Gangguan Pencernaan Tidak Selamanya Karena Penyakit Maag Biasa
Gangguan Pencernaan Tidak Selamanya Karena Penyakit Maag Biasa
Menurut Dr Lee, kejang usus yang dialami Brad merupakan bentuk gangguan pencernaan yang
disebabkan kurangnya enzim lipase. Untuk mengatasinya , Dr Lee memberi Brad suplemen enzim.
Ternyata dalam waktu kurang dari satu bulan semua keluhan Brad hilang. Hingga satu setengah
tahun kemudian, geja/a-geja la itu tidak pernah kambuh lagi. Berkat suplemen enzim lipase tersebut
, kini Brad terbebas dari obat (The Enzyme Cure, 1998: 142).
Jika masih banyak orang yang be/um menyadari gejala kekurangan enzim, itu bisa dimaklumi.
Gejala kekurangan enzim pada umumnya memang mirip dengan gejala sakit maag dan gangguan
pencernaan lainnya. Padaha/ kekurangan enzim tidak boleh terjadi. Tubuh kita memerlukan enzim
untuk terus bertahan hidup, melakukan aktivitas, dan bertahan terhadap serangan penyakit.
SANG INTI KEHIDUPAN
Enzim merupakan semacam protein yang terdapat di dalam sel makhluk hidup. Enzim bertugas
mempercepat reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh dengan cara mengurai zat zat makanan yang
masuk menjadi bentuk yang lebih sederhana . Semua proses kimia yang terjadi di tubuh kita seperti
proses metabolisme, proses tumbuh dan berkembang, terjadi karena peran enzim. Oleh sebab itu,
rasanya tidak berlebihan kalau enzim kerap disebut inti kehidupan.
Di dalam tubuh kita terdapat ribuan jenis enzim yang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu enzim
metabolisme dan pencernaan . Enzim metabolisme ini terdapat di seluruh tubuh dan
bertanggungjawab terhadap kelancaran semua proses kimiawi yang terjadi, seperti siklus
menstruasi, fungsi reproduksi , kemampuan berpikir, dan sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan enzim pencernaan terdapat di sepanjang saluran pencernaan , yaitu di kelenjar air liur,
usus halus, usus besar, lambung, dan pankreas. Enzim pencernaan ini ibarat “tentara garis depan”
yang ikut menentukan kualitas kerja enzim metabolisme . la mulai bekerja saat kita mengunyah
makanan, ketika makanan dicerna di lambung, masuk ke usus, hingga dibuang melalui anus.
Meskipun demikian , sebagian besar enzim pencernaan diproduksi oleh pankreas. ltulah sebabnya,
enzim pencernaan juga disebut enzim pankreas.
Menurut Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGE H, ahli gastroenterologi dari Departemen llmu Penyakit
Dalam FKUl/RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, enzim pencernaan yang paling berperan
adalah amilase, lipase, dan protease. Amilase bertugas merombak karbohidrat menjadi glukosa ,
lipase mengurai lemak menjadi asam lemak, dan protease memecah protein menjadi asam
amino. “Zat-zat makanan yang sudah diurai oleh enzim itulah yang akan diserap oleh dinding-
dinding usus untuk disalurkan ke seluruh tubuh, ” kata Dr Ar i dalam seminar mengena i peran
enzim yang diselenggar akan oleh PT Medifarma Laboratories, awal bulan April yang lalu.
MENYEIMBANGKAN HORMON
Enzim metabolisme berperan dalam menguatkan fungsi sistem endokrin . Secara tidak langsung,
cara kerjanya ikut menyeimbangkan hormon .
MEMBERSIHKAN DARAH
Beberapa bentuk jamur, parasit, dan bakteri terdiri dari protein. Virus juga memiliki selubung protein
sebagai pelindung. Enzim protease bertugas merombak protein. Jika protein tersebut dianggap
merugikan, enzim akan merusak dan membuangnya dari aliran darah.
MENSTABILKAN EMOSI
Enzim berperan dalam mengurai dan menyalurkan zat zat makanan berupa glukosa dan asam-
asam amino kepada neurotransmitter di dalam otak. Kecukupan asupan zat makanan tersebut
direspon oleh hipotalamus, pusat kenikmatan di dalam otak. Jika hipotalamus menilai asupannya
cukup, maka ia akan memberi sinyal. Tubuh kita merasa nyaman dan selera makan distabilkan .
Untuk mendapat manfat-manfaat enzim, tentu perlu sejumlah usaha. Secara alamiah, enzim-enzim
di dalam tubuh kita sudah mempunyai “jatah” jumlah dan masa hidup yang
terbatas (enzyme potentian . Selain ditentukan oleh faktor genetika dan kesehatan pankreas,
persediaan enzim semakin menipis seiring bertambahnya usia.
