Penyusun :
Tim Dosen STIP
George mengartikan manajemen sebagai proses khas dari beberapa tindakan, seperti
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Seluruh tindakan tersebut
bertujuan mencapai target dengan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia.
Ricky W. Griffin
Manajemen adalah proses perencanaan, organisasi, koordinasi, dan kontrol pada sumber daya
agar tujuan tercapai secara efektif dan efisien. Efektif di sini maksudnya tujuan tercapai sesuai
rencana, dan efisien berarti bahwa manajemen dilakukan secara cermat, terorganisir, dan tepat
waktu.
Lawrence A. Appley
Mengartikan manajemen sebagai keahlian dalam membangkitkan orang lain agar bersedia
melakukan sesuatu. Tak harus seseorang, keahlian manajemen juga dapat dimiliki oleh
organisasi maupun kelompok.
Fungsi Manajemen
Sumber, https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-fungsi-dan-unsur-manajemen/
Pada dasarnya, fungsi manajemen dibagi menjadi empat, antara lain:
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah aktivitas strategis dengan menyusun hal-hal yang akan dikerjakan dengan
sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara
keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai
rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang
dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan
proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya
tak dapat berjalan.
Planning yang baik harus memiliki tujuan, dibuat secara rasional dan sederhana, memuat
analisis pekerjaan, flkesibel sesuai dengan kondisi, memiliki keseimbangan dan juga mampu
mengefektifkan sumber daya.
1. Top Level Planning, perencanaan dalam jenjang ini bersifat strategis. memberikan petunjuk
umum, rumusan tujuan, pengambilan keputusan serta memberikan pentunjuk pola
penyelesaian dan sifatnya menyeluruh. top level planning ini penekanannya pada tujuan
jangka panjang organisasi dan tentu saja menjadi tanggungjawab manajemen puncak.
2. Middle Level Planning, jenjang perencanaan ini sifatnya lebih administratif meliputi
berbagai cara menempuh tujuan dari sebuah perencanaan dijalankan. tanggungjawab pada
level ini berada pada level mid-management atau manajemen pada tiap divisi.
3. Low Level Planning, perencanaan ini memfokuskan diri dalam menghasilkan sehingga
planing ini mengarah kepada aktivitas operasional. dan perencanaan ini menjadi
tanggungjawab manajemen pelaksana.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-
kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan
pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang
telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa
yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut
dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana
keputusan harus diambil.
3. Pengarahan (Actuating)
Pengarahan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha
agar dapat mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha. Dalam proses ini
meliputi kegiatan:
1. Membimbing dan memberi motivasi kepada pekerja supaya bisa bekerja secara efektif dan
efisien
4. Evaluasi (Controlling)
Evaluasi dilakukan setelah proses kerja dilakukan. Pada proses ini, kinerja dinilai apakah sesuai
dengan planning. Pada tahap ini manajemen mengevaluasi keberhasilan dan efektifitas kinerja,
melakukan klarifikasi dan koreksi, dan juga memberikan alternatif solusi masalah yang terjadi
selama proses kerja berlangsung.
Controlling atau fungsi pengawasan bisa berjalan dengan efektif jika hal hal ini diperhatikan:
1. Routing, manajer harus bisa menetapkan cara atau jalur guna bisa mengetahui letak diaman
sesuatu sering terjadi suatu kesalahan
2. Scheduling, manajer harus bisa menetapkan dengan tegas kapan semestinya pengawasan itu
dijalankan. terkadang pengawasan yang dijadwal tidak efisien dalam menemukan suatu
kesalahan, dan sebaliknya yang dilakukan secara mendadak terkadang malah lebih berguna.
3. Dispatching, manajemen dalam hal ini akan melakukan penyampaian terkait evaluasi
kinerja kepada unit delegasi. pihak manajer akan menyampaikan kesalahan dan solusi
perbaikan.
4. Follow Up, yaitu proses tindak lanjut dan penyampaian informasi. Masalah yang
disampaikan dan didiskusikan selanjutnya ditindak-lanjut sebagai upaya memperbaiki
kesalahan kinerja.
Unsur-Unsur Manajemen
Setiap perusahaan memiliki unsur-unsur untuk membentuk sistem manajerial yang baik. Unsur-
unsur inilah yang disebut unsur manajemen. Jika salah satu diantaranya tidak sempurna atau
tidak ada, maka akan berimbas dengan berkurangnya upaya untuk mencapai tujuan organisasi
atau perusahaan. Unsur-unsur tersebut diantaranya sebagai berikut.
1. Human (Manusia)
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat
tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa adanya manusia
maka tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja.
2. Money (Uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan
alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar
dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai
tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan
dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang
dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
3. Materials (Bahan)
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha
untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus
dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia
tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
4. Machines (Mesin)
Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin akan membawa
kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efisiensi kerja.
5. Methods (Metode)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja yang baik akan
memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara
pelaksanaan kerja dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan dari sasaran,
fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu
diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau
tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian,
peranan utama dalam manajemen tetap manusia itu sendiri.
6. Market (Pasar)
Memasarkan produk tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka
proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab
itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor yang
menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus
sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.
Unsur- unsur manajemen menjadi hal mutlak dalam manajemen karena sebagai penentu arah
perusahaan dalam melakukan kegiatan perusahaan. Selain itu, laporan keuangan juga menjadi
penunjang dalam melaksanakan proses manajemen. Kini, Anda dapat membuat laporan
keuangan dengan mudah menggunakan software akuntansi seperti Jurnal. Dengan menggunakan
laporan keuangan dari Jurnal, Anda dapat lebih mudah melakukan kegiatan manajemen
prusahaan hingga memudahkan dalam menentukan keputusan manajemen.
Perusahaan Pelayaran
PP no 17 tahun 1988 pasal 1 huruf e, menyebutkan bahwa, Perusahaan pelayaran adalah badan
hukum atau badan usaha yang mengusahakan jasa angkutan laut dengan menggunakan Kapal
Perusahaan pelayaran berfokus kepada kegiatan bisnis pengiriman, pengangkutan barang, dan
penumpang komersial melalui laut. Perusahaan pelayaran identik dengan bisnis logistik yang
memastikan barang yang dikirim sampai tujuan dengan selamat dan tepat waktu.
Faktanya, bisnis pengiriman barang di dunia dilakukan 90 persen melalui jalur laut yang mana
artinya perusahaan pelayaran memiliki peranan penting bagi keberlangsungan industri global.
Bahkan menurut International Chamber of Shipping (ICS), pelayaran telah menjadi darah
kehidupan ekonomi dunia.
Perdagangan internasional tidak akan terjadi tanpa pelayaran dengan kapal. Maka tidak heran,
perdagangan antarnegara dalam bentuk impor dan ekspor turut mengandalkan jasa pelayaran.
Di Indonesia terdapat sejumlah perusahaan pelayaran nasional dan swasta. Pemerintah memiliki
sejumlah perusahaan pelayaran di bawah naungan BUMN. Berikut BUMN yang bergerak di
bidang pelayaran di Indonesia.
1. PT Pelni
Adalah perusahaan pelayaran nasional dengan jasa transportasi laut mencakup jasa angkutan
penumpang komersial dan muatan barang antarpulau. Perusahaan juga telah merambah bisnis
wisata dengan pelayaran di sejumlah lokasi wisata populer, seperti Labuan Bajo-Pulau Komodo,
Raja Ampat hingga Wakatobi.
Pelni mengoperasikan 26 kapal penumpang, 46 kapal perintis, enam kapal barang tol laut, dan
satu kapal ternak. Selain melakukan pelayanan rute komersial, Pelni juga melayani pelayaran
rute pulau-pulau kecil terluar.
Kapal Pelni menyinggahi 95 pelabuhan kapal penumpang dengan 300 pelabuhan kapal perintis.
Pelni boleh dibilang merupakan perusahaan pelayaran terbesar di Indonesia dengan didukung
oleh layanan di 46 kantor cabang dan 400 agen perjalanan.
Adalah anak usaha dari PT PLN yang bergerak di bidang transportasi laut. Perusahaan ini
menjadi bagian dari BUMN sejak tahun 2011.
Bisnis utama dari Bahtera adalah moda transportasi batubara untuk mengamankan pasokan
batubara ke PLTU, PLN, anak perusahaan PLN, dan Perusahaan Listrik Swasta. Selain itu,
perusahaan ini juga memiliki bisnis lain yang mencakup usaha jasa keagenan kapal, bongkar
muat dari kapal. Perusahaan saat ini memiliki 17 kantor cabang di seluruh Indonesia.
BUMN ini bergerak di bidang pelayanan angkutan kargo berbasis transportasi kapal laut.
Djakarta Lloyd tidak hanya melayani angkutan kargo dalam negeri, tapi internasional juga.
Perusahaan saat ini memiliki 14 kapal yang melayani pelbagai jenis angkutan kargo, termasuk
komoditas batu bara dan nikel.
BUMN yang bergerak dalam jasa angkutan penyeberangan dan pengelola pelabuhan
penyeberangan untuk penumpang, kendaraan dan barang. Fungsi utama perusahaan ini adalah
menyediakan akses transportasi publik antarpulau yang menyatukan pulau-pulau besar,
sekaligus menyediakan akses transportasi publik ke wilayah yang belum memiliki akses
penyeberangan guna mendukung percepatan pembangunan atau yang disebut dengan
penyeberangan perintis.
ASDP hampir berada di seluruh pulau di Indonesia dan tengah menuju perusahaan
pengangkutan kapal feri modern.
Selain perusahaan BUMN, pihak swasta atau perorangan juga turut berperan dalam industri
pelayaran tanah air. Sebagaimana berentitas sebagai milik pribadi atau swasta, profit tidak serta-
merta menjadi perhatian utama, namun sebagaimana bisnis pelayaran telah menjadi salah satu
tulang punggung perekonomian Indonesia secara umum, maka kemajuan bisnis ini dinilai dapat
memajukan kesejahteraan negara juga.
Merupakan perusahaan transportasi kargo dan logistik terpadu yang didirikan tahun 1964.
Samudera Indonesia memiliki empat lini bisnis utama, yaitu Samudera Shipping, Samudera
Logistics, Samudera Ports, dan Samudera Property untuk menyediakan layanan berkualitas
tinggi bagi pelanggan.
Didukung oleh 4.000 karyawan pada lebih dari 40 anak perusahaan dan kantor di berbagai
wilayah Indonesia dan Asia. Layanan shipping yang diberikan meliputi pelayaran peti kemas,
bulk, tanker, dan offshore. Selain itu, terdapat juga jasa pengelolaan kapal.
Pada tahun 2019, Pelayaran Tamarin Samudra Tbk mendirikan dua entitas anak perusahaan
guna menunjang kegiatan perseroan, yaitu PT Sentra Tamarin Samudra yang bergerak aktivitas
profesional, ilmiah, teknis, serta perdagangan besar dan PT Samudra Sukses Gemilang.
Buana Lintas Tbk adalah perusahaan tanker yang melayani klien lokal dan internasional yang
mana sebagian besarnya adalah perusahaan minyak dan gas. Empat layanan yang ditawarkan,
antara lain jasa penyewaan kapal, jasa keagenan kapal, jasa manajemen kapal, dan jasa penyedia
awak kapal. Buana Lintas Tbk mengkhususkan misi perusahaan di bidang pelayaran bahan baku
energi di Indonesia. Ada 21 kapal yang dimiliki Buana Lintas dan tiga di antaranya berjenis
tanker minyak, gas, dan tanker.
Berlian Laju Tanker Tbk telah beroperasi sejak tahun 1981. Perusahaan pelayaran terkemuka
yang bergerak di bidang pengangkutan angkutan curah cair industri ini mengkhususkan diri
dalam pengangkutan kargo muatan cair curah seperti bahan kimia, minyak, minyak sayur, dan
gas cair dalam kontrak sewa berdasarkan voyage, kontrak affreightment (COA), voyage secara
kontinyu (CVC), dan berdasarkan waktu (TC).
Perusahaan memiliki tiga jenis kapal yang berjenis Oil & Chemical Tanker, LPG Carrier, dan
LNG Carrier (Refrigerated).
Menyediakan jasa pelayaran di Indonesia dan internasional. Sillo memasok armada kapal lepas
pantai untuk berbisnis industri minyak dan gas. Perusahaan mengoperasikan kapal untuk
transportasi barang dan penumpang antar pelabuhan dan transportasi minyak serta gas. Sillo
tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2016. Perusahaan didirikan pada tahun 1989 dan
berpusat di Jakarta, Indonesia.
Industri pelayaran menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab, industri
pelayaran mengangkut dan mendistribusikan berbagai barang ke penjuru dunia.
Indonesia sangat membutuhkan transportasi laut ini untuk mendistribusikan ke berbagai penjuru
daerah. Maka, transportasi laut dinilai lebih efisien dan efektif dibandingkan moda transportasi
lain.
Sayangnya, sekalipun peluang industri pelayaran ini tumbuh pesat karena dibutuhkan pada
sektor usaha jasa, tapi persaingan bisnis terbilang ketat. Bahkan tidak jarang menjumpai
hambatan di dalam persaingan bisnis ini, seperti:
1. Kebijakan moneter dengan suku bunga tinggi menekan profit pelayaran nasional.
2. Beban pajak dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas pembelian bahan bakar pelayaran.
5. Fasilitas kepelabuhan yang belum mengakomodir angkutan kargo karena lebih banyak
memprioritaskan kapal kontainer.
Perusahaan pelayaran internasional memiliki peranan penting bagi ekonomi dunia. Jaringan
bisnisnya yang menjangkau skala internasional memungkinkan sebuah perusahaan pelayaran
mampu melintasi lautan luas antarnegara atau antarbenua.
1. APM Maersk
Sebuah perusahaan pengiriman yang berbasis di Denmark, Maersk Shipping Line adalah cabang
dari perusahaan AP Moller-Maersk. Dikenal sebagai armada kapal kontainernya, Maersk Line
melakukan debut di arena pengiriman kontainer internasional pada tahun 1904. Saat ini,
perusahaan telah memiliki armada lebih dari 711 kapal kontainer.
Adalah perusahaan kargo internasional Swiss yang didirikan pada tahun 1970. Saat ini, dengan
line-up kapal lebih dari 524 kapal kontainer, perusahaan konglomerat ini dinilai sebagai salah
satu perusahaan kargo terluas di dunia dengan kapasitas sekitar 3,3 juta TEU.
Tidak hanya di negeri sendiri, perusahaan ini merupakan operator pengiriman curah kering
terbesar di seluruh dunia. Saat ini, operasi perusahaan tersebar di 40 negara dengan armada 461
kapal kontainer dengan kapasitas angkut 2,7 juta TEU.
4. CMA-CGM
Perusahaan transportasi dan pengapalan peti kemas asal Prancis. Perusahaan ini adalah salah
satu perusahaan pengapalan peti kemas terbesar di dunia dengan 200 rute kapal yang
menghubungkan 420 pelabuhan di 150 negara.
Perusahaan pengiriman peti kemas terkemuka yang berdiri sejak tahun 1978 ini adalah hasil dari
serangkaian merger antara perusahaan pelayaran yang didirikan sebelumnya. Saat ini,
perusahaan memiliki armada lebih dari 505 kapal yang beroperasi di lebih dari 150 rute global.
5. Hapag-Lloyd
Hapag-Lloyd adalah perusahaan pengangkut kontainer asal Jerman yang juga memiliki anak
usaha Hapag-Lloyd Cruises.
Terbilang sebagai perusahaan pengangkut kontainer terbesar kelima di dunia dalam hal total
kapasitas kapalnya, perusahaan ini didirikan pada tahun 1970 sebagai hasil dari merger antara
Hamburg-American Line dan perusahaan Jerman Utara Lloyd.
Saat ini, perusahaan pelayaran ini memiliki lebih dari 231 kapal yang melayani kapasitas pada
skala dunia.
Dan masih banyak lagi perusahaan pelayaran nasional dan perusahaan internasional lainnya
Dalam melakukan pengirman, angkutan laut memiliki beberapa jenis muatan yang umumnya
ditangani oleh perusahaan pelayaran dengan melibatkan beberapa fihak yang bee=rbeda dalam
penanganannya, beberapa hal yang yang akan dibahas tentang muatan adalah sebagai berikut
Pengertian Muatan
Muatan kapal (cargo) merupakan objek dari pengangkutan dalam sistem transportasi laut,
dengan mengangkut muatan sebuah perusahaan pelayaran niaga dapat memperoleh pendapatan
dalam bentuk uang tambang (freight) yang sangat menentukan dalam kelangsungan hidup
perusahaan dan membiayai kegiatan dipelabuhan.
”Muatan kapal dapat disebut, sebagai seluruh jenis barang yang dapat dimuat ke kapal dan
diangkut ke tempat lain baik berupa bahan baku atau hasil produksi dari suatu proses
pengolahan”.
Menurut Arwinas (2001:9) muatan kapal laut dikelompokkan atau dibedakan menurut beberapa
pengelompokan sesuai dengan jenis pengapalan, jenis kemasan, dan sifat muatan
Muatan Sejenis (Homogenous Cargo), adalah semua muatan yang dikapalkan secara bersamaan
dalam suatu kompartemen atau palka dan tidak dicampur dengan muatan lain tanpa adanya
penyekat muatan dan dimuat secara curah maupun dengan kemasan tertentu.
Muatan campuran (Heterogenous Cargo), muatan ini terdiri dari berbagai jenis dan sebagian
besar menggunakan kemasan atau dalam bentuk satuan unit (bag, pallet, drum) disebut juga
dengan muatan general cargo.
Muatan unitized, yaitu muatan dalam unit-unit dan terdiri dari beberapa jenis muatan dan
digabung dengan menggunakan pallet, bag, karton, karung atau pembungkus lainnya sehingga
dapat disusun dengan menggunakan pengikat.
Muatan curah (bulk cargo), muatan curah (bulk cargo) adalah muatan yang diangkut melalui
laut dalam jumlah besar.
Pengertian Muatan Curah menurut Sudjatmiko (1995:67) adalah muatan yang terdiri dari suatu
muatan yang tidak dikemas yang dikapalkan sekaligus dalam jumlah besar”.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa muatan Bulk cargo ini tidak
menggunakan pembungkus dan dimuat kedalam ruangan palka kapal tanpa menggunakan
kemasan dan pada umumnya dimuat dalam jumlah banyak dan homogen. Muatan curah dibagi
menjadi:
1. Muatan Curah Kering, merupakan muatan curah padat dalam bentuk biji-bijian, serbuk,
bubuk, butiran dan sebagainya yang dalam pembuatan/pembongkaran dilakukan dengan
mencurahkan muatan ke dalam palka dengan menggunakan alat-alat khusus. Contoh
muatan curah kering antara lain biji gandum, kedelai, jagung, pasir, semen, klinker, soda
dan sebagainya.
2. Muatan Curah Cair (liquid bulk cargo), yaitu muatan curah yang berbentuk cairan yang
diangkut dengan menggunakan kapal-kapal khusus yang disebut kapal tanker. Contoh
muatan curah cair ini adalah bahan bakar, crude palm oil (CPO), produk kimia cair dan
sebagainya.
3. Muatan curah gas, yaitu muatan curah dalam bentuk gas yang dimampatkan, contohnya gas
alam (LPG).
4. Muatan Peti Kemas, yaitu muatan berupa wadah yang dari baja, besi, aluminium yang
digunakan untuk menyimpan atau menghimpun barang.
1. Muatan Sensitif.
2. Muatan Menggangu.
3. Muatan Berbahaya.
4. Muatan Berharga.
5. Muatan Rahasia.
6. Muatan Dingin.
7. Muatan Hewan/ Ternak.
Untuk mencapai hasil tersebut, perusahaan pelayaran harus memperhatikan kendala dalam hal :
a. Kerusakan kapal
b. Keselamatan ABK dan orang lain
c. Kerusakan muatan.
d. Penggunaan ruang muat kapal secara maksimum
e. Sistematika dan kecepatan bongkar muat
Pelabuhan
Membahas tentang angkutan laut, tidak terlepas dari peranan pelabuhan dan dermaga sebagai
tempat melakukan aktivitas muat dan bongkar, serta sebagai tempat singgah sementara muatan
yang akan di ekspor keluar negri, dikirm sebagai muatan domestik ke daerah lain dalam wilayah
suatu negara maupun sebagai tempat singgah muatan yang dibongkar dari kapal dengan status
muatan impor dari luar negri.
Dalam UU no. 17 tahun 2008 BAB I dalam ketentuan umum Pasal 1 huruf point 16,
menyebutkan bahwa pengertian Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/ atau
perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/
atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dankegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai
tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi.
Dalam point 14 dijelaskan bahwa Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu
lintas kapal,
penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra-
dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap
memperhatikan tata ruang wilayah.
Secara umum pelabuhan dibagi menjadi 2 Pelabuhan Khusus Pelabuhan Umum, dua fungsi dari
pelabuhan ini akan dibahas lebih lanjut pada pokok bahasan sendiri.
Sebagai contoh, hingga tahun 1980, bongkar muat petikemas ditanjung emas Semarang hanya
bisa dilakukan dengan pertolongan tongkang-tongkang dan kapal gandeng. Pelabuhan tersebut
hanya bisa dikunjungi oleh coaster-coaster kecil saja, namun karena semakin ramainya
perdagangan, dibuatlah dermaga petikemas tahap II dengan panjang 345 meter dan kedalaman
10 meter serta dilengkap dengan 2 unit container crane. Dermaga tersebut diresmikan
penggunaannya pada tanggal 14 Januari tahun 2000 oleh menteri perhubungan. Meningkatnya
aktivitas perdagangan di pelabuhan Tanjung priok Jakarta dan Tanjung perak Surabaya
membuat fiha pelabuhan membuka tempat-tempat open storage untuk menumpuk petikemas
yang semula atau sebelumnya digunakan untuk kegiatan lain.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan pelabuhan di Indonesia digambarkan sebagai
berikut.
1. Zaman Belanda sampai dengan 1954.
Pada zaman penjajahan Belanda, pelabuhan berada kekuasaan Gemeente atau Stds Bestuur
(Dewan kota). Pengawasannya berada dibawah naunagn Department Van Scheepvaart
(Department Pelayaran).
Ketika Jepang masuk, pelabuhan berada dibawah pengawasan tentara Jepang. Dengan
kembalinya lagi ke Belanda dan kemudian direbut Republik Indonesia lagi, status pelabuhan
menjadi tidak menentu.
Pada tahun 1954, pemerintah indonesia mengeluarkan peraturan pemerintah no. 61/tahun 1954
yang menetapkan bahwa kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan dilaksanakan oleh
perusahaan muatan kapal laut (PMKL) atau Veem.
2. Tahun 1960
Berdasarkan UU no.19 tahun 1960 ditetapkan bahwa pengelola pelabuhan adalah perusahaan
negara (PN) pelabuhan dan dibagi dalam 9daerah pelabuhan sebagai berikut.
1) PN Pelabuhan daerah I di Belawan Medan
2) PN Pelabuhan daerah II di Dumai
3) PN Pelabuhan daerah III di Tanjung Priok Jakarta
4) PN Pelabuhan daerah IV di Tanjung Perak Surabaya
5) PN Pelabuhan daerah V di Banjarmasin Kalsel
6) PN Pelabuhan daerah VI di Ujung Pandang Sulsel
7) PN Pelabuhan daerah VII di Manado Bitung Sulut
8) PN Pelabuhan daerah VIII di Semarang Jateng
9) PN Pelabuhan daerah IX di Irian Jaya
Tiap PN Pelabuhan berada dibawah pimpinan direksi PN Pelabuhan dan berada dibawah
naunga departemen maritim.
3. Tahun 1969
Berdasarkan UU No.9 dan instruksi presiden No. 17/1967 serta PP No. 18/1969. semua PN
Pelabuhan I hingga IX dibubarkan dan dimasukkan menjadi Badan Pengelolaan Pelabuhan
(BPP)
4. Tahun 1983
Sesuai PP no. 11/tahun 1983 dan PP no. 3/tahun 1983, maka pelabuhan di Indonesia di bagi
alam 4 perum dengan pembagian sebagai berikut,
a. Perum pelabuhan I berkedudukan di Medan meliputi darrah Aceh, Sumatra Utara, dan Riau
sesuai dengan PP No. 14/ tahun 1983
b. Perum pelabuhan II berkedudukan di Jakarta meliputi daerah provinsi Sumatra Barat,
Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat
yang diatur sesuai PP No. 15/ tahun 1983.
c. Perum pelabuhan III berkedudukan di Surabaya meliputi daerah provinsi Jawa Timur, Jawa
Tengah, NTB, NTT dan Timor-Timor, sesuai dengan PP No. 16/ tahun 1983
d. Perum pelabuhan IV berkedudukan di Ujung Pandang meliputi daerah Provinsi Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku dan Irian Jaya
5. Tahun 2001
Berdasarkan PP No. 69/tahun 2001, gubernur dan bupati/walikota ikut berpartisipasi dalam
mengelola pelabuhan didaerahnya. Ditambah dengan keputusan mentri perhubungan No. KM
54/ tahun 2002 yang menetapkan bahwa pengoperasian pelabuhan laut hanya dapat dilakukan
setelah ditetapkan keputusan pelaksanaan pengoperasian oleh.
Freight Forwarding
Pengertian freight forwarding ialah kegiatan pengangkutan barang atau komoditas dari
pelabuhan atau terminal sampai ke importir. Pelaku kegiatan freight forwarding atau Usaha Jasa
Pengurusan Transportasi disebut freight forwarder. Biasanya, freight forwarder tidak memiliki
alat transportasi sendiri, namun dapat mengadakan konsolidasi dengan perusahaan jasa angkutan
untuk bertanggung jawab terhadap pengangkutan barang. Dalam mengeluarkan maupun
memasukkan barang ke kapal, baik eksportir maupun importir sering menggunakan jasa dari
EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) atau Freight Forwarder. Kedua badan ini khusus
bergerak dalam ekspedisi barang.
