Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia bukanlah malaikat yang lepas dari kesalahan dan dosa, sanggup beribadah dan
bertasbih selamanya, namun manusia juga bukan syaitan yang senantiasa salah, sesat dan
menyesatkan, akan tetapi manusia adalah makhluk yang diberikan dan dibekali oleh allah akal
dan nafsu ditambah lagi dengan qalbu kesinambungan akal dan nafsu disertai dengan hati yang
bersih menjadikan manusia mendapatkan derajat yang tinggi dari malaikatKalau kita tengok
sejarah kebelakang sebelum islam itu datang, kita dapat temukan refernsi-referensi tentang bejad
dan tercelanya sifat para kaum-kaum jahiliyah yang tidak mempunyai peradaban yang murni
mereka hanya mengumbar nfsu belaka tanpa mementingkan etika yang baik dan mulia. Ini
semua adallah disebabkan oleh tidak adanya aturan dalam hidup, oleh sebab itu Allah SWT
mengutus seorang nabi yang merupakan nabi dan rosul terakhir yang diutus hingga akhir zaman
untuk menyempurnakan akhlak dimuka bumi ini terkhusus bagi bangsa arab sendiri
sebagaimana diterangkan dalam hadist berikut:
‫انما بعثت التمم مكارم االخالق‬
Artinya: ‘‘Sesungguhnya aku (Muhammad) di utus untuk menyempurnakan akhlak’’
Hadits diatas menunjukan kepada kita, bahwa benar-benar nabi kita Muhammad SAW diutus
untuk menyempurnakan dan memaksimalkan akhlak baik di dunia ini, karena dengan akhlak
baiklah maka kan berbuah syurga yang dinanti
B. Rumusan Masalah
Beberapa masalah yang dibahas dalam makalah ini, diantaranya:

1. Pengertian akhlak yang di lihat dari segi kebahasaan (Linguistik) dan segi peristilahan
(Terminologi).
2. Ruang lingkup akhlak yang islami.
3. Akhlak karimah dan akahlak mazmumah.

C. Tujuan Penulisan
Secara umum Diharapkan baik penyusun maupun pembaca dapat lebih memahami dan
menerapkan perihal Akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga baik penyusun maupun
pembaca dapat menjadi contoh yang baik bagi lingkungannya. Selain itu juga sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah Al - Islam, agar telaksana tujuan pendidikan yang diharapkan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan) dan
pendekatan terminologi (peristilahan). Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari
khuluqun ‫ ُخلُ ٌق‬yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata
tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun ‫خ َْل ٌق‬yang berarti kejadian,
yang juga erat hubungannya dengan khaliq ‫ خَا ِل ٌق‬yang berarti pencipta; demikian pula dengan
akhluqun ‫ َم ْخلُ ْو ٌق‬yang berarti yang diciptakan.
Secara epistemologi atau istilah akhlak bisa diartikan berbagai perspektif sesuai dengan para ahli
tasawuf diantaranya

1. Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut:


َ ‫حَا ًل ِللنَّ ْف ِس دَا ِعيَةٌ ل َها َ اِ َلى اَ ْفعَا ِلهَا ِم ْن‬
‫غي ِْر فِك ٍْر َو ُر ِويَّ ٍة‬
Artinya:
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa
melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
2. Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut:
َ ‫س ٍر ِم ْن‬
‫غي ِْر حَا َج ٍة اِلَى فِك ٍْر َو ُر ِويَّ ٍة‬ ُ ِ‫صد ُُر اْ َال ْف َعا ُل ب‬
ْ ُ‫س ُه ْولَ ٍة َوي‬ ْ َ ‫ع ْنهَا ت‬ ِ ‫ارةٌ ع َْن َه ْيئ َ ٍة فِى ال َّن ْف ِس َرا‬
َ ‫س َخ ٍة‬ ُ ُ‫ا َ ْل ُخل‬
َ ‫ق ِع َب‬
Artinya:
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah, dengan tidak memertrlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
3. Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak “Adatul-Iradah” atau
kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi:
‫ق‬ َ ْ‫ض ُه ْم اْل ُخلُقَ ِبأَنَّهُ عَا َدةُ اْ ِال َرا َد ِة يَ ْعنِى أَنَّ اْ ِِل َرا َدةَ اِذَا ا ْعتَادَت‬
َ ‫ش ْيأ ً فَعَا َدتُهَا ِه َي ا ْل ُم‬
ِ ُ‫س َّماةُ ِبا ْل ُخل‬ ُ ‫ف بَ ْع‬
َ ‫ع ََر‬
Artinya: “Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak
yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu
dinakamakan akhlak”.
Makna kata kehendak dan kata kebiasaan dalam penyataan tersebut dapat diartikan bahwa
kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan
ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari
kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan dari kekuatan
yang besar inilah dinamakan Akhlak.
Sekalipun ketiga definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya, tetapi sebenarnya tidak berjauhan
maksudnya, Bahkan berdekatan artinya satu dengan yang lain. Sehingga Prof. Kh. Farid Ma’ruf
membuat kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut:
“Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.

