Anda di halaman 1dari 24

TANGGUL SEBAGAI BANGUNAN PELENGKAP IRIGASI

LAPORAN
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Irigasi dan Bangunan Air
yang diampu oleh :
Dosen : Drs. Sukadi, M.Pd., M.T

Oleh
Sinta Sintia
1600522

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Laporan ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkonstribusi dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan baik dari segi materi maupun segi penyusunan kalimat serta
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan Tanggul sebagai Bangunan
Pelengkap Irigasi ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Bandung, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan................................................................................. 2
1.3 Ruang Lingkup ....................................................................................... 2
1.4 Metodologi Penyusunan Tugas................................................................ 2
1.5 Sistematika Penulisan.............................................................................. 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 4
2.1 Pengertian Irigasi .................................................................................... 4
2.2 Sistem Irigasi .......................................................................................... 4
2.3 Kondisi Prasarana Fisik........................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 10
3.1 Bangunan Pelengkap ............................................................................... 10
3.2 Bangunan Tanggul .................................................................................. 10
3.2.1 Kegunaan ...................................................................................... 12
3.2.2 Bahan ............................................................................................ 12
3.2.3 Debit Perencanaan ......................................................................... 12
3.2.4 Trase ............................................................................................. 12
3.2.5 Tinggi Jagaan ................................................................................ 13
3.2.6 Lebar Atas..................................................................................... 14
3.2.7 Kemiringan Talut .......................................................................... 14
3.2.8 Stabilitas Tanggul.......................................................................... 14
3.2.9 Pembuang ..................................................................................... 15
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 18
4.1 Simpulan................................................................................................. 18
4.2 Saran....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Denah Bangunan Utama dan Bendung ....................................... 7


Gambar 2.2 Potongan Memanjang Bangunan Utama dan Bendung ............... 7
Gambar 2.3 Tipe-Tipe Potongan Melintang Saluran Irigasi ........................... 8
Gambar 2.4 Potongan Melintang Saluran Irigasi ........................................... 9
Gambar 3.1 Bangunan Irigasi ........................................................................ 10
Gambar 3.2 Bangunan Tanggul Sungai ......................................................... 10
Gambar 3.3 Bangunan Tanggul ..................................................................... 11
Gambar 3.4 Nama Bagian Tanggul ............................................................... 11
Gambar 3.6 Potongan Melalui Tanggul ......................................................... 13
Gambar 3.6 Potongan Melintang Tanggul ..................................................... 15
Gambar 3.7 Dasar yang Diperlebar pada Lintasan Saluran ............................ 15
Gambar 3.8 Pembuang Pada Tanggul ............................................................ 17

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tinggi Jagaan Tanggul .................................................................. 13


Tabel 3.2 Lebar Standar Mercu ..................................................................... 14
Tabel 3.3 Harga-harga Kemiringan Samping yang dianjurkan untuk
tanggul .......................................................................................... 14

