Anda di halaman 1dari 12

ANALISA PENGARUH BAHAN PEREMAJA LIMBAH PLASTIK

TERHADAP SIFAT FISIK ASPAL DAUR ULANG


Ni Made Pritha Prema Satya1, Ir. Mudji Wahyudi,Phd2
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas mataram
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

ABSTRAK
Daur ulang perkerasan adalah suatu alternatif perbaikan jalan jengan cara menghancurkan
perkerasan jalan yang rusak dan memanfaatkan kembali bahan perkerasan lama tersebut
didalam pembuatan perkerasan baru. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan modifikasi
bahan daur ulang dengan memberikan penambahan polimer yang dapat meningkatkan sifat
fisik aspal dan kinerja campuran daur ulang. Campuran beraspal yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Aspal-Lapis Aus (AC-WC) di jalan Adi Sucipto, Rembiga tepatnya
didepan SMAN 7 Mataram. Penelitian ini akan membandingkan peningkatan sifat fisik aspal
yang terjadi antara aspal bitumen dengan bahan tambahan berupa limbah plastik yang terdiri
dari plastik PET, PP dan HDPE. Persentase penambahan cairan limbah plastik (PET, PP dan
HDPE) terhadap aspal daur ulang adalah 2%, 4% dan 6%. Hasil penelitian menunjukkan
peningkatan sifat fisik aspal yang memenuhi spesifikasi aspal pen 60/70 pada masing –
masing penambahan 4% untuk cairan limbah plastik PP dan HDPE dan penambahan 6%
untuk cairan limbah plastik PET.

Kata kunci : Daur ulang, polimer, cairan limbah plastik PET, PP dan HDPE

1. PENDAHULUAN perkerasan jalan yang menggunakan


Menurut Sukirman (2007), perkerasan bahan perkerasan daur ulang tidak
jalan merupakan lapisan perkerasan yang berbeda dengan yang menggunakan
terletak di antara lapisan tanah dasar dan bahan perkerasan baru.
roda kendaraan, yang berfungsi Aspal merupakan komponen penting
memberikan pelayanan kepada sarana dalam campuran beraspal yaitu sebagai
transportasi dan selama pelayanannya bahan pengikat serta pengisi antar
diharapkan tidak terjadi kerusakan yang agregat dimana kemampuan aspal
berarti. Beberapa penyebab terjadinya terhadap titik lembek, kelenturan serta
kerusakkan pada perkerasan aspal di kelekatannya harus bisa dipertahankan.
Indonesia antara lain : tingginya Bahan peremaja dan bahan aditif yang
temperatur permukaan jalan, curah hujan ditambahkan pada hasil ekstraksi aspal
serta beban lalu lintas. Perbaikan kondisi lama (limbah perkerasan) merupakan
perkerasan aspal dapat dilakukan dengan alternative untuk menunjang kualitas dari
beberapa cara yaitu : penambahan aspal.
lapisan baru (overlay) atau dengan Bahan peremaja yang biasa digunakan
penggunaan kembali (reuse) dan daur untuk tambahan pada hasil ekstraksi
ulang (recycling). aspal lama (limbah perkerasan)
Daur ulang perkerasan jalan (pavement merupakan bahan yang mengandung
recycling) adalah salah satu metode polimer. Bahan polimer yang akan
perbaikan perkerasan jalan yang belum digunakan dalam penelitian ini adalah
banyak digunakan di saat ini. Perkerasan limbah plastik yang terdiri dari :
jalan merupakan suatu prosedur yang Polyethylene Terephtalate yang sering
secara realistis dapat dipertimbangkan, disebut PET, Polypropylene (PP) dan
terutama yang menyangkut penghematan High-Density Polyethylene (HDPE).
bahan perkerasan jalan, penghematan Metode yang digunakan untuk proses
yang juga berarti penghematan dalam pengolahan limbah plastik adalah metode
bentuk uang/biaya. Jika ditinjau dari segi pirolisis. Metode pirolisis adalah
kekuatan struktur, maka kekuatan struktur dekomposisi kimia bahan organik melalui

