BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 Penetrasi, 25ºC 63 60 - 70
2 Titik lembek, ºC 51 48 -58
3 Titik nyala, ºC 352 Min. 200
4 Daktilitas, 25ºC, cm 143 Min. 100
5 Berat Jenis (gr/cm³) 1.04 Min. 1.0
6 Kehilangan Berat, % berat 0.1 Max. 0.8
Sumber : *) Hasil pemeriksaan **) Puslitbang
Dari hasil pemeriksaan agregat dan beberapa karakteristik aspal seperti terlihat
pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa agregat dan jenis aspal
dengan penetrasi 60/70 yang digunakan memenuhi spesifikasi standar yang
telah ditentukan untuk dapat digunakan sebagai bahan dalam campuran aspal
panas.
Pada pemeriksaan kuat tarik serat, diketahui beban maksimum yang dapat
ditanggung oleh serat sampai akhirnya serat tersebut putus. Jadi dapat diketahui
kekuatan serat tersebut.
(kg)
1 7 Belum Putus
2 9 Hampir Putus
3 14 Putus
28
0.05 2.416 2.422 2.423 2.420 2.415 2.435 2.531 2.464 2.470 2.478 2.488 2.479
0.25 2.415 2.434 2.539 2.436 2.460 2.469 2.489 2.469 2.479 2.485 2.488 2.484
0.45 2.432 2.444 2.452 2.443 2.460 2.463 2.521 2.481 2.483 2.486 2.490 2.486
0 2.386 2.392 2.405 2.351
VIM
0.05 4.976 4.851 4.840 4.852 4.632 4.431 4.310 4.468 4.591 4.329 4.221 4.406
0.25 4.800 4.768 4.690 4.537 4.460 4.131 4.047 4.323 4.281 4.126 4.028 4.205
0.45 4.754 4.628 4.530 4.406 4.650 4.310 4.281 4.205 4.521 4.239 4.195 4.021
0.00 4.941 4.704 4.199 4.501
VMA
0.05 15.369 15.175 15.019 15.252 15.298 15.127 15.113 15.109 14.129 14.113 14.109 14.112
0.25 15.198 15.081 15.048 15.034 14.954 14.512 14.205 14.319 14.114 14.109 14.094 14.110
0.45 14.870 14.651 14.425 14.369 14.230 14.207 14.117 14.167 14.110 14.098 14.070 14.101
0.00 14.471 14.257 14.305 14.217
VFB
0.05 66.903 68.208 68.356 67.822 66.775 70.589 76.189 71.184 70.255 72.821 74.643 72.573
0.25 66.859 70.792 97.954 78.921 76.328 78.757 84.169 79.751 76.540 77.214 94.081 82.612
0.45 78.940 80.949 83.798 81.229 81.274 82.822 83.749 82.615 82.326 83.198 84.417 83.314
0.00 65.856 67.006 66.647 65.421
2.500
y = 0.0035x + 2.476
2.480
R2 = 0.9423
2.460
2.440
berat jenis
2.420
y = 0.0085x + 2.4543
2.400 y = 0.0115x + 2.41 2
R = 0.9465
R2 = 0.9514
2.380
2.360
2.340
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
panjang serat
Gambar 4.1. Hubungan antara berat jenis dengan panjang serat ban.
2.460
y = 0.0425x + 2.4607
2.440 y = 0.0575x + 2.4186 2
R = 0.9465
berat jenis
2
R = 0.9514
2.420
2.400
2.380
2.360
2.340
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
persentase serat
4.000
y = -0.1315x + 4.595 y = -0.1365x + 4.4743
VIM
3.000
R2 = 0.9965 2
R = 0.7637
2.000
1.000
0.000
0 1 2 3 4 5
panjang serat
4.000
y = -0.9625x + 4.4513 y = -0.6575x + 4.4964
VIM
3.000
R2 = 0.9994 2
R = 0.9965
2.000
1.000
0.000
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
persentase serat
Gambar 4.4. Hubungan antara persentase serat ban dengan rongga udara.
32
Dari Gambar 4.3 dan 4.4 menunjukkan bahwa semua benda uji memenuhi
kriteria persyaratan rongga udara dalam campuran seperti yang telah ditetapkan
yaitu 3% - 6%.