2
Definisi Akhlak Islamiyah
Akhlak islamiyah merupakan system moral/akhlak yang berdasarkan islam, yakni
bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah pada nabi/Rasul-Nya yang kemudian agar
disampaikan kepada umatnya.
Sumber pokok dari akhlak islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan
sumber utama dari agama islam itu sendiri.
Dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi:
ُ ‫سنَّةَ َو َر‬
‫س ْو ِل ِه‬ َّ ‫َِضلُّ ْوا ما َ تَ ََم‬
َ ‫َّس ْكُت ُ ْم بِ ِِه ََما ِكُتَا‬
ُ ‫ب هللاِ َو‬ ِ ‫ ت ََر ْكتُ فِ ْي ُك ْم ا َ ْم َرْي ِْن لَ ْن ت‬: ‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫َع ْن اَن َِس ب ِْن ماَلِكٍ قَا َل النَّبُّى‬
Artinya:
“ Dari Anas Bin Malik berkata: Bersabda Nabi Saw: Telah kutinggalkan atas kamu
sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat,
yaitu Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya”. 1[1]
Dalam islam, budi pekerti merupakan refleksi iman dari seseorang sebagai contoh(suri
tauladan) yang pas dan benar ialah Rasullah Saw. Beliau memiliki akhlak yang sangat mulia,
agung dan teguh. Sehingga tidak mustahil kalau Allah memilih beliau sebagai pemimpin umat
manusia. Akhlak di dalam ajaran islam sangat rinci, sistematis dan beralasan realitas. Akhlak
juga banyak dibicarakan tentang konsekuensi bagi manusia yang tidak berpegang pada “ akhlak
islam”.
“Akhlak islam” bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun
peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit social dari jiwa dan mental. Tujuan berakhlak
yang baik adalah untuk mendapatkan kedamaian serta kebahagiann di dunia dan akhirat. Dua
simbolis tujuan inilah yang diidamkan manusia bukan semata berakhlak secara islami hanya
bertujuan untuk kebahagiaan dunia saja.

B. Ruang Lingkup Akhlak

1. Akhlak kepada Allah


Beberapa akhlak yang sudah menjadi kewajiban bagi kita sebagai mahluk kepada kholiq-Nya,
diantaranya:
 Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai
denganperintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah
Allah.
 Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan
ketentraman hati.
 Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah,
karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan penerapan akhlak dalam Kehidupan.
 Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil
pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
 Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah
dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu idak layak kalau hidup dengan
angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah
kepada Allah.

3
Seorang muslim harus menjaga akhlaknya terhadap Allah swt, tidak mengotorinya dengan
perbuatan syirik kepada-Nya. Sahabat Ismail bin Umayah pernah meminta nasihat kepada
Rasulullah saw, lalu Rasulyllah memberinya nasihat singkat dengan mengingatkan, “Janganlah
kamu menjadi manusia musyrik, menyekutukan Allah swt dengan sesuatupun, meski kamu harus
menerima resiko kematian dengan cara dibakar hidup-hidup atau tubuh kamu dibelah menjadi
dua“. (HR. Ibnu Majah).

2. Akhlak kepada Diri Sendiri


Adapun Kewajiban kita terhadap diri sendiri dari segi akhlak, di antaranya:
 Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu
dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan
perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
 Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung
banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan
adalah memuji Allah dengan bacaan Alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan
dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
 Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda,
kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan
dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.

3. Akhlak kepada keluarga


Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota
keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat
baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan
dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain : menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai
bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati perintah,
meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh
anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi orang tua dengan anak,
maka akan lahir wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya, akan lahir kepercayaan orang tua
pada anak oleh karena itu kasih sayang harus menjadi muatan utama dalam komunikasisemua
pihak dalam keluarga.
Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,keakraban, dan keterbukaan di
antara anggota keluarga dan menghapuskan kesenjangan di antara mereka. Dengan demikian
rumah bukan hanya menjadi tempat menginap, tetapi betul-betul menjadi tempat tinggal yang
damai dan menyenangkan, menjadi surga bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula
dilakukan pendidikan dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak
sebagai landasan bagi pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya.

4. Akhlak kepada Sesama Manusia


Berakhlak baik terhadap sesama pada hakikatnya merupakan wujud dari rasa kasih sayang dan
hasil dari keimanan yang benar, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Mukmin yang paling
sempurna imanya ialah yang paling baik akhlaknya. Dan yang paling baik diantara kamu ialah
mereka yang paling baik terhadap isterinya“. (HR. Ahmad).

4
A) Akhlak kepada sesama muslim
Diantara akhlak terpenting terhadap sesama Muslim adalah :
1. Memberi bantuan harta dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Rasulullah SAW bersabda :
“ Barangsiapa berada dalam kebutuhan saudaranya, maka Allah berada dalam kebutuhannya,
dan barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari oarng Muslim dari berbagai kesusahan
dunia, maka Allah menghilangkan darinya satu kesusahan dari berbagai kesusahan pada hari
kiamat.”

2. Menyebarkan salam
Rasulullah SAW bersabda :
“ Kalian tidak masuk surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman sehingga kalian
saling mencintai. Maukah kuberitahukan sesuatu kepada kalian, jika mengerjakannya kalian
saling mencintai ? Sebarkanlah salam.” (HR. Muslim)

3. Menjenguknya jika ia sakit


Rasulullah SAW bersabda :
“ Jenguklah orang yang sakit, berikanlah makanan kepada orang yang kelaparan serta
bebaskanlah kesukaran orang yang mengalami kesukaran.” (Diriwayatkan Bukhari)

4. Menjawabnya jika ia bersin


Rasulullah SAW bersabda :
“ Jika salah seorang diantara kalian bersin, hendaklah mengucapkan, ‘Alhamdulillah’, dan
hendaklah saudara atau sahabatnya menjawab, ‘Yarhamukallah’, dan hendaklah dia (yang
bersin) mengucapkan. ‘ yahdikumullah wa yuslihu balakum’.”

5. Mengunjunginya karena Allah


Rasulullah SAW bersabda :
“ Barangsiapa menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka ada
penyeru yang menyerunya, ‘Semoga engkau bagus dan bagus pula perjalananmu, serta engkau
mendiami suatu tempat tinggal di surga’.” (HR. Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)

6. Memenuhi undangannya jika dia mengundangmu


Rasulullah SAW bersabda :
” Hak orang Muslim atas Muslim lainnya ada lima : Menjawab salam, mengunjungi yang sakit,
mengiring jenazah, memenuhi undangan, dan menjawab orang yang bersin.” (HR. Asy-
Syaikhani)
Tambahan dari HR. Muslim “apabila ia minta nasihat, maka berilah dia nasihat”.

7. Tidak menyebut-nyebut aibnya dan menggunjingnya, secara terang-terangan atau


sembunyi-sembunyi
Rasulullah SAW bersabda :
“ Setiap Muslim atsa Muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.”

8. Berbaik sangka kepadanya.


Rasulullah SAW bersabda :
“ Jauhilah persangkaan, karena persangkaan itu perkataan yang paling dusta.” (Muttafaq
Alaihi)

5
B) Akhlaka kepada non muslim

Ada tiga hadits tentang hal ini. Hadits Pertama, sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

ُ‫س َل الَ ت‬ ُّ ‫ِإ َّن‬


ُ ‫الر‬
“…. Sesungguhnya para utusan (duta) itu tidak boleh dibunuh” [Hadits Riwayat Abu Dawud]

Maksudnya adalah, para utusan yang dikirim oleh orang-orang kafir sebagai duta dan
penghubung antara kaum muslimin dengan kaum kafir. Keadilan dan kasih sayang Islam tidak
memperbolehkan untuk membunuh dan menyakiti mereka. Karena, dalam Islam terdapat ajaran
(agar menjaga dan mentaati) perjanjian dan ikatan janji. Ini diantara gambaran cara bergaul
tingkat tinggi dari kaum muslimin, atau dari agama Islam, atau dari Nabi Islam kepada orang-
orang kafir, non Islam.

Hadits Kedua, yaitu dalam wasiat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mua’dz bin Jabal
Radhiyallahu ‘anhu, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

‫َّس ٍن‬ ٍ ُ‫اس بِ ُخل‬


َ ‫ق َح‬ َ َّ‫ق الن‬
ِ ‫َوخَا ِل‬
“…. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik” [Hadits Riwayat Ahmad, Tirmidzi,
Darimi]

Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengatakan “Pergaulilah kaum
muslimin, atau orang-orang yang shalih, atau orang-orang yang mengerjakan shalat”, akan tetapi
beliau mengatakan “ dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik”.

Maksudnya adalah semua menusia, yang kafir, yang muslim, yang mushlih (yang melakukan
perbaikan), yang faajir (jahat) dan yang shalih, sebagai bentuk keluasan rahmat dan
kelengkapannya dengan akhlak din (agama). Hadits Ketiga, yaitu hadits tentang seorang Yahudi,
tetangga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sering menyakiti beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Suatu ketika, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui bahwa orang yang selalu
menyakitinya ini memiliki seorang anak yang sedang sekarat. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam datang berkunjung ke rumahnya dan mengajaknya menuju jalan Rabb-nya, dengan
harapan semoga Allah memberikan petunjuk dan memperbaiki keadaan orang ini.

1. Saling toleransi dalam hal masalah agama (ibadah)


2. Melindunginya kalau mereka meminta pertolongan
3. Jangan saling menyakiti
Di dalam hadits Qudsi Allah SWt berfirman :
“ Siapa yang menyakiti orang kafir (dzimmy), maka Aku akan jadi musuhnya di hari kiamat.”
(HR. Muslim)

C. Akhlak karimah dan akhlak mazmumah

1. Akhlak karimah

Karimah berarti mulia, terpuji, baik. Apabila perbuatan yang keluar atau yang dilakukan itu baik
dan terpuji menurut syariat dan akal maka perbuatan itu dinamakan akhlak yang mulia atau
akhlakul karimah.

6
Rasulullah saw juga bersabda:
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu
Dawud dan Tirmidzi)
Fungsi akhlakul karimah dalam kehidupan adalah sebagai buah dari satu-satunya latar
belakang diciptakannya manusia, yaitu untuk beribadah (menyembah) kepada Allah swt. Karena
akhlakul karimah merupakan cermin dari berbagai aktivitas ibadah kepada Allah swt. Tanpa
buah (akhlakul karimah) ini maka ibadah hanyalah sebagai upacara dan gerak-gerik yang tidak
memiliki nilai dan manfaat apa-apa.

Contoh-contoh akhlak karimah:


a. Ikhlas
Kata ikhlas mempunyai beberapa pengertian. Menurut al-Qurtubi, ikhlas pada dasarnya
berarti memurnikan perbuatan dari pengaruh-pengaruh makhluk. Abu Al-Qasim Al-Qusyairi
mengemukakan arti ikhlas dengan menampilkan sebuah riwayat dari Nabi Saw, “Aku pernah
bertanya kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, “Aku telah menanyakan hal itu kepada
Allah,” lalu Allah berfirman, “(Ikhlas) adalah salah satu dari rahasiaku yang Aku berikan ke
dalam hati orang-orang yang kucintai dari kalangan hamba-hamba-Ku.”
b. Amanah
Secara bahasa amanah bermakna al-wafa’ (memenuhi) dan wadi’ah (titipan) sedangkan
secara definisi amanah berarti memenuhi apa yang dititipkankan kepadanya. Hal ini didasarkan
pada firman Allah SWT: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk mengembalikan
titipan-titipan kepada yang memilikinya, dan jika menghukumi diantara manusia agar
menghukumi dengan adil…” (QS 4:58).
c. Adil
Adil berarti menempatkan/meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil juga tidak lain ialah
berupa perbuatan yang tidak berat sebelah. Para Ulama menempatkan adil kepada beberapa
peringkat, yaitu adil terhadap diri sendiri, bawahan, atasan/ pimpinan dan sesama saudara.
d. Bersyukur
Syukur menurut kamus “Al-mu’jamu al-wasith” adalah mengakui adanya kenikmatan dan
menampakkannya serta memuji (atas) pemberian nikmat tersebut.Sedangkan makna syukur
secara syar’i adalah : Menggunakan nikmat AllahSWT dalam (ruang lingkup) hal-hal yang
dicintainya. Lawannya syukur adalah kufur.Yaitu dengan cara tidak memanfaatkan nikmat
tersebut, atau menggunakannya pada hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT.
e. Berani atau Pemberani
adalah Sikap pantang menyerah. Salah satu sifat yang dikaruniakan oleh Alloh SWT
kepada setiap manusia, meskipun dalam hatinya merasa takut namun tetap maju meskipun rasa
takut menyelimutinya. meski pertama mengalami kegagalan ia akan selalu memikirkan
bagaimana kegagalan tersebut tidak terulang untuk yang kesekian kalinya
f. Malu
malu adalah akhlak (perangai) yang mendorong seseorang untuk meninggalkan perbuatan-
perbuatan yang buruk dan tercela, sehingga mampu menghalangi seseorang dari melakukan dosa
dan maksiat serta mencegah sikap melalaikan hak orang lain.
g. jujur
Jujur dapat diartikan bisa menjaga amanah. Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang
mulia, orang yang memiliki sifat jujur biasanya dapat mendapat kepercayaan dari orang lain.
Sifat jujur merupakan salah satu rahasia diri seseorang untuk menarik kepercayaan umum
karena orang yang jujur senantiasa berusaha untuk menjaga amanah. Amanah adalah ibarat
barang titipan yang harus dijaga dan dirawat dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung
jawab. Berhasil atau tidaknya suatu amanat sangat tergantung pada kejujuran orang yang
memegang amanat tersebut.
7
2. Akhlak mazmumah

Akhlak Mazmumah (tercela) adalah perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama (Allah dan
RasulNya).
Contoh-contoh akhlak mazmumah :
a. sombong
Sombong atau istilah bahasa Arabnya Al-Bathar, dalam kamus Lisan Al Arab dikatakan,
bahwa arti dari kata Bathar sama dengan Tabakhtur (takabur). Dan ada juga yang mengatakan
arti sombong di kala mendapat nikmat atau sombong karena kaya. Orang yang sombong berarti
tidak mensyukuri nikmat yang dianugerahkan kepadanya.
b. Angkuh, Yaitu suka memandang rendah orang lain
c. Egois,Yaitu selalu mementingkan diri sendiri, dan cenderung kurang bersosialisasidengan
sesama
d. Pembenci, Yaitu sifat yang kurang bisa memaafkan kesalahn orang lain
e. Pendusta, Yaitu selalu berkata bohong

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup
segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang
buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak ini merupakan
hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia
yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W.
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan: “Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari
dan Muslim).
B. Saran
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi
pembaca semuanya. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca
maupun penyusun dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam
kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W , setidaknya kita
termasuk kedalam golongan kaumnya.

Anda mungkin juga menyukai