Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PENGARUH BAHAN PEREMAJA LIMBAH BAN KARET DAN STYROFOAM TERHADAP

SIFAT FISIK ASPAL BITUMEN DAUR ULANG

An Analysis of Rejuvenating Agents (Rubber Tyre and Styrofoam Waste) on


The Physical Properties of Reclaimed Bituminous Asphalt

Annisa Rahmatika1, Ir. Mudji Wahyudi,Phd2.

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

ABSTRAK
Teknologi daur ulang perkerasan, sebagai suatu teknologi alternatif dalam konstruksi perkerasan dan
pemeliharaan jalan, terus dikembangkan. Tujuan penelitian ini adalah melakukan modifikasi bahan daur
ulang dengan menambahkan polimer yang mampu meningkatkan sifat fisik aspal dan kinerja campuran
daur ulang. Campuran beraspal yang digunakan pada studi ini adalah Aspal-Lapis Aus (AC-WC) dari
jalan Adi Sucipto Rembige. Pada penelitian ini akan dibandingkan peningkatan sifat fisik aspal yang
terjadi antara aspal bitumen dengan penambahan ban karet dengan aspal bitumen dengan penambahan
cairan styrofoam. Persentase yang digunakan pada penambahan cairan ban karet maupun styrofoam
terhadap aspal daur ulang masing-masing adalah 4%, 6% dan 8%. Hasil penelitian menunjukkan
peningkatan sifat fisik aspal yang memenuhi spesifikasi aspal pen 60/70 pada masing- masing
penambahan 6% dari cairan ban karet maupun cairan styrofoam terhadap berat aspal daur ulang.

Kata kunci : Daur ulang, polimer, ban karet, styrofoam

1. PENDAHULUAN
Sistem transportasi merupakan sarana dan prasarana penting bagi masyarakat, sekaitan dengan
mobilitas pergerakan manusia. Hal ini mendorong para praktisi bidang perkerasan jalan untuk
menghasilkan perkerasan jalan yang kuat menahan beban lalu lintas. Berbasis hasil kajian penanganan
kerusakan deformasi permanen dan retak kelelahan akibat beban lalu lintas (Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum, 2007), peningkatan bahan campuran perkerasan jalan
yang lebih kuat menahan beban lalu lintas sangat dibutuhkan.
Sjahdanulirwan (2011) mengemukakan bahwa kebutuhan jalan di Indonesia meningkat seiring
dengan peningkatan sarana transportasi. Khusus jalan, banyak anggaran nasional yang terserap ke
sektor pembangunan ini baik untuk pembangunan konstruksi jalan baru maupun pemeliharaan jalan.
Konsekuensi logis pembangunan jalan meningkatkan kebutuhan material aspal dan agregat. Kebutuhan
aspal sekitar 600.000 ton pertahun di impor. Hal ini mengakibatkan berkurangnya devisa dan
ketersediaan agregat makin berkurang. Oleh karena itu, salah satu teknologi yang ekonomis dan dapat
dilakukan adalah mendaur ulang campuran beraspal eksisting dan ditambahkan bahan peremaja atau
modifier. Aspal merupakan bahan pengikat antar agregat pada campuran beraspal. Aspal merupakan
komponen penting pada campuran aspal, yang kemampuan terhadap kelekatan, titik lembek dan
kelenturannya harus dipertahankan. Penambahan bahan peremaja atau aditif pada aspal hasil ekstrak
limbah perkerasan menjadi alternatif yang dapat digunakan untuk menunjang kualitas aspal.
Beberapa benda berbahan dasar polimer seperti: plastik, styrofoam, peralatan rumah tangga (ember,
kursi, panci, sisir), ban karet dan benda lain yang bersifat elastis dan tahan terhadap air. Benda-benda
tersebut merupakan limbah konsumen manusia yang dapat diperoleh dengan mudah, karena jumlahnya
yang cenderung meningkat. Styrofoam dan ban karet merupakan bahan anorganik buatan manusia yang
tersusun dari bahan-bahan kimia yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Limbah ini sangat sulit terurai
secara alami. Untuk menguraikan sampah styrofoam dan ban karet membutuhkan kurang lebih 80 tahun
agar dapat terdegradasi secara sempurna.
Pada penelitian ini, dicoba menggunakan limbah ban karet dan styrofoam yang mengandung unsur
polimer berupa polyesterene (polistirena), sebagai bahan peremaja pada aspal hasil ekstrak limbah
perkerasan jalan untuk melihat perubahan sifat-sifat fisik aspal. Hasil dari penelitian ini akan memberikan
informasi awal tentang karakteristik-karakteristik dari aspal daur ulang dengan bahan peremaja.
1Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram
2Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram
1
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Aspal
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan
terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen (Bituminovs Ashpalt) merupakan bahan
pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan jalan
lentur.
Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, mempunyai atom karbon
sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah
nitrogen, oksigen, belerang dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal
adalah karbon, 10% hidrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi,
nikel dan vanadium. Massa molekul aspal bervariasi, dari beberapa ratus sampai beberapa ribu.
Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang
massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5% sampai 25% aspalten. Sebagian besar
senyawa di aspal adalah senyawa polar. Akibat kepolaran molekul dalam aspal, molekul satu dengan
lainnya dapat membentuk jejaring atau kluster seperti polimer dengan massa sampai ratusan ribu.
Polimer yang terbentuk dalam aspal adalah polimer yang termoplastik, yakni melunak ketika dipanaskan
dan mengeras kembali setelah didinginkan. Sifat thermoplastik aspal sangat penting dalam pengolahan
hotmix jalan. Pada rentang suhu tertentu, aspal dapat bersifat viskoelastik, artinya aspal dapat
menunjukkan sifat seperti cairan kental dan dapat dengan mudah berubah bentuk.