Dari Gambar 4.3 dan 4.4 menunjukkan penurunan nilai rongga udara dengan
bertambahnya panjang serat ban yang digunakan pada campuran. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin panjang serat ban yang digunakan mengakibatkan
nilai rongga pori campuran semakin berkurang. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa nilai rongga udara terbesar yaitu 4.976gr/ml terjadi pada
penambahan serat ban sebesar 0.05% dengan panjang 1 cm, dan nilai rongga
udara terkecil yaitu 4.021gr/ml terjadi pada penambahan serat ban sebesar
0.45% dengan panjang 3 cm. Penurunan nilai rongga udara yang disebabkan
oleh penambahan serat ban tersebut terjadi karena penambahan serat ban
mengakibatkan terisinya rongga pori yang ada pada campuran. Selain itu
penurunan rongga pori tersebut juga disebabkan karena adanya daya lekat yang
kuat antara serat ban dan aspal.
18.000
y = -0.377x + 15.661
R2 = 0.9378
14.000
y = -0.471x + 15.474
2 y = -0.0055x + 14.119
VMA
R = 0.8674
10.000
R2 = 0.8811
6.000
2.000
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
panjang serat
14.000
y = -2.355x + 15.12
y = -0.0275x + 14.115
R2 = 0.8674 2
R = 0.8811
VMA
10.000
6.000
2.000
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
persentase serat
Gambar 4.5 dan 4.6 menunjukkan kecenderungan penurunan nilai VMA dengan
bertambahnya panjang serat ban yang digunakan pada campuran aspal.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa nilai VMA yang paling besar
yaitu 15.369% terjadi pada penambahan serat ban sebesar 0.05% dengan
panjang 1 cm dan nilai VMA terkecil yaitu 14.070% terjadi pada penambahan
serat ban sebesar 0.45% dengan panjang 3 cm. Penurunan nilai VMA yang
disebabkan oleh penambahan serat ban mengakibatkan terisinya rongga pori
yang ada pada campuran.
1 N 5 0 0 3886.601
2 A1B1 5 0.05 1 3688.604
3 A1B2 5 0.05 2 3881.285
4 A1B3 5 0.05 3 4201.745
5 A2B1 5 0.25 1 4091.327
6 A2B2 5 0.25 2 4140.215
7 A2B3 5 0.25 3 4253.576
8 A3B1 5 0.45 1 4201.745
9 A3B2 5 0.45 2 4125.211
10 A3B3 5 0.45 3 4504.923
6000.000
y = 151.59x + 4016.9
R2 = 0.8739
y = 16.942x + 4085
4000.000
STIFFNESS
R2 = 0.4576
y = 162.71x + 3535.9
R2 = 0.9888
2000.000
0.000
0 1 2 3
panjang
6000.000
y = 1227.3x + 3907.9
R2 = 0.9093
4000.000
STIFFNESS
y = 930.73x + 3859
y = 1282.9x + 3673.2 2
R = 0.9515
R2 = 0.9024
2000.000
0.000
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
persentase
4.3.2 Analisis tegangan tarik tidak langsung (indirect tensile strength test)
Kekuatan tarik suatu campuran aspal dapat juga digunakan sebagai parameter
yang menyatakan kekuatan campuran tersebut dalam menahan beban. Suatu
campuran aspal diharapkan memiliki kuat tarik yang tinggi sehingga mampu
memberikan pelayanan terbesar akibat beban yang bekerja.
Pengaruh penambahan serat ban terhadap tegangan tarik tidak langsung untuk
masing-masing panjang dan persentase serat ban dapat dilihat pada tabel 4.6
serta Gambar 4.9 dan 4.10.
37
N1 0.565
A1B1 0.678
A2B1 0.625
A3B1 0.632
A1B2 0.689
A2B2 0.632
A3B2 0.653
A1B3 0.699
A2B3 0.650
A3B3 0.671
0.90
Tegangan Tarik Tidak Langsung (MPa)
0.85
0.80
y = 0.0105x + 0.6677
0.75
R2 = 0.9992
0.70 y = 0.0195x + 0.613
R2 = 0.998
0.65
0.60
y = 0.0125x + 0.6107
0.55
R2 = 0.9394
0.50
1 2 3
Gambar 4.9. Hubungan antara panjang serat ban dengan tegangan tarik tidak langsung.
38
0.90
Tegangan Tarik Tidak Langsung
0.85
0.80
y = -0.018x + 0.694 y = -0.014x + 0.7013
0.75 2
R = 0.3899 2
R = 0.3243
0.70
(MPa)
0.65
0.60 y = -0.023x + 0.691
R2 = 0.6381
0.55
0.50
0.05 0.25 0.45
Persentase Serat Ban (%)
Gambar 4.10. Hubungan antara persentase serat ban dengan tegangan tarik tidak langsung.
Hal ini memperlihatkan bahwa kerusakan dari struktur jalan akan dimulai dari
retak-retak kecil yang akan berlanjut menjadi rusaknya struktur jalan secara lebih
besar. Hasil pengujian kemudian dianalisa dan menghasilkan nilai kekuatan retak
untuk masing-masing kadar aspal seperti terlihat pada tabel serta Gambar 4.11 dan
4.12.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa nilai kuat retak terbesar yaitu
202.160 MPa terjadi pada penambahan serat ban sebesar 0.45% dengan panjang
3 cm, dan nilai kuat retak terkecil yaitu 132.713 MPa terjadi pada penambahan
serat ban sebesar 0.05% dengan panjang 1 cm.
40
220.000
y = 24.244x + 131.61
200.000
R 2 = 0.9763
180.000
Fracture Toughness (MPa)
160.000
140.000 `
` y = 16.307x + 116.77
120.000 R 2 = 0.9985
y = 15.788x + 134.41
2
100.000 R = 0.8924
80.000
60.000
1 2 3
Panjang Serat ban (cm)
Gambar 4.11. Hubungan antara panjang serat ban dengan nilai fracture toughness
210.000
y = 18.417x + 145.2
2
190.000 R = 0.9748
Fracture Toughness (MPa)
170.000
150.000
`
130.000 y = 17.166x + 134.63
y = 10.48x + 123.51 R2 = 0.9721
110.000 2
R = 0.9571
90.000
70.000
0.05 0.25 0.45
Persentase Serat ban (% )
Panjang 1 cm panjang 2 cm Panjang 3 cm
Gambar 4.12. Hubungan antara persentase serat ban dengan nilai fracture toughness.
41
Dari Gambar 4.11 dan 4.12 menunjukkan bertambahnya nilai kuat retak seiring
dengan bertambahnya persentase dan panjang serat ban yang digunakan. Hal
tersebut menunjukan bahwa semakin banyak proporsi dan panjang serat pada
campuran aspal, maka semakin tahan campiran tersebut terhadap retak akibat
beban.
kode diameter luas benda uji ( A ) besar beban ( P ) persentase panjang kuat tekan
benda uji mm m^2 KN % cm KN/m^2
A1B1.III 100 7.85 53 0.05 1 6.769
A1B2.III 100 7.85 44 0.05 2 5.605
A1B3.III 100 7.85 36 0.05 3 4.585
A2B1.III 100 7.85 50 0.25 1 6.368
A2B2.III 100 7.85 40 0.25 2 5.096
A2B3.III 100 7.85 34 0.25 3 4.431
A3B1.III 100 7.85 48 0.45 1 6.12
A3B2.III 100 7.85 39 0.45 2 4.956
A3B3.III 100 7.85 30 0.45 3 3.822
NORMAL 100 7.85 54 0 0 6.878
7 y = -1.092x + 7.837
kuat tekan (N/mm2)
2
R = 0.9986
6
y = -0.9685x + 7.2353
5 R2 = 0.9683
4 y = -1.149x + 7.264
R2 = 0.9999
3
1 2 3
Panjang Serat ban (cm)
8 y = -0.3245x + 7.068
kuat tekan (N/mm2)
R2 = 0.9818
7
5 y = -0.3245x + 5.868
R2 = 0.9027
4 y = -0.3815x + 5.0423
2
R = 0.894
3
0.05 0.25 0.45
Dari Gambar 4.13 dan 4.14 menunjukkan menurunnya nilai kuat tekan seiring
dengan bertambahnya persentase dan panjang serat ban yang digunakan.
Semakin besar jumlah serat ban yang digunakan, maka ketahanan campuran
tersebut terhadap kuat tekan semakin kecil.
4.4. Pengaruh variasi panjang dan persentase serat ban terhadap nilai
stiffness campuran aspal.
Analisa Varians untuk mengetahui pengaruh utama dari variasi panjang dan
persentase serat ban yang lebih dominan terhadap nilai stiffness campuran dapat
dilihat berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.9 dan 4.10.
Tabel 4.9. Nilai stiffness dengan parameter panjang dan persentase serat ban.
