Anda di halaman 1dari 17

HALAMAN REGISTRASI BIDANG AKADEMIK

Bahan pembelajaran dengan nomor registrasi di bawah ini hanya digunakan


untuk pembelajaran di Program Studi D3 Farmasi STFM

NAMA MATA KULIAH

Praktek Simulasi Apotek

NOMOR REGISTRASI

Tangerang,

Pimpinan
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan kenikmatan yang tiada bandingannya dan karena berkat limpahan
rahmatNya maka penyusun akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan buku
petunjuk praktikum farmasetika dasar. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurah pada Nabi kita Muhammad SAW yang menjadi teladan kita untuk
mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Buku petunjuk praktikum ini dipersiapkan
dalam rangka membantu pengadaan sarana pendidikan terutama dalam praktikum
farmasetika dasar. Praktikum Farmasetika Dasar ini secara garis besar bertujuan
untuk melatih calon sarjana farmasi dalam mengabdikan ilmu dan keahliannya di
masyarakat melaksanakan peracikan obat di bidang farmasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu setelah
mengikuti praktikum dan menyelesaikan materi praktikum ini, mahasiswa
diharapkan dapat terampil dalam membaca resep, analisis resep, perhitungan
harga, penyiapan sediaan sampai melakukan KIE. Penyusun menyadari
sepenuhnya bahwa petunjuk praktikum ini masih banyak kekurangannya dan jauh
dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang konstruktif sangat penyusun
butuhkan demi perbaikan buku petunjuk praktikum ini. Semoga buku petunjuk ini
dapat bermanfaat menuntun praktikan sebelum melakukan praktikum Simulasi
Apotek.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Tangerang , Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
COVER.....................................................................................................................i
HALAMAN REGISTRASI.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM.................................................................................1
ISI............................................................................................................................ii
LAMPIRAN.............................................................................................................1
TATA TERTIB PRAKTIKAN SIMULASI APOTEK

1. Peserta praktikum hadir 5 menit sebelum dimulainya praktikum.


Mahasiwa yang terlambat lebih dari 15 menit tanpa izin, maka tidak
diperkenankan untuk mengikuti praktikum
2. Setiap praktikan yang akan mengikuti praktikum diwajibkan
menggunakan jas praktikum serta ID card.
3. Mahasiswa diharapkan membawa peralatan praktikum simulasi apotek dan
buku standar seperti IONI, MIMS/ISO, Farmakope Indonesia III.
4. Mahasiswa diwajibkan bekerja dengan teliti, rapi dan bersih. Penilain
pelaksanaan praktikum akan dinilai dari ketelitian pembacaan resep atau
analisis resep, perhitungan harga, penyiapan sediaan serta melakukan KIE.
Pengambilan bahan sesuai dengan kebutuhan praktikum serta
dikembalikan seperti semula setelah menggunakan barang laboratorium.
5. Mahasiswa wajib menaati serta melaksanakan tata tertib praktikum
Simulasi Apotek. Apabila melanggar akan dikenakan sanksi yang sesuai
pelanggaran yang ditentukan.
6. Mahasiswa diwajibkan menyelesaikan minimal satu resep untuk setiap
bentuk sediaan. Setelah menyelesaikan permasalahan satu resep maka,
mahasiswa wajib menempuh post test lisan agar dapat melanjutkan
membuat bentuk sediaan selanjutnya.
7. Laporan praktikum dikumpulkan setiap selesai praktikum dan dapat
diambil kembali dilaboratorium sehari setelah praktikum.
8. Hal-hal yang belum dicantumkan di dalam tata tertib praktikum akan
diatur pada saat pelaksanan praktikum.

Koordinator praktikum
PROSEDUR PENILAIAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI

Keterangan Persentasi Penilaian


Kehadiran 10%
Etika dan Keaktifan 20%
Pretes dan post tes 20%
Laporan 20%
Ujian akhir praktikum 30%
Pendahuluan