Freight forwarding dapat dilakukan melalui jalur darat, udara, maupun laut dengan karakteristik
moda pengakut masing-masing. Karakteristik moda-moda transportasi tersebut antara lain:
Kapal laut
Pesawat
Sempat disinggung bahwa pihak pelaku kegiatan Forwarding disebut Forwarder. Freight
Forwarder adalah badan usaha yang bertujuan untuk memberikan jasa pelayanan atau
pengurusan atas seluruh kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman,
penggangkutan dan penerimaan barang dengan menggunakan multimodal transport baik melalui
darat, laut maupun udara. Disamping itu freight forwarder juga melaksanakan pengurusan
prosedur formalitas dokumentasi yang dipersyaratkan oleh adanya peraturan-peraturan
pemerintah negara asal ekspor, negara transit dan negara impor. Serta sesuai dengan ruang
lingkup usahanya, freight forwarder juga melengkapi dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
Letter of Credit, Certificate of Receipt, Bill of Lading, Sea Waybill, Air Waybill, House Bill of
Lading, Fiata Bill of Lading, Delivery Order dan sebagainya. Freight Forwarder juga
menyelesaikan biaya-biaya yang timbul sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan transportasi,
penanganan muatan di pelabuhan atau gudang, pengurusan dokumentasi dan juga mencakup
insurance liabilities yang umumnya diperlukan oleh pemilik barang. (Capt. R.P.Suyono,
2005:39-41).
Berdasarkan aktivitas-aktivitas yang menyelesaikan biaya-biaya yang timbul sebagai akibat dari
kegiatan-kegiatan transportasi, penanganan muatan di pelabuhan atau gudang, pengurusan
dokumentasi dan juga mencakup insurance liabilities, Freight Forwarder dapat bertindak atas
nama pengirim consignor/ eksportir atau bertindak atas nama penerima consignee/ importir atau
bertindak atas nama pengirim dan penerima, bergantung dari lingkup pekerjaan (scope of work)
yang tercantum dalam kontrak kerja yang telah disetujui antara kedua belah pihak yaitu antara
freight forwarder dan pemberi order kerja.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Freight Forwarder disebut Freight Forwarding. Adapun
aktivitas Freight Forwarder dalam Forwarding secara menyeluruh antara lain :
a. Memilih rute perjalanan barang.
b. Melaksankan penerimaan barang.
c. Mempelajari Letter of Credit barang, peraturan-peraturan, mempersiapkan dokumen-
dokumen.
d. Melaksanakan transportasi barang ke pelabuhan, mengurus ijin bea cukai, menyerahkan
barang ke pemilik.
e. Membayar biaya-biaya Handling dan freight.
f. Mendapatkan B/L dan atau AWB dari pengangkutan.
g. Mengurus Asuransi transportasi; ajuan klaim bila terjadi kehilangan atau kerusakan.
h. Memonitor perjalanan barang sampai ke pihak penerima.
i. Melaksanakan penerimaan barang dari pengangkut.
j. Mengurus ijin masuk pada Bea Cukai.
k. Melaksanakan transportasi barang dari pelabuhan ke tempat penyimpanan atau gudang.
l. Melaksanakan penyerahan barang kepada pihak consignee.
Sarana Pengangkut
Dalam melakukan pengiriman muatan baik muatan ekspor, impor maupun lokal, bebarapa
sarana pengangkut yang digunakan dapat berupa moda transportasi darat, moda transportasi laut
dan moda transportasi udara, moda trasportasi darat dapat berupa kereta api dan kendaraan
bermotor baik truk, trailer, mobil, kereta api maupun bentuk angkutan lainnya yang biasanya
dioperasikan dengan menggunakan jalur jalan maupun rel sebagai penghubungnya, pada moda
transportasi laut umumnya kapal adalah hal umum yang biasanya digunakan oleh pemilik
muatan melalui jalur laut sebagai sarana penghubungnya. Pada moda transportasi udara,
pesawat adalah moda transportasi yang digunakan dengan jalur udara sebgai sarana
penghubungnya.
Menurut wikipedia Defenisi transportasi yaitu Pemindahan manusia atau barang dari satu
tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh
manusia atau mesin.
Jadi Transportasi Laut adalah Suatu Sistem pemindahan Manusia dan Barang yang beroprasi
dilaut dengan menggunakan Alat sebagai kendaraan dengan bantuan tenaga manusia atau mesin
untuk menggerakannya.
Kapal laut adalah alat transportasi yang bergerak di perairan. Kapal laut memiliki banyak fungsi
selain mengangkut penumpang. Mau tahu jenis-jenis kapal laut yang dikelompokkan menurut
fungsinya? Yuk, kita lihat-lihat jenis kapal laut pembelah samudra…
1. Kapal Penumpang
Jenis kapal yang satu ini sangat akrab dengan kehidupan kita. Fungsinya diperuntukkan bagi
penumpang yang hendak bepergian lintas benua. Kapasitasnya bisa mencapai ribuan orang,
dengan fasilitas lengkap dan arsitektur mewah. Kapal penumpang mewah yang terkenal adalah
Titanic, Queen Mary, dan Queen Elizabeth II.
2. Kapal Barang
Kapal jenis ini juga merupakan kapal yang sibuk melintasi lautan membawa muatan barang dari
satu pelabuhan ke pelabuhan lain. Kapal barang menjadi urat nadi aktivitas perdagangan dunia,
karena berperan penting dalam aktivitas ekspor impor. Selain ukurannya besar dan mampu
membawa banyak muatan, kapal ini juga mampu berlayar sangat jauh.
3. Kapal Tanker
Dengan ukurannya yang besar, kapal ini digunakan untuk mengangkut minyak, dikendalikan
dengan komputer dan sistem navigasi yang canggih melalui satelit. Tanker yang berukuran
raksasa disebut supertanker. Panjang supertanker bisa mencapai 378 meter dengan lebar 50
meter dan berat kosong 167000 ton. Ukurannya yang jumbo mampu mengangkut minyak
mentah hampir satu juta barrel. Ckckck…
4. Kapal Feri
Fungsinya adalah sebagai alat penyeberangan untuk melintasi selat atau laut diantara dua pulau.
Meski ukurannya tidak sebesar kapal penumpang, kapal feri mampu mengangkut banyak
penumpang sekaligus kendaraan-kendaraan seperti mobil, bus, dan truk. Untuk transportasi laut
antar pulau, kapal inilah yang diandalkan. Di Indonesia, feri mengalami waktu sibuk setiap libur
lebaran, malayani ribuan pemudik yang ingin pulang kampung keluar pulau.
Jenis kapal yang satu ini unik, karena bergerak dengan tidak terapung di permukaan laut,
melainkan menyelam ke dalam laut. Kini hampir semua kapl selam digunakan untuk tujuan
militer dan penelitian bawah laut, namun ada juga yang dibuat khusus untuk perjalanan wisata.
Cara kerja submarine adalah menggunakan prinsip archimedes, dimana terdapat ruang-ruang
yang berfungsi sebagai pemberat. Jika ingin menyelam, maka ruang pemberat akan diisi air
sehingga kapal akan tenggelam. Sebaliknya, jika ingin naik ke permukaan, ruang pemberat diisi
udara dan air dikeluarkan.
6. Kapal Perang
Sesuai namanya, fungsinya adalah untuk membantu kegiatan perang. Kapal perang memiliki
beberapa jenis. Kapal induk yang berguna untuk membawa armada tempur udara, kapal perusak
(destroyer) yang digunakan untuk kapal perang lawan, kapal penjelajah (cruiser) yang
digunakan untuk berlayar dalam waktu yang lama dan berperang di tempat yag jauh, serta kapal
penyapu ranjau yang berfungsi untuk mencari dan menghancurkan ranjau laut.
7. Kapal Tunda
Kapal tunda digunakan untuk menarik kapal lai yang lebih besar ketika akan merapat atau
meninggalkan pelabuhan yang sempit. Meski ukurannya kecil, tenaganya cukup besar untuk
menarik kapal-kapal besar. Kadang-kadang, untuk menarik kapal yang berukuran super seperti
kapal induk, diperlukan beberapa kapal tunda untuk menariknya.
8. Kapal Penangkap Ikan
Kapal ini digunakan para nelayan untuk mengangkap ikan. Dengan dilengkapi jala yang
berukuran besar, banyak ikan dapat ditangkap dengan cepat. Kapal ini juga memiliki ruang
pendingin untuk menyimpan ikan hasil tangkapan supaya ikan tetap segar setelah tiba di
pelabuhan.
9. Kapal Layar
Kapal layar sudah ada sejak zaman dahulu sebelum ditemukannya motor penggerak modern.
Kapal ini bergerak menggunakan tenaga angin dengan memanfaatkan layar yang terbentang
lebar. Dulu kapal ini digunakan untuk berbagai tujuan, tetapi kini hanya digunakan untuk
kegiatan olahraga.
Lifeboat digunakan oleh tim penyelamat apabila terjadi musibah laut, misalnya kapal
tenggelam. Lifeboat dapat melakukan pencarian dan penyelamatan korban musibah laut meski
dalam kondisi cuaca buruk, misalnya badai.
Warehouse/ Gudang
Warehouse adalah bagian dari sistem logistik perusahaan karena menyimpan barang (bahan
baku, bagian, produk setengah jadi, produk jadi) dan antara asal dan tujuan untuk memberikan
informasi kepada manajemen tentang status, kondisi, dan disposisi barang yang disimpan.