1
proses pemanasan tanpa atau c. Kepekaan Aspal Terhadap
sedikit oksigen atau reagen lainnya, Temperature
dimana material mentah akan mengalami d. Pengerasaan dan Penuaan
pemecahan struktur kimia menjadi 2.1.1.3 Fungsi Aspal
fase gas. Menurut Silvia Sukirman,S.,2007,
Dari uraian diatas diharapkan aspal yang digunakan sebagai material
penelitian ini bisa menjadi salah satu perkerasaan jalan memiliki fungsi sebagai
alternative yang digunakan dalam berikut :
peremajaan aspal bekas, dimana dapat a. Bahan Pengikat
menghasilkan mutu yang baik. b. Bahan Pengisi

2. LANDASAN TEORI 2.1.2 Daur Ulang Perkerasan


2.1 Tinjauan Pustaka Daur ulang perkerasan adalah
2.1.1 Aspal suatu alternatif perbaikan jalan jengan
Aspal merupakan senyawa yang cara menghancurkan perkerasan jalan
kompleks, bahan utamanya disusun oleh yang rusak dan memanfaatkan kembali
hidrokarbon dan atom-atom N, S, dan O bahan perkerasan lama tersebut didalam
dalam jumlah yang kecil. Dimana unsur- pembuatan perkerasan baru.
unsur yang terkandung dalam bitumen,
antara lain : Karbon (82-88%), Hidrogen 2.1.3 Aspal Modifikasi
(8-11%), Sulfur (0-6%), Oksigen (0-1,5%), Aspal modifikasi dibuat dengan
dan Nitrogen (0-1%). mencampur aspal keras dengan suatu
2.1.1.1 Jenis Aspal bahan tambahan. Polymer adalah jenis
Berdasarkan tempat diperolehnya bahan tambah yang banyak digunakan
aspal dibedakan menjadi 2, yaitu : saat ini, sehingga aspal modifikasi sering
a. Aspal Alam disebut juga sebagai aspal polymer.
b. Aspal Minyak Berdasarkan sifatnya ada dua jenis bahan
Jika dilihat dari bentuknya pada polymer, yaitu :
temperature ruang, maka aspal dibedakan 2.1.3.1 Aspal Polymer Elastomer
atas : SBS (Styrene Butadine Styrene),
a. Aspal Padat SBR (Styrene Butadine Rubber), SIS
b. Aspal Cair (Styrene Isoprene Styrene) dan karet
c. Aspal Emulsi adalah jenis – jenis polymer elastomer
Berdasarkan muatan listrik yang yang biasanya digunakan sebagai bahan
dikandungnya, aspal emulsi dapat pencampuran aspal keras.
dibedakan atas : 2.1.3.2 Aspal Polymer Plastomer
a. Aspal kationik Aspal polymer plastomer sama
b. Aspal anionik halnya dengan aspal polymer elastomer,
c. Aspal nonionik penambahan bahan polymer plastomer
Berdasarkan kecepatan mengerasnya, pada aspal keras juga dimaksudkan untuk
aspal emulsi dapat dibedakan atas : meningkatkan sifat rheologi baik pada
a. Rappid Setting (RS) aspal keras dan sifat fisik campuran
b. Medium Setting (MS) beraspal. Jenis polymer plastomer yang
c. Slow Setting (SS) telah banyak digunakan antara lain ; EVA
(Ethylene Vinyl Acetate), polypropylene,
2.1.1.2 Sifat Fisik Aspal dan polyethylene.
Sifat – sifat fisik aspal yang dapat
mempengaruhi perencanaan, produksi 2.1.4 Polimer
dan kinerja campuran beraspal, antara Kata polimer berasal dari bahasa
lain : Yunani,yaitu poly dan meros. Poly berarti
a. Durabilitas (Daya Tahan) banyak dan meros berarti unit atau
b. Adesi dan Kohesi bagian. Jadi polimer adalah makromolekul
(molekul raksasa) yang tersusun dari