2.1.2 Jenis Aspal


Secara umum, jenis aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan asal dan proses pembentukannya
adalah sebagai berikut :
a. Aspal Alam
b. Aspal Buatan
Berdasarkan bentuk aspal pada temperatur ruang, aspal dibedakan atas beberapa bagian, yaitu :
1. Aspal Keras/ padat
2. Aspal cair (asphalt cut-back)
3. Aspal emuls.

2.1.3 Fungsi Aspal


Fungsi aspal yang digunakan pada konstruksi perkerasan jalan berfungsi sebagai berikut:
1. Bahan Pengikat
2. Bahan pengisi
.
2.1.5 Aspal Modifikasi Polimer
Aspal polimer adalah suatu material yang dihasilkan dari modifikasi antara polimer alam atau
polimer sintetis dengan aspal. Berdasarkan sifatnya ada dua jenis bahan polymer, yaitu :
2.1.5.1 Aspal Polymer Elastomer
Elastomer merupakan kumpulan benda yg mempunyai sifat karet asli, karet vulkanisasi,
karet olahan ulang, atau karet tiruan. SBS (Styrene Butadine Styrene), SBR (Styrene Butadine
Rubber), SIS (Styrene Isoprene Styrene)
2.1.5.2 Aspal Polymer Plastomer
Jenis polymer plastomer yang telah banyak digunakan antara lain ; EVA (Ethylene Vinyl
Acetate), polypropylene, dan polyethylene.

2.1.6 Aspal Daur Ulang


2.1.6.1 Daur ulang aspal campuran panas
Daur ulang aspal campuran panas adalah proses penggunaan kembali bahan perkerasan
lama beraspal, bahan agregat perkerasan lama ditambah atau dikombinasikan dengan campuran
agregat dan aspal baru dengan atau tanpa bahan aditif (tambahan).

2.1.6.2 Daur Ulang Perkerasan Aspal Campuran Dingin


2
Daur ulang perkerasan aspal campuran dingin adalah proses daur ulang perkerasan
beraspal, dimana proses pencampurannya dilakukan tanpa pemanasan baik ditempat maupun
dicentral mix plant, kemudian digelar dan dipadatkan pada tempat yang telah dikupas.

2.1.7 Bahan Peremaja


Bahan peremaja adalah suatu bahan yang ditambahkan dalam campuran aspal untuk
meremajakan bahan perkerasan aspal (dalam hal ini bahan perekat aspal). Tujuan dari bahan peremaja
dalam daur ulang aspal adalah :
- Mudah menyebar dalam campuran daur ulang
- Mempunyai kekuatan untuk menyatukan aspalten dalam aspal lama pada daur ulang
- Dapat memperbaiki umur layanan dalam campuran daur ulang aspal
- Tahan terhadap pengasapan dan terbakar apabila digunakan dalam campuran aspal panas.

2.1.8 Ban Karet (Styrene-butadiene Rubber) dan Styrofoam (polystirena foam)


Bahan peremaja campuran aspal yang telah banyak dipakai adalah jenis karet yang berasal dari
limbah ban karet. Komposisi ban karet terdiri dari gabungan dua jenis karet, yaitu karet alam 55% dan
karet sintetis 45%. Selain ban karet, jenis limbah yang mengandung polimer untuk dapat digunakan
sebagai bahan peremaja adalah styrofoam.

Gambar 2.1 Atom Polystirene

(a) (b) (c)

Gambar 2.2. (a) Proses Pirolisis bahan berpolimer; (b) Styrofoam; (c) Ban Karet

Proses pirolisis limbah ban karet sebanyak 2000 gram menghasilkan cairan sebanyak 700 ml,
sedangkan pirolisis 400 gram styrofoam menghasilkan 100 ml cairan styrofoam. Dalam penelitian ini hasil
pirolisis (cairan) limbah ban karet dan styrofoam dimanfaatkan sebagai bahan peremaja.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Analisis Regresi
Analisis regresi adalah analisis data yanga mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu
berhubungan dengan tingkat kesalahan yang kecil. Hubungan yang didapat pada umumnya dinyatakan
dalam bentuk persamaan matematik yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel-variabel.
Dalam analisis regresi terdapat dua jenis variabel, yaitu :
1. Variabel bebas, yaitu variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain.
2. Variabel tak bebas/ terikat, yaitu variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas.

