Anda di halaman 1dari 11

Nama : Iqbal Muhamad Fariz

Kelas : 3A - D3 Teknik Kimia


Kelompok :

1.1 Pengertian Heat Exchanger


Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi
sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai adalah air yang
dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar
panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara
efisien.

Menurut Incropera dan Dewitt (1981), efektivitas suatu heat exchanger didefinisikan
sebagai perbandingan antara perpindahan panas yang diharapkan (nyata) dengan perpindahan
panas maksimum yang mungkin terjadi dalam heat exchanger tersebut. Secara umum pengertian
alat penukar panas atau heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan
panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium
pemanas dipakai uap lewat panas (super heated steam) dan airbiasa sebagai air pendingin (cooling
water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat
berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida
terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja.
Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun
petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu contoh sederhana dari
alat penukar panas adala rradiator mobil di mana cairan pendingin memindahkan panas mesin ke
udara sekitar.

Pada percobaan ini akan dilakukan pengamatan unjuk kerja alat penukar kalor pipa ganda
(double pipe heat exchanger) yang terdiri dari dua pipa konsentris. Pipa yang berada di luar
dikenal sebagai annulus (shell), sedangkan bagian dalam dikenal sebagai pipa (tube).
1.2 Prinsip Kerja Heat Exchanger

Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke tempat
lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali. Dalam suatu proses, panas dapat
mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu zat dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan
kelistrikan.
Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida yang panas
akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah dan secara tidak
langsung, yaitu bila diantara fluida panas dan fluida dingin tidak berhubungan langsung tetapi
dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah.
Heat exchanger adalah heat exchanger antara dua fluida dengan melewati dua bidang
batas. Bidang batas pada heat exchanger adalah dinding pipa yang terbuat dari berbagai jenis
logam. Pada heat exchanger ini, terdapat dari dua pipa konsentris, yaitu: annullus/shell (pipa yang
berada di luar) dan tube (pipa yang berada di dalam).

1.2.1 Perpindahan Panas Secara Konduksi


Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling berdekatan
antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul
tersebut secara fisik. Molekul-molekul benda yang panas bergetar lebih cepat
dibandingkan molekul-molekul benda yang berada dalam keadaan dingin. Getaran-
getaran yang cepat ini, tenaganya dilimpahkan kepada molekul di sekelilingnya sehingga
menyebabkan getaran yang lebih cepat maka akan memberikan panas.
1.2.2 Perpindahan Panas Secara Konveksi
Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel
atau zat tersebut secara fisik.
1.2.3 Perpindahan Panas Secara Radiasi
Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi
dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang
dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini
akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.

Gambar 1. Perpindahan Kalor pada Heat Exchanger


Pada dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari dua
fluida padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara langsung ataupun
tidak langsung.
a. Secara kontak langsung
Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dinginmelalui permukaan kontak
langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida.Transfer panas yang terjadi
yaitu melalui interfase / penghubung antara kedua fluida.Contoh: aliran steam pada
kontak langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat bercampur), gasliquid,
dan partikel padat-kombinasi fluida.
b. Secara kontak tak langsung
Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dandingin melalui dinding pemisah.
Dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.
Berdasarkan jenis alirannya heat exchanger dibagi menjadi tiga, yaitu:

A. Pararel Flow
Kedua fluida ,mengalir dalam heat exchanger dengan aliran yang searah. Kedua
fluida memasuki HE dengan perbedaan suhu yang besar. Perbedaan temperatur yang besar
akan berkurang seiring dengan semakin besarnya x, jarak pada HE. Temperatur keluaran
dari fluida dingin tidak akan melebihi temperatur fluida panas.
B. Counter Flow
Berlawanan dengan paralel flow, kedua aliran fluida yang mengalir dalam HE
masuk dari arah yang berlawanan. Aliran keluaran yang fluida dingin ini suhunya
mendekati suhu dari masukan fluida panas sehingga hasil suhu yang didapat lebih efekrif
dari paralel flow. Mekanisme perpindahan kalor jenis ini hampir sama dengan paralel flow,
dimana aplikasi dari bentuk diferensial dari persamaan steady-state:

dQ  U T  t a" dL (1)

dQ  WCdT  wcdt (2)

C. Cross flow Heat exchanger


Dimana satu fluida mengalir tegak lurus dengan fluida yang lain. Biasa dipakai
untuk aplikasi yang melibatkan dua fasa. Misalnya sistem kondensor uap (tube and shell
heat exchanger), di mana uap memasuki shell, air pendingin mengalir di dalam tube dan
menyerap panas dari uap sehingga uap menjadi cair.

1.3 Jenis-Jenis Heat Exchanger

Berdasarkan Fungsinya
1. Heat exchanger
Heat exchanger mengontrol kalor antara dua proses aliran: aliran fluida panas yang
membutuhkan pendinginan ke aliran fluida temperatur rendah yang membutuhkan
pemanasan. Kedua fluida biasanya satu fasa atau suatu fluida yang berbentuk gas dan
lainnya berbentuk cairan.
2. Condenser
Condenser adalah tipe lain dimana hidrokarbon atau gas lainnya yang mencair sebagian
atau seluruhnya dengan pemindahan panas.
3. Cooler – Chiller
Berfungsi memindahkan panas, baik panas sensibel maupun panas laten fluida yang
berbentuk uap kepada media pendingin, sehingga terjadi perubahan fasa uap menjadi cair.
Media pendingin biasanya digunakan air atau udara. Condensor biasanya dipasang pada
top kolom fraksinasi. Pada beberapa kasus refrijeran biasa digunakan ketika temperatur
rendah dibutuhkan. Pendinginan itu sering disebut ‘chiller’.
4. Reboiler
Digunakan untuk menguapkan kembali sebagian cairan pada dasar kolom (bottom)
distilasi, sehingga fraksi ringan yang masih ada masih teruapkan. Media pemanas yang
digunakan adalah uap (steam). Reboiler bisa dipanaskan melalui media pemanas atau
dipanaskan langsung. Yang terakhir reboilernya adalah furnace atau fire tube
5. Heater – Superheater
Heater digunakan untuk memanaskan fluida yang memiliki viskositas tinggi baik bahan
baku ataupun fluida proses dan biasanya menggunakan steam sebagai pemanas.
Superheater memanaskan gas dibawah temperatur jenuh.

Berdasarkan Konstruksinya
1. Tubular Exchanger

Double-pipe Heat exchanger

Terdiri dari satu buah pipa yang diletakkan di dalam sebuah pipa lainnya yang
berdiameter lebih besar secara konsentris. Fluida yang satu mengalir di dalam pipa kecil
sedangkan fluida yang lain mengalir di bagian luarnya. Pada bagian luar pipa kecil
biasanya dipasang fin atau sirip memanjang, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
permukaan perpindahan panas yang lebih luas. Double pipe ini dapat digunakan untuk
memanaskan atau mendinginkan fluida hasil proses yang membutuhkan area perpindahan
panas yang kecil (biasanya hanya mencapai 50 m2).

Double-pipe Heat exchanger ini juga dapat digunakan untuk mendidihkan atau
mengkondensasikan fluida proses tapi dalam jumlah yang sedikit. Kerugian yang
ditimbulkan jika memakai Heat exchanger ini adalah kesulitan untuk memindahkan panas
dan mahalnya biaya per unit permukaan transfer. Tetapi, double pipe Heat exchanger ini
juga memiliki keuntungan yaitu Heat exchanger ini dapat dipasang dengan berbagai
macam fitting (ukuran).

Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor terjadi secara tidak langsung (indirect
contact type), karena terdapat dinding pemisah antara kedua fluida sehingga kedua fluida
tidak bercampur. Fluida yang memiliki suhu lebih rendah (fluida pendingin) mengalir
melalui pipa kecil, sedangkan fluida dengan suhu yang lebih tinggi mengalir pada pipa
yang lebih besar (pipa annulus). Penukar kalor demikian mungkin terdiri dari beberapa
lintasan yang disusun dalam susunan vertikal. Perpindahan kalor yang terjadi pada fluida
adalah proses konveksi, sedang proses konduksi terjadi pada dinding pipa. Kalor mengalir
dari fluida yang bertemperatur tinggi ke fluida yang bertemperatur rendah.
lebih kecil.

Gambar 6. Double Pipe Heat Exchanger

Mekanisme perpindahan kalor double pipe terjadi secara tidak langsung (indirect contact type), karena
terdapat dinding pemisah antara kedua fluida sehingga kedua fluida tidak bercampur.

Gambar 7. Mekanisme Double Pipe Heat Exchanger


Gambar 8. Profil Temperatur dari Double Pipe Heat Exchanger

Kelebihan Double-pipe Heat exchanger:

 Dapat digunakan untuk fluida yang memiliki tekanan tinggi.


 Mudah dibersihkan pada bagian fitting
 Fleksibel dalam berbagai aplikasi dan pengaturan pipa
 Dapat dipasang secara seri ataupun parallel
 Dapat diatur sedimikian rupa agar diperoleh batas pressure drop dan LMTD sesuai
dengan keperluan
 Mudah bila kita ingin menambahkan luas permukaannya
 Kalkulasi design mudah dibuat dan akurat

Kekurangan Double-pipe Heat exchanger:

 Relatif mahal
 Terbatas untuk fluida yang membutuhkan area perpindahan kalor kecil (<50 m2)
 Biasanya hanya digunakan untuk sejumlah kecil fluida yang akan dipanaskan atau
dikondensasikan.

- Shell and tube


Jenis ini terdiri dari shell yang didalamnya terdapat rangkaian pipa kecil yang disebut tube
bundle. Perpindahan panas terjadi antara fluida yang mengalir di dalam tube dan fluida yang
mengalir di luar tube (pada shell side). Shell and tube ini merupakan Heat exchanger yang paling
banyak digunakan dalam proses-proses industri.
Keuntungan Shell and Tube Heat exchanger merupakan Heat exchanger yang paling
banyak digunakan di proses-proses industri karena mampu memberikan ratio area perpindahan
panas dengan volume dan massa fluida yang cukup kecil. Selain itu juga dapat mengakomodasi
ekspansi termal, mudah untuk dibersihkan, dan konstruksinya juga paling murah di antara yang
lain. Untuk menjamin bahwa fluida pada shell-side mengalir melintasi tabung dan dengan
demikian menyebabkan perpindahan kalor yang lebih tinggi, maka di dalam shell tersebut
dipasangkan sekat/penghalang (baffles).
Shell and tube ini dibagi lagi sesuai dengan penggunaannya yaitu class R (untuk keperluan
proses dengan tekanan tinggi), class C (untuk keperluan proses dengan tekanan dan temperatur
menengah dan fluida yang tidak korosif, serta class B (untuk keperluan fluida yang korosif).
Proses pertukaran panas pada kedua fluida ini terjadi pada dinding tube dimana terdapat dua
proses perpindahan yaitu secara konduksi dan konveksi. Dilihat dari konstruksinya, Heat
exchanger tipe Shell and Tube dibedakan atas:

- Fixed Tube Sheet

Fixed Tube Sheet merupakan jenis shell and tube Heat exchanger yang terdiri dari
tube-bundle yang dipasang sejajar dengan shell dan kedua tube sheet menyatu dengan
shell. Kelemahan pada tipe ini adalah kesulitan pada penggantian tube dan
pembersihan shell.
- Floating Tube Sheet
Floating Tube Sheet merupakan Heat exchanger yang dirancang dengan salah satu
tipe tube sheetnya mengambang, sehingga tube-bundle dapat bergerak di dalam shell
jika terjadi pemuaian atau penyusutan karena perubahan suhu. Tipe ini banyak
digunakan dalam industri migas karena pemeliharaannya lebih mudah dibandingkan
fix tube sheet, karena tube-bundlenya dapat dikeluarkan, dan dapat digunakan pada
operasi dengan perbedaan temperatur antara shell dan tube side di atas 200oF.

- U tube/U bundle

U tube/U bundle merupakan jenis HE yang hanya mempunyai 1 buah tube sheet,
dimana tube dibuat berbentuk U yang ujung-ujungnya disatukan pada tube sheet
sehingga biaya yang dibutuhkan paling murah di antara Shell and Tube Heat
exchanger yang lain. Tube bundle dapat dikeluarkan dari shellnya setelah channel
headnya dilepas. Tipe ini juga dapat digunakan pada tekanan tinggi dan beda
temperatur yang tinggi. Masalah yang sering terjadi pada Heat exchanger ini adalah
terjadinya erosi pada bagian dalam bengkokan tube yang disebabkan oleh kecepatan
aliran dan tekanan di dalam tube, untuk itu fluida yang mengalir dalam tube side
haruslah fluida yang tidak mengandung partikel-partikel padat.
Gambar . Shell and Tube Heat Exchanger

Jenis penukar panas shell and tube yang digunakan adalah 1 shell pass dan 2 tube pass (1-2
Exchanger) seperti gambar dibawah ini.

Gambar 3. Skema Shell and Tube Heat Exchanger


Alat yang digunakan dalam praktikum mempunyai ukuran:

• Panjang pipa dan shell : 1200 mm


• Diameter shell : 375 mm
• Diameter pipa luar : 32 mm
• Diameter pipa dalam : 27,8 mm
• Jumlah sekat : 13

Susunan pipa dalam shell dapat berbentuk in-line (a) dan staggered (b)

Gambar 4. Susunan Pipa dalam Shell

Sedangkan susunan pipa yang ada didalam alat yang digunakan adalah in-line (a) dan
ratio antara Sn/D = Sp/D = 1.25. Gambar profil temperatur dari penukar panas ini adalah:

Gambar 5. Profil Temperatur dari Shell and Tube Heat Exchanger

1.4. Masalah yang Sering Terjadi pada HE

1) Naiknya pressure drop didalam HE


Penyebab : Ada kotoran dalam HE (HE tersumbat)
Tindakan:
- Bersihkan pipa-pipa sebelum start up
- Bersihkan plate (jika kejadiannya setelah proses berjalan)
- Media yang masuk HE perlu diberi filter.

2) Menurunnya out put HE (menurunnya kapasitas)


Penyebab: PHE terkotori/tersumbat oleh kotoran dari luar, seperti serpihan plastik.
Tindakan: Bersihkan plate dan media yang masuk PHE perlu diberi filter.
Penyebab: Aliran terlalu tinggi/cepat.
Tndakan:Setel dan sesuaikan

3) Kebocoran
- Penyebab: Tekanan dalam HE melebihi tekanan ijin
Tindakan: Kurangi tekenan sesuai dengan set point.2.
- Penyebab: shock pressure/tekanan mendadak
Tindakan: Hindari terjadinya tekanan mendadak dengan mengatur sistem sebaik
mungkin, membuka dan menutup sistem dengan smooth.
- Penyebab: Rusaknya gasket karena pengaruh serangan medium
Tindakan: Ganti gasket, jika perlu ganti dengan material lain yang lebih baik.

4) Terbloknya aliran dalam HE.


Tindakan: Bersihkan plate dan beri saringan/filter.

5) Tercampurnya media.
- Penyebab: Plate tidak terinstall dengan benarTindakan: Install plate sesuai
panduan.

6) -Penyebab: KorosiT
indakan: a. Cari penyebab korosi dan ganti plate baru Ganti dengan plate yang dengan
material yang tahan korosi.

DAFTAR PUSTAKA

Djauhari, Agus. 2012. “Modul Praktikum Perpindahan Panas Double Pipe Heat
Exchanger”. Politeknik Negeri Bandung: Bandung

MC. Cabe, W.L, Smith, JC, Harriot, P, “ Unit Operation of Chemical Enginering”, 4th ed, Mc.Graw-Hill,
New York, 1985, Chapter 11, 12, 15.
Moehady, Bintang Iwhan. 2015. Bahan Ajar ”Teknik Perawatan Heat Exchanger”. Politeknik Negeri
Bandung: Bandung

Anda mungkin juga menyukai