2
monomer yang merupakan molekul yang variabel-variabel itu berhubungan dengan
kecil dan sederhana. tingkat kesalahan yang kecil. Hubungan
yang didapat pada umumnya dinyatakan
2.1.5 Bahan Peremaja dalam bentuk persamaan matematik yang
2.1.5.1 Plastik PET menyatakan hubungan fungsional antara
Pada penelitian ini PET yang variabel-variabel. Dengan analisis regresi
digunakan berupa limbah plastik botol kita bisa memprediksi perilaku dari
mineral. variabel terikat dengan menggunakan
data variabel bebas. Beberapa jenis
persamaan regresi seperti berikut:
Gambar 2.1 Struktur PET (Polyethylene 1. Persamaan linier
Terephthalate) y = a + b x ………………………….(2.1)
2.1.5.2 Plastik PP 2. Persamaan parabola kuadratik
Pada penelitian ini PP yang (polynomial tingkat dua)
digunakan berupa limbah plastik gelas y = a + bx + cx2 ……………………(2.2)
mineral. (2.2)
3. Persamaan parabola kubik (polynomial
tingkat tiga)
y = a + bx + cx2 + dx3 ....................(2.3)
Gambar 2.2 Struktur PP (Polypropylene) (2.3)
2.1.5.3 Plastik HDPE Dimana :
Pada penelitian ini HDPE yang Y = Nilai variabel terikat
digunakan berupa limbah plastik botol X = Nilai variabel bebas, dalam
sabun dan sampo. hal ini adalah variasi residu
cairan plastik (PET, HDPE
dan PP).
a,b,c,d = koefisien
Gambar 2.3 Struktur HDPE (High Density 2.2.2 Analysis of Varian (ANOVA)
Polyethylene) Analisis varian digunakan untuk
menguji hipotesis komparatif rata – rata n
2.1.6 Pengujian Aspal sampel bila datanya berbentuk interval
2.1.6.1 Proses Pengerjaan Aspal Daur atau rasio. Terdapat beberapa jenis
Ulang analisis varian yaitu :
Proses pengerjaan aspal daur 1. Analisi Varian Satu Faktor (Single
ulang, antara lain : Factor)
a. Proses Ekstraksi 2. Analisis Varian Faktor Ganda (Double
b. Proses Penyulingan Factor)
2.1.6.2 Proses Pengujian Aspal Tabel 2.6 Bentuk tabel analisa untuk
Pengujian aspal yang dialukan metode ANOVA satu facxktor
dalam penelitian ini, antara lain :
a. Pengujian Penetrasi Aspal
b. Pengujian Titik Lembek Aspal
c. Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar
Aspal
d. Pengujian Daktilitas Aspal
e. Pengujian Berat Jenis Aspal Keterangan :
f. Pengujian Viskositas Aspal Xi = data ke- i
g. Pengujian Kehilangan Berat Aspal Xtot = jumlah semua data dari
baris dan kolom
2.2 Landasan Teori N = banyaknya seluruh
2.2.1 Analisis Regresi anggota sampel
Analisis regresi adalah analisis data Xkel = jumlah data dari setiap
yang mempelajari cara bagaimana kolom

3
nkel = banyaknya data dari 4.1.2.1 Hasil Penelitian Limbah Plastik
setiap kolom PET
m = jumlah kolom sampel Hasil Penelitian bahan peremaja
limbah plastik PET dapat dilihat pada tabel
4.2 dan 4.3 berikut :
3. METODE PENELITIAN Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Cairan
BAGAN ALIR Limbah Plastik PET

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Kimia Cairan


Limbah Plastik PET

4.1.2.2 Hasil Penelitian Limbah Plastik


PP
Hasil Penelitian bahan peremaja
4. HASIL DAN PEMBAHASAN limbah plastik PP dapat dilihat pada tabel
Aspal yang digunakan dalam penelitian 4.4 dan 4.5 berikut :
ini merupakan hasil bongkaran/ kerukan Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Cairan
dari proyek perbaikan di jalan Adi Sucipto Limbah Plastik PP
tepatnya didepan SMAN 7 Mataram,
Rembiga. Pemeriksaan dan pengujian
sampel mengacu pada Standar Nasional
Indonesia (SNI). Hasil proses ekstraksi
campuran perkerasan aspal akan
didapatkan nilai kadar optimum sebesar % Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Kimia Cairan
dari berat campuran. Aspal hasil ekstraksi Limbah Plastik PP
dan suling (aspal bekas) tersebut memiliki
sifat fisik sebagai berikut seperti terlihat
pada tabel 4.1 :
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Aspal Bekas

4.1.2.3 Hasil Penelitian Limbah Plastik


HDPE
Hasil Penelitian bahan peremaja
limbah plastik HDPE dapat dilihat pada
tabel 4.6 dan 4.7 berikut:
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Cairan
Limbah Plastik HDPE