2.2.2 Analysis of Varian (ANOVA)


Analisis varian digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata – rata N sampel bila datanya
berbentuk interval atau rasio. Terdapat beberapa jenis analisis varian yaitu :
1. Analisi Varian Satu faktor (Single Factor)
2. Analisis Varian Faktor Ganda (Double Factor)

Tabel 2.1 Bentuk tabel analisa untuk metode ANOVA satu faktor
3
Sumber Jumlah Kuadrat (JK) Derajat Mean Kuadrat (MK) F hitung
Keragaman Kebebasan (dk)
Antar =∑((∑Xkel)2/nkel)–((∑ =m–1 = MKantar kelompok –(m – =MKantar kelompok /
kelompok Xtot)2/N) 1) MKdlm kelompok
Dalam JKtotal – JKantar kelompok =N–m = MKdlm kelompok – (N –
Kelompok m)
Total =∑Xi2- ((∑Xtot)2/N) = N -1
Keterangan :
Xi = data ke- i
Xtot = jumlah semua data dari baris dan kolom
N = banyaknya seluruh anggota sampel
Xkel = jumlah data dari setiap kolom
nkel = banyaknya data dari setiap kolom
m = jumlah kolom sampel

3. METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

3.2 Rancangan benda uji

4
Tabel 3.1 Rancangan Benda Uji
Limbah Ban Bekas Limbah Styrofoam
No Pengujian
0% 4% 6% 8% 0% 4% 6% 8%
1 Penetrasi 2 2 2 2 2 2 2 2
2 Titik Lembek dan Ter 2 2 2 2 2 2 2 2
3 Daktalitas 2 2 2 2 2 2 2 2
4 Titik Nyala dan Bakar 2 2 2 2 2 2 2 2
5 Berat Jenis 2 2 2 2 2 2 2 2
6 Kehilangan Berat 2 2 2 2 2 2 2 2
7 Viskositas 2 2 2 2 2 2 2 2

3.3 Variabel Pengamatan

Variabel yang diukur pada penelitian ini sebagai berikut:


Variabel Bebas : Kadar cairan limbah ban karet dan cairan styrofoam
Variabel terikat : Aspal bitumen daur ulang, Pengujian dan pembuatan benda uji

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Karakteristika Bahan

4.1.1 Hasil Penelitian Aspal Lama


Aspal Bekas yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari proyek perbaikan jalan Adi Sucipto,
Rembiga. Pemeriksaan dan pengujian sampel mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SNI). Dari
proses ekstraksi campuran perkerasan aspal lama, didapatkan nilai kadar aspal optimum sebesar 6% dari
berat campuran dan sudah mengalami penurunan karakteristik aspal dari semula 60/70. Aspal daur ulang
tersebut mempunyai sifat fisik seperti terlihat pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan aspal bekas


Jenis Pemeriksaan Aspal Daur Ulang Hasil Syarat Aspal Penetrasi
Ekstraksi *) 60/70 **)
Penetrasi (0,1 mm), 25oC 30,7 60 – 70
Daktalitas (cm) 63,15 >100
Titik Lembek (oC) 26,6 48 – 58
Titik Nyala (oC) 230 ≥ 235
Berat Jenis (gr/cm3) 1,05 ≥1
Penurunan Berat 2,8 ≤ 0,8
Viskositas (cst) 298,15 155
Keterangan : *) Hasil Penelitian
**) Puslitbang, 2003

4.1.2 Hasil Penelitian Ban Bekas

Hasil penelitian bahan peremaja ban bekas dapat dillihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 hasil pemeriksaan cairan ban bekas
Bahan Peremaja Cairan Syarat Aspal Penetrasi
Jenis Pemeriksaan
Ban Bekas *) 60/70 **)
Viskositas (Cst) 45,6 Maks. 150 cst
Berat Jenis (gr/cm3) 1,2 Min. 0,9
Titik Nyala Minimum 231 Min.100 o
Sumber : *) Hasil penelitian dalam Hadisaputra (2011)
**) Bina Marga, 1983

4.1.3 Hasil Penelitian Styrofoam


5
Hasil penelitian bahan peremaja styrofoam dapat dillihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.3 hasil pemeriksaan cairan Styrofoam
Bahan Peremaja Cairan Syarat Aspal Penetrasi
Jenis Pemeriksaan
styrofoam *) 60/70 **)
Viskositas (Cst) 48,2 Maks. 150 cst
Berat Jenis (gr/cm3) 1,05 Min. 0,9
Titik Nyala Minimum 190 Min.100o

Sumber : *) Hasil penelitian


**) Bina Marga, 1983

4.2 Hasil Penelitian Benda Uji dan Pembahasan

4.2.1 Pengujian Penetrasi


Tabel berikut menunjukkan perubahan penetrasi aspal daur ulang setelah dicampur dengan
bahan peremaja ban bekas dan styrofoam.

