Anda di halaman 1dari 7

PELANGGARAN ETIKA TEKNOLOGI INFORMASI

CYBERCRIME

Disusun oleh :

Ancy Lestari Saragih J3C115110

3A Praktikum II

PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN INFORMATIKA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

TAHUN AJARAN 2017


DAFTAR ISI

Table of Contents
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2
A. Pendahuluan .................................................................................................................................. 3
B. Sumber Berita ............................................................................................................................... 3
C. Komentar ....................................................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 7
A. Pendahuluan
Kode etik merupakan suatu bentuk aturan yang tertulis, yang secara sistematik
dengan sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada & ketika dibutuhkan
dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi berbagai macam tindakan yang
secara umum dinilai menyimpang dari kode etik tersebut.
Tujuan kode etik yaitu supaya profesional memberikan jasa yang sebaik-
baiknya kepada para pemakai atau para nasabahnya. Dengan adanya kode etik akan
melindungi perbuatan dari yang tidak profesional.
Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan yang
naluriah, yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa serta perilaku tenaga profesional. Jadi
ketaatan tersebut terbentuk dari masing-masing orang bukan karena suatu paksaan.
Dengan demikian tenaga profesional merasa jika dia melanggar kode etiknya sendiri
maka profesinya akan rusak & yang rugi dia sendiri.

Kode etik bukanlah merupakan kode yang kaku karena akibat perkembangan
zaman maka kode etik mungkin menjadi usang / sudah tidak sesuai dengan tuntutan
zaman. Seperti misalnya kode etik tentang euthanasia (mati atas kehendak sendiri),
sejak dahulu belum tercantum dalam kode etik kedokteran tapi kini sudah dicantumkan.
Kode etik sendiri disusun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing dari profesi
mempunyai kode etik tersendiri. Seperti misalnya kode etik guru, pustakawan, dokter,
pengacara dan sebagainya. Pelanggaran kode etik tidaklah diadili oleh pengadilan,
sebab melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum. Sebagai contohnya
untuk Ikatan Dokter Indonesia terdapat Kode Etik Kedokteran. Jika seorang dokter
dianggap telah melanggar kode etik tersebut, maka ia akan diperiksa oleh Majelis Kode
Etik Kedokteran Indonesia, bukan diperiksa oleh pengadilan.

B. Sumber Berita

1. Judul : Pembobolan Bank


Penulis : Andri Yulianto – Inilah.com
Mei 2014

INILAH.COM, Jakarta – Pencurian uang nasabah terus marak terjadi di Jakarta,


dan kota-kota besar lainnya. Kali ini polisi mengungkap pencurian uang nasabah
bank melalui layanan internet banking, yang disediakan pihak bank.

“Tersangka mengambil uang dengan membobol user ID atau data nasabah. Milik
korban berinisial AS dan WRS,” kata Kasat Cyber Crime Polda Metro Jaya, AKBP
Winston Tommy Watuliu, dalam keterangan persnya di Polda Metro Jaya, Jakarta,
Selasa (2/2).
Selanjutnya, kata Winston, pelaku melakukan pengacakan password nasabah
dengan menggunakan data-data pribadi para korban. Setelah berhasil menemukan
password, maka uang nasabah yang tercantum di-usser ID itu dipindahkan ke
beberapa rekening penampung, dan selanjutnya uang yang berhasil dicuri digunakan
untuk kepentingan pribadi.

“Pelaku melakukan konfigurasi pin ke pasword, dengan megunakan data-data lahir


nasabah, yang dilakukan untuk menggunakan pembobolan,” jelas Winston.
Dia menjelaskan, umumnya nasabah bank menggunakan tanggal lahir sebagai
nomor pin atau password ID di layanan internet banking bank tersebut. Sehingga
pelaku dapat dengan mudah menggasak uang nasabah, ketika pin yang dimasukan
cocok dengan milik nasabah. “Diupayakan data rahasia nasabah bank jangan
menggunakan data yang diketahui orang lain, seperti tanggal lahir,” imbuhnya.

Ditanya nama bank swasta yang dirugikan dalam kasus ini, Winston enggan
membeberkan nama bank tersebut. Dia hanya mengatakan hanya 1 bank saja yang
dirugikan dalam kasus ini. Lebih lanjut dia mengatakan, kasus ini terjadi pada 25
Januari 2009 sampai Agustus 2009, di kawasan Jakarta Selatan.

Dalam kasus polisi telah menetapkan seorang tersangka dan melakukan penahanan,
terhadap pria berinisial EYN, usia sekitar 30 tahun. Sedangkan seorang tersangka
lainnya berinisial HH masih dalam pencarian.

“EYN profesinya jobless (pengangguran), sebelumnya dia bekerja sebagai


karyawan swasta,” paparnya. Dia mengatakan, EYN berlatar pendidikan S1
perguruan tinggi di Jakarta, dan tidak memiliki riwayat bekerja pada perusahaan
perbankan.

Tersangka terancam pasal 363 KUHP, UU No 25 Tahun 2003 tentang pencucian


uang, dan UU No 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik. Dengan
ancaman hukuman lebih dari 4 tahun penjara.

Ada pun barang bukti yang disita polisi antara lain, 1 buah lapotop, 1 buah modem
internet, 1 buah flash disk, dan 1 buah telepon genggam. Dalam kejahatan ini,
sedikitnya 2 orang menjadi korban pembobolan rekening via internet banking
tersebut, yakni AS dengan kerugian RP 60 juta dan WRS dengan kerugian sebesar
Rp 610 ribu. Keduanya merupakan karyawan swasta.