A. Pengenalan resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seoramg dokter kepada apoteker untuk
membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien. Dalam resep harus memuat
beberapa hal meliputi;
a. Nama, alamat dan nomor izin praktek Dokter, Dokter gigi dan Dokter
hewan.
b. Tanggal penulisan resep ( incription )
c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau
komposisi obat ( invocation )
d. Aturan pakai obat yang tertulis ( signatura )
e. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku ( subsctption )
f. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep Dokter hewan
g. Tanda seru dan paraf Dokter untuk resep yang mengandung obat yang
mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimal.
Resep yang mengandung narkotika harus ditulis tersendiri yang tidak boleh
ada iterai (ulangan) ; ditulis nama pasien tidak boleh m.i = mihi ipsi = untuk
dipakai sendiri ; alamat pasien dan aturan pakai ( signa ) yang jelas, tidak boleh
ditulis sudah tau pakainya ( usus cognitus ). Untuk penderita yang segera
memerlukan obatnya, Dokter menulis bagian kanan atas resep; Cito, statinm,
Urgent, P.I.M = Periculum In Mora = berbahaya bila ditunda, resep yang
mengandung obat keras tanpa sepengetahuan diulang. Resep yang tidak boleh
diulang ialah resep yang mengandung obat narkotik, psikotropik, atau obat lain
yang ditetapkan oleh Menkes cq. Dirjen POM. harus dengan resep baru.

Alur Pelayanan Obat

Penulisan Resep oleh dokter

Penerimaan resep
Screening resep
Persyaratan administrasi
Kesesuaian farmasetik
Pertimbangan klinis
Perhitungan Dosis dan
perhitungan harga

Penyiapan sediaan

Etiket dan copy resep

Pemanggilan pasien
Penyerahan obat
PIO da KIE

B. Copie resep dan etiket


Copie resep adalah salinan salinan tertulis dari suatu resep. Istilah lain dari
kopi resep adalah apograph, exemplum, atau afschrift. Salinan resep harus
memuat;
a. Nama dan alamat apotek
b. Nama dan nomor S.I.K. apoteker pengelola apotek
c. Tanda tangan atau paraf apoteker yang pengelola apotek
d. Tanda det. = detur untuk obat yang sudah diserahkan, atau tanda ne det = ne
detur untuk obat yang belum diserahkan .
e. Nomor resep dan tanggal pembuatan.
Penyerahan obat atas dasar resep harus dilengkapi dengan etiket berwarna
putih untuk obat dalam dan berwarna biru untuk obat luar. Obat dalam adalah
obat yang digunakan memlalui mulut masuk kerongkongan kemudia ke perut.
Sedangkan obat luar adalah obat yang digunakan mata, hidung, telinga, vagina,
rektum dan termasuk obat parenteral dan obat kumur.
Pada etiket harus memuat yang meliputi;
1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan nomor S.I.K. apoteker pengelola apotek
3. Nomor dan tanggal pembuatan
4. Nama pasien
5. Aturan pakai
6. Tanda lain misalnya digojok, tidak boleh diulang tanpa resep dokter
C. Dosis
Dosis maksimum (DM) adalah dosis maksimum orang dewasa untuk
pemakaian melalui, mulut, injeksi subkutan dan rektal. Dosis yang melebihi DM
pada penyerahan obat harus dibelakang jumlah obat pada resep diberi tanda seru
dan paraf dokter penulis resep. Dosis lazim untuk dewasa, anak dan bayi hanya
merupakan petunjuk dan mengikat. Cara menghitung dosis maksimum untuk
oral dengan menggunakan rumus young:
Untuk anak umur 1-8 tahun dengan rumus :
x DM dewasa

Keterangan : n = umur anak dalam tahun


Contoh : anak umur 5 tahun , maka DM untuk anak tersebut :

X DM dewasa

Untuk anak di atas 8 tahun digunakan rumus :

x DM dewasa

Contoh anak umur 12 tahun , maka DM untuk anak tersebut

x DM dewasa

Jenis timbangan obat ada 3 macam meliputi;


1. Timbangan kasar dengan beban 250 g hingga 100 g , kepekaan 200 mg
2. Timbangan gram halus , dengan beban 100 g hingga 200 g , kepekaan 50
mg
3. Timbangan miligram , dengan beban 10 g hingga 50 g ,kepekaan 5 mg
4. Volume sendok terdiri dari sendok kecil volume 5 ml dan sendok besar 15
ml.