Tabel 4.4 Hasil pengujian penetrasi aspal bekas dengan bahan peremaja
Bahan Penetrasi
Peremaja (%) Ban Bekas styrofoam
0 30,7 30,7
4 41,8 35,8
6 67,4 74,1
8 102,7 90,7
Sumber : Hasil Penelitian

Tabel 4.5 Data Hasil penelitian penetrasi dengan bahan peremaja ban bekas
Persentase Kadar bahan peremaja cairan Ban Karet
Variabel Sampel
0% 4% 6% 8% Jumlah
Sampel I 33,8 39,2 63,2 104 240,2
Sampel II 27,6 44,4 71,6 101,4 245
Total Kolom 61,4 83,6 134,8 205,4 485,2

Contoh Perhitungan ANOVA untuk penetrasi dengan penambahan cairan ban karet :
1. JK total = (33,82 + 39,22 + 63,22 + 1042 + 27,62 + 44,42 + 71,62 +
101,42) – (485,22/8)
= 6203,58
2. JK antar kelompok = (61,42 /2 + 83,62 /2 + 134,82 /2 + 205,42 /2) - (485,22/8)
= 6132,18
3. JK dalam kelompok = 6203,58 - 6132,18 = 71,4
4. df antar kelompok =4–1
5. df dalam kelompok =8–4
6. df total =8–1
7. MK antar kelompok = 6132,18 / (4 – 1) = 2044,06
8. MK dalam kelompok = 71,4 / (8 – 4) = 17,85
9. F hitung = 2044,06 / 17,85 = 114,51

Tabel 4.6 Daftar Anova untuk Penetrasi aspal dengan cairan Ban Karet
6
Sumber Jumlah Derajat Mean F hitung
Keragaman Kuadrat Kebebasan Kuadrat
(JK) (dk) (MK)
Antar kelompok 6132,18 4 – 1=3 2044,06 114,51
Dalam Kelompok 71,40 8-4=4 17,85
Total 6203,58 8-1=7

Tabel 4.7 Daftar Anova untuk Penetrasi aspal dengan cairan Styrofoam
Jumlah Derajat Mean
Sumber
Kuadrat Kebebasan Kuadrat F hitung
Keragaman
(JK) (dk) (MK)

Antar kelompok 5762,92 4 – 1=3 1920,97 203,71

Dalam Kelompok 37,72 8-4=4 9,43

Total 5800,64 8-1=7


Dari tabel distribusi F dengan df pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan nilai peluang 0.95 (α = 0.05)
didapat nilai F tabel = 6.59. berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai F sebagai berikut :
F hitungcairan ban karet = 114.51 > F tabel 0.95 = 6.59
F hitungcairan Styrofoam = 203.71 > F tabel 0.95 = 6.59
Dari nilai diatas dapat disimpulkan bahwa nilai F hit lebih besar, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
yang berarti kedua variabel bahan peremaja berpengaruh terhadap kenaikan nilai penetrasi benda uji.
Faktor yang paling berpengaruh dalam nilai penetrasi benda uji pada penelitian ini adalah variabel cairan
styrofoam, karena memiliki F yang lebih besar dari pada variabel aspal dengan ban karet.

4.2.2 Pengujian Daktilitas


Tabel berikut menunjukkan perubahan daktilitas aspal daur ulang setelah dicampur dengan bahan
peremaja ban bekas dan styrofoam.

Tabel 4.8 Hasil pengujian daktilitas aspal bekas yang ditambahkan dengan bahan peremaja
Kadar Bahan Daktalitas
Peremaja (%) Ban Karet Styrofoam
0 63,15 63,15
4 115 140,75
6 165 158,2
8 80,5 165

Tabel 4.9 Daftar Anova untuk Daktilitas Aspal dengan cairan Ban Karet
Derajat Mean
Sumber Jumlah Kuadrat
Kebebasan Kuadrat F hitung F tabel
Keragaman (JK)
(dk) (MK)
Antar
11939,75 4 – 1=3 3979,92 20,40 6,59
kelompok
Dalam
780,21 8-4=4 195,05
Kelompok
Total 12719,96 8-1=7

Tabel 4.10 Daftar Anova untuk Daktilitas Aspal dengan cairan Styrofoam
7
Derajat Mean
Sumber Jumlah Kuadrat
Kebebasan Kuadrat F hitung F tabel
Keragaman (JK)
(dk) (MK)
Antar
12931,62 4 – 1=3 4310,54 182,27 6,59
kelompok
Dalam
94,60 8-4=4 23,65
Kelompok
Total 13026,21 8-1=7
Dari tabel distribusi F dengan df pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan nilai peluang 0.95 (α = 0.05)
didapat nilai F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai F sebagai berikut :
F hitungcairan ban karet = 20.40 > F tabel 0.95 = 6.59
F hitungcairan Styrofoam = 182.27 > F tabel 0.95 = 6.59
Dari nilai diatas dapat disimpulkan bahwa nilai F hit lebih besar, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
yang berarti kedua variabel bahan peremaja berpengaruh terhadap kenaikan nilai daktilitas benda uji.
Faktor yang paling berpengaruh dalam nilai daktilitas benda uji pada penelitian ini adalah variabel cairan
styrofoam, karena memiliki F yang lebih besar dari pada variabel aspal dengan ban karet.

