Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN

Tugas Kelompok 1
Sistem Pengendalian Manajemen

Disusun Oleh :

M. Efri Pangestu 1802124624

M. Raihan Fadillah 1802111525

Setyo Ardian Topan 1802110035

JURUSAN S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU

1
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada bulan Oktober 2009, broker saham Seymour Pierce di London


didenda sebesar £154.000 oleh FSA karena kegagalannya mencegah kejahatan
karyawannya. Lemahnya pengendalian pada broker menyebabkan karyawan dapat
mencuri hampir mendekati £150.000 dari beberapa rekening pribadi milik klien,
dan kemudian menutupi pencurian, setelah lebih dari 36 transaksi yang terpisah
antara tahun 2003 dan 2006. Karyawan yang melakukan kejahatan telah
menghilang sebelum ditemukannya penipuan tersebut, hal ini baru diketahui
setelah penggantinya menemukan perbedaan pada catatan akuntansi. Manajer
Seymour Pierce menyatakan bahwa ketika masalah penipuan tersebut diketahui
maka mereka segera melaporkannya pada pihak yang berwajib. Margaret Cole,
Director of Enforcement and Financial Crime di FSA, menyetakan: “Hal ini
merupakan bagian kegagalan yang serius pada Seymour Pierce. Penipuan tidak
dilakukan dengan cara yang benar. Penipuan yang serius melemahkan integritas
mereka di pasar, hal ini merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan
konsekuensi pada perusahaan yang gagal Morris, partner jasa bidang keuangan
pada lembaga hukum CMS Cameron McKenna, menambahkan: “Semua
perusahaan seharusnya memerhatikannya sebagai peringatan akhir dan harus
menambah usaha mereka untuk memastikan bahwa sistem dan pengendaliannya
membutuhkan pengaman, baik dari sisi internal maupun eksternal.” Kami
mendiskusikan pengendalian internal sebagai sebuah tipe yang disebut dengan
pengendalian tindakan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Manajemen?
2. Apakah yang dimaksud dengan Pengendalian?
3. Apakah yang dimaksud dengan Pengendalian manajemen?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui fungsi manajemen dan pengendalian dalam tata kelolah setiap
aktivitas perusahaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2
BAB II

TEORI

A. Pengertian menurut para ahli


a.) Manajemen
a. Manajemen adalah suatu seni, tiap tiap pekerjaan bisa diselesaikan dengan
orang lain. (Mary Parker F.)
b. Manajemen ialah wadah dalam ilmu pengetahuan, sehingga manajemen
bisa dibuktikan secara umum kebenarannya. (George R Terry)
c. Manajemen merupakan proses dalam membuat suatu perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian serta memimpin berbagai usaha dari
anggota entitas/organisasi dan juga mempergunakan semua sumber daya
yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. (Stoner)

b.) Pengendalian
a. Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam perusahaan,
agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana. (Harol Koonnttz)
b. Pengendalian merupakan proses untuk memastikan bahwa aktivitas
sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan.
c. Pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja
bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk tujuan-tujuan
perusahaan dapat terselenggara.

c.) Pengendalian manajemen


a. Pengendalian manajemen adalah usaha sistematis untuk menentukan standar
prestasi kerja dengan tujuan perencanaan, untuk mendesain sistem upaya balik
informasi, untuk membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan standar
yang telah ditetapkan terlebih dahulu, untuk menetapkan apakah ada deviasi
dan untuk mengkur signifikannya, serta mengambil tindakan yang diperlukan
untuk memastikan bahwa semua sumber daya perusahaan digunakan dengan
cara yang seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan.

3
BAB III
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
a. Manajemen
Berbagai kepustakaan mendefisinisikan mengenai manajemen. Semua
berhubungan dengan proses di mana sumber daya perusahaan dan aktivitas diarahkan
pada pencapaian tujuan perusahaan.
Yang pasti, siapa yang mempelajari dan mengerjakan manajemen telah
mengubah subjek yang luas menjadi subjek yang lebih kecil, menjadi elemen yang
dapat dilihat. Tabel 1.1 menunjukkan klasifikasi yang paling menonjol. Kolom utama
menunjukkan fungsi utama manajemen dari rantai nilai, pengembangan produk atau
jasa, operasi (produk manufatur atau memberikan pelayanan jasa), pemasaran atau
penjualan (menemukan pembeli dan memqastikan bahwa produk dan jasa dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan), dan keuangan (pencarian dana)
Kolom kedua dari Tabel 1.1 mengidentifikasikan tipe sumber daya utama
yang harus dikerjakan seorang manajer : manusia, uang, mesin, dan informasi.
Istilah pengendalian manajemen tampak pada kolom ketiga dalam Tabel 1.1,
yang memisahkan fungsi manajemen sebagai sebuag proses yang melibatkan
penentuan tujuan, formulasi strategi, dan pengendalian manajemen. Sehingga,
pengendalian merupakan bagian akhir dari proses manajemen. Penggunaan istilah
pengendalian manajemen memiliki arti yang sama dngan istilah eksekusi dan
implementasi strategi.
Tabel 1.1 Berbagai cara memilih ruang lingkup manajemen ke dalam elemen yang
lebih kecil:

Fungsi Sumber Daya proses


Pengembangan produk Manusia Menetapkan tujuan
(atau jasa)
Operasi Uang Menformulasikan strategi
Pemasaran atau Mesin Pengendalian manajemen
penjualan
Keuangan Informasi

4
b. Penentuan Tujuan
Pengetahuan mengenai tujuan merupakan persyaratan untuk mendesain SPM
dan dengan sungguh-sungguh untuk berbagai tujuan. Tujuan tidak harus bisa dihitung
dan tidak harus secara finansial, meskipun biasanya hal itu digunakan pada
perusahaan yang bertujuan mencapai laba. Pada organisasi nonprofit sebagai
contohnya organisasi tersebut menyediakan tempat tinggal bagi orang-orang yang
tidak memiliki rumah. Tetapi banyak perusahaan yang bertujuan mencari laba juga
memiliki tujuan nonfinansial, seperti dengan hal-hal yang berhubungan dengan
nonfinansial, seperti hal-hal yang berhubungan dengan kesinambungan atau
pengembangan personel dan kesejahteraan.
Pada sebagian besar organisasi, tujuan organisasi sudah diketahui. Hal ini
tidak dapat dikatakan bahwa seluruh karyawan menyetujui secara bulat bagaimana
organisasi menyeimbangkan tanggung jawabnya kepada seluruh pemegang
kepentingan, termasuk pemilik (pemegang ekuitas), pemberi utang, karyawan,
pemasok, pelanggan, dan masyarakat dalam skala luas. Seperti Jason Luckhurst,
manajer direktur dari perancis, UK-proyek dasar perusahaan pengelolaan rekrutmen,
berpendapat :
Untuk mencapai kesuksesan organisasi, harus meletakan visi yang jelas di
mana keseluruhan bisnis dapat didesain, dan saya fikir hal ini sering kali harus anda
kemunikasikan secara sederhana pada setiap orang, apakah itu klien atau karyawan.

c. Formulasi Strategi
Strategi ialah bagaimana seharusnya organisai menggunakan sumber daya
yang dimilikinya untuk mencapai tujuannya. Luckhurt menyampaikan pada Practicus
bahwa : “seluruh perencanaa pada bagian seperti pemasaran, penentuan merk,
keuangan, dan pelatihan didesain sesuai dengan tujuan kami. Seperti, sistem intensif
kami. Kami memiliki buku panduan yang rinci, tetapi hal ini dimulai dengan visi yang
sederhana di mana semua orang dapat memahami dan memilihnya. Segala sesuatu
yang lainnya kami lakukan datang dari belakang tujuan-tujuan tersebut. pengaruhnya,
kami dapat memutar haluan bisnis pada tujuan yang ingin dicapai.
Sebagian besar bentuk elemen utama dari strategi organisasi muncul dari
serangkaian interaksi antara manajemen, karyawan, dan lingkungan, dari pengambilan
keputusan secara spontan dan dari pengalaman lokal yang didesain untuk mempelajari
jenis aktivitas apa yang akan membawa pada keberhasilan.

5
Strategi yang dinyatakan secara formal akan memudahkan manajemen, baik
untuk mengidentifikasi alternatif pengendalian manajemen yang layak maupun untuk
mengimplementasikannya secara efeltif. Pengendalian manajemen dapat menjadi
target dalam faktor keberhasilan organisasi yang bersifat mendesak, seperti
pengembangan produk baru, mengatur biaya dalam kisran yang rendah, atau
meningkatkan pangsa pasar, dibandingkan pada tujuan umumnya yaitu untuk
meningkatkan keuntungan dengan cara yang sebagian besar kurang spesifik.

