu
ucapan terimakasih disampaikan kepada seluruh peserta FGD yang telah
meluangkan waktu dan pikiran untuk menyempurnakan naskah ini.
Peneliti
KANGIN
KAUH KAJA (GUNUNG)
(MATAHARI TERBIT)
(MATAHARI TERENAM)
KELOD (LAUT)
BERDASAR SUMBU
MATAHARI
TERBENAM TERBIT
SANGA MANDALA
MADYA
UTAMA
NISTA
BERDASAR SUMBU
GUNUNG-LAUT
Praksis ideologi THK di SMK sebagai kearifan lokal (indigenous wisdom) sangat
perlu dikaji secara tuntas dan dijadikan basis inovasi dan pengembangan kualitas
pendidikan kejuruan untuk menjawab tantangan menurunnya nilai-nilai budaya untuk
menghasilkan output pendidikan kejuruan yang memiliki identitas dan daya saing
internasional. Praksis ideologi THK dapat digunakan sebagai solusi dari permasalahan-
permasalahan pengembangan SDI Bali pada umumnya dan khususnya dalam inovasi dan
pengembangan kualitas pendidikan kejuruan di era ekonomi berbasis pengetahuan.
Praksis ideologi THK adalah kemungkinan atas jawaban permasalahan-permasalahan
menurunnya daya saing bangsa, melemahnya integritas dan identitas nasional.
Kebahagiaan akan terwujud jika ada keharmonisan antara Atman dengan badan
wadag sebagai wadahnya. Keharmonisan antara Atman dengan badan wadag akan
membangkitkan prana yang berkualitas tinggi. Konsep ini kemudian dikenal dengan
konsep keharmonisan “Cucupu lan Manik” yaitu keharmonisan antara wadah/cucupu dan
isi/manik. Ideologi THK dan konsep cucupu lan manik sangat baik dan bahkan ideal
digunakan sebagai basis pengembangan pendidikan karena pendidikan pada dasarnya
adalah proses menumbuhkan modal THK yang ada pada diri manusia itu sendiri.
Cetak biru sekolah model indigenous wisdom THK adalah luaran dari penelitian
hibah strategis nasional tahun 2012 yang dibiayai DP2M Dikti. Cetak biru sekolah model
indigenous wisdom THK diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman pengembangan
SMK model indigenous wisdom THK di seluruh Bali setelah melalui proses piloting di SMK
N 3 Singaraja. Cetak biru sekolah model indigenous wisdom THK memuat definisi, visi,
misi, tujuan, sasaran, strategi, pentahapan, indikator pencapaian, dan pelaksanaan
pendidikan kejuruan berbasis kearifan lokal THK pada SMK di Bali. Cetak biru ini penting
karena SMK model indigenous wisdom THK adalah solusi atas masalah menurunnya nilai-
nilai budaya, integritas, identitas nasional, dan daya saing bangsa Indonesia. SMK model
indigenous wisdom THK merupakan tindak lanjut dari amanat UU 20 tahun 2003 dan PP
19 tahun 2005 tentang pengelolaan pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta
satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal.
Gambar 3. THK dalam Perspektif Mikro, Makro, dan Tiga Pilar Pendidikan
Dalam perspektif mikro dalam diri manusia THK itu terdiri dari: atman, prana, dan
angga sarira. Atman merupakan parhyangan dalam perspektif mikro yang berfungsi
membangun keharmonisan dengan Tuhan. Prana yang tersusun dari daya sabda, bayu,
idep adalah kekuatan pokok manusia untuk memproduksi kebahagiaan dan keharmonisan
untuk menjadi “wong” atau manusia yang kemudian menjadi pawongan. Angga sarira
SMK model Indigenous Wisdom THK adalah sekolah menengah kejuruan formal
pada tingkat menengah bertujuan menghasilkan lulusan berkarakter dan berbudaya THK
dalam bekerja, berwirausaha, dan melanjutkan ke perguruan tinggi sesuai bidang studi
keahliannya. Pengembangan SMK model Indigenous Wisdom THK membutuhkan
pembudayaan nilai-nilai luhur THK sebagai basis pengembangan standar kompetensi
Lembaga dan
Unsur Konsep dan Implikasi dalam Pembudayaan
Unsur Fungsi
THK Karakteristik Kompetensi
Parhyangan
Keseimbangan Individu Atman/ Pemberi hidup. Sebagai kekuatan spiritual, pembangun
dan harmonisasi Manusia Jiwa Spirit hidup. kesadaran utama (who am I), tat
hubungan twam asi
manusia dengan Keluarga Sanggah/ Memuja Tuhan. Meningkatkan pengintegrasian pola pikir
Tuhan: Pemera- Memuja leluhur. dan sikap hidup bersih jasmani rokhani,
Dibangun di jan Jiwa keluarga. gotong royong, kerja sama, ngayah,
utama Pelindung, pengayom, kekeluargaan, saling melayani,
mandala. penuntun, pemberi komunikasi, tanggungjawab, budaya
Bersifat kehidupan spiritual belajar,pengembangan seni dan budaya,
Kesucian, keluarga. ekpresi karya seni, spiritual, dana punia.
Sakral, Luhur. Melestarikan budaya
Tempat agama Hindu.
pemujaan Desa Kahyang Memuja dan Meningkatkan pengintegrasian pola pikir
Tuhan dan Pakram- an tiga: mendekatkan diri dan sikap hidup berniat baik berbuat
leluhur. an Kepada Tuhan. baik, kreatif, inovatif, produktif,
Berhubungan Pura Memuja Brahma demokratis, terbuka tetap mengakar
dengan spiritual, Desa, sebagai pencipta/ pada budaya Bali, mencipta hal-hal yang
emosi diri, spirit utpati. patut dicipta, memelihara hal-hal yang
hidup. Pura Memuja Wisnu sebagai masih relevan, meniadakan hal-hal yang
Tempat sudah tidak relevan, penguatan moral
Parhyangan
Lembaga dan
Unsur Konsep dan Implikasi dalam
Unsur Fungsi
THK Karakteristik Pembudayaan Kompetensi
Pawongan
Keseimbangan dan Individu Prana: Idep: Berfikir kreatif, kritis, Meningkatkan pengintegrasi an
harmonisasi Manusia Sabda, dan imajinatif meningkatkan pola pikir dan sikap hidup
hubungan sesama Bayu, potensi psikologis. membangun:
manusia: Idep Sabda: Berkomunikasi kecerdasan emosional spiritual,
Pengembangan membangun hubungan baik kecerdasan sosial-ekologis,
potensi diri dengan orang lain. kecerdasan seni-budaya,
Inisiatif dan Bayu: bergerak/ beraktivitas kecerdasan politik, kecerdasan
kreativitas memperoleh kompetensi dan ekonomi, kecerdasan intelektual
manusia kemandirian dalam ilmu dan kecerdasan belajar .
Kebutuhan pengetahuan, teknologi, dan
hidup bersama, seni.
tolong Keluarga Kakek, Pelembagaan Catur Asrama, Meningkatkan pengintegrasi an
menolong Nenek, Triwarga, Trikaya Parisuda, Tri pola pikir dan sikap hidup disiplin,
Norma dan etika Ayah, Pararta. mengembangkan nilai-nilai
sosial antar Ibu, anak Mengefektifkan kebenaran, kesetiaan, cinta kasih,
asrama antar keseimbangan dan tanpa kekerasan, kesopanan,
warna keharmonisan antar individu toleransi, kejujuran, disiplin,
Adat istiadat anggota keluarga. tanggungjawab, kerajinan, kerja
Awig-awig Meningkatkan potensi sosial, keras dan membentuk Individu
Hubungan ekonomi, & pendidikan berbudaya kerja, berbudaya
Vertikal: Catur keluarga. belajar, berbudaya melayani
Meneruskan pewarisan
Pawongan
Asrama
(Brahmacari, keluarga, seni dan budaya
Grihasta, Menyemai nilai-nilai
Wanaprasta, kebenaran, kesetiaan, cinta
Bhiksuka) kasih, tanpa kekerasan,
Hubungan kesopanan, toleransi,
Horizontal: kejujuran, disiplin, kerajinan.