4.2.3 Pengujian Titik Lembek dan Ter


Tabel berikut menunjukkan perubahan titik lembek aspal daur ulang setelah dicampur dengan
masing-masing bahan peremaja ban bekas dan styrofoam.
Tabel 4.11 Hasil pengujian titik lembek aspal bekas yang ditambahkan dengan bahan peremaja
Kadar Bahan Titik Lembek
Peremaja (%) Ban Karet Styrofoam
0 26,56 26,56
4 30 37,25
6 30 36,5
8 28,25 35,35

Tabel 4.12 Daftar Anova untuk Titik Lembek Aspal dengan cairan Ban Karet
Derajat Mean
Sumber Jumlah Kuadrat
Kebebasan Kuadrat F hitung F tabel
Keragaman (JK)
(dk) (MK)
Antar
16,32 4 – 1=3 5,44 1,36 6,59
kelompok
Dalam
16,03 8-4=4 4,01
Kelompok
Total 32,36 8-1=7

Tabel 4.12 Daftar Anova untuk Titik Lembek Aspal dengan cairan Styrofoam
Derajat Mean
Sumber Jumlah Kuadrat
Kebebasan Kuadrat F hitung F tabel
Keragaman (JK)
(dk) (MK)
Antar
147,92 4–1=3 49,31 15,68 6,59
kelompok
Dalam
12,58 8–4=4 3,14
Kelompok
Total 160,50 8–1=7
Dari tabel distribusi F dengan df pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan nilai peluang 0.95 (α = 0.05)
didapat nilai F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai F sebagai berikut :
8
F hitungcairan ban karet = 1,36 < F tabel 0.95 = 6.59
F hitungcairan Styrofoam = 15,68 > F tabel 0.95 = 6.59
Dari nilai diatas dapat disimpulkan bahwa nilai F hit pada aspal dengan ban karet lebih kecil dari
Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahan peremaja dengan cairan ban karet tidak
berpengaruh terhadap kenaikan nilai titik lembek. Sedangkan pada aspal dengan cairan styrofoam, F hit
lebih besar, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti variabel bahan peremaja cairan styrofoam
berpengaruh terhadap kenaikan nilai titik lembek benda uji.

4.2.4 Pengujian Titik Nyala


Tabel berikut menunjukkan perubahan berat jenis aspal daur ulang setelah dicampur dengan
masing-masing bahan peremaja ban bekas dan styrofoam.

Tabel 4.14 Hasil pengujian Titik Nyala aspal bekas yang ditambahkan dengan masing-masing bahan
peremaja
Kadar Bahan titk nyala (˚C)
Peremaja (%) Ban Karet Styrofoam
0 230 230
4 221 237,5
6 209,5 249
8 195 254,5

Tabel 4.15 Daftar Anova untuk Titik Nyala Aspal dengan cairan Ban Karet

Derajat Mean
Sumber Jumlah Kuadrat
Kebebasan Kuadrat F hitung F tabel
Keragaman (JK)
(dk) (MK)
Antar
1372,38 4 – 1=3 457,46 34,85 6,59
kelompok
Dalam
52,50 8-4=4 13,13
Kelompok
Total 1424,88 8-1=7

Tabel 4.16 Daftar Anova untuk Titik Nyala Aspal dengan cairan Styrofoam
Derajat Mean
Sumber Jumlah Kuadrat
Kebebasan Kuadrat F hitung F tabel
Keragaman (JK)
(dk) (MK)
Antar
734,50 4 – 1=3 244,83 326,44 6,59
kelompok
Dalam
3,00 8-4=4 0,75
Kelompok

Total 737,50 8-1=7

Dari tabel distribusi F dengan df pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan nilai peluang 0.95 (α = 0.05)
didapat nilai F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai F sebagai berikut :
F hitungcairan ban karet = 34.85 > F tabel 0.95 = 6.59
F hitungcairan Styrofoam = 326.44 > F tabel 0.95 = 6.59
Dari nilai diatas dapat disimpulkan bahwa nilai F hit lebih besar, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
yang berarti kedua variabel bahan peremaja berpengaruh terhadap nilai titik nyala benda uji. Faktor yang
paling berpengaruh dalam nilai titik nyala benda uji pada penelitian ini adalah variabel cairan styrofoam,
karena memiliki F yang lebih besar dari pada variabel aspal dengan ban karet.
9
4.2.5 Pengujian Berat Jenis
Tabel berikut menunjukkan perubahan berat jenis aspal daur ulang setelah dicampur dengan
masing-masing bahan peremaja ban bekas dan styrofoam.
Tabel 4.17 Hasil pengujian berat jenis aspal bekas yang ditambahkan dengan bahan peremaja
Kadar Bahan Berat Jenis Aspal (gr)
Peremaja (%) Ban Karet Styrofoam
0 1,05 1,05
4 1,05 1,10
6 1,06 1,11
8 1,08 1,12

Tabel 4.18 Daftar Anova untuk Berat Jenis Aspal dengan cairan Ban Karet
Derajat Mean
Sumber Jumlah Kuadrat
Kebebasan Kuadrat F hitung F tabel
Keragaman (JK)
(dk) (MK)
Antar
0,00070 4 – 1=3 0,00023 0,62222 6,59000
kelompok
Dalam
0,00150 8-4=4 0,00037
Kelompok

Total 0,00220 8-1=7

Tabel 4.19 Daftar Anova untuk Berat Jenis Aspal dengan cairan Styrofoam
Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Mean F hitung F tabel
Keragaman (JK) Kebebasan Kuadrat
(dk) (MK)
Antar 0,0053 4 – 1=3 0,0018 2,5879 6,5900
kelompok
Dalam 0,0027 8-4=4 0,0007
Kelompok
Total 0,0081 8-1=7
Dari tabel distribusi F dengan df pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan nilai peluang 0.95 (α = 0.05)
didapat nilai F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai F sebagai berikut :
F hitungcairan ban karet = 0.6222 < F tabel 0.95 = 6.59
F hitungcairan Styrofoam = 2,5879 < F tabel 0.95 = 6.59
Dari nilai diatas dapat disimpulkan bahwa nilai F hit lebih kecil, maka Ho diterima dan Ha ditolak,
yang berarti kedua variabel bahan peremaja tidak berpengaruh terhadap nilai berat jenis benda uji.