Panjang persentase serat
Serat 0.05 0.25 0,45 Jumlah
1 cm 3005.158 4095.241 3994.377 11094.776
2 cm 3688.604 4163.914 4201.745 12054.263
3 cm 3881.285 3940.162 4253.576 12075.023
Jumlah 10575.047 12199.317 12449.698 35224.062
Rata-Rata 3525.016 4066.439 4149.899 Y0 = 2589.128
(Sumber : Hasil perhitungan)
Ry = (35224.062²)/9 = 137859393.8
Ay = (10575.047²/3)+( 12199.317²/3)+( 12449.698²/3)– 137859393.8
= 690584.4
By = (11094.776²/3)+( 12054.263 ²/3)+( 12075.023²/3) –137859393.8
= 209103.3846
ΣY² = (3005.158²)+(3688.604²)+(3881.285²)+(4095.241²)+(4163.914²)+
(3940.162²)+(3994.377²)+(4201.745²)+(4253.576²) = 139037820.010
Berdasarkan Tabel 4.5, Gambar 4.7 dan 4.8 dapat disimpulkan bahwa
variasi panjang dan persentase serat ban meningkatkan nilai stiffness meskipun
pengaruh tersebut tidak signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil perhitungan
ANOVA, bahwa panjang serat lebih berpengaruh dibandingkan persentase serat
meskipun kedua variasi tersebut tidak menghasilkan pengaruh yang nyata ( F hit <
F tabel ).
4.5. Pengaruh variasi panjang dan persentase serat ban terhadap nilai kuat
tarik tidak langsung campuran aspal.
Analisa Varians untuk mengetahui pengaruh utama dari variasi panjang dan
persentase serat ban yang lebih dominan terhadap nilai tegangan tarik tidak
langsung campuran dapat dilihat berdasarkan hasil perhitungan pada Table 4.11 dan
4.12.
45
Ry = 4.14530
Ay = 0.00878
By = 0.02662
ΣY² = 4.18303
Dy = 0.00233
4.6. Pengaruh variasi panjang dan persentase serat ban terhadap nilai kuat
retak campuran aspal.
Analisa Varians untuk mengetahui pengaruh utama dari variasi panjang dan
persentase serat ban yang lebih dominan terhadap nilai fracture toughness
campuran dapat dilihat berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.13 dan 4.14.
Tabel 4.13. Nilai kuat retak dengan parameter panjang dan persentase serat ban.
Panjang persentase serat
Serat 0.05 0.25 0,45 Jumlah
1 cm 139.763 122.785 115.236 377.784
2 cm 141.727 125.732 121.365 388.825
3 cm 158.938 133.526 132.658 425.122
Jumlah 440.429 382.043 369.259 1191.731
Rata-Rata 146.810 127.348 123.086 Y0 = 132.415
(Sumber : Hasil perhitungan)
Ry = 157802.599
Ay = 959.715
By = 408.920
ΣY²= 159202.703
Dy = 31.469
47
Dari nilai di atas dapat disimpulkan bahwa kedua nilai diterima, yang berarti
bahwa variasi panjang dan persentase serat berpengaruh terhadap nilai fracture
toughness. Faktor yang paling berpengaruh pada nilai fracture toughness adalah
panjang serat karena memiliki nilai Fhit yang lebih besar dari nilai persentase serat
ban.
4.7 Pengaruh variasi panjang dan persenatse serat ban terhadap nilai kuat
tekan campuran aspal.
Tabel 4.15. Nilai kuat tekan dengan parameter panjang dan persenatse serat ban.
Panjang persentase serat
Serat 0.05 0.25 0,45 Jumlah
1 cm 6.369 7.771 3.822 17.962
2 cm 5.096 4.841 5.605 15.541
3 cm 4.459 4.586 3.822 12.866
Jumlah 15.923 17.197 13.248 46.369
Rata-Rata 5.308 5.732 4.416 Y0 = 2589.128
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Ry = 238.900488
Ay = 2.70813418
By = 4.331349777
Σy = 251.887
Dy = 5.947
Dari nilai di atas dapat disimpulkan bahwa variasi pajang dan persentase
serat ban tidak berpengaruh pada nilai kuat tekan karena memiliki nilai Fhit yang
lebih kecil dari nilai F tabel.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari analisis dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
secara umum penambahan serat ban bekas dapat meningkatkan kualitas campuran
aspal, dengan rincian sebagai berikut :
a. Penambahan bahan serat dari limbah ban bekas berpengaruh terhadap
sifat – sifat fundamental aspal. Rongga udara pada campuran aspal
dengan penambahan serat ban bekas lebih kecil bila dibandingkan
dengan rongga udara campuran aspal normal. Penurunan rongga pori
tersebut disebabkan karena adanya daya lekat yang kuat antara serat ban
dan aspal.
50
5.2 Saran
1. Mengingat penelitian ini belum terlalu membahas
secara specific tentang serat ban bekas dikarenakan terbatasnya referensi,
maka diharapkan untuk penelitian selanjutnya diharapkan perlu mengkaji
lebih dalam tentang serat.