D. Cara menimbang
Zat yang memliki berat kurang dari 1 gram ditimbangn pada timbangan
miligram. Suatu zat yang banyaknya kurang dari 30 mg tidak boleh ditimbang,
karena hasil timbanagnnya tidak tepat. Maka harus diencerkan dulu zat dengan
pengencer seperti saccharum lactis atau zat yang berkhasiat netral dan bersifat
inert.
Misalkan atropin sulfat 5 mg ; timbang atropin sulfat 50 mg zat warna 10
mg dan saccharum lactis 2,940 g . sebagai zat warna digunakan carmyn. Dalam
mortir gerus saccharum lactis sebagian kira-kira 0,25 g, tambahkan sulfat
atropin dan zat warna tersebut, gerus dan aduk hingga homogen lalu tambahkan
sedikit demi sedikit sisa saccharum lactis sambil gerus dan di aduk. Dari
campuran ini ditimbang 500 mg, maka akan didapat serbuk yang mengandung 5
mg sulfat atropin. Penimbangan zat padat dan lemak dilakukan pada kertas pada
daun timbangan kiri dan kanan diberikan kertas yang besarnya sama sebagai
tara.
1. Cara membagi serbuk
a. Timbang bahan, setelah semuanya telah selesai di homogen seluruh bahan.
Bagi dua bahan secara saksama ke dalam kertas pembungkus.
b. Kertas pembungkus dilipat satu sisi kurang lebih 0,5-1,0 cm, kemuian kertas
diatur secara sejajar (maksimal 6 lembar), sebagian kertas menumpang
diatas kertas lainnya.
c. Setengah bagian serbuk kemudian dituangkan ke atas kertas masing-masing
yang telah kita sejajarkan dari arah kiri ke kanan dengan mengetuk-ngetuk
ujung jari pada sisi kertas. Jika ada yang terlau banyak maka dipindahkan
kebagian yang kurang.
2. Cara membungkus pulveres
a. Ambil kertas yang sudah diisi serbuk dengan cara pembagian
b. Lipat bagian atas kertas perkamen ( bagian mendatar ) kurang lebih 1 cm
c. Lipat bagian bawah kertas perkamen ( bagian mendatar ) ke atas dan
dimasukkan ke dalam lipatan bagian kertas, tepat pada bagian lipatan kertas
pertama.
d. Lipat kembali bagian atas kertas ke bawah, tepat pada bagian lipatan kertas
pertama
e. Masukkan bagian lipatan kertas bagian kanan dan kiri satu sama lain
sehingga ujung kanan dan kiri dapat masuk pada bagian kertas yang lain,
usahakan jangan ada serbuk yang berada pada lipatan kertas.
f. Ukuran dan besar bungkus harus sama.
Screening resep , meliputi ;
a. Persyaratan administrasi :
1) Keabsahan dan kelengkapan resep
2) Kejelasan informasi dalam resep
b. Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, inkompatibilitas, problem
pembuatan, resep standar rute pemberian
c. Pertimbangan klinis : dosis, alergi, efek samping, interaksi obat, jika ada
permasalahan dalam resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep dengan memberikan pertimbangan rekomendasi.
E. Interaksi Obat
Interaksi Obat adalah perubahan efek suatu obat yang disebabkan oleh
adanya obat ( termasuk makanan / minuman) yang digunakan sebelum atau pada
waktu yang bersamaan.
Interaksi farmakologi berkaitan dengan obat yang berinteraksi dengan tubuh
manusia. Menurut jenis mekanisme kerja interaksi farmakologi dibedakan ke
dalam interkasi frmakodinamik dan farmakokinetik.
Interaksi farmakodinamik merupakan efek obat terhadap tubuh, meliputi;
 Absorbsi : dipengaruhi pecepatan dan jumlah
 Distribusi : Distribusi obat ke seluruh tubuh terjadi saat obat mencapai
sirkulasi, lalu obat masuk ke jaringan untuk bekerja. Hal ini lah,
terjadinya ikatan antara obat dengan protein (pendesakan obat), dimana
obat bebas (aktif) dan obat terikat (tidak aktif).
F. KIE dan Pelayanan Informasi Obat
Konseling obat sebagai salah satu metode edukasi pengobatan secara tatap
muka atau wawancara, merupakan salah satu bentuk pelayanan kefarmasian
dalam usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dalam
penggunaan obat. Farmasis baik di rumah sakit maupun di sarana pelayanan
kesehatan lainnya berkewajiban menjamin bahwa pasien mengerti dan
memahami serta patuh dalam penggunaan obat sehingga diharapkan dapat
meningkatkan penggunaan obat secara rasional. Untuk itu farmasis perlu
mengembangkan keterampilan dalam menyampaikan informasi dan memberi
motivasi agar pasien dapat mematuhi dan memahami penggunaan obatnya
terutama untuk pasien-pasien geriatri, pediatri dan pasien-pasien yang baru
pulang dari rumah sakit, pasien yang mendapatkan obat khusus serta pasien-
pasien yang menggunakan obat dalam jangka waktu lama terutama dalam
penggunaan obat-obat tertentu seperti obat-obat cardiovasculer, diabetes, TBC,
asthma, dan obat-obat untuk penyakit kronis lainnya ( Depkes RI., 2007).
G. Penetapan Harga Jual Produk

Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang


bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh
sumber daya manusia, sarana dan prasarana.
Harga Netto Apotek (HNA) adalah harga obat yang dibeli apotek dari distributor.
Sedangkan Harga Jual Apotek (HJA) adalah harga yang dibebankan kepada konsumen.
Komponen HJA terdiri dari HNA, PPn, dan Margin/ Faktor penjualan.
Rumus :

HJA = (HNA + PPn) x Margin

Contoh soal :

Obat X berjumlah 20 tablet, faktor harga penjualan yaitu 1.3, Harga Netto Apotek
(HNA) yang sudah termasuk PPn adalah Rp. 5,500, jadi berapa yang harus dibayar
pasien?
JAWABAN :

HJA = (HNA + PPn) x Margin

Diketahui (HNA + PPn) = Rp. 5,500 x 20 tablet

Maka, HJA = 5,500 x Margin = 5.500 x 1.3 = Rp.7150/ tablet

H. Perencanaan Kebutuhan

Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode


pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai
dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat
jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan
Obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia
(PMK 72 Tahun 2016).

Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:

a. Anggaran yang tersedia


b. Penetapan prioritas
c. Sisa persediaan
d. Data pemakaian periode yang lalu
e. Waktu tunggu pemesanan
f. Rencana pengembangan

Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat

a. Metode Konsumsi
Metode Konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa
data konsumsi obat tahun sebelumnya. Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan
berdasarkan metode konsumsi perlu diperhatikan hal- hal sebagai berikut :
- Pengumpulan data dan pengolahan data
- Analisa data untuk informasi dan evalusi
- Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
- Penyesuain jumlah kebutuhan dengan dana yang ada
Rumus :
CT = (CA x T) + SS – Sisa Stock (Metode konsumsi)
b. Metode Epidemiologi
Metode epidemiologi didasarkan pada pola penyakit, data jumlah kunjungan,
frekuensi penyakit dan standar pengobatan yang ada. Langkah-langkah perencanaan
metode ini sebagai berikut:
- Menetukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit
- Menyediakan standar pengobatan
- Menghitung perkiraan kebutuhan
- Penyesuaian dengan alokasi dana yang disediakan
Rumus :

CT = (CE x T) + SS – Sisa Stock (Metode epidemiologi)

Keterangan :

SS = (Lead time : jumlah hari perbulan) x CA

CT = Kebutuhan per periode waktu

CA = Kebutuhan rata-rata waktu

CE = Perhitungan standar pengobatan

T = Lama kebutuhan (bulan / tahun)

SS = Safety stock

C. Metode kombinasi
Metode kombinasi merupakan metode konsumsi dan metode epidemiologi. Metode
kombinasi berupa kebutuhan obat dan alatalat kesehtan yang mana telah mempunyai
data konsumsi yang jelas namun kasus penyakit cenderung berubah (naik/turun).
Gabungan perhitungan merode konsumsi dengan koreksi epidemiologi yang sudah
dihitung dengan suatu prediksi (boleh prosentase kenaikan kasus atau analisa trend).
Metode kombinasi digunakan untuk obat dan alat kesehatan yang terkadang fluktuatif,
maka dapat menggunakan metode konsumsi dengan koreksi-koreksi pola penyakit,
perubahan, jenis/jumlah tindakan, perubahan pola, peresapan, perubahan kebijakan
pelayanan.
CT = ((CA + CE) x T) + SS – Sisa stock (Metode kombinasi)

Keterangan :