4.2.6 Pengujian Kehilangan Berat


Tabel berikut menunjukkan perubahan berat jenis aspal daur ulang setelah dicampur dengan
masing-masing bahan peremaja ban bekas dan styrofoam.
Tabel 4.20 Hasil pengujian kehilangan berat aspal bekas yang ditambahkan dengan bahan peremaja
Kadar Bahan Kehilangan Berat (%)
Peremaja (%) Ban Karet Styrofoam
0 1,503 1,503
4 0,997 1,127
6 0,726 1,990
8 0,539 3,896
Tabel 4.21 Daftar Anova untuk Kehilangan Berat Aspal dengan cairan Ban Karet

10
Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Mean F hitung F tabel
Keragaman (JK) Kebebasan Kuadrat
(dk) (MK)
Antar 1,0553 4 – 1=3 0,3518 156,2984 6,5900
kelompok
Dalam 0,0090 8-4=4 0,0023
Kelompok
Total 1,0643 8-1=7

Tabel 4.22 Daftar Anova untuk Kehilangan Berat Aspal dengan cairan Styrofoam
Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Mean F hitung F tabel
Keragaman (JK) Kebebasan Kuadrat
(dk) (MK)
Antar 9,0761 4 – 1=3 3,0254 15,8837 6,5900
kelompok
Dalam 0,7619 8-4=4 0,1905
Kelompok
Total 9,8380 8-1=7

Dari tabel distribusi F dengan df pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan nilai peluang 0.95 (α = 0.05)
didapat nilai F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai F sebagai berikut :
F hitungcairan ban karet = 156,298 > F tabel 0.95 = 6.59
F hitungcairan Styrofoam = 15,883 > F tabel 0.95 = 6.59
Dari nilai diatas dapat disimpulkan bahwa nilai F hit lebih besar, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
yang berarti kedua variabel bahan peremaja berpengaruh terhadap kehilangan berat benda uji. Faktor
yang paling berpengaruh dalam nilai kehilangan berat benda uji pada penelitian ini adalah variabel cairan
ban karet, karena memiliki F yang lebih besar dari pada variabel aspal dengan styrofoam.

4.2.7 Pengujian Viskositas


Tabel berikut menunjukkan perubahan berat jenis aspal daur ulang setelah dicampur dengan
masing-masing bahan peremaja ban bekas dan styrofoam.

Tabel 4.23 Hasil pengujian Viskositas aspal bekas yang ditambahkan dengan bahan peremaja
Kadar Bahan Viskositas (Cts)
Peremaja (%) Ban Karet Styrofoam
0 247,10 247,10
4 261,13 1148,76
6 259,88 1183,67
8 238,28 973,64

Tabel 4.24 Daftar Anova untuk Viskositas Aspal dengan cairan Ban Karet
Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Mean F hitung F tabel
Keragaman (JK) Kebebasan Kuadrat
(dk) (MK)
Antar 713,70 4 – 1=3 237,90 9,33 6,59
kelompok
Dalam 101,94 8-4=4 25,48
Kelompok
Total 815,64 8-1=7

Tabel 4.25 Daftar Anova untuk Viskositas Aspal dengan cairan Ban Karet
11
Derajat Mean
Sumber Jumlah Kuadrat
Kebebasan Kuadrat F hitung F tabel
Keragaman (JK)
(dk) (MK)
Antar
1213267,10 4 – 1=3 404422,37 54,64 6,59
kelompok
Dalam
29605,95 8-4=4 7401,49
Kelompok
Total 1242873,05 8-1=7
Dari tabel distribusi F dengan df pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan nilai peluang 0.95 (α = 0.05)
didapat nilai F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai F sebagai berikut :
F hitungcairan ban karet = 9,33 > F tabel 0.95 = 6.59
F hitungcairan Styrofoam = 54,64 > F tabel 0.95 = 6.59
Dari nilai diatas dapat disimpulkan bahwa nilai F hit lebih besar, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
yang berarti kedua variabel bahan peremaja berpengaruh terhadap viskositas benda uji. Faktor yang
paling berpengaruh dalam pengujian viskositas benda uji pada penelitian ini adalah variabel cairan
styrofoam, karena memiliki F yang lebih besar dari pada variabel aspal dengan ban karet.