Catur Warna Desa Kelian Pengembangan ajaran Agama. Meningkatkan pengintegrasi an
(Brahmana, Pakram Desa, Kerukunan (nyame-braye) pola pikir dan sikap hidup
Ksatria, Waisya, -an & Perbekel Keamanan-keadilan bermoral, kekuatan ekonomi,
Sudra) Per- Pemangku Pelembagaan Catur Warna kekuatan regulasi, kekuatan
Pengembangan bekelan Pura, Pelembagaan adat istiadat demokrasi.
Tri Warga Warga Pengembangan ekonomi, Membangun kebiasaan belajar
(Dharma, Artha, Desa sosial, politik,seni-budaya. dan bekerja
Kama) Pakraman
Tri Kaya SMK Guru, Merencanakan pendidikan Meningkatkan pengintegrasian
Parisudha Siswa, Mengorganisir pendidikan pola pikir dan sikap bekerja sama
Tri Pararta (asih Pimpinan Mengkoordinasikan pendidikan satu sama lain, mengelola dan
punia, bhakti) Sekolah, Melaksanakan pendidikan memecahkan masalah, bertindak
dalam Nyame Komite Mengevaluasi pelaksanaan mewujudkan Visi,Misi,tujuan
braye sekolah, pendidikan SMK,
Staf TU, Melakukan kerjasama dengan bekerjasama dengan DU-DI,
Teknisi/ institusi lain, masyarakat membangun budaya kerja,
Laboran, sekitar, masyarakat pelanggan. belajar,dan melayani.
Satpam, Pedidikan memenuhi syarat
dll. berbasis THK
Kecerdasan
Dampak yang Diharapkan Dalam
Ganda Definisi
Pembudayaan Kompetensi
Kontekstual
Kecerdasan Berkenaan dengan ability/ kemampuan Individu yang cerdas secara emosional-
Emosional- berpikir, berbuat, mengelola emosi dan spiritual dapat memberi sumbangan kepada
Spiritual spirit untuk meningkatkan kemampuan pengembangan emosi dan spiritual sekolah,
olah rasa, olah hati/kalbu, kepekaan, keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara.
keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, budi Meningkatkan kemampuan olah rasa, olah
pekerti luhur, penghayatan atman sebagai hati/kalbu, kepekaan, keimanan, ketakwaan,
jawaban Who am I. Pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur seluruh warga
keharmonisan dengan Tuhan sekolah.
(parhyangan).
Kecerdasan Berkenaan dengan ability/ kemampuan Individu yang cerdas secara sosial dapat
Sosial berpikir, berbuat, mengelola secara sosial memberi sumbangan kepada pengembangan
ekologis mengefektifkan pengembangan hubungan timbal balik, demokratis, empatik
keseimbangan dan keharmonisan antar dan simpatik, menjunjung tinggi hak asasi
individu (pawongan), keharmonisan manusia, ceria dan percaya diri, menghargai
antara manusia dengan lingkungan kebhinekaan dalam bermasyarakat dan
(palemahan). bernegara, serta berwawasan kebangsaan
dan lingkungan hidup dengan kesadaran akan
hak dan kewajiban sebagai warga negara
Kecerdasan Berkenaan dengan ability/ kemampuan Individu yang cerdas secara intelektual dapat
Intelektual olah pikir, berbuat, mengelola diri untuk memberi sumbangan kepada pengembangan
memperoleh kompetensi dan kemandirian kompetensi dan kemandirian dalam ilmu
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan pengetahuan, teknologi, dan seni, bersikap
seni, bersikap kritis, kreatif dan imajinatif. kritis, kreatif dan imajinatif
Kecerdasan Berkenaan dengan ability/ kemampuan Individu yang cerdas secara kinestetis dapat
Kinestetis berpikir, mengolah raga, mengelola diri memberi sumbangan kepada pengembangan
untuk mewujudkan insan yang sehat, kesehatan, kebugaran, daya-tahan, sigap,
bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil, terampil, dan trengginas sebagai aktualisasi
dan trengginas sebagai aktualisasi insan insan adiraga
adiraga.