4.1.2 Hasil Penelitian Bahan Peremaja

4
Tabel 4.10 Daftar ANOVA untuk pengujian
penetrasi aspal dengan cairan plastik PET

Tabel 4.11 Daftar ANOVA untuk pengujian


Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Kimia Cairan penetrasi aspal dengan cairan plastik PP
Limbah Plastik HDPE

Tabel 4.12 Daftar ANOVA untuk pengujian


penetrasi aspal dengan cairan plastik
HDPE

4.2 Hasil Penelitian Benda Uji dan


Pembahasan
4.2.1 Pengujian Penetrasi
Tabel berikut menujukkan
Dari tabel distribusi F dengan df
perubahan \
pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan
penetrasi aspal daur ulang setelah
nilai peluang 0.95 (α = 0.05) didapat nilai
dicampur bahan peremaja limbah plastik
F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil
PET, PP dan HDPE.
perhitungan diatas diperoleh nilai F hitung
Tabel 4.8 Hasil pengujian penetrasi aspal
sebagai berikut :
bekas dengan bahan peremaja

Dari nilai diatas dapat disimpulkan


bahwa nilai hitung lebih besar, maka Ho
ditolak dan Ha diterima, yang berarti
ketiga variabel bahan peremaja
berpengaruh terhadap kenaikan nilai
Tabel 4.9 Data hasil penelitian dengan penetrasi benda uji. Faktor yang paling
bahan peremaja plastik PET berpengaruh dalam nilai penetrasi benda
uji pada penelitian ini adalah variabel
cairan plastik PET, karena memiliki nilai F
hitung yang lebih besar dari pada variabel
aspal dengan cairan plastik PP dan
variabel aspal dengan cairan plastik
HDPE.
4.2.2 Pengujian Titik Lembek
Tabel berikut menujukkan
perubahan titik lembek aspal daur ulang
setelah dicampur bahan peremaja limbah
plastik PET, PP dan HDPE.
Tabel 4.13 Hasil pengujian titik lembek
aspal dengan bahan peremaja

5
dari pada variabel aspal dengan cairan
plastik PET dan variabel aspal dengan
cairan plastik PP.
4.2.3 Pengujian Titik Nyala
Tabel berikut menujukkan
perubahan titik nyala aspal daur ulang
setelah dicampur bahan peremaja limbah
plastik PET, PP dan HDPE.

Tabel 4.17 Hasil pengujian titik nyala aspal


dengan bahan peremaja
Tabel 4.14 Daftar ANOVA untuk pengujian
titik lembek aspal dengan cairan plastik
PET

Tabel 4.15 Daftar ANOVA untuk pengujian


titik lembek aspal dengan cairan plastik
PP
Tabel 4.18 Daftar ANOVA untuk pengujian
titik nyala aspal dengan cairan plastik PET

Tabel 4.16 Daftar ANOVA untuk pengujian


titik lembek aspal dengan cairan plastik
HDPE Tabel 4.19 Daftar ANOVA untuk pengujian
titik nyala aspal dengan cairan plastik PP

Dari tabel distribusi F dengan df


pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan Tabel 4.20 Daftar ANOVA untuk pengujian
nilai peluang 0.95 (α = 0.05) didapat nilai titik nyala aspal dengan cairan plastik
F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil HDPE
perhitungan diatas diperoleh nilai F hitung
sebagai berikut :

Dari tabel distribusi F dengan df


Dari nilai diatas dapat disimpulkan pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan
bahwa nilai hitung lebih besar, maka Ho nilai peluang 0.95 (α = 0.05) didapat nilai
ditolak dan Ha diterima, yang berarti F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil
ketiga variabel bahan peremaja perhitungan diatas diperoleh nilai F hitung
berpengaruh terhadap kenaikan nilai titik sebagai berikut :
lembek benda uji. Faktor yang paling
berpengaruh dalam nilai titik lembek
benda uji pada penelitian ini adalah
variabel cairan plastik HDPE, karena Dari nilai diatas dapat disimpulkan
memiliki nilai F hitung yang lebih besar bahwa nilai hitung lebih besar, maka Ho