Proses menipisnya enzim ini ditandai dengan gangguan pada sistem metabolisme , berkurangnya
fungsi organ, hingga penuaan pada sel yang ditandai dengan kulit keriput, rambut beruban,
menopause, dan lain sebagainya. Beberapa peneliti mengatakan , saat persediaan dan masa
hidup enzim di dalam tubuh kita telah habis, itulah saatnya kita akan mati. Oleh sebab itu, kita
harus menghemat enzim yang ada. Kita perlu memasok enzim dari sumber lainnya, yaitu
makanan
Yang dimaksud dengan buah dan sayuran segar adalah buah dan sayuran yang tidak dimasak
atau diproses (mentah). Hal ini disebabkan , enzim sangat peka terhadap suhu. Jika dimasak
dengan suhu di atas 42′ C, enzim akan rusak.
“Padahal,” Andang mengatakan, “makanan tanpa enzim akan diperlakukan oleh tubuh sebagai
musuh. Untuk menghadapi musuh, tubuh membentuk pertahanan berupa “pasukan” sel darah putih.
Beberapa penelitian telah menemukan , bahwa saat mengkonsumsi makanan tanpa enzim, sel-sel
darah putih dalam tubuh meningkat. Jika terbentuk terus menerus, jumlahnya bisa melebihi
normal (menyebabkan leukositosis) dan berbalik menyerang sistem pertahanan tubuh itu sendiri.”
Karena makanan yang kita konsumsi tidak semuanya berupa makanan segar, makanan
tanpa enzim akan memaksa tubuh menggunakan enzim yang ada. Tujuannya supaya makanan
terseb ut dapat dicerna dengan baik. “Terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang enzimnya
sudah rusak juga membuat organ pembuat enzim bekerja lebih keras. Beban organ pembuat enzim
menjadi berlebihan. Dan ini dapat menyebabkan kelelahan dan peradangan , terutama pada
pankreas,” lanjut Andang.
Kerja organ yang berlebihan juga terjadi jika kita makan dengan terburu-buru apalagi dalam jumlah
yang berlebihan. Menurut Dr Ari, setiap makanan yang kita suapkan ke dalam mulut, sebaiknya
dikunyah paling sedikit 32 kali sebelum ditelan. “Tujuannya supaya proses pencernaan makanan
sudah terjadi di dalam mulut. Sehingga ketika disalurkan ke lambung dan usus, zat-zat makanan
yang berada di dalamnya sudah terurai dan siap diserap oleh tubuh ,” tutur Dr Ari.
Saat kita makan tergesa-gesa, makanan belum cukup halus dan kelenjar liur belum mencerna
dengan baik. Lambung, usus, dan pankreas pun mendapat limpahan tugas dari mulut, dan bekerja
lebih berat karenanya. “Penderitaan” organ pencernaan tersebut menjadi lebih parah jika makanan
yang kita konsumsi jum lahnya melebihi kapasitas lambung. Kemajuan zaman juga membawa
perubahan pola makan dan gaya hidup. “Saat ini, tanpa disadari banyak orang yang makan
dengan terburu-buru karena padatnya aktivitas,” tutur Dr Ari. Ritme kerja yang menuntut serba cepat
dan perkembangan tren juga sering menjadikan fast food dan makanan yang sudah diproses
menjadi pilihan karena lebih praktis. Pola makan tersebut membuat tubuh rentan kekurangan enzim.
KENALI GEJALANYA.
Pada beberapa kasus, gejala kekurangan enzim bisa berupa nyeri perut dan diare. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Simadibrata M. dkk di RSCM pada tahun 2002, ditemukan bahwa sebagian
besar kasus diare kronik non-infeksi disebabkan oleh gangguan pencernaan (sebanyak 62,6
persen). “Penyebab utama gangguan pencernaan tersebut adalah kekurangan enzim,” tutur Dr
Ari.
Untuk memastikan diagnosanya memang perlu bantuan dokter. Dokter akan mengajukanbeberapa
pertanyaan, antara lain makanan apa yang sering dikonsumsi, kapan gejala itu timbul, seperti
apa keluhan yang dialami, dan lain sebagainya.
Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan menekan bagian perut, untuk
mengetahui seberapa banyak pembentukan gas di dalam perut. Jika perlu, dokter
akan menyarankan pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa kadar enzim di dalam darah
serta keadaan feses. “Kekurangan enzim umumnya ditandai dengan adanya lemak, protein, atau
karbohidrat di dalam feses,” lanjut Dr Ari .
“Bahkan bila perlu, kita juga bisa menambahkan suplemen enzim untuk mengimbangi makanan
yang kita konsumsi setiap hari,” Andang menganjurkan . Tidak perlu menunggu timbul gejala
seperti Brad untuk memulai. Segera perbaiki pola makan dan konsumsi suplemen enzim, sehingga
tubuh kita mempunyai persediaan enzim yang lebih banyak. Dengan begitu, kita akan tetap sehat ,
awet muda, dan… panjang umur! (N)