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan suatu komponen utama dalam kehidupan. Air hampir selalu
dibutuhkan bagi semua kegiatan manusia baik dibidang industri, pertanian,
peternakan, perikanan, dan lain sebagainya. Sedemikian besarnya peranan air bagi
manusia, namun jika keberadaannya tidak dikelola dan dikendalikan secara tepat
maka keberadaannya akan menjadi bumerang bagi manusia.
Masalah pengelolaan air irigasi di Indonesia merupakan persoalan yang
memiliki dampak yang cukup signifikan, terutama dalam bidang pertanian. Banjir
pada wilayah irigasi yang terjadi pada masa pertumbuhan padi akan berdampak
pada turunnya produksi tanaman dan merugikan petani. Banjir yang menyebabkan
jebolnya tanggul yang berada pada wilayah irigasi terjadi karena kurang tepatnya
perencanaan baik dalam hal spesifikasi bahan, dimensi, ataupun kesesuaian fungsi
bangunan, sehingga tanggul-tanggul yang ada di wilayah irigasi mengalami
penggulingan. Seperti pada yang terjadi pada tanggul irigasi di daerah
Sungaipenuh.
Sungaipenuh, Gatra.com – Ribuan hektar sawah yang terdapat di Kumun,
Kota Sungaipenuh terancam mengalami kekeringan. Penyebabnya karena jebolnya
tanggul irigasi sungai Kumun sejak hari minggu (9/6).
Mencermati dampak yang disebutkan di atas, sudah saatnya kita
memperhatikan masalah kekeringan di Indonesia baik itu karena jebolnya tanggul
maupun hal lain, yang tidak terjadi semata-mata karena faktor alamiah saja.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai upaya untuk menanggulangi
kekeringan di Indonesia, salah satunya adalah dengan membangun atau
merehabilitasi jaringan sistem irigasi yang baik dan relevan dengan kondisi alam
baik bangunan-bangunan utama irigasi, maupun bangunan-bangunan pelengkap
irigasi harus direncanakan sesuai dengan spesifikasi yang telah ada diperaturan
yang berlaku. Sehingga bangunan-bangunan irigasi mampu meminimalisir dan
menahan gaya-gaya hidrolis yang timbul akibat bencana alam yang terjadi.

1
2

Berdasarkan urgensi tersebut maka penulis menulis laporan yang berjudul


Tanggul sebagai bangunan Pelengkap Irigasi, yang memuat spesifikasi teknis
pembuatan tanggul berdasarkan peraturan-peraturan umum yang berlaku pada
perencanaan bangunan irigasi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam pembuatan laporan ini diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan bangunan pelengkap irigasi ?
2. Bagaimana spesifikasi tanggul menurut peraturan KP-04 ?

1.3 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan pembuatan laporan ini diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan bangunan pelengkap irigasi ?
2. Bagaimana spesifikasi tanggul menurut peraturan KP-04 ?

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dalam penyusunan laporan ini adalah teori-teori mengenai
irigasi dan bangunan-bangunan irigasi.

1.5 Metodologi Penyusunan Tugas


Metodologi yang digunakan dalam laporan ini agar dapat mencapai tujuan
yang tertulis diatas adalah sebagai berikut melakukan studi literatur, studi yang
dilakukan didasarkan pada konsep-konsep pengembangan sumber daya air yang
merupakan bagian dari Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan.

1.6 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan laporan ini yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan, ruang lingkup,
metodologi penyelesaian tugas, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
3

Bab ini berisi teori-teori yang mendukung perencanaan jaringan irigasi yang akan
dibuat.
BAB III PEMBAHASAN
Bab ini pembahasan mengenai tanggul sebagai bangunan pelengkap irigasi.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Irigasi


Menurut PP No. 20 tahun 2006 Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan
dan pengembangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi
irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi
tambak. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia. Penyediaan air irigasi
adalah penentuan volume air per satuan waktu yang dialokasikan dari suatu sumber
air untuk suatu daerah irigasi yang didasarkan waktu, jumlah, dan mutu sesuai
dengan kebutuhan untuk menunjang pertanian dan keperluan lainnya.
Irigasi berasal dari istilah Irrigatie (Bahasa Belanda) atau Irrigation (Bahasa
Inggris) yang diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mendatangkan
air dari sumbernya guna keperluan pertanian mengalirkan dan membagikan air
secara teratur, setelah digunakan dapat pula dibuang kembali melalui saluran
pembuang.
Maksud Irigasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan air (water supply) untuk
keperluan pertanian, meliputi pembasahan tanah, perabukan/pemupukan, pengatur
suhu tanah, menghindarkan gangguan hama dalam tanah, dsb.

2.2 Sistem Irigasi


Dalam perkembangannya sampai saat ini, ada 4 jenis sistem irigasi yang biasa
digunakan. Keempat sistem irigasi itu adalah sebagai berikut :
1. Irigasi Gravitasi
Sistem ini memanfaatkan efek dari gravitasi untuk mengalirkan air. Bentuk
rekayasa ini tidak memerlukan tambahan energi untuk mengalirkan air sampah ke
petak sawah.
2. Irigasi Bawah Tanah
Tanah akan dialiri dibawah permukaannya. Saluran yang ada disisi petak
sawah akan mengalirkan air melalui pori-pori tanah. Sehingga air akan sampai ke
akar tanaman.

4
5

3. Irigasi Siraman
Air akan disemprotkan ke petak sawah melalui jaringan pipa dengan bantuan
pompa air. Penggunaan air akan lebih efektif dan efisien karena dapat dikontrol
dengan sangat mudah.
4. Irigasi Tetesan
Sistem ini mirip dengan irigasi siraman. Hanya saja air akan langsung
diteteskan/ disemprotkan ke bagian akar. Pompa air dibutuhkan untuk mengalirkan
air. Selain itu jaringan irigasi mempunyai klasifikasi yang didasarkan pada hal-hal
seperti dijelaskan dalam tabel berikut.

2.3 Kondisi Prasana Fisik


Prasarana fisik jaringan irigasi diperlukan untuk mengalirkan air dari sumber
air (bendung, waduk, sungai) ke lahan-lahan yang memerlukan air atau area layanan
irigasi. Sesuai dengan Permen PUPR No 12/PRT/M/2015 tentang Pedoman Operasi
dan Ekploitasi Jaringan Irigasi, prasarana fisik jaringan irigasi terdiri dari bangunan
utama, saluran pembawa, bangunan pengatur, dan bangunan pelengkap.
1. Bangunan Utama
Menurut (Standar Perencanaan Irigasi KP-01, 2010) bangunan
utama (head works) dapat didefinisikan sebagai komplek bangunan yang
direncanakan di dan sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke
dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi. Bangunan utama
bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan, serta mengukur banyaknya
air yang masuk. Bagian-bagian bangunan utama terdiri dari :
a. Bangunan Bendung.
Bangunan bendung adalah bagian dari bangunan utama yang dibangun di
dalam air. Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air
sungai ke jaringan irigasi, dengan jalan menaikkan muka air di sungai.
b. Bangunan Pengambilan.
Pengambilan adalah sebuah bangunan berupa pintu air. Air irigasi
dibelokkan dari sungai melalui bangunan ini.Pertimbangan utama dalam
merencanakan sebuah bangunan pengambilan adalah debit rencana pengelakan
sedimen.
6

c. Bangunan Pembilas (penguras).


Bangunan pembilas adalah bangunan yang berfungsi untuk mencegah
masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran irigasi.
d. Kantong Lumpur.
Bangunan kantong lumpur adalah bangunan yang berfungsi untuk
mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari fraksi pasir halus
tetapi masih termasuk pasir halus dengan diameter butir berukuran 0,088 mm.
e. Perkuatan Sungai.
Pembuatan bangunan perkuatan sungai khusus di sekitar bangunan utama
untuk menjaga agar bangunan tetap berfungsi dengan baik, terdiri dari :\
1) Bangunan perkuatan sungai guna melindungi bangunan terhadap kerusakan
akibat penggerusan dan sedimentasi. Pekerjaan-pekerjaan ini umumnya
berupa krib, matras batu, pasangan batu kosong dan/atau dinding pengarah.
2) Tanggul banjir untuk melindungi lahan yang berdekatan terhadap genangan
akibat banjir.
3) Saringan bongkah untuk melindungi pengambilan atau pembilas, agar
bongkah tidak menyumbat bangunan selama terjadi banjir.
4) Tanggul penutup untuk menutup bagian sungai lama atau, bila bangunan
bendung dibuat di kopur, untuk mengelakkan sungai melalui bangunan
tersebut.
f. Bangunan-bangunan Pelengkap.
Bangunan-bangunan atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke
bangunan utama untuk keperluan :
1) Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran.
2) Rumah untuk operasi pintu.
3) Peralatan komunikasi, tempat teduh serta perumahan untuk tenaga
operasional, gudang dan ruang kerja untuk kegiatan operasional dan
pemeliharaan;
4) Jembatan di atas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah di
jangkau, atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.
7

5) Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi ekonomi
serta kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa dibangun di dalam bangunan
bendung atau di ujung kantong lumpur atau di awal saluran.
6) Bangunan tangga ikan (fish ladder) diperlukan pada lokasi yang senyatanya
perlu dijaga keseimbangan lingkungannya sehingga kehidupan biota tidak
terganggu. Pada lokasi diluar pertimbangan tersebut tidak diperlukan tangga
ikan. Gambar denah bangunan utama ditunjukkan pada Gambar 2.1 dan
Gambar 2.2 dibawah ini.

Gambar 2.1 Denah Bangunan Utama dan Bendung


Sumber : KP-01 Perencanaan, 2010

Gambar 2.2 Potongan Memanjang Bangunan Utama dan Bendung


Sumber : KP-02 Bangunan Utama, 2010
2. Saluran Pembawa
Saluran pembawa berfungsi mengalirkan air dari sumber air menuju petak
sawah, meliputi:
8

a. Saluran primer yaitu saluran yang membawa air dari bangunan pengambilan
sampai bangunan pengatur pertama (bangunan bagi atau bagi sadap atau sadap).
Saluran ini biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayani.
b. Saluran sekunder yaitu saluran yang membawa air dari bangunan pengatur
pertama sampai bangunan pengatur terakhir. Saluran ini biasanya dinamakan
sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut.
c. Saluran tersier yaitu saluran yang membawa air dari bangunan sadap menuju
petak tersier.
d. Saluran kuarter yaitu saluran yang membawa air dari boks tersier ke boks
kuarter.
Gambar tipe-tipe dan potongan melintang saluran pembawa ditunjukkan pada
Gambar 2.3 dan Gambar 2.4 berikut ini:

Gambar 2.3 Tipe-Tipe Potongan Melintang Saluran Irigasi


Sumber : KP-03 Saluran, 2010
9

Gambar 2.4 Potongan Melintang Saluran Irigasi


Sumber : KP-03 Saluran, 2010
3. Bangunan Pelengkap
Pada jaringan irigasi terdapat bangunan-bangunan pelengkap yang terdiri dari
tanggul-tanggul untuk melindungi daerah irigasi dari banjir, kisi-sisi penyaring
untuk menyegah tersumbatnya bangunan (pada sipon/gorong-gorong), jembatan
dan jalan penghubung dari desa untuk keperluan penduduk. Selain bangunan utama
dan pelengkap terdapat bangunan pengontrol yang terdiri dari bangunan bagi sadap,
bangunan terjun, talang, got miring, sipon, peninggi muka air, bangunan pembuang
dan jalan inspeksi. (Sutrisno dan Chayati, 2013)
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Bangunan Pelengkap

Gambar 3.1 Bangunan Irigasi


Sumber : KP-02 Bangunan Utama, 2010
Bangunan pelengkap merupakan bangunan yang dibuat yang merupakan
fasilitas pendukung saluran irigasi. Ada beberapa bangunan pelengkap salah
satunya yaitu bangunan silang. Bangunan silang terdiri dari sekian banyak jenis
bangunan pelengkap salah satunya yaitu bangunan tanggul (KP 04 – Bagian
Bangunan)

3.2 Bangunan Tanggul

Gambar 3.2 Bangunan Tanggul Sungai


Sumber : Pixabay.com

10
11

Tanggul merupakan salah satu bentuk dari bendungan urugan homogen.


Dikatakan demikian, karena tanggul mempunyai bahan pembuat dan bentuk yang
hampir sama dengan bendungan. Hampir semua tanggul dibuat dengan bahan tanah
yang hampir sejenis dan gradasinya (susunan ukuran butiran tanahnya) hampir
seragam. Pembuatan tanggul merupakan salah satu usaha dalam konservasi tanah
dan air. Tanggul dipakai untuk melindungi daerah irigasi dari banjir yang
disebabkan oleh sungai atau laut. Tanggul yang dibangun diharapkan tetap kuat dan
kokoh terhadap gaya - gaya yang ditimbulkan akibat tergenangnya air di dalam
waduk sesuai umur ekonomis tanggul.
Tanggul disepanjang sungai adalah bangunan yang paling utama dan paling
penting dalam usaha melindungi kehidupan dan harta benda masyarakat terhadap
genangan-genangan yang disebabkan oleh banjir. Tanggul dibangun terutama
dengan konstruksi urugan tanah.

Gambar 3.3 Bangunan Tanggul


Sumber : tneutron.net

Gambar 3.4 Nama Bagian Tanggul


Sumber : Sosrodarsono (1994:29)
12

3.2.1 Kegunaan
Tanggul dipakai untuk melindungi daerah irigasi dari banjir yang disebabkan
oleh sungai, pembuang yang besar atau laut. Biaya pembuatan tanggul banjir bisa
menjadi sangat besar jika tanggul itu panjang dan tinggi. Karena fungsi lindungnya
yang besar terhadap daerah irigasi dan penduduk yang tinggal di daerah-daerah ini,
maka kekuatan dan keamanan tanggul harus benar-benar diselidiki dan direncana
sebaik-baiknya.
3.2.2 Bahan
Biasanya tanggul dibuat dari bahan timbunan yang digali di dekat atau sejajar
dengan garis tanggul. Apabila galian dibuat sejajar dengan lokasi tanggul, maka
penyelidikan untuk pondasi dan daerah galian dapat dilakukan sekaligus. Untuk
tanggul-tanggul tertentu, mungkin perlu membuka daerah sumber bahan timbunan
khusus di luar lapangan dan mengangkutnya ke lokasi. Jika kondisi tanah tidak
stabil mungkin akan lebih ekonomis untuk memindahkan lokasi tanggul daripada
menerapkan metode pelaksanaan yang mahal. The Unified Soil Classification
System (Lihat KP–06 Parameter Bangunan) memberikan sistem yang sangat
bermanfaat untuk menentukan klasifikasi tanah yang perlu diketahui dalam
pelaksanaan tanggul dan pondasi.
3.2.3 Debit Perencanaan
Elevasi tanggul hilir sungai dari bangunan utama didasarkan pada tinggi
banjir dengan periode ulang 5 sampai 25 tahun (Q5 tahunan untuk hutan tapi untuk
melindungi perkotaan Q 25 tahunan). Periode ulang tersebut (5 - 25 tahun) akan
ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk yang terkena akibat banjir yang mungkin
terjadi, serta pada nilai ekonomis tanah dan semua prasarananya. Biasanya di
sebelah hulu bangunan utama tidak akan dibuat tanggul sungai untuk melindungi
lahan dari genangan banjir.
3.2.4 Trase
Tanggul di sepanjang sungai sebaiknya direncana pada trase pada jarak yang
tepat dari dasar air rendah. Bila hal ini tidak mungkin, maka harus dibuat lindungan
terhadap erosi di sepanjang tanggul.
Perlu untuk membuat penyelidikan pendahuluan mengenai lokasi tanggul guna
menentukan:
13

1. Perkiraan muka air banjir (tinggi dan lamanya).


2. Elevasi tanah yang akan dilindungi.
3. Hak milik yang dilibatkan.
4. Masalah-masalah fisik yang sangat mungkin dijumpai, terutama kondisi tanah
karena ini erat hubungannya dengan kebutuhan pondasi dan galian timbunan.
5. Tata guna tanah dan peningkatan tanah pertanian guna menilai arti penting
daerah yang akan dilindungi dari segi ekonomi.
3.2.5 Tinggi Jagaan
Tinggi rencana tanggul (Hd) akan merupakan jumlah tinggi muka air rencana
(H) dan tinggi jagaan (Hf). Ketinggian yang dibuat itu termasuk longgaran untuk
kemungkinan penurunan (Hs), yang akan bergantung kepada pondasi serta bahan
yang dipakai dalam pelaksanaan. Tinggi muka air rencana yang sebenarnya
didasarkan pada profil permukaan air. Tinggi jagaan (Hf) merupakan longgaran
yang ditambahkan untuk tinggi muka air yang diambil, termasuk atau tidak
termasuk tinggi gelombang. Tinggi minimum jagaan tanggul sebaiknya diambil
0,60 m.

Gambar 3.5 Potongan Melalui Tanggul


Sumber : KP 04 – Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Irigasi
Tabel 3.1 Tinggi jagaan Tanggul

Sumber: Sorodarsono (1994:87)


14

3.2.6 Lebar Atas


Untuk tanggul tanah yang direncana guna mengontrol kedalaman air ≤ 1,50
m, lebar atas minimum tanggul dapat diambil 1,50 m. Jika kedalaman air yang akan
dikontrol lebih dari 1,50 m, maka lebar atas minimum sebaiknya diambil 3,0 m.
Lebar atas diambil sekurang-kurangnya 3,0 m jika tanggul dipakai untuk jalur
pemeliharaan.
Tabel 3.2 Lebar Standar Mercu

Sumber: Sosrodarsono (1994:88)


3.2.7 Kemiringan Talut
Pada Tabel 3.1. dibawah ini diberikan harga-harga kemiringan talut.
Penggunaan harga-harga itu dianjurkan untuk tanggul tanah homogen pada pondasi
stabil yang tingginya kurang dari 5 m. Jika pondasi tanggul terdiri dari lapisan-
lapisan lulus air atau lapisan yang rawan terhadap bahaya erosi bawah tanah
(piping), maka harus dibuat parit halang (cut-off trench) yang dalamnya sampai 1/3
dari kedalaman air.
Tabel 3.3 Harga-Harga Kemiringan Samping yang Dianjurkan untuk Tanggul
Tanah Homogen (menurut USBR, 1978)

Sumber : KP 04 – Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Irigasi,2013


15

Gambar 3.6 Potongan Melintang Tanggul


Sumber : KP 04 – Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Irigasi,2013
3.2.8 Stabilitas Tanggul
Tanggul yang tingginya lebih dari 5 m harus dicek stabilitasnya dengan
metode stabilitas tanggul yang dianggap sesuai. Metode yang disarankan dijelaskan
dalam Bagian KP-06 Parameter Bangunan. Apabila tanggul melintas saluran lama,
maka dasar tanggul harus diperlebar di bagian samping luar. Lebar tambahan ini
sekurang-kurangnya sama dengan tinggi tanggul (Hd) diatas elevasi asli tanah.
Bagian atas dasar yang diperlebar sebaiknya tidak kurang dari 0,30 m diatas elevasi
asli tanah serta kemiringannya harus cukup agar air dapat melimpas dari tanggul.
Kemiringan timbunan tambahan tidak boleh lebih curam dari kemiringan asli
tanggul.

Gambar 3.7 Dasar yang Diperlebar pada Lintasan Saluran


Sumber : KP 04 – Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Irigasi,2013
Syarat-syarat stabilitas struktur tanggul harus diperhitungkan/dianalisa terhadap
hal-hal sebagai berikut :
1. Badan tanggul harus aman terhadap kemungkinan meluapnya aliran melalui
mercu (Overtopping) pada debit banjir rencana.
16

2. Berdasarkan hal diatas, maka mercu tanggul harus mempunyai jagaan


(freeboard) yang cukup aman terhadap muka air sungai pada debit banjir
rencana.
3. Tinggi jagaan pada butir (2) harus memenuhi standar kriteria yang berlaku
misalnya standar nasional Indonesia (SNI).
4. Ketinggian puncak tanggul pada profil memanjang harus disesuaikan dengan
muka air banjir rencana sepanjang sungai yang diperlukan.
5. Lereng dan kaki tanggul harus stabil terhadap aliran banjir dan erosi serta
gerusan (Scouring). Oleh karena itu, harus diberi pelindung. Lapisan pelindung
harus disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku tapi juga
diperhitungkan terhadap nilai ekonomisnya.
6. Trase tanggul harus ditetapkan secara secermat mungkin dengan memperhatikan
situasi dan kondisi morfologi sungai, memperhatikan factor teknik dan non
teknik serta kondisi sosial ekonomi.
7. Jarak antara trase tanggul dengan tebing sungai harus diusahakan cukup
memadai supada apabila terjadi erosi atau longsoran pada tebing sungai tidak
memperngaruhi stabilitas tanggul.
8. Tidak boleh terjadi adanya rembesan dan kebocoran pada pondasi tanggul.
9. Tidak boleh terjadi adanya pergeseran pondasi akibat gempa bumi.
Untuk tanggul dengan kedalaman air rencana lebih dari 1,50 m, maka tempat
galian bahan harus cukup jauh dari tanggul agar stabilitasnya dapat dijamin. Garis
yang ditarik dari garis air rencana pada permukaan tanggul melalui pangkal asli
tanggul (jika diperlebar) sebaiknya lewat dari bawah potongan melintang galian
bahan.
Jika tanggul mempunyai lebar atas yang kecil/sempit, maka bahu (berm)
bagian tambahan harus cukup lebar guna mengakomodasi jalur pemeliharaan
selama muka air mencapai ketinggian kritis. Fasilitas ini harus disediakan di semua
potongan jika bagian atas tanggul tidak dipakai sebagai jalur pemeliharaan. Galian
bahan yang ada disepanjang tepi air harus dibuat dengan interval tertentu guna
memperlambat kecepatan air yang mengalir disepanjang pangkal timbunan. Galian
semacam ini juga berfungsi sebagai tempat menyeberangkan alat-alat pemeliharaan
17

selama muka air rendah. Intervalnya tidak lebih dari 400 m dan lebar minimum 10
m.
3.2.9 Pembuang
Fasilitas pembuang harus disediakan untuk tanggul yang harus menahan air
untuk jangka waktu yang lama (tanggul banjir biasanya tidak diberi pembuang).
Pembuang terdiri dari:
1. Parit dipangkal tanggul
2. Saringan pemberat (reverse filter), baik yang direncanakan sebagai pembuang
pangkal tanggul maupun sebagai pembuang horizontal.

Gambar 3.8 Pembuang pada Tanggul


Sumber : KP 04 – Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Irigasi,2013
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada jaringan irigasi terdapat bangunan-bangunan pelengkap yang terdiri dari
tanggul-tanggul untuk melindungi daerah irigasi dari banjir, kisi-sisi penyaring
untuk menyegah tersumbatnya bangunan (pada sipon/gorong-gorong), jembatan
dan jalan penghubung dari desa untuk keperluan penduduk. Bangunan
pelengkap merupakan bangunan yang dibuat yang merupakan fasilitas
pendukung saluran irigasi.
2. Dalam membuat perencanaan suatu tanggul harus memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut : Kegunaan, Bahan, Debit Perencanaan, Trase, Tinggi Jagaan,
Lebar Atas, Kemiringan Talut, Stabilitas Tanggul, Pembuang

4.2 Saran
Adapun saran dari penulis yaitu dalam merencanakan bangunan pelengkap
irigasi harus memperhatikan aspek spesifikasi teknis dan peraturan-peraturan yang
telah ditetapkan oleh standar perencanaan sehingga kegunaan bangunan pelengkap
yang dibangun dapat sesuai dengan fungsi sebagaimana mestinya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, (2010). Kriteria Perencanaan Bagian


Jaringan Irigasi KP 01. Jakarta : Kementerian Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, (2010). Kriteria Perencanaan Bagian
Saluran Irigasi KP 03. Jakarta : Kementerian Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, (2013). Kriteria Perencanaan Bagian
Bangunan Irigasi KP 04. Jakarta : Kementerian Pekerjaan Umum
Gatra.com. Ribuan Hektar Sawah Terancam Kekeringan.2019
Sosrodarsono, Suyono. 1994. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Jakarta: PT
Pradya Paramita

19

Anda mungkin juga menyukai