6
ditolak dan Ha diterima, yang berarti
ketiga variabel bahan peremaja
berpengaruh terhadap kenaikan nilai titik
nyala benda uji. Faktor yang paling Dari nilai diatas dapat disimpulkan
berpengaruh dalam nilai titik nyala benda bahwa nilai hitung lebih besar, maka Ho
uji pada penelitian ini adalah variabel ditolak dan Ha diterima, yang berarti
cairan plastik HDPE, karena memiliki nilai ketiga variabel bahan peremaja
F hitung yang lebih besar dari pada berpengaruh terhadap kenaikan nilai
variabel aspal dengan cairan plastik PP daktilitas benda uji. Faktor yang paling
dan variabel aspal dengan cairan plastik berpengaruh dalam nilai daktilitas benda
PET. uji pada penelitian ini adalah variabel
4.2.4 Pengujian Daktilitas cairan plastik PP, karena memiliki nilai F
Tabel berikut menujukkan hitung yang lebih besar dari pada variabel
perubahan daktilitas aspal daur ulang aspal dengan cairan plastik PET dan
setelah dicampur bahan peremaja limbah variabel aspal dengan cairan plastik
plastik PET, PP dan HDPE. HDPE.
Tabel 4.21 Hasil pengujian daktilitas 4.2.5 Pengujian Berat Jenis
dengan bahan peremaja Tabel berikut menujukkan
perubahan berat jenis aspal daur ulang
setelah dicampur bahan peremaja limbah
plastik PET, PP dan HDPE.
Tabel 4.25 Hasil pengujian berat jenis
dengan bahan peremaja

Tabel 4.22 Daftar ANOVA untuk pengujian


daktilitas aspal dengan cairan plastik PET

Tabel 4.26 Daftar ANOVA untuk pengujian


berat jenis aspal dengan cairan plastik
PET
Tabel 4.23 Daftar ANOVA untuk pengujian
daktilitas aspal dengan cairan plastik PP

Tabel 4.27 Daftar ANOVA untuk pengujian


berat jenis aspal dengan cairan plastik PP
Tabel 4.24 Daftar ANOVA untuk pengujian
daktilitas aspal dengan cairan plastik
HDPE

Tabel 4.28 Daftar ANOVA untuk pengujian


berat jenis aspal dengan cairan plastik
HDPE
Dari tabel distribusi F dengan df
pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan
nilai peluang 0.95 (α = 0.05) didapat nilai
F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil
perhitungan diatas diperoleh nilai F hitung
sebagai berikut :

7
Dari tabel distribusi F dengan df
pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan
nilai peluang 0.95 (α = 0.05) didapat nilai
F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil
perhitungan diatas diperoleh nilai F hitung
sebagai berikut : Dari tabel distribusi F dengan df
pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan
nilai peluang 0.95 (α = 0.05) didapat nilai
F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil
perhitungan diatas diperoleh nilai F hitung
Dari nilai diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
bahwa nilai hitung lebih besar, maka Ho
ditolak dan Ha ditolak, yang berarti dua
dari variabel bahan peremaja tidak
berpengaruh terhadap kenaikan nilai berat
Dari nilai diatas dapat disimpulkan
jenis benda uji. Sedangkan satu variabel
bahwa nilai hitung lebih besar, maka Ho
bahan peremaja yaitu cairan plastik HDPE
ditolak dan Ha diterima, yang berarti
memiliki pengaruh terhadap kenaikan nilai
ketiga variabel bahan peremaja
berat jenis tetapi lemah.
berpengaruh terhadap kenaikan nilai
4.2.6 Pengujian Viskositas
viskositas benda uji. Faktor yang paling
Tabel berikut menujukkan
berpengaruh dalam viskositas benda uji
perubahan viskositas aspal daur ulang
pada penelitian ini adalah variabel cairan
setelah dicampur bahan peremaja limbah
plastik HDPE, karena memiliki nilai F
plastik PET, PP dan HDPE.
hitung yang lebih besar dari pada variabel
Tabel 4.29 Hasil pengujian viskositas
aspal dengan cairan plastik PET dan
dengan bahan peremaja
variabel aspal dengan cairan plastik PP.
4.2.7 Pengujian Kehilangan Berat
Tabel berikut menujukkan
perubahan kehilangan berat aspal daur
ulang setelah dicampur bahan peremaja
limbah plastik PET, PP dan HDPE.
Tabel 4.33 Hasil pengujian kehilangan
berat dengan bahan peremaja