Kecerdasan Berkenaan dengan ability/ kemampuan Individu yang cerdas secara ekonomika dapat
Ekonomika berpikir, berbuat, mengelola secara memberi sumbangan kepada pengembangan
ekonomi dan mengoptimalkan pembangunan ekonomi masyarakat.
penggunaan berbagai sumberdaya. Membangun ekonomi yang baik, benar, dan
wajar
Kecerdasan Berkenaan dengan ability/ kemampuan Individu yang cerdas secara politik dapat
Politik berpikir, berbuat, mengelola secara politik memberi sumbangan kepada pembangunan
dan mendorong dampak win-win solution. politik di masyarakat
Kecerdasan Berkenaan dengan ability/ kemampuan Individu yang cerdas secara teknlogi dapat
Teknologi berpikir, berbuat, mengelola dan memberi sumbangan kepada pengembangan
memaksimalkan keuntungan berbagai teknologi di masyarakat
jenis teknologi
Kecerdasan Berkenaan dengan ability/ kemampuan Individu yang cerdas secara seni-budaya yang
Seni-Budaya berpikir, berbuat, mengelola kehalusan dapat memberi sumbangan kepada
dan keindahan seni dan budaya, serta pengembangan seni-budaya di masyarakat
kompetensi untuk mengekspresikan,
menggunakan asset seni-budaya dan
menciptakan nilai-nilai baru
Kecerdasan Berkenaan dengan ability/ kemampuan Individu pembelajar yang dapat memberi
Belajar belajar dan berpikir kreatif dan kritis sumbangan pada pembangunan dan
dalam meningkatkan pemanfaatan potensi pengembangan belajar masyarakat
biologis/psikologis
H. Pentahapan Pelaksanaan
1. Tahap pengembangan konsep
2. Tahap pengembangan perangkat
3. Tahap sosialisasi
4. Tahap uji coba terbatas
5. Tahap pelaksanaan menyeluruh
................, (2009). Peraturan daerah Provinsi Bali nomor 16 Tahun 2009 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali.
Agastia, IBG, (2007). Mengkritisi Impelemtasi Tri Hita Karana, Warta Hindu Dharma, 491,
4-41.
Cheng, Y.C. (2005). New Paradigm for Re-engineering Education, Globalization,
Localization and Individualization. Netherland: Springer.
Chinien, C. and Singh, M. (2009). Overview: Adult Education for the Sustainability of
Human Kind (2521-2536). Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien;
International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging
Academic and Vocational Learning: Germany: Springer
Chinien, C., Boutin, F., Plane, K. (2009). The Challenge for ESD in TVET: Developing Core
Sustainable Develpoment Competencies and Collaborative Social Partnerships for
Practice (2553-2570). Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International
Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and
Vocational Learning: Germany: Springer
Clarke L. & Winch C. (2007). Vocational Education International Approaches, development
and systems. USA: Routledge.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah RI Nomor 19, Tahun 2005, tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22, Tahun 2006,
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 23, Tahun 2006,
tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Hampden, G., Thompson, Guzman, L., and Lippman, L. (2008). Cultural Capital: What
Does It Offer Students? A Cross-National Analysis (155-180). In Zajda, J., Biraimah,
K., Gaudell, W (Eds.), Education and Social Inequality ing the Global Culture (pp.
155-180). Melbourne: Springer Science + Business Media B.V.
Coessens,K. and Bendegem, J.P.V.(2008). Cultural Capital as Educational Capital, The
Need For a Reflection on the Educationalisation of Cultural Taste, Paul Smeyers ·
Marc Depaepe, Educational Research: the Educationalization of Social Problems.
London: Springer Science+Business Media B.V.
Oketch, M. O. (2009). To Vocationalize or Not to Vocationalize? Perspectives on Current
Trends and Issues on TVET in Africa. In R. Maclean, D. Wilson, & C. Chinien
(Eds.), International Handbook of Education for the Changing World of Work,
Bridging Academic and Vocational Learning (pp. 531-546). Germany: Springer.
Oketch, M. O., Green, A., & Preston, J. (2009). Trends an Issues in TVET across the
Globe. In R. Maclean, D. Wilson, & C. Chinien (Eds.), International Handbook of
Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational
Learning (pp. 2081-2094). Germany: Springer.
Pavlova M. (2009). The Vocationalization of Secondary Education: The Relationships
between Vocational and Technology Education. In R. Maclean, D. Wilson, & C.
Chinien (Eds.), International Handbook of Education for the Changing World of
Work, Bridging Academic and Vocational Learning (pp. 1805-1822). Germany:
Springer.