Di Indonesia pernah terjadi kasus cybercrime yang berkaitan dengan kejahatan


bisnis, tahun 2000 beberapa situs atau web Indonesia diacak-acak oleh cracker yang
menamakan dirinya Fabianclone dan naisenodni. Situs tersebut adalah antara lain
milik BCA, Bursa Efek Jakarta dan Indosatnet (Agus Raharjo, 2002.37).

Selanjutnya pada bulan September dan Oktober 2000, seorang craker dengan
julukan fabianclone berhasil menjebol web milik Bank Bali. Bank ini memberikan
layanan internet banking pada nasabahnya. Kerugian yang ditimbulkan sangat besar
dan mengakibatkan terputusnya layanan nasabah (Agus Raharjo 2002:38).
Kejahatan lainnya yang dikategorikan sebagai cybercrime dalam kejahatan bisnis
adalah Cyber Fraud, yaitu kejahatan yang dilakukan dengan melakukan penipuan
lewat internet, salah satu diantaranya adalah dengan melakukan kejahatan terlebih
dahulu yaitu mencuri nomor kartu kredit orang lain dengan meng-hack atau
membobol situs pada internet.

2. Judul : Setiap Hari Polda Terima Laporan 25 Cyber Bullying


Penulis : Marieska Harya Virdhani
Rabu, 3 Agustus 2016 - 15:09 WIB

DEPOK - Polda Metro Jaya mencatat setiap hari terdapat 25 laporan kasus penghinaan
dan pencemaran nama baik atau bullying melalui media sosial.

Kepala Unit V Cyber Crime Polda Metro Jaya Kompol Yani Ismanto mengatakan,
pelakunya lebih cenderung personal, tunggal antara satu pelaku dan satu korban yang
dituju.“Modusnya biasanya tunggal menghina individu,” kata Yani kepada wartawa di
Depok, Rabu (3/8/2016).

Menurut Yani, anak yang menjadi korban dan pelaku cyber bully, umumnya tidak
diketahui orangtuanya. Saat dilaporkan, lanjutnya, pihaknya berupaya melakukan
mediasi secara kekeluargaan.

“Ada kebijakan restorasi justice sebelum masuk ke ranah pidana, kalau bisa masuk ke
mediasi silakan. Banyak orangtua tak tahu sehingga ketika ada masalah baru
orangtuanya dipanggil. Kalau masih pelajar kan ada hak-hak yang dikedepankan,
mengutamakan penyelesaian secara kekeluargaan daripada pidana,” ungkapnya.

Yani mengimbau agar orangtua meningkatkan komunikasi intens terhadap anak.


Orangtua diminta melek teknologi dan mengetahui jejaring pertemanan anak-anak
mereka.

“Awasi anak dalam konteks agar tak masuk dalam cyber bullying itu. Pengawasannya
agar orangtua jangan gaptek, rajin-rajin berkomunikasi tentang masalah perkembangan
dia dan pertemanannya,” tandas Yani.

C. Komentar
Keseluruhan berita ini mengenai kejahatan cybercrime. Hasil analisa dari berita
pertama yaitu kesigapan dan kewaspadaan kita sebagai nasabah bank untuk mengantisipasi
hal tersebut haruslah secermat mungkin. Contohnya, jangan menggunakan password atau
nomor PIN dengan tanggal lahir ataupun kombinasi angka yang dapat dengan mudah
diketahui orang. Kita sebagai nasabah memang diberikan kemudahan dengan fitur serta
fasilitas canggih dari pihak bank. Namun, di era globalisasi saat ini, teknologi yang semakin
maju merupakan buah simalakama apabila kita tidak dapat mengantisipasinya. Tetapi, kita
tidak boleh takut untuk menghadapi perubahan zaman. Seyogyanya teknologi itu diciptakan
adalah untuk mempermudah manusia di dalam kehidupan sehari-hari. Jadi jangan takut
untuk menggunakan teknologi asal tepat guna serta selalu waspada untuk mengantisipasi
kejahatan dunia cyber yang akan semakin marak.
Pada kasus ke dua ini merupakan tindakan yang cukup meresahkan. Contoh
tindakan cybercrime bullying pada anak-anak yang menyebabkan gangguan pada psikis
anak-anak yang menjadi korban. Perlunya sosialisasi dari pemerintah untuk masyarakat
mengenai kasus cyber bullying ini dan sosialisasi tentang bahaya kasus cybercrime ini.
Selain itu pemerintah juga harus tegas dalam penindakan hukum dan penegakan pada
kasus-kasus yang tergolong dalam cybercrime ini. Karena untuk pencegahan kasus
cybercrime ini juga berpenaruh pada tegas atau tidaknya hukum yang ada. Kebanyakan
mungkin dari pihak korban takut dan malas untuk melaporkan kasus yang terjadi dan
banyak faktor yang menjadikan masyarakat enggan untuk bertindak. Hal ini mungkin
menjadikan semakin maraknya kasus cybercrime tersebut terlebih lagi pada kasus cyber
bullying ini sendiri karena pelakunya tidak dilaporkan dan diberikan tindakan hukum yang
membuat pelakunya tegas.
DAFTAR PUSTAKA
https://metro.sindonews.com/read/1128434/170/setiap-hari-polda-terima-laporan-25-cyber-
bullying-1470211776

http://kelompokkita62.blogspot.co.id/2014/05/contoh-kasus-cybercrime-yang-pernah.html

Anda mungkin juga menyukai