Tabel 4.30 Daftar ANOVA untuk pengujian


berat viskositas aspal dengan cairan
plastik PET

Tabel 4.31 Daftar ANOVA untuk pengujian


Tabel 4.34 Daftar ANOVA untuk pengujian
viskositas aspal dengan cairan plastik PP
berat kehilangan berat aspal dengan
cairan plastik PET

Tabel 4.32 Daftar ANOVA untuk pengujian


viskositas aspal dengan cairan plastik
Tabel 4.35 Daftar ANOVA untuk pengujian
HDPE
berat kehilangan berat aspal dengan
cairan plastik PP

8
Gambar 4.8 Grafik Batang Berbagai
Pengujian dengan bahan Peremaja
Cairan Plastik PET
Nilai pengujian benda uji aspal dengan
penambahan bahan peremaja cairan
Tabel 4.36 Daftar ANOVA untuk pengujian plastik PET yang memenuhi spesifikasi
berat kehilangan berat aspal dengan aspal pen 60/70 yaitu pada pengujian
cairan plastik HDPE penetrasi dengan penambahan 6% cairan
plastik PET dengan nilai 74,6, pengujian
daktalitas pada persentase 2%, 4% dan
6% cairan plastik PET yang didapat > 100,
pengujian kehilangan berat pada
Dari tabel distribusi F dengan df persentase 2%, 4% dan 6% cairan plastik
pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan PET yang didapat <1,0 dan pengujian
nilai peluang 0.95 (α = 0.05) didapat nilai berat jenis aspal pada persentase 0%,
F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil 2%, 4% dan 6% yang diperoleh dengan
perhitungan diatas diperoleh nilai F hitung nilai berturut-turut 1.091, 1,05, 1,045 dan
sebagai berikut : 1,038. Sedangkan pengujian titik lembek
dan titik nyala tidak memenuhi spesifikasi
aspal pen 60/70 yaitu titik lembek berada
pada suhu < 56˚C dan titik nyala ≤ 232 oC.
Dari nilai diatas dapat disimpulkan Proses penyulingan untuk menghasilkan
bahwa nilai hitung lebih besar, maka Ho aspal daur ulang kemungkinan masih
ditolak dan Ha diterima, yang berarti menyisakan bensin, sehingga hasil pada
ketiga variabel bahan peremaja pengujian titik lembek tidak memenuhi
berpengaruh terhadap kenaikan nilai aspal spesifikasi pen 60/70, hasil titik
kehilangan berat benda uji. Faktor yang nyala dari pemeriksaan bahan peremaja
paling berpengaruh dalam kehilangan cairan plastik PET yang tidak memenuhi
berat benda uji pada penelitian ini adalah syarat mengakibatkan nilai titik nyala
variabel cairan plastik PET, karena campuran aspal hasil ekstraksi dengan
memiliki nilai F hitung yang lebih besar bahan peremaja cairan plastik PET juga
dari pada variabel aspal dengan cairan tidak dapat memenuhi spesifikasi pen
plastik PP dan variabel aspal dengan 60/70. Namun, dari pembahasan diatas
cairan plastik HDPE. dapat disimpulkan bahwa aspal bekas
dengan campuran bahan peremaja cairan
4.3 Analisa Data Pengujian Aspal plastik PET dapat meningkatkan sifat
dengan Penambahan Peremaja rheologi aspal secara garis besar.
4.3.1 Aspal dengan Bahan Peremaja 4.3.2 Aspal dengan Bahan Peremaja
Cairan Plastik PET Cairan Plastik PP
Tabel 4.37 Hasil berbagai pengujian Tabel 4.38 Hasil berbagai pengujian
dengan bahan peremaja cairan plastik dengan bahan peremaja cairan plastik PP
PET