4.3 Analisa Data Pengujian Aspal dengan Penambahan Bahan Peremaja

4.3.1 Aspal dengan Bahan Peremaja Cairan Ban Karet

Tabel 4.26. Hasil berbagai pengujian dengan bahan peremaja cairan ban karet

Persentase Bahan Peremaja Cairan Ban Bekas (%) Syarat Aspal Modifikasi
Pengujian
0% 4% 6% 8% Elastomer
Penetrasi 30,7 41,8 67,4 102,7 50 – 75
Titik Lembek (oC) 26,6 30,0 30,0 28,3 Min 54
Daktalitas (cm) 63,15 115 165 80,5 >100
Titik Nyala (oC) 230 220 210 200 ≥ 232
Berat Jenis (gr/cm3) 1,05 1,05 1,06 1,08 Min 1,0
Kehilangan Maks. 1,0
1,503 0,997 0,726 0,539
Berat (%)
Viskositas (cst) 247,10 261,13 259,88 238,28 Maks 2000

Persentase Bahan Peremaja Cairan Ban Bekas


Pengujian (%)
0% 4% 6% 8%
Penetrasi
Titik Lembek (oC)
Daktalitas (cm)
Titik Nyala (oC)
Berat Jenis (gr/cm3)
Kehilangan Berat (%)
Viskositas (cst)

Memenjuhi Spesifikasi

Tidak Memenuhi Spesifikasi

Gambar 4.8. Grafik Batang Berbagai Pengujian Dengan Bahan Peremaja Cairan Ban Karet

12
Nilai pengujian benda uji aspal dengan penambahan bahan peremaja cairan ban karet yang
memenuhi spesifikasi aspal pen 60/70 yaitu pada pengujian penetrasi dengan penambahan 6% cairan
ban karet dengan nilai 67,4, pengujian daktalitas pada persentase 4% dan 6% cairan ban karet yang
didapat > 100, pengujian titik nyala tanpa penambahan cairan ban karet yang diperoleh pada suhu 230˚C,
dan pengujian berat jenis aspal pada persentase 0%, 4%, 6% dan 8% yang diperoleh dengan nilai
berturut-turut 1.05 gr/cm3, 1.05 gr/cm3, 1.06 gr/cm3, dan 1.08 gr/cm3. Sedangkan pengujian titik lembek
dan kehilangan berat tidak memenuhi spesifikasi aspal pen 60/70 yaitu titik lembek berada pada suhu <
58˚C dan kehilangan berat > 0,8 gram. Proses penyulingan untuk menghasilkan aspal daur ulang
kemungkinan masih menyisakan bensin, sehingga hasil pada pengujian titik lembek dan kehilangan berat
tidak memenuhi aspal spesifikasi pen 60/70. Namun, dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
aspal bekas dengan campuran bahan peremaja cairan ban karet dapat meningkatkan sifat rheologi aspal
secara garis besar, sehingga dapat digunakan sebagai perkerasan daur ulang aspal.

4.3.2 Aspal dengan Bahan Peremaja Cairan Styrofoam

Tabel 4.27. Hasil berbagai pengujian dengan bahan peremaja cairan styrofoam
Persentase Bahan Peremaja Cairan Ban Bekas (%) Syarat Aspal Modifikasi
Pengujian
0% 4% 6% 8% Plastomer
Penetrasi 30,7 35,8 74,1 90,7 50 – 70
Titik Lembek (oC) 26,0 37,3 36,5 35,4 Min 56
Daktalitas (cm) 63,15 140,70 158,20 165,00 >100
Titik Nyala (oC) 230,0 237,5 249,0 254,5 ≥ 232
Berat Jenis (gr/cm3) 1,05 1,10 1,11 1,12 Min. 1,0
Kehilangan
1,503 1,127 1,990 3,896 Maks 1,0
Berat (%)
Viskositas (cst) 247,10 1148,76 1183,67 973,64 150 - 1500

Persentase Bahan Peremaja Cairan Ban Bekas


Pengujian (%)
0% 4% 6% 8%
Penetrasi
Titik Lembek (oC)
Daktalitas (cm)
Titik Nyala (oC)
Berat Jenis (gr/cm3)
Kehilangan Berat (%)
Viskositas (cst)

Memenjuhi Spesifikasi

Tidak Memenuhi Spesifikasi

Gambar 4.8. Grafik Batang Berbagai Pengujian Dengan Bahan Peremaja Cairan Styrofoam

Nilai pengujian yang memenuhi spesifikasi aspal pen 60/70 yaitu pada pengujian penetrasi
dengan penambahan 6% cairan styrofoam dengan nilai penetrasi rata-rata 74,1, pengujian daktilitas pada
penambahan 4%, 6% dan 8% dengan nilai > 100, pengujian titik nyala dengan suhu > 230˚C, dan
pengujian berat jenis yang meningkat berturut-turut pada persentase 0%, 4%, 6% dan 8% dengan nilai
1,05 gr/cm3, 1,10 gr/cm3, 1,11 gr/cm3 dan 1,12 gr/cm 3. Sedangkan titik lembek dan kehilangan berat tidak
memenuhi spesifikasi aspal pen 60/70 yaitu titik lembek berada pada suhu < 58˚C dan kehilangan berat
pada aspal yang terus meningkat sehingga lebih besar dari > 0,8 gram. Proses penyulingan untuk
menghasilkan aspal daur ulang kemungkinan masih menyisakan bensin, sehingga hasil pada pengujian
titik lembek dan kehilangan berat tidak memenuhi aspal spesifikasi pen 60/70. Namun, dari pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa aspal bekas dengan campuran bahan peremaja cairan ban karet dapat
13
meningkatkan sifat rheologi aspal secara garis besar, sehingga dapat digunakan sebagai perkerasan daur
ulang aspal.

5. SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan

1. Aspal bekas yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai nilai penetrasi sebesar 30,7, nilai
daktalitas sebesar 63,15 cm, nilai titik lembek sebesar 26˚C, nilai titik nyala sebesar 230˚C, nilai berat
jenis 1,05 gr/cm3, kehilangan berat sebesar 1,503% dan viskositas 247,10 Cts. Nilai-nilai sifat fisik
tersebut sudah tidak memenuhi persyaratan spesifikasi Bina Marga, ditandai dengan aspal dalam
keadaan getas/aus.

2. Penambahan 6% cairan ban karet terhadap berat aspal secara garis besar dapat mengembalikan
karakteristik aspal lama sehingga memenuhi syarat aspal modifikasi polimer elastomer .

3. Penambahan 6% cairan styrofoam terhadap berat aspal secara garis besar dapat mengembalikan
karakteristik aspal lama sehingga memenuhi syarat aspal modifikasi polimer plastomer

4. Hasil analisa statistik ANOVA menunjukkan bahwa variasi bahan peremaja cairan styrofoam memiliki
pengaruh yang lebih dominan terhadap perubahan nilai karakteristik fisik aspal bekas, yaitu memiliki
nilai uji F yang lebih besar daripada nilai uji F pada ban karet sehingga dapat memenuhi sebagian
besar dari spesifikasi aspal modifikasi polimer.

5.2 Saran

Penelitian ini hanya mengkaji tentang bahan peremaja polimer berupa cairan ban karet dan
styrofoam pada pengujian karakteristik fisik aspal. Diharapkan penelitian selanjutnya mengkaji lebih
dalam mengenai campuran beraspal dengan bahan polimer ban karet maupun styrofoam atau
menggunakan bahan-bahan polimer lain yang mudah diperoleh untuk dapat meningkatkan kembali
kualitas aspal daur ulang.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2002, Modul Praktikum Bahan Perkerasan Jalan, Fakultas Teknik Universitas Mataram,
Mataram.
Anonim, 2007. Daur Ulang Lapis Perkerasan Aspal. http://tekniksipil45.blogspot .com/2011/07/daur-ulang-
lapis-perkerasan-aspal.html. Diakses 10 Juli 2013.
Anonim, 2011, Polistirena (Styrofoam), .http://kimia-master.blogspot.com/2011/ 11/polistirena-styrofoam.
html. Diakses 13 September 2013

Anonim, 2011, Indonesia Natural Rubber. http://indonesiannaturalrubber.blogspot .com/2011/02/jenis-


jenis-karet.html. Diakses 12 September 2013
Anonim, 2011, Sejarah Karet. http://tentang-karet.blogspot.com/. Diakses 12 September 2013.
Anonim, 2012, “sedikit-info-tentang-aspal-nie”.http://blackborrot.wordpress.com. Diakses 30 Juli 2013.
Evrina, 2013, Jenis- Jenis Aspal. http://evaervina.wordpress.com/2013/01/09/. Diakses tanggal 9 Januari
2013.
Hadisaputra, Eka. 2011, Pemanfaatan Limbah Ban Karet Untuk Campuran Daur Ulang Aspal. Fakultas
Teknik. Universitas Mataram. Mataram.
Hafizzullah, Ahmad. 2011. Aspal polimer. http://Hafizullahahmad.blogspot.com. Diakses 10 juli 2013.
SK SNI 06-2456-1991, 1991, Metode pengujian penetrasi bahan-bahan bitumen, Badan Standarisasi
Nasional.
SK SNI 06-2432-1991, 1991, Metode pengujian daktalitas, Badan Standarisasi Nasional.
SK SNI 06-2456-1991, 1991, Metode pengujian viskositas, Badan Standarisasi Nasional.
SK SNI 06-2434-1991, 1991, Metode pengujian titi lembek aspal dan ter, Badan Standarisasi Nasional.

14
SK SNI 06-2441-1991, 1991, Metode pengujian berat jenis aspal padat, Badan Standarisasi Nasional.
SK SNI 06-2440-1991, 1991, Metode kehilangan berat minyak dan aspal, Badan Standarisasi Nasional.
SK SNI 06-3642-1994, 1994, Metode Pengujian Kadar Residu Aspal Emulsi dengan Penyulingan, Badan
Standarisasi Nasional.
SK SNI 03-6722-2002, 2002, Metode pengujian titik nyala aspal cair dengan alat tag open cup, Badan
Standarisasi Nasional.
SK SNI 06-6721-2002, 2002, Metode Pengujian Kekentalan Aspal Cair dan Aspal emulsi dengan Alat
Saybolt, Badan Standarisasi Nasional.
Wikipedia, 2007, Lapisan aspal pada pembuatan jalan. http://www.wikipedia.com. Diakses tanggal 6 April
2013.

15

Anda mungkin juga menyukai