SS = (Lead time : jumlah hari perbulan) x CA

CT = Kebutuhan per periode waktu


CA = Kebutuhan rata-rata waktu

CE = Perhitungan standar pengobatan

T = Lama kebutuhan (bulan / tahun)

SS = Safety stock

Contoh Soal

Dalam 3 tahun berturut-turut pemakaian stok 990, 1010, 1000. Berapa stok yang
akan dibeli untuk tahun depan bila stok untuk jaga-jaga 300 dan sisa stok 100 ?
Jawaban :

Diketahui : Konsumsi 3 tahun terakhir 990, 1010, 1000 -> rata-rata 1000/tahun

S = 300

Si = 100

Ditanya : CT

Jawaban:

CT = (CA x T) + SS – Si = (1000/tahun x 1 tahun) + 300 – 100 = 1300 – 100 = 1200


Contoh Resep :

dr. Fulan bin fulan


Alamat : Jl. Pendidikan No. 123, Tangerang
R/ Sanmol ½ tab No. V
m.f .pulv .I
sprn I

R/ Cefadroxil syr I
S.t.d.d. Cth I

Pro : Santi (9 tahun)


Alamat : jalan angkasa , Tangerang.

Skrining Resep :
PERSYARATAN ADMINISTRASI
a. Kelengkapan Resep
 Tidak ada nomor ijin praktek dokter
 Tidak ada tanda tangan / paraf dokter penulis resep
b. Kejelasan resep
Cukup jelas

KESESUAIAN FARMASETIKA
a. Bentuk sediaan
Bentuk sediaan sesuai

KESESUAIAN FARMAKOLOGIS
a. Perhitungan dosis
Sanmol ( paracetamol )
DM : anak 6-12 tahun ; 250-500 mg 4-6 jam jika diperlukan (maks 4 kali
dosis dalam 24 jam)

Perhitungan DM untuk 9 tahun :


DM sekali : 250-500 mg /4-6 jam
DM sehari : 1 gram - 2 gram atau 1,5 gram - 3 gram
Pemakaian menurut resep :
Pemakaian sekali : 250 mg < DM ( tidak over dosis )
Pemakaian sehari : 3x 250 mg = 750 mg ( tidak over dosis)

Cefadroxil ( 125 mg / 5 ml )
DM : anak lebih dari 6 tahun ; 500 mg dua kali sehari

Perhitungan DM untuk 9 tahun :


DM sekali : 500 mg
DM sehari : 1 gram
Pemakaian menurut resep :
Pemakaian sekali : 125 mg < DM ( dosis kurang )
Pemakaian sehari : 2x 125 mg = 375 mg ( dosis kurang)
Rekomendasi : dosis dan frekuensi diganti 2x sehari 1,5 C

PENYIAPAN SEDIAAN
R/1
1 tablet paracetamol mengandung 500 mg
½ tablet paracetamol mengandung 250 mg
Jadi yang dibutuhkan ½ tablet x 5 tablet = 2,5 tab

R/2
Siapkan cefadroxil syr kering kemudian dilarutkan dengan aquadest sesuai
takaran yang telah ditentukan
1. Interaksi obat
Paracetamol dengan cefadroxil tidak terjadi interaksi antar obat .
Cara kerja :
 Siapkan paracetamol yang sudah ditentukan sesuai perhitungan
 Masukkan tablet paracetamol dalam mortir , gerus sampai halus dan
homogen
 Bagi campuran dalam 5 bungkus
 Masukkan kedalam wadah dan beri etiket.

Etiket

Resep I

Ket: etiket berwarna putih

Apotek STFM
JL.
Apoteker : Fulana., M.Farm., Apt.
SIA : KP. 123.456.78
No. 1 01 Januari 2019

Santi ( 9 tahun)
4 x sehari, Bila perlu
1 bungkus
Ttd

Resep II

Keterangan : etiket berwarna putih

Apotek STFM
JL.
Apoteker : Fulana., M.Farm., Apt.
SIA : KP. 123.456.78
No. 2 01 Januari 2019

Santi ( 9 tahun)
2 x sehari
1 ½ sendok makan
Ttd
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 1999, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Anief, M., 2000, Farmasetika, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI., 2007,Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana
Kesehatan, Dirjen Bina Kefarmasian di Apotek, Depkes RI, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016

Tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, 2016.

Anda mungkin juga menyukai