9
Gambar 4.9 Grafik Batang Berbagai
Pengujian dengan bahan Peremaja
Cairan Plastik PP
Nilai pengujian benda uji aspal
dengan penambahan bahan peremaja
cairan plastik PP yang memenuhi
spesifikasi aspal pen 60/70 yaitu pada
Gambar 4.10 Grafik Batang Berbagai
pengujian penetrasi dengan penambahan
Pengujian dengan bahan Peremaja
4%, 6% dan 8% cairan plastik PP dengan
Cairan Plastik HDPE
nilai 62,1, 71,6 dan 74,4 pengujian
Nilai pengujian benda uji aspal
daktalitas pada persentase 2%, 4%, 6%
dengan penambahan bahan peremaja
dan 8% cairan plastik PP yang didapat >
cairan plastik HDPE yang memenuhi
100, pengujian kehilangan berat pada
spesifikasi aspal pen 60/70 yaitu pada
persentase 2%, 4% dan 6% cairan plastik
pengujian penetrasi dengan penambahan
PET yang didapat <1,0 dan pengujian
4%, 6% dan 8% cairan plastik HDPE
berat jenis aspal pada persentase 0%,
dengan nilai 57,5, 70,6 dan 82,6
2%, 4%, 6% dan 8% yang diperoleh
pengujian daktalitas pada persentase 2%,
dengan nilai berturut-turut 1.091, 1,036,
4%, 6% dan 8% cairan plastik HDPE yang
1,038, 1,039 dan 1,031. Sedangkan
didapat > 100, pengujian kehilangan berat
pengujian titik lembek dan titik nyala
pada persentase 2%, 4% dan 6% cairan
dengan penambahan cairan plastik PP
plastik PET yang didapat <1,0 dan
4% dan 6% tidak memenuhi spesifikasi
pengujian berat jenis aspal pada
aspal pen 60/70 yaitu titik lembek berada
persentase 0%, 2%, 4%, 6% dan 8% yang
pada suhu < 56˚C dan titik nyala ≤ 232 oC.
diperoleh dengan nilai berturut-turut
Proses penyulingan untuk menghasilkan
1.091, 1,054, 1,032, 1,04 dan 1,029.
aspal daur ulang kemungkinan masih
Sedangkan pengujian titik lembek dan titik
menyisakan bensin, sehingga hasil pada
nyala dengan penambahan cairan plastik
pengujian titik lembek tidak memenuhi
HDPE tidak memenuhi spesifikasi aspal
aspal spesifikasi pen 60/70, hasil titik
pen 60/70 yaitu titik lembek berada pada
nyala dari pemeriksaan bahan peremaja
suhu < 56˚C dan titik nyala ≤ 232 oC.
cairan plastik PP yang tidak memenuhi
Proses penyulingan untuk menghasilkan
syarat mengakibatkan nilai titik nyala
aspal daur ulang kemungkinan masih
campuran aspal hasil ekstraksi dengan
menyisakan bensin, sehingga hasil pada
bahan peremaja cairan plastik PP juga
pengujian titik lembek tidak memenuhi
tidak dapat memenuhi spesifikasi pen
aspal spesifikasi pen 60/70, hasil titik
60/70. Namun, dari pembahasan diatas
nyala dari pemeriksaan bahan peremaja
dapat disimpulkan bahwa aspal bekas
cairan plastik HDPE yang tidak memenuhi
dengan campuran bahan peremaja cairan
syarat mengakibatkan nilai titik nyala
plastik PP dapat meningkatkan sifat
campuran aspal hasil ekstraksi dengan
rheologi aspal secara garis besar.
bahan peremaja cairan plastik HDPE juga
4.3.3 Aspal dengan Bahan Peremaja
tidak dapat memenuhi spesifikasi pen
Cairan Plastik HDPE
60/70. Namun, dari pembahasan diatas
Tabel 4.39 Hasil berbagai pengujian
dapat disimpulkan bahwa aspal bekas
dengan bahan peremaja cairan plastik
dengan campuran bahan peremaja cairan
HDPE
plastik HDPE dapat meningkatkan sifat
rheologi aspal secara garis besar.

5. SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan
1. Aspal bekas yang digunakan
dalam penelitian ini mempunyai
nilai penetrasi sebesar 30,7, nilai
daktalitas sebesar 63,15 cm, nilai

10
titik lembek sebesar 26,56˚C, nilai bahan – bahan polimer lain yang mudah
titik nyala sebesar 230˚C, nilai diperoleh sehingga dapat memberikan
berat jenis 1,091, nilai kehilangan alternatif – alternatif untuk meningkatkan
berat sebesar 1,001% dan kembali aspal daur ulang.
viskositas 247,171 Cst. Nilai-nilai
sifat fisik tersebut sudah tidak DAFTAR PUSTAKA
memenuhi persyaratan spesifikasi Anonim, 2002, Modul Praktikum Bahan
Bina Marga, sehingga perlu Perkerasan Jalan, Fakultas
penambahan bahan peremaja Teknik, Universitas Mataram,
untuk meningkatkan kualitas aspal Mataram.
bekas tersebut. Departemen Kimpraswil Dirjen Prasarana
2. Penambahan bahan peremaja Wilayah, Buku 1 Petunjuk
cairan plastik PET, PP dan HDPE Umum, Manual Pekerjaan
pada aspal bekas dapat Campuran Beraspal Panas.
meningkatkan nilai penetrasi, Dsupardi. Polimer (Makromolekul).
daktalitas, titik lembek, viskositas, http://dsupardi.wordpress.com/ki
kehilangan berat dan berat jenis. mia-xii-2/makromolekul/polimer/.
3. Persentase kadar cairan limbah Diakse tanggal 2 Agustus 2013.
plastik PET yang dapat Mujiarti,I., 2005, Sifat dan Karakteristik
meremajakan aspal bekas terjadi Material Plastik dan Bahan
pada penambahan 6% cairan Aditif, Semarang.
limbah plastik PET terhadap berat Sipil, Teknik. 2007. Daur Ulang Lapis
aspal dimana hasil pada Perkerasan Aspal.
pengujian penetrasi, daktalitas, http://tekniksipil-
kehilangan berat, viskositas dan 45.blogspot.com/2011/07/sifat-
berat jenis mengalami sifat-aspal.html. Diakses tanggal
peningkatkan kualitas sehingga 30 Juli 2013.
memenuhi spesifikasi aspal pen Standar Nasional Indonesia, Metode
60/70. Persentase kadar cairan Pengujian Berat Jenis Aspal
limbah plastik PP dan HDPE yang Padat. (SNI 06-2441-1991)
dapat meremajakan aspal bekas Standar Nasional Indonesia, Metode
terjadi pada penambahan 4% Pengujian Daktilitas. (SNI 06-
cairan limbah plastik PP dan 2432-1991)
HDPE terhadap berat aspal Standar Nasional Indonesia, Metode
dimana hasil pada pengujian Pengujian Kadar Residu Aspal
penetrasi, daktalitas, kehilangan Emulsi dengan Peyulingan. (SNI
berat, viskositas dan berat jenis 06-3642-1994)
mengalami peningkatkan kualitas Standar Nasional Indonesia, Metode
sehingga memenuhi spesifikasi Pengujian Kehilangan Berat
aspal pen 60/70. Minyak dan Aspal. (SNI 06-
4. Hasil analisa statistik ANOVA 2440-1991)
menunjukkan bahwa variasi Standar Nasional Indonesia, Metode
bahan peremaja cairan plastik Pengujian Kekentalan Aspal
PET, PP dan HDPE memiliki Cair dan Aspal Emulsi dengan
pengaruh terhadap perubahan Alat Saybolt. (SNI 06-6721-
nilai sifat fisik aspal bekas 2002)
sehingga dapat memenuhi Standar Nasional Indonesia, Metode
spesifikasi aspal pen 60/70. Pengujian Penetrasi Bahan –
Bahan Bitumen. (SNI 06-2456-
5.2 Saran 1991)
Mengingat pada penelitian ini yang Standar Nasional Indonesia, Metode
dikaji hanya tetang bahan peremaja Pengujian Titik Lembek Aspal
berupa limbah plastik PET, PP dan HDPE dan Ter. (SNI 06-2434-1991)
diharapkan dapat mencari, menggunakan

11
Standar Nasional Indonesia, Metode
Pengujian Titik Nyala dan Titik
Bakar dengan Cleve Land Open.
(SNI 03-6722-2002)
Sudjana,1996, Metode Statistika Edisi 6,
Tarsito, Bandung.
Sugiono. 2009. Statistik Untuk Penelitian,
Alfabeta, Bandung.
Sukirman,S., 2007, Beton Aspal
Campuran Panas, Yayasan
Obor Indonesia, Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai