Anda di halaman 1dari 13

Ular gadung

Ular Gadung

Ular gadung, Ahaetulla prasina

Klasifikasi ilmiah

Kingdom: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Reptilia

Ordo: Squamata

Subordo: Serpentes

Famili: Colubridae

Genus: Ahaetulla
Spesies: A. prasina
Nama binomial

Ahaetulla prasina
(Shaw, 1802)

Sinonim

Dryophis prasinus

Ular gadung adalah sejenis ular berbisa


lemah yang tidak berbahaya dari suku
Colubridae. Secara umum, di wilayah
Indonesia barat ular ini disebut dengan
nama ular pucuk. Nama-nama daerahnya
di antaranya oray pucuk (Sd.), ula gadung
(Jw.), dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai Oriental whip-snake.
Disebut ular gadung karena ular ini
sepintas menyerupai pucuk tanaman
gadung (Dioscorea hispida) yang hijau
lampai.

Pemerian
Ular berwarna hijau, panjang dan amat
ramping. Terkadang ada pula yang
berwarna coklat kekuningan atau krem
atau keputihan, terutama pada hewan
muda. Panjang tubuh keseluruhan
mencapai 2 m, meski kebanyakan sekitar
1,5 m atau lebih; lebih dari sepertiganya
adalah ekornya yang kurus seperti
cambuk.
Kepala panjang meruncing di moncong,
jelas lebih besar daripada leher yang
kurus bulat seperti ranting hijau. Mata
besar, kuning, dengan celah mata (pupil)
mendatar. Panjang moncong
sekurangnya dua kali panjang mata. Pipi
dengan lekukan serupa saluran
horizontal ke arah hidung,
memungkinkan mata melihat dengan
pandangan stereoskopik dan
memperkirakan lokasi mangsa dengan
lebih tepat.

Sisi atas tubuh (dorsal) hijau terang atau


hijau agak muda, merata hingga ke ekor
yang biasanya sedikit lebih gelap.
Terkadang, bila merasa terusik, ular
pucuk atau biasa disebut ular gadung
pari (nama lain di jawa tengah)akan
melebarkan, memipihkan dan melipat
lehernya serupa huruf S, sehingga
muncul warna peringatan berupa belang-
belang putih dan hitam pada kulit di
bawah sisiknya. Sisi bawah tubuh
(ventral) hijau pucat keputihan, dengan
garis tipis kuning keputihan di sepanjang
tepi bawah tubuh (ventrolateral).

Perisai (sisik-sisik besar) di bibir atas


(supralabial) 8-9 buah, yang nomor 4
sampai 6 menyentuh mata. Sisik-sisik
dorsal dalam 15 deret, 13 deret di dekat
ekor. Sisik-sisik ventral 189-241 buah;
sisik anal berbelah, jarang tunggal; sisik-
sisik subkaudal 169-183 buah (Tweedie
1983: 154-207 buah).

Ahaetulla prasina di pohon Jayanti /


Sesbania sesban

Kebiasaan
Ular yang sering terlihat atau didapati di
pekarangan, kebun, semak belukar dan
hutan. Senang berada di tajuk
pepohonan dan semak, ular gadung tidak
jarang terlihat menjalar di atas tanah,
rerumputan, atau bahkan menyeberangi
jalan. Terkadang ular ini terlihat
menjulurkan kepalanya di antara
dedaunan, dan sesekali bergoyang
seolah sulur-suluran tertiup angin.

Ular gadung aktif di siang hari (diurnal),


memburu aneka hewan yang menjadi
mangsanya; seperti kodok, cecak dan
bunglon, serta aneka jenis kadal. Bahkan
juga burung kecil dan mamalia kecil.

Seperti banyak jenis ular pohon, ular


gadung bersifat ovovivipar. Telurnya
menetas di dalam rahim dan keluar
sebagai anak sepanjang kurang-lebih 20
cm. Sekali beranak jumlahnya mencapai
9 ekor.
Di Sumatra, ular ini ditemui mulai dari
dekat pantai hingga ketinggian 1300 m
dpl.

Anak jenis dan Penyebaran


Ada empat anak jenis (subspesies) dari
Ahaetulla prasina, yakni:

A.p. prasina (Boie, 1827). Menyebar


luas mulai dari India di barat,
Bangladesh, ke timur hingga Tiongkok
(Hong Kong), ke selatan melewati
Myanmar, Vietnam, Thailand,
Semenanjung Malaya, dan Singapore.
Di Indonesia, ular ini tersebar di
Sumatra (termasuk Simeulue, Nias,
Mentawai, Riau, Bangka dan Belitung),
Borneo (termasuk Natuna dan
Sebuku), Sulawesi (termasuk Buton,
Kepulauan Sula dan Sangihe), Jawa,
Madura, Bali, Lombok, Sumbawa, dan
Ternate.
A.p. preocularis (Taylor, 1922),
menyebar di Filipina, termasuk di
Luzon, Panay dan kepulauan Sulu.
A.p. suluensis (Gaulke, 1994),
menyebar di kepulauan Sulu, Filipina.
A.p. medioxima Lazell, 2002.

Daya bisa
Ular gadung termasuk mudah ditangkap
dan mudah dijinakkan. Ketika baru
tertangkap, biasanya ular ini lebih agresif
dan mudah terprovokasi. Memipihkan
lehernya dan menampakkan warna-
warna peringatannya, ular gadung akan
mencoba menggigit penangkapnya.
Namun dengan penanganan yang lemah
lembut dan hati-hati, umumnya ular
gadung dapat segera ditenangkan.

Bisa ular ini termasuk kategori


menengah, dan dapat membunuh seekor
burung pipit dalam waktu beberapa
menit saja. Akan tetapi sejauh ini
diketahui tidak membahayakan manusia.
Dampak gigitan bervariasi mulai dari luka
gigitan kecil yang sedikit pedih, atau
agak gatal, sampai ke pembengkakan
ringan disertai sedikit rasa pegal. Secara
tradisional, luka ini biasanya diolesi
madu, atau diberi antiseptik seperti
larutan yodium untuk mencegah infeksi.

Bahan bacaan
David, P. & G. Vogel. 1997. The Snakes
of Sumatra. An annotated checklist and
key with natural history notes. Edition
Chimaira. Frankfurt.
Stuebing, R.B. & R.F. Inger. 1999. A
Field Guide to The Snakes of Borneo.
Natural History Publications (Borneo).
Kota Kinabalu.
Tweedie, M.W.F. 1983. The Snakes of
Malaya. The Singapore National
Printers. Singapore

Pranala luar
(Inggris) Ecology Asia, Snakes of
Southeast Asia: Oriental Whip Snake

Wikimedia Commons memiliki media


mengenai Ahaetulla prasina.

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Ular_gadung&oldid=14282874"

Terakhir disunting 18 hari yang lalu…

Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali


dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai