ABSTRAK
Teknologi daur ulang perkerasan, sebagai suatu teknologi alternatif dalam konstruksi perkerasan dan
pemeliharaan jalan, terus dikembangkan. Tujuan penelitian ini adalah melakukan modifikasi bahan daur
ulang dengan menambahkan polimer yang mampu meningkatkan sifat fisik aspal dan kinerja campuran
daur ulang. Campuran beraspal yang digunakan pada studi ini adalah Aspal-Lapis Aus (AC-WC) dari
jalan Adi Sucipto Rembige. Pada penelitian ini akan dibandingkan peningkatan sifat fisik aspal yang
terjadi antara aspal bitumen dengan penambahan ban karet dengan aspal bitumen dengan penambahan
cairan styrofoam. Persentase yang digunakan pada penambahan cairan ban karet maupun styrofoam
terhadap aspal daur ulang masing-masing adalah 4%, 6% dan 8%. Hasil penelitian menunjukkan
peningkatan sifat fisik aspal yang memenuhi spesifikasi aspal pen 60/70 pada masing- masing
penambahan 6% dari cairan ban karet maupun cairan styrofoam terhadap berat aspal daur ulang.
1. PENDAHULUAN
Sistem transportasi merupakan sarana dan prasarana penting bagi masyarakat, sekaitan dengan
mobilitas pergerakan manusia. Hal ini mendorong para praktisi bidang perkerasan jalan untuk
menghasilkan perkerasan jalan yang kuat menahan beban lalu lintas. Berbasis hasil kajian penanganan
kerusakan deformasi permanen dan retak kelelahan akibat beban lalu lintas (Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum, 2007), peningkatan bahan campuran perkerasan jalan
yang lebih kuat menahan beban lalu lintas sangat dibutuhkan.
Sjahdanulirwan (2011) mengemukakan bahwa kebutuhan jalan di Indonesia meningkat seiring
dengan peningkatan sarana transportasi. Khusus jalan, banyak anggaran nasional yang terserap ke
sektor pembangunan ini baik untuk pembangunan konstruksi jalan baru maupun pemeliharaan jalan.
Konsekuensi logis pembangunan jalan meningkatkan kebutuhan material aspal dan agregat. Kebutuhan
aspal sekitar 600.000 ton pertahun di impor. Hal ini mengakibatkan berkurangnya devisa dan
ketersediaan agregat makin berkurang. Oleh karena itu, salah satu teknologi yang ekonomis dan dapat
dilakukan adalah mendaur ulang campuran beraspal eksisting dan ditambahkan bahan peremaja atau
modifier. Aspal merupakan bahan pengikat antar agregat pada campuran beraspal. Aspal merupakan
komponen penting pada campuran aspal, yang kemampuan terhadap kelekatan, titik lembek dan
kelenturannya harus dipertahankan. Penambahan bahan peremaja atau aditif pada aspal hasil ekstrak
limbah perkerasan menjadi alternatif yang dapat digunakan untuk menunjang kualitas aspal.
Beberapa benda berbahan dasar polimer seperti: plastik, styrofoam, peralatan rumah tangga (ember,
kursi, panci, sisir), ban karet dan benda lain yang bersifat elastis dan tahan terhadap air. Benda-benda
tersebut merupakan limbah konsumen manusia yang dapat diperoleh dengan mudah, karena jumlahnya
yang cenderung meningkat. Styrofoam dan ban karet merupakan bahan anorganik buatan manusia yang
tersusun dari bahan-bahan kimia yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Limbah ini sangat sulit terurai
secara alami. Untuk menguraikan sampah styrofoam dan ban karet membutuhkan kurang lebih 80 tahun
agar dapat terdegradasi secara sempurna.
Pada penelitian ini, dicoba menggunakan limbah ban karet dan styrofoam yang mengandung unsur
polimer berupa polyesterene (polistirena), sebagai bahan peremaja pada aspal hasil ekstrak limbah
perkerasan jalan untuk melihat perubahan sifat-sifat fisik aspal. Hasil dari penelitian ini akan memberikan
informasi awal tentang karakteristik-karakteristik dari aspal daur ulang dengan bahan peremaja.
1Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram
2Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram
1
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Aspal
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan
terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen (Bituminovs Ashpalt) merupakan bahan
pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan jalan
lentur.
Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, mempunyai atom karbon
sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah
nitrogen, oksigen, belerang dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal
adalah karbon, 10% hidrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi,
nikel dan vanadium. Massa molekul aspal bervariasi, dari beberapa ratus sampai beberapa ribu.
Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang
massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5% sampai 25% aspalten. Sebagian besar
senyawa di aspal adalah senyawa polar. Akibat kepolaran molekul dalam aspal, molekul satu dengan
lainnya dapat membentuk jejaring atau kluster seperti polimer dengan massa sampai ratusan ribu.
Polimer yang terbentuk dalam aspal adalah polimer yang termoplastik, yakni melunak ketika dipanaskan
dan mengeras kembali setelah didinginkan. Sifat thermoplastik aspal sangat penting dalam pengolahan
hotmix jalan. Pada rentang suhu tertentu, aspal dapat bersifat viskoelastik, artinya aspal dapat
menunjukkan sifat seperti cairan kental dan dapat dengan mudah berubah bentuk.
Gambar 2.2. (a) Proses Pirolisis bahan berpolimer; (b) Styrofoam; (c) Ban Karet
Proses pirolisis limbah ban karet sebanyak 2000 gram menghasilkan cairan sebanyak 700 ml,
sedangkan pirolisis 400 gram styrofoam menghasilkan 100 ml cairan styrofoam. Dalam penelitian ini hasil
pirolisis (cairan) limbah ban karet dan styrofoam dimanfaatkan sebagai bahan peremaja.
Tabel 2.1 Bentuk tabel analisa untuk metode ANOVA satu faktor
3
Sumber Jumlah Kuadrat (JK) Derajat Mean Kuadrat (MK) F hitung
Keragaman Kebebasan (dk)
Antar =∑((∑Xkel)2/nkel)–((∑ =m–1 = MKantar kelompok –(m – =MKantar kelompok /
kelompok Xtot)2/N) 1) MKdlm kelompok
Dalam JKtotal – JKantar kelompok =N–m = MKdlm kelompok – (N –
Kelompok m)
Total =∑Xi2- ((∑Xtot)2/N) = N -1
Keterangan :
Xi = data ke- i
Xtot = jumlah semua data dari baris dan kolom
N = banyaknya seluruh anggota sampel
Xkel = jumlah data dari setiap kolom
nkel = banyaknya data dari setiap kolom
m = jumlah kolom sampel
3. METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian
4
Tabel 3.1 Rancangan Benda Uji
Limbah Ban Bekas Limbah Styrofoam
No Pengujian
0% 4% 6% 8% 0% 4% 6% 8%
1 Penetrasi 2 2 2 2 2 2 2 2
2 Titik Lembek dan Ter 2 2 2 2 2 2 2 2
3 Daktalitas 2 2 2 2 2 2 2 2
4 Titik Nyala dan Bakar 2 2 2 2 2 2 2 2
5 Berat Jenis 2 2 2 2 2 2 2 2
6 Kehilangan Berat 2 2 2 2 2 2 2 2
7 Viskositas 2 2 2 2 2 2 2 2
Hasil penelitian bahan peremaja ban bekas dapat dillihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 hasil pemeriksaan cairan ban bekas
Bahan Peremaja Cairan Syarat Aspal Penetrasi
Jenis Pemeriksaan
Ban Bekas *) 60/70 **)
Viskositas (Cst) 45,6 Maks. 150 cst
Berat Jenis (gr/cm3) 1,2 Min. 0,9
Titik Nyala Minimum 231 Min.100 o
Sumber : *) Hasil penelitian dalam Hadisaputra (2011)
**) Bina Marga, 1983
Tabel 4.4 Hasil pengujian penetrasi aspal bekas dengan bahan peremaja
Bahan Penetrasi
Peremaja (%) Ban Bekas styrofoam
0 30,7 30,7
4 41,8 35,8
6 67,4 74,1
8 102,7 90,7
Sumber : Hasil Penelitian
Tabel 4.5 Data Hasil penelitian penetrasi dengan bahan peremaja ban bekas
Persentase Kadar bahan peremaja cairan Ban Karet
Variabel Sampel
0% 4% 6% 8% Jumlah
Sampel I 33,8 39,2 63,2 104 240,2
Sampel II 27,6 44,4 71,6 101,4 245
Total Kolom 61,4 83,6 134,8 205,4 485,2
Contoh Perhitungan ANOVA untuk penetrasi dengan penambahan cairan ban karet :
1. JK total = (33,82 + 39,22 + 63,22 + 1042 + 27,62 + 44,42 + 71,62 +
101,42) – (485,22/8)
= 6203,58
2. JK antar kelompok = (61,42 /2 + 83,62 /2 + 134,82 /2 + 205,42 /2) - (485,22/8)
= 6132,18
3. JK dalam kelompok = 6203,58 - 6132,18 = 71,4
4. df antar kelompok =4–1
5. df dalam kelompok =8–4
6. df total =8–1
7. MK antar kelompok = 6132,18 / (4 – 1) = 2044,06
8. MK dalam kelompok = 71,4 / (8 – 4) = 17,85
9. F hitung = 2044,06 / 17,85 = 114,51
Tabel 4.6 Daftar Anova untuk Penetrasi aspal dengan cairan Ban Karet
6
Sumber Jumlah Derajat Mean F hitung
Keragaman Kuadrat Kebebasan Kuadrat
(JK) (dk) (MK)
Antar kelompok 6132,18 4 – 1=3 2044,06 114,51
Dalam Kelompok 71,40 8-4=4 17,85
Total 6203,58 8-1=7
Tabel 4.7 Daftar Anova untuk Penetrasi aspal dengan cairan Styrofoam
Jumlah Derajat Mean
Sumber
Kuadrat Kebebasan Kuadrat F hitung
Keragaman
(JK) (dk) (MK)
Tabel 4.8 Hasil pengujian daktilitas aspal bekas yang ditambahkan dengan bahan peremaja
Kadar Bahan Daktalitas
Peremaja (%) Ban Karet Styrofoam
0 63,15 63,15
4 115 140,75
6 165 158,2
8 80,5 165
Tabel 4.9 Daftar Anova untuk Daktilitas Aspal dengan cairan Ban Karet
Derajat Mean
Sumber Jumlah Kuadrat
Kebebasan Kuadrat F hitung F tabel
Keragaman (JK)
(dk) (MK)
Antar
11939,75 4 – 1=3 3979,92 20,40 6,59
kelompok
Dalam
780,21 8-4=4 195,05
Kelompok
Total 12719,96 8-1=7
Tabel 4.10 Daftar Anova untuk Daktilitas Aspal dengan cairan Styrofoam
7
Derajat Mean
Sumber Jumlah Kuadrat
Kebebasan Kuadrat F hitung F tabel
Keragaman (JK)
(dk) (MK)
Antar
12931,62 4 – 1=3 4310,54 182,27 6,59
kelompok
Dalam
94,60 8-4=4 23,65
Kelompok
Total 13026,21 8-1=7
Dari tabel distribusi F dengan df pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan nilai peluang 0.95 (α = 0.05)
didapat nilai F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai F sebagai berikut :
F hitungcairan ban karet = 20.40 > F tabel 0.95 = 6.59
F hitungcairan Styrofoam = 182.27 > F tabel 0.95 = 6.59
Dari nilai diatas dapat disimpulkan bahwa nilai F hit lebih besar, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
yang berarti kedua variabel bahan peremaja berpengaruh terhadap kenaikan nilai daktilitas benda uji.
Faktor yang paling berpengaruh dalam nilai daktilitas benda uji pada penelitian ini adalah variabel cairan
styrofoam, karena memiliki F yang lebih besar dari pada variabel aspal dengan ban karet.
Tabel 4.12 Daftar Anova untuk Titik Lembek Aspal dengan cairan Ban Karet
Derajat Mean
Sumber Jumlah Kuadrat
Kebebasan Kuadrat F hitung F tabel
Keragaman (JK)
(dk) (MK)
Antar
16,32 4 – 1=3 5,44 1,36 6,59
kelompok
Dalam
16,03 8-4=4 4,01
Kelompok
Total 32,36 8-1=7
Tabel 4.12 Daftar Anova untuk Titik Lembek Aspal dengan cairan Styrofoam
Derajat Mean
Sumber Jumlah Kuadrat
Kebebasan Kuadrat F hitung F tabel
Keragaman (JK)
(dk) (MK)
Antar
147,92 4–1=3 49,31 15,68 6,59
kelompok
Dalam
12,58 8–4=4 3,14
Kelompok
Total 160,50 8–1=7
Dari tabel distribusi F dengan df pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan nilai peluang 0.95 (α = 0.05)
didapat nilai F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai F sebagai berikut :
8
F hitungcairan ban karet = 1,36 < F tabel 0.95 = 6.59
F hitungcairan Styrofoam = 15,68 > F tabel 0.95 = 6.59
Dari nilai diatas dapat disimpulkan bahwa nilai F hit pada aspal dengan ban karet lebih kecil dari
Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahan peremaja dengan cairan ban karet tidak
berpengaruh terhadap kenaikan nilai titik lembek. Sedangkan pada aspal dengan cairan styrofoam, F hit
lebih besar, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti variabel bahan peremaja cairan styrofoam
berpengaruh terhadap kenaikan nilai titik lembek benda uji.
Tabel 4.14 Hasil pengujian Titik Nyala aspal bekas yang ditambahkan dengan masing-masing bahan
peremaja
Kadar Bahan titk nyala (˚C)
Peremaja (%) Ban Karet Styrofoam
0 230 230
4 221 237,5
6 209,5 249
8 195 254,5
Tabel 4.15 Daftar Anova untuk Titik Nyala Aspal dengan cairan Ban Karet
Derajat Mean
Sumber Jumlah Kuadrat
Kebebasan Kuadrat F hitung F tabel
Keragaman (JK)
(dk) (MK)
Antar
1372,38 4 – 1=3 457,46 34,85 6,59
kelompok
Dalam
52,50 8-4=4 13,13
Kelompok
Total 1424,88 8-1=7
Tabel 4.16 Daftar Anova untuk Titik Nyala Aspal dengan cairan Styrofoam
Derajat Mean
Sumber Jumlah Kuadrat
Kebebasan Kuadrat F hitung F tabel
Keragaman (JK)
(dk) (MK)
Antar
734,50 4 – 1=3 244,83 326,44 6,59
kelompok
Dalam
3,00 8-4=4 0,75
Kelompok
Dari tabel distribusi F dengan df pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan nilai peluang 0.95 (α = 0.05)
didapat nilai F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai F sebagai berikut :
F hitungcairan ban karet = 34.85 > F tabel 0.95 = 6.59
F hitungcairan Styrofoam = 326.44 > F tabel 0.95 = 6.59
Dari nilai diatas dapat disimpulkan bahwa nilai F hit lebih besar, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
yang berarti kedua variabel bahan peremaja berpengaruh terhadap nilai titik nyala benda uji. Faktor yang
paling berpengaruh dalam nilai titik nyala benda uji pada penelitian ini adalah variabel cairan styrofoam,
karena memiliki F yang lebih besar dari pada variabel aspal dengan ban karet.
9
4.2.5 Pengujian Berat Jenis
Tabel berikut menunjukkan perubahan berat jenis aspal daur ulang setelah dicampur dengan
masing-masing bahan peremaja ban bekas dan styrofoam.
Tabel 4.17 Hasil pengujian berat jenis aspal bekas yang ditambahkan dengan bahan peremaja
Kadar Bahan Berat Jenis Aspal (gr)
Peremaja (%) Ban Karet Styrofoam
0 1,05 1,05
4 1,05 1,10
6 1,06 1,11
8 1,08 1,12
Tabel 4.18 Daftar Anova untuk Berat Jenis Aspal dengan cairan Ban Karet
Derajat Mean
Sumber Jumlah Kuadrat
Kebebasan Kuadrat F hitung F tabel
Keragaman (JK)
(dk) (MK)
Antar
0,00070 4 – 1=3 0,00023 0,62222 6,59000
kelompok
Dalam
0,00150 8-4=4 0,00037
Kelompok
Tabel 4.19 Daftar Anova untuk Berat Jenis Aspal dengan cairan Styrofoam
Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Mean F hitung F tabel
Keragaman (JK) Kebebasan Kuadrat
(dk) (MK)
Antar 0,0053 4 – 1=3 0,0018 2,5879 6,5900
kelompok
Dalam 0,0027 8-4=4 0,0007
Kelompok
Total 0,0081 8-1=7
Dari tabel distribusi F dengan df pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan nilai peluang 0.95 (α = 0.05)
didapat nilai F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai F sebagai berikut :
F hitungcairan ban karet = 0.6222 < F tabel 0.95 = 6.59
F hitungcairan Styrofoam = 2,5879 < F tabel 0.95 = 6.59
Dari nilai diatas dapat disimpulkan bahwa nilai F hit lebih kecil, maka Ho diterima dan Ha ditolak,
yang berarti kedua variabel bahan peremaja tidak berpengaruh terhadap nilai berat jenis benda uji.
10
Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Mean F hitung F tabel
Keragaman (JK) Kebebasan Kuadrat
(dk) (MK)
Antar 1,0553 4 – 1=3 0,3518 156,2984 6,5900
kelompok
Dalam 0,0090 8-4=4 0,0023
Kelompok
Total 1,0643 8-1=7
Tabel 4.22 Daftar Anova untuk Kehilangan Berat Aspal dengan cairan Styrofoam
Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Mean F hitung F tabel
Keragaman (JK) Kebebasan Kuadrat
(dk) (MK)
Antar 9,0761 4 – 1=3 3,0254 15,8837 6,5900
kelompok
Dalam 0,7619 8-4=4 0,1905
Kelompok
Total 9,8380 8-1=7
Dari tabel distribusi F dengan df pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan nilai peluang 0.95 (α = 0.05)
didapat nilai F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai F sebagai berikut :
F hitungcairan ban karet = 156,298 > F tabel 0.95 = 6.59
F hitungcairan Styrofoam = 15,883 > F tabel 0.95 = 6.59
Dari nilai diatas dapat disimpulkan bahwa nilai F hit lebih besar, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
yang berarti kedua variabel bahan peremaja berpengaruh terhadap kehilangan berat benda uji. Faktor
yang paling berpengaruh dalam nilai kehilangan berat benda uji pada penelitian ini adalah variabel cairan
ban karet, karena memiliki F yang lebih besar dari pada variabel aspal dengan styrofoam.
Tabel 4.23 Hasil pengujian Viskositas aspal bekas yang ditambahkan dengan bahan peremaja
Kadar Bahan Viskositas (Cts)
Peremaja (%) Ban Karet Styrofoam
0 247,10 247,10
4 261,13 1148,76
6 259,88 1183,67
8 238,28 973,64
Tabel 4.24 Daftar Anova untuk Viskositas Aspal dengan cairan Ban Karet
Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Mean F hitung F tabel
Keragaman (JK) Kebebasan Kuadrat
(dk) (MK)
Antar 713,70 4 – 1=3 237,90 9,33 6,59
kelompok
Dalam 101,94 8-4=4 25,48
Kelompok
Total 815,64 8-1=7
Tabel 4.25 Daftar Anova untuk Viskositas Aspal dengan cairan Ban Karet
11
Derajat Mean
Sumber Jumlah Kuadrat
Kebebasan Kuadrat F hitung F tabel
Keragaman (JK)
(dk) (MK)
Antar
1213267,10 4 – 1=3 404422,37 54,64 6,59
kelompok
Dalam
29605,95 8-4=4 7401,49
Kelompok
Total 1242873,05 8-1=7
Dari tabel distribusi F dengan df pembilang 3 dan df penyebut 4 dengan nilai peluang 0.95 (α = 0.05)
didapat nilai F tabel = 6.59. Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai F sebagai berikut :
F hitungcairan ban karet = 9,33 > F tabel 0.95 = 6.59
F hitungcairan Styrofoam = 54,64 > F tabel 0.95 = 6.59
Dari nilai diatas dapat disimpulkan bahwa nilai F hit lebih besar, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
yang berarti kedua variabel bahan peremaja berpengaruh terhadap viskositas benda uji. Faktor yang
paling berpengaruh dalam pengujian viskositas benda uji pada penelitian ini adalah variabel cairan
styrofoam, karena memiliki F yang lebih besar dari pada variabel aspal dengan ban karet.
Tabel 4.26. Hasil berbagai pengujian dengan bahan peremaja cairan ban karet
Persentase Bahan Peremaja Cairan Ban Bekas (%) Syarat Aspal Modifikasi
Pengujian
0% 4% 6% 8% Elastomer
Penetrasi 30,7 41,8 67,4 102,7 50 – 75
Titik Lembek (oC) 26,6 30,0 30,0 28,3 Min 54
Daktalitas (cm) 63,15 115 165 80,5 >100
Titik Nyala (oC) 230 220 210 200 ≥ 232
Berat Jenis (gr/cm3) 1,05 1,05 1,06 1,08 Min 1,0
Kehilangan Maks. 1,0
1,503 0,997 0,726 0,539
Berat (%)
Viskositas (cst) 247,10 261,13 259,88 238,28 Maks 2000
Memenjuhi Spesifikasi
Gambar 4.8. Grafik Batang Berbagai Pengujian Dengan Bahan Peremaja Cairan Ban Karet
12
Nilai pengujian benda uji aspal dengan penambahan bahan peremaja cairan ban karet yang
memenuhi spesifikasi aspal pen 60/70 yaitu pada pengujian penetrasi dengan penambahan 6% cairan
ban karet dengan nilai 67,4, pengujian daktalitas pada persentase 4% dan 6% cairan ban karet yang
didapat > 100, pengujian titik nyala tanpa penambahan cairan ban karet yang diperoleh pada suhu 230˚C,
dan pengujian berat jenis aspal pada persentase 0%, 4%, 6% dan 8% yang diperoleh dengan nilai
berturut-turut 1.05 gr/cm3, 1.05 gr/cm3, 1.06 gr/cm3, dan 1.08 gr/cm3. Sedangkan pengujian titik lembek
dan kehilangan berat tidak memenuhi spesifikasi aspal pen 60/70 yaitu titik lembek berada pada suhu <
58˚C dan kehilangan berat > 0,8 gram. Proses penyulingan untuk menghasilkan aspal daur ulang
kemungkinan masih menyisakan bensin, sehingga hasil pada pengujian titik lembek dan kehilangan berat
tidak memenuhi aspal spesifikasi pen 60/70. Namun, dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
aspal bekas dengan campuran bahan peremaja cairan ban karet dapat meningkatkan sifat rheologi aspal
secara garis besar, sehingga dapat digunakan sebagai perkerasan daur ulang aspal.
Tabel 4.27. Hasil berbagai pengujian dengan bahan peremaja cairan styrofoam
Persentase Bahan Peremaja Cairan Ban Bekas (%) Syarat Aspal Modifikasi
Pengujian
0% 4% 6% 8% Plastomer
Penetrasi 30,7 35,8 74,1 90,7 50 – 70
Titik Lembek (oC) 26,0 37,3 36,5 35,4 Min 56
Daktalitas (cm) 63,15 140,70 158,20 165,00 >100
Titik Nyala (oC) 230,0 237,5 249,0 254,5 ≥ 232
Berat Jenis (gr/cm3) 1,05 1,10 1,11 1,12 Min. 1,0
Kehilangan
1,503 1,127 1,990 3,896 Maks 1,0
Berat (%)
Viskositas (cst) 247,10 1148,76 1183,67 973,64 150 - 1500
Memenjuhi Spesifikasi
Gambar 4.8. Grafik Batang Berbagai Pengujian Dengan Bahan Peremaja Cairan Styrofoam
Nilai pengujian yang memenuhi spesifikasi aspal pen 60/70 yaitu pada pengujian penetrasi
dengan penambahan 6% cairan styrofoam dengan nilai penetrasi rata-rata 74,1, pengujian daktilitas pada
penambahan 4%, 6% dan 8% dengan nilai > 100, pengujian titik nyala dengan suhu > 230˚C, dan
pengujian berat jenis yang meningkat berturut-turut pada persentase 0%, 4%, 6% dan 8% dengan nilai
1,05 gr/cm3, 1,10 gr/cm3, 1,11 gr/cm3 dan 1,12 gr/cm 3. Sedangkan titik lembek dan kehilangan berat tidak
memenuhi spesifikasi aspal pen 60/70 yaitu titik lembek berada pada suhu < 58˚C dan kehilangan berat
pada aspal yang terus meningkat sehingga lebih besar dari > 0,8 gram. Proses penyulingan untuk
menghasilkan aspal daur ulang kemungkinan masih menyisakan bensin, sehingga hasil pada pengujian
titik lembek dan kehilangan berat tidak memenuhi aspal spesifikasi pen 60/70. Namun, dari pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa aspal bekas dengan campuran bahan peremaja cairan ban karet dapat
13
meningkatkan sifat rheologi aspal secara garis besar, sehingga dapat digunakan sebagai perkerasan daur
ulang aspal.
1. Aspal bekas yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai nilai penetrasi sebesar 30,7, nilai
daktalitas sebesar 63,15 cm, nilai titik lembek sebesar 26˚C, nilai titik nyala sebesar 230˚C, nilai berat
jenis 1,05 gr/cm3, kehilangan berat sebesar 1,503% dan viskositas 247,10 Cts. Nilai-nilai sifat fisik
tersebut sudah tidak memenuhi persyaratan spesifikasi Bina Marga, ditandai dengan aspal dalam
keadaan getas/aus.
2. Penambahan 6% cairan ban karet terhadap berat aspal secara garis besar dapat mengembalikan
karakteristik aspal lama sehingga memenuhi syarat aspal modifikasi polimer elastomer .
3. Penambahan 6% cairan styrofoam terhadap berat aspal secara garis besar dapat mengembalikan
karakteristik aspal lama sehingga memenuhi syarat aspal modifikasi polimer plastomer
4. Hasil analisa statistik ANOVA menunjukkan bahwa variasi bahan peremaja cairan styrofoam memiliki
pengaruh yang lebih dominan terhadap perubahan nilai karakteristik fisik aspal bekas, yaitu memiliki
nilai uji F yang lebih besar daripada nilai uji F pada ban karet sehingga dapat memenuhi sebagian
besar dari spesifikasi aspal modifikasi polimer.
5.2 Saran
Penelitian ini hanya mengkaji tentang bahan peremaja polimer berupa cairan ban karet dan
styrofoam pada pengujian karakteristik fisik aspal. Diharapkan penelitian selanjutnya mengkaji lebih
dalam mengenai campuran beraspal dengan bahan polimer ban karet maupun styrofoam atau
menggunakan bahan-bahan polimer lain yang mudah diperoleh untuk dapat meningkatkan kembali
kualitas aspal daur ulang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2002, Modul Praktikum Bahan Perkerasan Jalan, Fakultas Teknik Universitas Mataram,
Mataram.
Anonim, 2007. Daur Ulang Lapis Perkerasan Aspal. http://tekniksipil45.blogspot .com/2011/07/daur-ulang-
lapis-perkerasan-aspal.html. Diakses 10 Juli 2013.
Anonim, 2011, Polistirena (Styrofoam), .http://kimia-master.blogspot.com/2011/ 11/polistirena-styrofoam.
html. Diakses 13 September 2013
14
SK SNI 06-2441-1991, 1991, Metode pengujian berat jenis aspal padat, Badan Standarisasi Nasional.
SK SNI 06-2440-1991, 1991, Metode kehilangan berat minyak dan aspal, Badan Standarisasi Nasional.
SK SNI 06-3642-1994, 1994, Metode Pengujian Kadar Residu Aspal Emulsi dengan Penyulingan, Badan
Standarisasi Nasional.
SK SNI 03-6722-2002, 2002, Metode pengujian titik nyala aspal cair dengan alat tag open cup, Badan
Standarisasi Nasional.
SK SNI 06-6721-2002, 2002, Metode Pengujian Kekentalan Aspal Cair dan Aspal emulsi dengan Alat
Saybolt, Badan Standarisasi Nasional.
Wikipedia, 2007, Lapisan aspal pada pembuatan jalan. http://www.wikipedia.com. Diakses tanggal 6 April
2013.
15