B. PENGENDALIAN MANAJEMEN VERSUS PENGENDALIAN STRATEGIS


Dalam artian paling luas, sistem pengendalian dapat dipandang memiliki dua
fungsi dasar, pengendalian strategis dan pengendalian manajemen. Pengendalian
strategis melibatkan manajer pada pertanyaan : apakah strategi kita masih valid?
Atau, lebih tepat pada lingkungan yang sudah berubah, mereka bertanya : apakah
strategi kita masih valid, dan jika tidak, bagaimana seharusnya merubahnya? Semua
perusahaan harus memperhatikan masalah yang terkait dengan pengendalian strategi,
tetapi yang harus diperhatikan adalah potensi strategi yang dimiliki mungkin akan
menjadi usang. Hal ini lebih banyak terjadi pada perusahaan yang dioperasikan dalam
lingkungan yang lebih dinamis. Sehingga dapat dikatakan, pilihan strategi sering kali
menjadi terbatas.
Pengendalian manajemen difokuskan pada eksekusi, dan hal ini melibatkan
pertanyaan umum yang diarahkan : apakah karyawan anda berperilaku tepat?
Pertanyaan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Pertama, apakah karyawan
kita memahami apa yang kita harapkan dari mereka? Kedua, apakah mereka akan
bekerja keras secara konsisten dan mencoba untuk melakukan apa yang kita harapkan
dari mereka : yaitu apakah mereka akan mengikuti tujuan organisasi yang sesuai
dengan strategi? Ketiga, apakah mereka dapat melakukan pekerjaan dengan baik?
terakhir, jika semua jawaban dari pertanyaan ini negatif, apa yang dapat dilakukan
untuk menyelesaikan masalah pengendalian manajemen? Semua perusahaan yang
seharusnya mempercayai karyawannya untuk dapat mencapai tujuan harus
menyelesaikan urusan terkait dengan masalah pengendalian manajemen dasar
tersebut.
Manajer lebih mengarahkan fokus utama masalah pengendalian strategi pada
bagian eksternal organisasi, mereka menilai industri dan menempatkan organisai di
dalamnya. Mereka berfiir bagimana organisasi, yang memiliki fakta-fakta kombinasi

6
kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan tantangan, dapat bersaing dengan perusahaan
lain dalam bidang industri yang sama. Manajer mengarahkan masalah pengendalian
manajemen, dengan kata lain, lebih memilih fokus utamanya pada hal yang bersifat
internal, mereka membayangkan bagaimana mereka dapat memengaruhi perilaku
karyawan dengan cara yang mereka inginkan.
Dari sudut pandang pengendalian manajemen, strategi seharusnya dipandang
sebagai sesuatu yang bermanfaat tetapi tidak mutlak diperlukan untuk mendesain
SPM yang tepat. Ketika strategi diformulasikan lebih jelas, alternatif [engendalian
lebih memungkinkan untuk dikerjakan, dan menjadi kebih mudah mudah untuk
diimplementasikan pada setiap bentuk pengendalian manajemen secara lebih efektif.

C. PENEKANAN PERILAKU
Pengendalian manajemen diperlukan untuk menghindari kemungkinan bahwa
orang akan melakukan sesuatu yang tidak diinginkan oleh perusahaan, atau gagal
melakukan sesuatu yang seharusnya mereka lakukan. Sebagai contoh, tujuan untuk
mencapai pengendalian biaya yang lebih besar akan mengundang pertanyaan orang
karena biaya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, oranglah yang mengendalikanya.
Jika semua karyawan selalu menyadari apa yang terbaik bagi perusahaan,
maka tidak perlu adanya SPM. Tetapi karyawan sering kali tidak dapat atau tidak mau
bertindak sesuai dengan keinginan yang terbaik yang diharapkan perusahaan,
sehingga manajer harus mengambil langkah untuk mencegah hal itu terjadi, dan
khususnya dalam hal kegigihan, untuk mendorong perilaku yang tidak diharapkan dan
untuk mendorong berprilaku seperti yang diharapkan.

D. PENYEBAB MASALAH PENGENDALIAN MANAJEMEN


a. Kurangnya Pengarahan
Kinerja beberapa orang karyawan tidak cukup memadai karena mereka tidak
mengetahui apa yang diinginkan perusahaan dari mereka. Ketika terjadi kurangnya
pengarahan, maka terjadinya perilaku yang diinginkan kemungkinan dosebabkan
karena faktor kebetulan. Sehingga, salah satu fungsi pengendalian manajemen
melibatkan pemberian informasi kepada karyawan tentang bagaimana cara mereka
dapat berkonstribusi secara langsung untuk memenuhi tujuan perusahaan.
b. Masalah Motivasi

7
Meskipun karyawan memahami apa yang diharapkandari mereka, beberapa
diantaranya tidak berbuat sebagaimana yang diharapkan oleh perusahaan karena
masalah motivasi. Masalah motivasi merupakan masalah yang uum karena tujuan
individu dan tujuan perusahaan secara alami tidak sejalan-individu memiliki
kepentingan sendiri.
Karyawan sering kali bertindak atas dasar keinginannya sendiri dengan
mengorbankan kepentingan perusahaan. Frederick Taylor, salah satu dari tokoh
penting pergerakan manajemen ilmiah yang hidup diawal abad dua puluh
menuliskan :”sulit untuk dapat menemukan karyawan yang kompeten yang tidak
mencurahkan seluruh waktunya untuk mempelajari mengapa dia bekerja dengan
lambat dan tetap meyakini bahwa dia masih berada pada perusahaan yang tepat.”
Keengganan untuk berusaha dan perilaku untuk kepentingan sendiri lain tersebut
tetap menjadi masalah sampai dengan hari ini, dan saat ini tampaknya terus
berkembang.
Secara keseluruhan, bukti survei menyatakan bahwa terjadi pengurangan tenaga,
kesalahan pengelolahan, dan penggelapan sumber daya dalam organisasi, diantara tipe
lain dari perilaku buruk yang dilakukan karyawan, dan ini terjadi secara umum dalam
banyak perusahaan.
Bahkan, bentuk paling serius dari perilaku karyawan karena salah pengarahan,
seperti penipuan, memiliki beberapa pengaruh berat, termasuk memburuknya moral
karyawan, terganggunya hubungan bisnis, hilangnya keuntungan yang akibat
rusaknya reputasi, meningkatnya investasi untuk memperbaiki perosedur
pengendalian, biaya hukum dan penyelesaian pengadilan, denda dan pinalti pada
badan regulasi, dan kerugian yang berasal dari jatuhnya harga saham.
Karyawan, terutama manajer, juga cenderung membuat keputusan yang sesuai
dengan keinginan mereka, tetapi tidak sesuai dengan perusahan mereka. Mereka
cenderung mengeluarkan lebih agar membuat hidup mereka lebih nyaman, seperti
dalam hal perlengkapan dan fasilitas kantor. Peran SPM dalam memotivasi karyawan
untuk melakukan yang terbaik sesuai dengan kemampuan mereka.
c. Keterbatasan Individu
Maslah terakhir yang sering terkait dengan SPM terjadi ketika karyawan yang
tahu apa yang diharapkan dari mereka, dan dimotivasi untuk memiliki kinerja yang
tinggi, ternyata tidak dapat melakukannya dengan baik karena beberapa keterbatasan
lain. Beberapa keterbatasan personel sangat spesifik. Mungkin disebabkan karena

8
kurangnya kemampuan, pelatihan, pengalaman, stamina, atau pengetahuan untuk
mengerjakan tugas. Sebagai contoh pada situasi yang umum di mana karyawan
dipromosikan pada tingkat kompetensi yang lebih tinggi. Ketika karyawan “
mengatakan menyerah,” maka masalah tidak dapat dihindari. Sering kali pekerjaan
tidak didesain secara tepat, sehingga menyebabkan karyawan harus menyesuaikan
secara fisik dan karyawan menjadi lelah atau tertekan yang akan mendorong
terjadinya kecelakaan kerja dan pengembalian keputusan yang salah.
Sering kali pelatihan dapat digunakan untuk mengurangi beberapa keterbatasan,
tetapi dalam berbagai situasi masih terdapat banyak bias dan keterbatasan. Tiga
masalah dalam pengendalian manajemen adalah kurangnya pengarahan, masalah
motivasi, dan keterbatasan individu dapat dengan jelas terjadi secara simultan dalam
berbagai kombinasi. Akan tetapi, semuanya membutuhkan pentingnya efektivitas
SPM, meskipun paling tidak satu masalah terjadi, yang hampir tidak dapat dielakkan
dalam organisasi yang kompleks seperti yang telah disarankan dan dicontohkan
sebelumnya.

E. KARAKTERISTIK PENGENDALIAN MANAJEMEN YANG BAIK

Pengendalian yang baik berarti manajemen merasa cukup yakin bahwa tidak
akan terjadi kejutan yang tidak menyenangkan. Label di luar pengendalian digunakan
untuk menggambarkan situasi dimana adanya probabilitas terjadinya kinerja yang
buruk, apakah itu kenerja pada seluruh bagian atau kinerja pada bagian khusus, meski
telah memiliki strategi pada masing-masing bagian.

Pengendalian manajemen yang baik tetap memberikan probabilitas kegagalan


yang sama karena pengendalian yang sempurna tidak pernah ada kecuali mungkin
terjadi pada keadaan yang tidak biasa. Pengendalian yang sempurna membutuhkan
kepastian bahwa semua sistem pengendalian dapat dilakukan dengan sangat mudah
dan individu dalam perusahaan harus selalu melakukan tindakan yang terbaik.

Biaya jika tidak memiliki sistem pengendalian yang sempurna dapat disebut
dengan kehilangan kendali. Hal ini berbeda dengan kinerja yang secara teoritis
mungkin diberikan sebagai strategi yang telah diseleksi dan kinerja yang beralasan
kecuali dengan menerapkan SPM. Pengendalian optimal dikatakan tercapai jika
kerugian pengendalian yang diharapkan lebih kecil daripada biaya untuk
mengimplementasikan pengendalian yang lainnya. Karena biaya pengendalian, maka

9
pengendalian yang sempurna jarang memberikan hasil optimal. Pengendalian optimal
adalah pengendalian yang cukup baik dengan biaya yang rasional. Tolok ukur
keberhasilan pengendalian dibutuhkan dalam pengendalian daripada pengendalian
yang sempurna.

Penilaian pengendlaian yang baik telah dicapai harusnya berorientasi pada


masa depan dan didorong oleh tujuan. Tujuan itu harus berorientasi masa depan
karena bertujuan untuk tidak memiliki kejutan ynag tidak menyenangkan dimasa yang
akan datang, masa lalu tidak relevan kecuali sebagai petunjuk bagi masa depan,
seperti istilah bahwa berpengalaman atau belajar dari kegagalan sistem pengendalian.
Hal tersebut didorong oleh tujuan karena tujuan mewakili apa yang dicari oleh
perusahaan untuk dicapai. Namun, penilaian pengendalian yang baik dapat dicapai
merupakan hal yang sulit dan subjektif. Hal ini sulit karena memerlukan pengendalian
manajemen yang mencukupi yang harus diukur kembali dimasa yang akan datang di
mana hal ini pasti sulit untuk diprediksi, seperti prediski konsekuensi kemungkinan
yang tidak diinginkan dari pengendalian.

Pengendalian yang baik tidak dibangun mencakup seluruh aktivitas atau


dengan berbagai tujuan kecuali kalau kinerja pada semuanya itu sebagai dimensi yang
signifikan untuk diperhatikan. Akan tetapi, karena sulitnya unruk menilai
pengendalian manajemen, hal tersebut harus dikerjakan karena keberhasilan
perusahaan tergantung dari SPM yang baik. Perusahaan yang gagal
mengimplementasikan SPM yang cukup akan mengalami kerugian atau aset yang
memburuk, keuntungan yang tidak mencukupi, biaya yang tinggi, pencatatan yang
tidak akurat, atau pelaporan yang dapat membawa pada keputusan yang buruk, sanksi
hukum, atau kekacauan bisnis. Pada titik ekstrim, organisasi tidak jdapat
mengendalikan kinerjanya pada satu atau lebih dimensi yang penting maka akan
mengalami kegagalan.

F. PENCEGAHAN MASALAH PENGENDALIAN

Mengimplementasikan beberapa kombinasi perilaku alat yang digunakan


untuk memengaruhi yang secara umum dikenal sebagai SPM. Hal ini bukan
merupakan cara yang terbaik untuk mencapai pengendalian yang baik, sering kali
maslaah dapat dihindari. Penghindaran berarti mengurangi kemungkinan terjadinya
masalah pengendalian. Organisasi tidak selalu dapat menghindari masalah

10
pengendalian mereka, tetapi mereka sering kali dapat menghindari beberapa masalah
pengendalian dengan meminimalkan tipe masalah pengendalian yang pasti dan
mengetahui sumber permasalahan, atau dengan mengurangi potensi kerugian
maksimum jika maslaah itu terjadi.

Empat strategi yang menonjol untuk pencegahan adalah menghilangkan


aktivitas, otomatisasi, sentralisasi, dan pembagian risiko.

a. Penghilangan Aktivitas
Manajer sering kali dapat menghindari masalah pengendalian yang
berkaitan dengan entitas khusus atau aktivitas dengan cara membalik risiko yang
potensial, dan menggabungkan keuntungan, kepada pihak ketiga seperti
mekanisme subkontrak, perjanjian lisensi, atau divestasi. Bentuk penghindaran
tersebut yang disebut dengan penghapusan aktivitas.
Manajer yang tidak dapat mengendalikan kegiatan tertentu, mungkin
karena mereka tidak memiliki sumber daya yang dibutuhkan, karena mereka tidak
memiliki pemahaman yang bagus tentang proses yang dibutuhkan, atau karena
mereka tidak menghadapi keterbatasan hukum atau struktuk, di mana semua itu
sering kali mengurangi aktivitas. Ketika manajer tidak berharap secara sungguh-
sungguh untuk menghindari area di mana mereka tidak dapat melakukan
pengendalian dengan baik, mereka berharap paling tidak dapat meminimalkan
investasinya, dan (beberapa) risiko, pada bidang tersebut.
Sebagai contoh yaitu cloud computing, yang berarti bahwa perusahaan
berusaha untuk melakukan komputerisasi terhadap sumber daya (pemrosesan,
penyimpanan, pemesanan, basis data, dan lainnya) dari luar perusahaan, dan
mereka hanya membayar untuk apa yang digunakan, daripada mengembangkan
infrastruktur komputerisasi sendiri dan menggunakan sistem mereka sendiri.
Dengan meningkatnya permintaan terhadap layanan penyimpanan dan
pemrosesan data, banyak perusahaan perlu melipatgandakan kapasitas pelayanan
mereka, di mana mereka sering kali memiliki uang tetapi tidak memiliki
keterampilan, atau kepentingan, karena hal ini di luar kemampuan dasar yang
memiliki perusahaan.
Dengan menggunakan jasa cloud cumputing, perusahaan dapat
menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan kepada ahlinya, dan karenanya,
dapat menyediakan pengendalian yang diperlukan sepanjang proses. Meskipun

11
tidak mengurangi seluruh risiko, karena hal ini hanya mengurangi sebagian
masalah pengendalian yang berhubungan dengan pengelolaan data dan semua
yang memerlukannya. Berdasarkan keputusan ekonomi yang difokuskan pada
aktivitas tertentu (transaksi) dapat dikendalikan lebih efektif melalui pasar atau
melalui hierarki organisasi yang dikenal dengan biaya transaksi ekonomis.
b. Otomatisasi
Otomatisasi merupakan kemungkinan kedua untuk pencegahan. Manajer
sering kali dapat menggunakan komputer, robot, expert system, dan bentuk
otomatisasi lainnya untuk mengurangi pemaparan perusahaan terhadap beberapa
maslaah pengendalian. Alat otomatisasi dapat dirancang sesuai dengan perilaku
ynag tepat, dan ketika beroperasi dengan benar, alat tersebut biasanya memiliki
kinerja yang lebih konsisten dibandingkan dengan manusia. Komputer dapat
mengurangi masalah manusia seperti tidak akurat, tidak konsisten, dan kurangnya
motivasi. Seringkali program komputer menjadi konsisten dalam pelaporan
transaksi, dan mereka tidak pernah berlaku tidak jujur atau termotivasi tidak setia.
Adanya kemajuan teknologi, menyebabkan organisasi mengganti orang
dengan mesin dan expert system dalam melakukan aktivitas yang cukup kompleks
dan membuat penilaian dan keputusan yang canggih. Di rumah sakit, artifical
intelligence system dapat melakukan berbagai tugas yang sebelumnya dilakukan
oleh dokter dan perawat. Sistem akan memonitor kondisi pasien dan
perkembangannya dan memberi peringatan kepada staf medis mengenai
kemungkinan masalah yang terjadi. Sistem tersebut dapat melakukan diagnosis
menyesuaikan kebutuhan obat yang diperlukan dan menguji kemungkinan
interaksi obat dan reaksi alergi. Sistem ini membuat rumah sakit terhindar dari
masalah perilaku keterbatasan personel staf medis.
Secara umum, penggunaan sistem lebih disukai dibandingkan dengan
petugas medis untuk mengingat kembali setiap detail pada setiap kodisi,
pengobatan, dan kemungkinan komplikasi untuk menentukan respon yang tepat.
Sistem lebih disukai meskipun tidak semuanya, kejutan yang tidak menyenangkan
akan terjadi dalam hal kesalahan medis tidak dapat dihindari.
Demikian pula, banyak tugas hukum, meski sering kali cukup kompleks,
ada beberapa variasi pada tema, serta membutuhkan tipe dokumen legal yang
pasti, seperti registrasi merek dagang atau leasing, tidak jauh berbeda bentuknya
dengan contoh lain. Perusahaan yang bergerak di bidang hukum menigkatkan

12
penggunaan perangkat lunak yang disebut Document assembly software, untuk
mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk membuat dokumen sehingga waktu
yang diperlukan lebih sedikit dibandingkan dengan yang dibutuhkan oelh seorang
karyawan dan kemungkinan lebih konsisten dan akurat. Terlebih lagi
mengotomatisasikan tugas yang berat dapat mengurangi biaya dan membuat
pengacara memiliki waktu lebih banyak untuk melayani kliennya.
Akan tetapi, pada sebagian besar situasi manajerial, otomatisasi hanya
dapat menyediakan sebagian solusi terbaik dari pengendalian. Satu kelemahannya
adalah kemungkinan yang terjadi. Manusia memiliki banyak bakat, khususnya
ketika terlibat pada hal yang kompleks memerlukan penilaian yang bersifat
intuitif, di mana tidak ada mesin atau model keputusan yang mampu untuk
menduplikasi. Keterbatasan kedua adalah biaya. Otomatisasi sering kali
membutuhkan investasi besar yang mungkin daat dibenarkan hanya jika dapat
meningkatkan produkstivitas, sama seperti pengendalian. Akhirnya, otomatisasi
mungkin hanya menggantikan beberapa masalah pengendalian dengan masalah
lain. Otomatisasi komputer sering kali meningkatkan risiko pengendalian.
Pengurangan sumber dokumen dapat mengaburkan pemeriksaan audit, konsentrasi
pada informasi dalam satu lokasi dapat meningkatkan risiko keamanan, dan
penempatan kepercayaan yang lebih besar pada program komputer dapat
menyebabkan perusahaan berada pada risiko kesalahan pemrogram atau penipuan.
c. Sentralisasi
Sentralisasi pengambilan keputusan sebagai kemungkinan pencegahan
yang ketiga, merupakan elemn penting dalam hampir semua perusahaan yang
menggunakan SPM. Tingginya tingkat sentralisasi, di mana semua keputusan
penting dibuat oleh level manajemen puncak, hal ini biasanya terjadi pada industri
kecil, khususnya apabila bisnis dijalankan oleh pendiri atau pemilik. Tingginya
tingkat sentralisasi juga terdapat pada beberapa perusahaan besar yang memiliki
manajer puncak yang sering kali memiliki reputasi menjadi “berorientasi pada
detail” atau “pengendalian yang aneh”. Ketika masalahnya seperti ini, manajemen
puncak mengambil keputusan sendiri untuk hal-hal penting dan sering kali yang
tidak penting, begitu juga dalam pelaksanaannya, mereka menghindari
penagmbilan keputusan yang buruk yang dibuat oleh karyawan di level yang lebih
rendah.

13
Sentralisasi pasti ada denga tingkat yang berbeda dalam perusahaan,
seperti halnya pada tingkatan manajemen dalam perusahaan, manajer cenderung
melakukan sendiri beberapa keputusan yang sangat penting yang ada dalam
kekuasaannya. Calon umum untuk sentralisasi adalah keputusan yang terkait
dengan akuisisi dan divestasi, sebagian besar belanja moda, negoisasi kontrak
penjualan yang penting, perubahan organisasi, dan rekrutmen dan pemberhentian
karyawan pada posisi yang penting. Akan tetapi, pada sebagian besar perusahaan
meskipun berukuran kecil, tidak mungkin terjadi sentralisasi pada semua
keputusan penting, dan solusi pengendalian lain dibutuhkan. Saat keputusan
bersifat desentralisasi, hasil pengendalian dibutuhkan untukk membuat manajer
yang membuat keputusan bertanggung jawab terhadap hasil keputusannya.
Akuntabilitas hasil dari apa yang dibuat yang didelegasikan sesuai dengan
otoritasnya.

d. Pembagian Risiko

Akhirnya, kemungkinan lain untuk pencegahan adalah dengan membagi


risiko. Pembagian risiko dengan pihak luar dapat membatasi kerugian yang dapat
terjadi karena perilaku karyawan yang tidak pada tempatnya. Pembagian risiko
dapat dilakukan dengan membeli asuransi untuk pelindung dalam menghadapi
kemungkinan kerugian besar yang potensial dalam perusahaan yang mungkin
dapat dihindari. Banyak perusahaan menjual fidelity bond pada karyawaan yang
memiliki posisi yang sensitif (seperti teller bank) untuk mengurangi eksposur
perusahaan. Kontrak asuransi paling tidak memberikan sedikit bagian risiko dari
sejumlah besar risiko dan kesalahan pada perusahan asuransi. Cara lain untuk
membagi risiko dengan pihak lain adalah masuk dalam perjanjian joint venture.
Pembagian risiko dibagi dengan patner joint venture.

Alternatif penghindaran ini merupakan solusi yang efektif, atau


membatasi, sebagian masalah pengendalian yang dihadapi oleh manajer. Biasanya
jarang terjadi untuk dapat menghindari keseluruhan risiko karena perusahaan
berhubungan dengan risiko, tetapi bebrapa perusahaan menggunakan bentuk
penghindaran, otomatisasi, sentralisasi, dan pembagian risiko ynag digunakan
untuk meminimalkan dampaknya terhadap masalah pengendalian manajemen.

14
G. ALTERNATIF PENGENDALIAN

Alternatif pengendalian merupakan cara lain yang lebih mudah atau


lebih efektif yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk menentukan suatu
keputusan dalam menangani suatu masalah pengendalian yang tidak dapat
dihindari di dalam peruahaan tersebut.

Berikut contoh alternatif pengendalian yang dilakukan oleh organisasi


maupun perusahaan:
1. Sistem pengendalian manajemen dari beberapa organisasi mencoba merekrut
orang yang dapat dipercaya untuk menjalankan perusahaan dengan baik.
Perusahaan lain menggunakan sistem insentif sederhana yang didasarkan pada
kinerja dan masih ada beberapa insentif lain yang ditawarkan yang sangat
berpengaruh.
2. Beberapa perusahaan mendasarkan insentifnya pada pencapaian target dalam
hitungan angka, yang lain tidak menggunakan ukuran tersebut dan yang lain
mengevaluasi kinerja hanya secara subjektif.
3. Beberapa perusahaan mengkolaborasikan rangkaian kebijakan dan prosedur
yang mereka harapkan untuk dapat diikuti oleh karyawan, sementara yang lain
tidak memiliki prosedur atau mereka membiarkan penggunaan prosedur yang
kuno.
4. Beberapa perusahaan mengintensifkan penggunaan sejumlah staf audit internal
yang profesional, sementara yang lain hanya memastikan paling tidak
karyawan patuh terhadap peraturan yang disyaratkan.

Tidak semua alternatif pengendalian bisa digunakan untuk mengatasi semua


masalah pengendalian yang ada dalam suatu perusahaan. Misalnya, suatu
pengendalian tidak efektif dari sisi biaya dalam situasi tertentu. Beberapa tipe
pengendalian lebih baik untuk tipe masalah tertentu dan perusahaan yang berbeda dan
bidang yang berbeda dalam tiap perusahaan seringkali menghadapi masalah
pengendalian yang berbeda.

15
DAFTAR PUSTAKA

Stoner, James A.f, dkk. 1995. Manajemen. Jakarta. PT Prehallindo

Merchant, Kenneth A and Van der Stede, Wim, 2014. Sistem pengendalian manajemen.
Jakarta. Salemba Empat.

16

Anda mungkin juga menyukai