Gudang yang efisien adalah gudang yang dapat mengurangi biaya perawatan, tetapi tidak mudah
untuk mengurangi biaya perawatan gudang. Biaya penyimpanan juga mencapai 40-60% dari
total biaya rantai pasokan. Jumlah ini bukan jumlah kecil yang bisa dihabiskan di gudang. Ini
karena gudang harus diservis agar isi gudang tidak rusak.
Gudang ini, di mana persyaratan untuk produksi bahan sangat kompleks, berkisar dari tata letak
hingga suhu sekitar hingga jumlah perangkat yang digunakan di dalam gudang. Itulah sebabnya
bantalan harus dipandang rumit.
Fungsi Warehouse
1. Efektivitas: Efektivitas yang memungkinkan pelanggan atau pengguna untuk dengan mudah
mengakses produk perusahaan.
2. Reliabilitas: Keandalan informasi, komunikasi dan eksekusi, sehingga semua fungsi bekerja
dengan baik.
3. Efisiensi: Efisiensi rantai pasokan secara konstan diukur dan ditingkatkan oleh tim untuk
terus meningkatkan berbagai unit.
4. Kecepatan: Kecepatan pasokan ke pasar dan kepuasan pertanyaan merupakan masalah
penting yang digunakan manajemen sebagai strategi kompetitif.
Berikut adalah tugas dari orang yang bekerja pada bagian warehouse:
1. Persyaratan lengkap untuk pemeliharaan preventif, yaitu menyediakan transportasi yang
lebih baik dari dan ke gudang.
2. Mempercantik setiap penyimpanan barang dengan benar dan teratur berdasarkan kelompok
produk.
3. Koordinasi dengan administrator dan manajer penjualan mengenai inventaris.
4. Pemeliharaan kualitas layanan sesuai dengan standar organisasi.
5. Lengkapi laporan dengan memasukkan informasi yang diminta.
6. Mendapatkan pengetahuan teknis Anda dengan menghadiri seminar pendidikan.
7. Buat pengaturan untuk bawahan untuk mendistribusikan program.
8. Mempersiapkan barang untuk pengiriman ke pelanggan berdasarkan surat persetujuan yang
diterima dari administrasi.
9. Memastikan lingkungan kerja yang aman dan bersih sesuai dengan prosedur, peraturan dan
regulasi.
10. Buat log manajemen persediaan yang menampilkan dengan benar jenis barang, kode
barang, dan kuantitas.
11. Melakukan perhitungan fisik harian barang secara manual.
12. Mempersiapkan pesanan dan memproses pertanyaan dan mengirim pesanan.
13. Melindungi dan mempertahankan armada pengiriman.
Pengertian Ekspor
Ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. Apa itu daerah pabean?
Daerah pabean ini merupakan suatu bagian wilayah dari Republik Indonesia yang meliputi
wilayah darat, wilayah perairan dan juga ruang udara di atasnya, juga meliputi tempat-tempat
tertentu yang ada dalam Zona Ekonomi Eksklusif serta landas kontinen.
Secara sederhana, ekspor diartikan sebagai kegiatan mengeluarkan barang dari dalam negeri ke
luar negeri dengan memenuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Kegiatan ekspor biasanya dilakukan suatu negara apabila negara menghasilkan produksi barang
dalam jumlah besar dan kebutuhan akan barang tersebut sudah terpenuhi di dalam negerinya
sehingga dikirimkanlah produksi barang tersebut ke negara yang tidak bisa memproduksi barang
tersebut ataupun dikarenakan jumlah produksi barang di negara tujuan tidak terpenuhi.
Eksportir merupakan orang perseorangan atau badan hukum yang melakukan ekspor. Apabila
kegiatan ekspor dalam skala yang besar, maka pengirimannya melibatkan Bea Cukai yang
bertugas sebagai pengawas lalu lintas barang dalam suatu negara.
Setiap barang yang akan diekspor memiliki ketentuan masing-masing tergantung dari jenis
barangnya. Tidak semua orang dapat melakukan ekspor karena terdapat prosedur yang harus
ditaati.
Prosedur ekspor pada hakikatnya lebih mudah dibandingkan prosedur impor, dimana prosedur
impor memiliki lebih banyak aturan di dalamnya, terutama terkait pembayaran pajak. Beberapa
pajak ekspor yang dikenakan diantaranya pada ekspor kayu, rotan, dan crude palm oil (CPO).
Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang didapatkan dari kegiatan ekspor barang dari dalam
ke luar negeri:
Ekspor merupakan suatu bentuk kegiatan perdagangan lingkup internasional yang bertujuan
untuk memberikan rangsangan terhadap permintaan dalam negeri yang menyebabkan
tumbuhnya industri-industri pabrik besar.
Permintaan yang meningkat akan ekspor suatu produk dapat berdampak pada perkembangan
industri suatu negara. Hal ini tentunya dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif. Selain itu,
dengan melakukan perdagangan internasional suatu negara bisa membiasakan diri untuk
bersaing dalam pasar internasional serta terlatih dalam persaingan yang ketat.
Dengan melakukan ekspor, negara bertujuan untuk memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang
dari suatu produk. Tujuannya adalah untuk mengendalikan harga produk ekspor yang ada di
dalam negeri.
Ketika suatu produk melimpah produksinya maka harga produk tersebut di dalam negeri akan
memiliki harga yang rendah karena sangat mudah didapatkan. Oleh karena itu, untuk
mengendalikan harga supaya tetap stabil, negara melakukan ekspor ke negara lainnya yang
membutuhkan produk tersebut.
Kegiatan ekspor tentunya berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi suatu negara. Manfaat
dari kegiatan ekspor adalah membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar
domestik, menumbuhkan investasi, dan menambah devisa suatu negara.
Pengertian Impor
Impor merupakan kegiatan memasukan barang ke Daerah Pabean atau juga merupakan kegiatan
pembelian barang atau jasa dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Misalnya, Indonesia tidak memiliki komoditas gandum sehingga untuk memenuhi pasokan dan
kebutuhan gandum dalam negeri perlu mendatangkan gandum dari negara produsen gandum ke
Indonesia.
Sama halnya dengan kegiatan ekspor, kegiatan pengiriman barang impor dengan skala besar
memerlukan pendampingan dari bea cukai. Biasanya, pemerintah akan menaikan tarif pajak
terhadap produk impor kepada para importir.
Hal ini menyebabkan barang impor memiliki harga yang lebih mahal karena di dalam harga
tersebut telah dikenai pajak yang selanjutnya ditanggung oleh para konsumennya. Nah, maka
dari itu jangan heran apabila barang impor cenderung lebih mahal apabila dibandingkan dengan
harga produk lokal.
Tidak sembarang produk barang yang dapat diperbolehkan masuk sebagai barang impor.
Direktorat Bea Cukai memiliki peraturan yang jelas akan barang apa saja yang diperbolehkan
dan dilarang untuk kegiatan impor.
Beberapa diantaranya adalah hewan, ikan dan tumbuhan termasuk produk yang berasal dari
tersebut, obat-obatan terlarang seperti narkotika, senjata api dan benda yang mengandung
pornografi.
Tujuan paling utama dari kegiatan impor adalah memenuhi kebutuhan dalam negeri. Aktivitas
ekspor dan impor merupakan salah satu wujud dari inter-konektivitas setiap negara. Tidak ada
negara yang mampu hidup mandiri.
Dalam memenuhi kebutuhannya, setidaknya pasti terdapat satu hal yang membuat negara
tersebut harus membangun hubungan baik dengan negara lainnya. Salah satunya, dalam
aktivitas perekonomian ini. Tujuan lainnya dari kegiatan impor adalah untuk memperkuat
neraca pembayaran dan mengurangi keluarnya devisa ke luar negeri.
Lalu apa manfaat dari impor? Manfaat dari kegiatan impor itu sendiri adalah memungkinkan
suatu negara untuk memperoleh bahan baku, barang dan jasa suatu produk yang jumlahnya
terbatas di dalam negeri ataupun yang tidak bisa dihasilkan di dalam negeri. Hal ini secara tidak
langsung mendukung stabilitas negara
Shipping Commercial
Dalam pelayaran fungsi commercial sangat penting untukselalu dapat mengisi muatan diatas
kapal, karena dengan terisinya muatan maka perusahaan akan mendapatkan ongkos angkut dari
muatan tersebut atau lebih dikenal dengan freight, yang mana dengan mendapat ongkos angkut
ini, maka perusahaan akan mendapatkan pemasukan dan keuntungan. Sehingga dana kegiatan
operasional kapal dan operasional perusahaan akan dapat terpenuhi.
MATERI III - IV
Dalam menjalankan usaha angkutan laut, harus dipatuhi peraturan perundangan yang berlaku,
Beberapa peraturan yang dapat dijadikan pegangan dalam menjalankan kegiatan angkutan laut
adalah sebagai berikut
Secara umum UU Nomor. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran mengatakan bahwa pelayaran
adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan
dan keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim.
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran disahkan pada tanggal 7 Mei 2008
oleh Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta. Undang-Undang Nomor 17 tahun
2008 tentang Pelayaran diundangkan pada tanggal 7 Mei 2008 di Jakarta oleh Menkumham
Andi Mattalatta.
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran ditempatkan pada Lambaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64. Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 17 tahun
2008 tentang Pelayaran ditempatkan pada Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4849. Agar setiap orang mengetahuinya.
1. Bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri nusantara
yang disatukan oleh wilayah perairan sangat luas dengan batas-batas, hak-hak, dan
kedaulatan yang ditetapkan dengan undang-undang;
2. Bahwa dalam upaya mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mewujudkan Wawasan Nusantara serta
memantapkan ketahanan nasional diperlukan sistem transportasi nasional untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, dan memperkukuh kedaulatan negara;
3. Bahwa pelayaran yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan
keamanan pelayaran, dan perlindungan lingkungan maritim, merupakan bagian dari sistem
transportasi nasional yang harus dikembangkan potensi dan peranannya untuk mewujudkan
sistem transportasi yang efektif dan efisien, serta membantu terciptanya pola distribusi
nasional yang mantap dan dinamis;
Undang-Undang tentang Pelayaran yang memuat empat unsur utama yakni angkutan di
perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran, serta perlindungan lingkungan
maritim dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengaturan untuk bidang angkutan di perairan memuat prinsip pelaksanaan asas cabotage
dengan cara pemberdayaan angkutan laut nasional yang memberikan iklim kondusif guna
memajukan industri angkutan di perairan, antara lain adanya kemudahan di bidang
perpajakan, dan permodalan dalam pengadaan kapal serta adanya kontrak jangka panjang
untuk angkutan;
2. Dalam rangka pemberdayaan industri angkutan laut nasional, dalam Undang Undang ini
diatur pula mengenai hipotek kapal. Pengaturan ini merupakan salah satu upaya untuk
meyakinkan kreditor bahwa kapal Indonesia dapat dijadikan agunan berdasarkan peraturan
perundang-undangan, sehingga diharapkan perusahaan angkutan laut nasional akan mudah
memperoleh dana untuk pengembangan armadanya;
4. Pengaturan untuk bidang keselamatan dan keamanan pelayaran memuat ketentuan yang
mengantisipasi kemajuan teknologi dengan mengacu pada konvensi internasional yang
cenderung menggunakan peralatan mutakhir pada sarana dan prasarana keselamatan
pelayaran, di samping mengakomodasi ketentuan mengenai sistem keamanan pelayaran
yang termuat dalam “International Ship and Port Facility Security Code”; dan
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan mengatur
larangan penggunaan kapal asing untuk kegiatan lain selain angkutan dalam negeri yang
menggunakan kapal, termasuk kegiatan penunjang kegiatan usaha hulu dan hilir minyak gas
bumi,kegiatan pengerukan, kegiatan salvage dan pekerjaan bawah air.
Ketersediaan kapal tersebut saat ini belum dapat dipenuhi dari kapal yang berbendera Indonesia,
karena pengadaan kapal tersebut membutuhkan investasi yang cukup banyak, berteknologi
tinggi, dan jumlah kapal serta tenaga ahli yang mampu mengoperasikan kapal tersebut sangat
terbatas, sedangkan penggunaan kapal tersebut bersifat global (global market) dan mobile serta
waktu penggunaan yang singkat dan tidak berkelanjutan.
Penggunaan kapal berbendera asing tersebut sangat diperlukan antara lain untuk menunjang
kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi lepas pantai yang belum dapat dipenuhi oleh kapal
yang berbendera Indonesia sehingga apabila tidak diatur penggunaannya akan mengganggu
ketahanan energi nasional yang berdampak bagi perekonomian Indonesia.
PM 11 Tahun 2016
Dalam kegiatan manajemen angkutan laut, keagenan memiliki peranan yang penting dalam
menunjang kelancaran pergerakan kapal keluar masuk pelabuhan, untuk kelancaran kegiatan
keagenan di Indonesia tersebut, pemerintah memberikan arahan agar seluruh kegiatannya dapat
sesuai dengan peraturan ini.
Chief Executive Officer/CEO, Pejebat executive tertinggi dalam sebuah perusahaan yang
bertanggung jawab menjaga kestabilan perusahaan, mengembangkan strategi dan bertindak
sebagai titik utama dalam berkomunikasi antara dewan direksi dan pengelola operasional
perusahaan
Chief Internal Auditor, Pejabat executive tertinggi dalam sebuah organisasi perusahaan yang
bertanggung jawab terhadap audit internal perusahaan, dan bertanggung jawab kepada CEO
Chief Finacial Officer/CFO adalah Pejabat eksekutif senior yang bertanggung jawab untuk
mengelola keuangan sebuah perusahaan. Dalam sebuah perusahaan, tugas CFO adalah
melacak arus kas dan perencanaan keuangan sebuah perusahaan. Selain itu, CFO juga
bertugas menganalisis kekuatan, kelemahan keuangan perusahaan serta mengusulkan
tindakan korektif pada perusahaan, dan bertanggung jawab terhadap CEO
Chief Commercial & Business Development Officer, Pejabat executive tertinggi perusahaan
yang bertanggung jawab terhadap aspek comercial dan pengembangan perushaan kedepan
dan bertanggung jawab terhadap CEO
Chief Treasuri Officer, Jabatan tertinggi dalam sebuah perusahaan yang bertanggung jawab
dan berfungsi untuk menjaga kondisi likuiditas perusahaan seperti mengelola modal kerja,
mengelola kas, mengelola investasi, menggalang dana fihak ketiga untuk kemajuan
perusahaan yang bertanggung jawab terhadap CEO
Chief SHEQ Officer, Jabatan tertinggi dalam sebuah perushaan yang bertanggung jawab
terhadap keseluruah system aspek keselematan setiap orang yang bekerja dalam sebuah
perusahaan yang bertanggung jawab terhadap CEO
Chief Corporate Planning & Risk Officer, Jabatan tertinggi dalam perusahaan yang
merencanakan, mengelola, dan meminimalisasi resiko kerugian perusahaan dalam keuangan
dan berinvestasi
Chief Administration Officer, Jabatan tertinggi dalam perusahaan yang bertanggung jawab
terhadap kesuluruhan administrasi perusahaan.
Chief Operating officer (Fleet), Jabatan tertinggi dalam sebuah perushaan yang bertanggung
jawab terhadap operasional kapal-kapal yang dimiliki oleh perusahaan baik, kapal milik
maupun kapal sewa yang berada dalam tanggung jawab perusahaan.
Agency Manager, Jabatan tinggi dalam perusahaan yang bertanggung jawab dalam kegiatan
operasional dan pengembangan usaha perusahaan dalam bidang keagenan.
The Harter Act 1893, adalah Peraturan internasional tentang perjanjian pengangkutan dari
pelabuhan-pelabuhan di USA ke pelabuhan2 diluar USA
The Hague Rule 25/08/1924 (The international convention for the unication of certain rule of
law relating to bill of ladding), Peraturan-peraturan internasional yang berkaitan dengan Bill of
Lading
Sebelum COGSA dikeluarkan, di tahun 1925 telah diformulasikan The International Convention
for the Unification of Certain Rules Relating to Bills of Lading. Konvensi yang dikenal sebagai
Hague Rules ini menjamin keseragaman dan prediktabilitas di dalam transaksi pengiriman
internasional. Hague Rules mengatasi problem variasi undang-undang dan regulasi di semua
negara maritim. Salah satu aspek yang paling bermasalah sebelum penerapan Hague Rules
adalah klausul di dalam Bill of Lading yang melemahkan posisi pengirim yang tidak
mendapatkan perlindungan efektif dari tanggung jawab pengangkut.
COGSA diundangkan oleh Kongres Amerika Serikat pada tahun 1936. Istilah-istilah di dalam
Hague Rules dimasukkan ke dalam undang-undang ini dengan perubahan yang sangat minim.
Salah satu problem yang terdapat pada COGSA adalah konsep “package”. Konsep ini tidak
memiliki definisi yang jelas. Istilah “package” diambil dari Hague Rules, yang membatasi
tanggung jawab pengangkut pada sejumlah ganti kerugian berdasarkan “per package or unit”.
Sementara di dalam COGSA section 1304 (5) disebutkan,
Neither the carrier nor the ship shall in any event be or become liable for any loss or damage to
or in connection with the transportation of goods in an amount exceeding $500 per package
lawful money of the United States, or in case of goods not shipped in packages, per customary
freight unit, . . . unless the nature and value of such goods have been declared by the shipper
before shipment and inserted in the bill of lading.”
Banyak negara Eropa dan termasuk Kanada yang mengadopsi konsep “per package or unit” ke
dalam peraturan mengenai pengangkutan barang melalui laut di negara mereka. Negara-negara
itu juga tidak mendefinisikan secara jelas apa yang dimaksud dengan istilah yang diambil dari
Hague Rules tersebut. Sekalipun begitu, banyak di antara negara-negara ini menyamakan istilah
“unit” dengan “shipping unit”, hal demikian juga berlaku pada istilah “package”. Dengan
pembatasan pengertian ini, hasil yang dicapai sangat berbeda dengan kasus Amerika Serikat.
Sejak pertama kali COGSA diterapkan, istilah ini tidak memiliki definisi yang jelas. Salah satu
definisi yang kerap diterima adalah, “package” didefinisikan sebagai “a class of cargo,
irrespective of size, shape or weight, to which some packaging preparation for transportation has
been made which facilitates handling, but which does not necessarily conceal or completely
enclose the goods.” Barang apapun yang tidak masuk ke dalam kategori ini, mungkin masuk
dalam kategori ”customary freight unit”. Namun istilah ini berbeda dengan istilah “unit’ di
dalam Hague Rules atau Undang-undang negara yang didasarkan padanya.
Di dalam Hague Rules, bila barang tidak dapat dikategorikan sebagai “package” maka ia masuk
ke dalam kategori “unit”. Bila mengikuti pembatasan tanggung jawab di dalam COGSA, maka
tanggung jawab pengangkut berjumlah sama pada masing-masing klasifikasi, yaitu 500 dolar.
Adapun di dalam COGSA, keputusan pengadilan menentukan apakah kargo dapat dikatakan
“package” atau tidak, akan sangat mempengaruhi jumlah ganti kerugian yang harus dikeluarkan.
Incoterm
Incoterms atau International Commercial Terms adalah kumpulan istilah yang dibuat untuk
menyamakan pengertian antara penjual dan pembeli dalam perdagangan internasional.
Incoterms menjelaskan hak dan kewajiban pembeli dan penjual yang berhubungan dengan
pengiriman barang. Hal-hal yang dijelaskan meliputi proses pengiriman barang, penanggung
jawab proses ekspor-impor, penanggung biaya yang timbul dan penanggung risiko bila terjadi
perubahan kondisi barang yang terjadi akibat proses pengiriman.
'Incoterms' adalah cara penyebutan pendek dan cepat dari Istilah Komersial Internasional
(International Commercial Terms). Pertama kali diterbitkan pada tahun 1936, Incoterms
merupakan seperangkat 11 aturan yang menjelaskan siapa bertanggung jawab atas apa selama
transaksi internasional.
Incoterms adalah persyaratan pada setiap faktur komersial tunggal yang sangat mengurangi
risiko kesalahpahaman yang merugikan.
Incoterms menguraikan semua tugas, risiko, dan biaya yang bersangkutan selama transaksi
barang dari penjual ke pembeli.
Pada Incoterms 2010, istilah dibagi dalam 2 kategori berdasar metode pengiriman, yaitu 7 istilah
yang berlaku secara umum, dan 4 istilah yang berlaku khusus untuk pengiriman melalui
transportasi air.
“Hague-Visby Rules yang sederhananya adalah “Hague Rules” dengan sedikit perubahan yang
dibuat berdasarkan kepentingan mengkoreksi beberapa kesulitan yang ditemui sejak
diberlakukan 44 tahun sebelumnya.
“Hague-Visby Rules 1968” berisi amandemen atas “Hague Rules” yang diadopsi dalam
“Protocol to Amend the International for the Unification of Certain Rules of Law Relating to
Bills of Lading”.
Baik “Hague Rules” atau “Hague-Visby Rules”, keduanya membebankan kewajiban bagi carrier
di laut menurut kontrak pengangkutan yang diatur dalam bill of lading.
Kewajiban prinsip carrier adalah “exercise due diligence to provide seaworthy ship” (Art. III
Rule 1) dan menjaga muatan (Art. III Rule 2).
Kewajiban menjaga muatan secara tersurat tunduk pada daftar pengecualian terhadap tanggung
jawab atas kerugian dan kerusakan barang yang timbul dari keadaan yang terdapat dalam Article
4.2.
Carrier juga harus menunjukkan bahwa mereka telah memenuhi tanggung jawab utamanya
mengenai “seaworthiness” dari kapal sesuai Article III Rule 1 sebelum mereka dapat
menggunakan pengecualian dalam Article 4.2.
“Hamburg Rules” adalah seperangkat aturan internasional dalam hal pengiriman barang lewat
laut, yang dihasilkan dari “United Nations International Convention on the Carriage of Goods
by Sea” yang diadopsi tahun 1978 di Hamburg.
“Hamburg Rules” sebagian besar disusun sebagai jawaban atas perhatian dari negara-negara
berkembang yang menilai “Hague Rules” tidak fair dalam beberapa aspek. Perhatian ini
didasarkan fakta yang mereka lihat bahwa “Hague Rules” disusun oleh negara-negara maritim
kolonial dan untuk keperluan mengamankan dan mengembangkan kepentingan mereka dengan
mengorbankan negara lain.
Menurut “Hamburg Rules”, pihak carrier harus bertanggung jawab atas kerusakan atau kerugian
dari barang kecuali carrier dapat membuktikan bahwa mereka telah mengambil langkah-langkah
wajar untuk mencegah kerugian.
MATERI V
Bill of Lading
Untuk eksportir atau importir pasti sudah kenal dengan istilah Bill of Lading. Dokumen ini
sangat penting dan menjadi identitas dari barang yang diterima atau dikirimkan di pelabuhan
tempat pengiriman. Bill of Lading didefinisikan sebagai dokumen pelengkap yang menjadi
bukti yang dikeluarkan oleh pihak pelayaran dari barang yang akan dikirimkan atau diterima.
Biasanya dokumen Bill of lading berisi informasi yang menjelaskan identitas dari barang,
pengirim dan penerima. Informasi dasar seperti Pengirim, muatan, jumlah B/L, nama pemesan,
metode pembayaran dan freight. Dokumen bill of lading ini bisa disebut juga sebagai surat
perjanjian pengangkutan antara penerima atau pengirim dengan pihak pengangkutnya.
Setelah Anda mengetahui apa sebenarnya Bill of Lading, Anda juga dapat mengidentifikasi apa
sebenarnya fungsi dari bill of lading ini.
Sebagai Bukti
Fungsi pertama dari Bill of lading adalah menjadi bukti atau tanda terima dari muatan. Biasanya
bill of lading menjadi bukti bahwa barang yang akan dikirimkan sudah dimuat di atas kapal
pengangkut. Sehingga muatan sudah tercatat dalam kapal dan sudah meninggalkan pelabuhan.
Bill of lading biasanya dimiliki oleh pemilik barang dan pengirim barang. Bagi pemilik barang
yang menerima dari pelabuhan, bill of lading bisa menjadi bukti kepemilikan. Sehingga
penerima barang dapat mengklaim barang di pelabuhan sesuai dengan data dan identitas yang
tertulis dalam bill of lading.
Kontrak Pengangkutan
Selain berfungsi sebagai bukti dan identitas dari barang yang dikirimkan melalui pelabuhan. Bill
of Lading sendiri memiliki fungsi untuk menjadi dokumen perjanjian pengangkutan dan
penyerahan barang dari pihak pengangkut kepada penerima.
Sebagai dokumen yang memiliki nilai mengikat antara pengirim, pengangkut dan penerima.
Dasar kepemilikan dari bill of lading ini terbagi menjadi tiga. Yaitu:
Dasar kepemilikan bill of lading atas pemegang ini digunakan oleh pemilik barang yang akan
menagih barang yang dikirimkan. Tetapi penggunaan Bill of lading pemegang saat ini sudah
mulai jarang digunakan. Ciri utama bill of lading atas pemegang adalah adanya tanda ‘bearer’
pada dokumen bill of lading.
Pemilik bill of lading made out to order memiliki keleluasaan untuk memindahtangankan
kepemilikan kepada orang lain tentu dengan adanya endorsement. Ciri utama Made out bill of
lading adalah adanya kalimat “consigned to order”. Tanda “consigned to order” biasanya akan
tercantum di bagian belakang atau depan dari alamat yang dituju.
Straight bill of lading merupakan B/L yang paling umum digunakan. Mekanisme dari Straight
B/L adalah pengiriman langsung kepada penerima barang. Tentu pada lembar B/L terdapat
nama penerima sehingga cirinya adalah adanya kata “consigned” atau bisa juga “to”. Hal ini
tentu tidak memungkinkan adanya pemindahtanganan dari pihak penerima kepada orang lain.
Sehingga jika ingin melakukan hal tersebut harus melengkapi dokumen berupa surat pernyataan
pemindahan hak milik. Tetapi, jika yang dilakukan endorsement. Maka, pemindahan
kepemilikan tersebut akan tidak diakui.
Cargo Manifest
Cargo manifest kapal adalah dokumen kargo yang berisi daftar muatan yang dibawa kapal. Saat
berlayar cargo manifest beserta dokumen kargo yang lain, Bill of Lading, harus ada di kapal.
Pelabuhan muat, port of loading, adalah pelabuhan dimana barang dimuat. Kapal yang
bersandar di Teluk Bayur dan melakukan kegiatan muat maka pelabuhan muatnya adalah Teluk
Bayur.
Pelabuhan bongkar, port of discharge, adalah pelabuhan tujuan tempat barang akan dibongkar.
Kapal yang bertambat di Belawan dan membongkar muatannya, maka pelabuhan bongkarnya
adalah Belawan.
Shipper, Consignee
Pengirim, shipper, adalah pihak yang mengirim barang. Pengirim dapat mengirim langsung, bisa
pula melalui forwarding, yaitu badan usaha pengiriman barang.
Pengirim dan penerima umumnya dari pihak berbeda, tetapi bisa juga sama. Maksudnya sama,
misal, PT. A Jakarta mengirim barang untuk PT. A Medan.
Deskripsi muatan
Kapal dengan muatan satu jenis, tentu manifesnya pendek. Tetapi kapal dengan muatan banyak
jenis, atau muatan campuran, daftar muatan akan panjang, bisa satu dua halaman atau lebih.
Weight
Pada bagian ini sering tertera SAID TO WEIGH. Kalau dimaknai kira-kira : Berat barang
katanya. Maksudnya, pihak pelayaran tidak ikut terlibat menentukan berat barang yang dimuat
di kapal. Artinya, berapa yang akan dimuat ke kapal itu urusan pengirim selama dalam kapasitas
angkut kapal.
Invoice
Pengertian invoice secara umum adalah bukti tagihan yang diberikan oleh penjual kepada
pembeli atas transaksi jual beli yang terjadi dan harus dibayarkan dalam jangka waktu tertentu.
Akan tetapi dalam kegiatan perdagangan Internasional, arti invoice tentu lebih luas cakupannya.
Dalam perdagangan internasional, bisnis ekspor impor termasuk kegiatan yang mengandung
risiko tinggi, karena masing – masing pihak yaitu eksportir dan importir berjauhan secara
geografis, berbeda bahasa, kebiasaan dan hukum dalam transaksi ekspor impor.
Salah satu risiko yang dihadapi oleh eksportir adalah apabila terjadi penyimpangan maupun
pembatalan kontrak.
Risiko tersebut dapat dihindari apabila setiap transaksi ekspor yang dilakukan, dituangkan
dalam bentuk tertulis atau ke dalam bentuk kontrak dagang (sales contract).
Macam Invoice
1. Proforma Invoice
Profoma Invoice ini menyatakan syarat-syarat jual beli dan bersangkutan menyetujui pesanan
tersebut maka akan ada kontrak antara pembeli dengan penjual sesuai dengan yang ditetapkan
dalam bentuk Proforma Invoice.
Jika importir berdomisili di negara yang memiliki kurs yang berbeda secara internasional, atau
bukan dalam mata uang dollar, maka importir perlu meminta invoice dengan jenis proforma
kepada eksportir agar pemerintah dapat memberikan izin pembayaran.
Setelah importir menerima invoice, importir perlu mengajukan invoice tersebut kepada bank
untuk mendapat izin pembayaran dengan menukar kurensi menjadi dollar.
Biasanya, pro forma invoice diberikan kepada importir dari eksportir sesaat setelah eksportir
menerima permintaan barang.
Invoice jenis ini biasanya menyatakan syarat-syarat jual beli dan harga barang sehingga segera
setelah pembeli yang bersangkutan telah menyetujui pesanan maka akan ada kontrak yang pasti.
Penggunaan invoice ini juga digunakan jika penyelesaian akan dilakukan dengan:
2. Commercial Invoice
Commercial invoice merupakan dokumen nota atau faktur penjualan barang ekspor impor yang
diterbitkan oleh eksportir (penjual atau pengirim barang).
Secara kasar, commercial invoice adalah surat permintaan pembayaran kepada importir
(pembeli) sesaat setelah eksportir selesai memproduksi barang pesanan importir.
Commercial Invoice dari eksportir ditujukan kepada importir yang nama dan alamatnya sesuai
dengan yang tercantum dalam Letter of Credit (L/C) dan ditandatangani oleh pihak yang berhak
menandatangani.
Formulir invoice yang asli diberikan kepada bank sebagai bukti pembayaran untuk diteruskan
kepada importir.
Commercial invoice terdiri dari beberapa lembar antara lain bill of lading dan dokumen
transportasi lainnya.
Di dalam commercial invoice wajib mencantumkan nomer dan tanggal dokumen invoice, nama
importir atau consignee, nama barang, harga per unit (dijual berdasarkan, pcs/ kgm/ cbm/ dozen/
lainnya), harga total seluruh barang, cara penyerahan barang (FOB, CNF, CIF).
Commercial invoice ini sekaligus digunakan sebagai dasar untuk menghitung pajak negara.
Masing-masing industri dan perusahaan memiliki syarat dan ketentuan yang berbeda untuk
pernyataan invoice-nya.
Commercial invoice juga digunakan sebagai dasar untuk menghitung pajak atau bea masuk
sebuah negara.
3. Consular Invoice
Consular invoice terkadang ditandatangani oleh konsul perdagangan negeri pembeli, dibuat oleh
eksportir dan ditandatangani oleh konsul negara pembeli, atau dibuat dan ditandatangani negara
sahabat dari negara pembeli.
Peraturan-peraturan antar negara memiliki perbedaan antar satu dengan yang lainnya tetang
invoice ini, tetapi yang jelas kegunaannya antara lain untuk memeriksa harga jual dibandingkan
harga pasar yang sedang berlaku dan untuk memastikan bahwa tidak terjadi dumping.
Selain itu juga diperlukan untuk menghitung bea masuk di tempat importir.
Contoh penulisan kode invoice ialah 009/INV/DHL/I/2011 (002 menunjukkan arti sebagai
berikut :
Nomor invoice yang akan dibuat dan dibuat oleh direktur atau bagian keuangan sebagai nomor
identitas invoice;
Bidang Ekspor
Ketentuan umum di bidang ekspor biasanya meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
proses pengiriman barang ke luar negri. Ketentuan tersebut meliputi antara lain :
1. Ekspor
Perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam ke luar wilayah pabean
Indonesia dengan memenuhi ketentuanyang berlaku.
2. Syarat-syarat Ekspor
A. Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
B. Mendapat izin usaha dari Dept. Teknis/Lembaga Pemerintah Non-Dept
APE (Angka Pengenal Ekspor) untuk Eksportir Umum berlaku lima tahun.
APES (Angka Pengenal Ekspor Sementara) berlaku dua tahun
APET (Angka Pengenal Ekspor Terbatas) untuk PMA/PMDN
3. Eksportir
Pengusaha yang dapat melakukan ekspor, yang telah memiliki SIUP atau izin usaha dari
Dept. Teknis/LembagaPemerintah Non-Dept berdasarkan ketentuan yang berlaku.
5. Barang Ekspor
Seluruh jenis barang yang terdaftar sebagai barang ekspor dan sesuai dengan ketentuan
perpajakan dan kepabeanan yang berlaku.
Bidang Impor
Ketentuan umum di bidang Impor biasanya meliputi hal-hal yang berhubungan dengan proses
pengiriman barang ke dalam negri. Ketentuan tersebut meliputi antara lain :
1. Impor
Perdagangan dengan cara memasukan barang dari luar negri ke dalam wilayah pabean
Indonesia dengan memenuhi ketentuanyang berlaku.
2. Syarat-syarat Impor
a. Memiliki izin ekspor berupa :
3. Importir
Pengusaha yang dapat melakukan kegiatan perdagangan dengan cara memasukan barang
dari luar negri ke dalam wilayah pabean Indonesia sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Barang Impor
Seluruh jenis barang yang terdaftar sebagai barang impor dan sesuai dengan ketentuan
perpajakan dan kepabeanan yang berlaku.
Demurrage yaitu :
Pengenaan denda kepada penyewa kapal kalau dalam pelaksanaan pekerjaan pemuatan atau
pembongkaran muatan kapal terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan berdasarkan Voyage
Charter Party (Surat kontrak perjanjian sewa menyewa kapal untuk satu kali perjalanan.
Pemberian anugerah (reward) kepada Charterer apabila pekerjaan pemuatan atau pembongkaran
muatan kapal diselesaikan lebih cepat dari pada waktu laycan yang disetujui didalam voyage
charter party (surat kontrak perjanjian sewa menyewa kapal untuk satu kali perjalanan).
Persetujuan yang dapat dituangkan oleh kedua belah pihak antara pemilik dan penyewa kapal,
yaitu :
Berdasarkan persetujuan Time Charter Party (surat perjanjian sewa menyewa kapal untuk suatu
jangka waktu tertentu), penyewa kapal menjadi operator kapal dan harus menanggung semua
resiko operasi, sebaliknya penyewa kapal akan menikmati semua keuntungan yang diperoleh
dari operasi kapal kalau operasi itu berlangsung sebagaimana ketetapan didalam Time Charter
Party.
Didalam surat kontrak perjanjian sewa menyewa kapal biasanya dimuat klausul WWD-SHEX-
UU, DHD, yaitu singkatan dari Weather-Working Day, Sundays and Holidays EXcepted Unless
Used, Despatch Half Demurrage, pengertiannya adalah : denda demurrage sebesar sekian rupiah
atau dollar.- per hari kerja kalau pekerjaan dapat dikerjakan karena cuaca baik
Maka pengertian secara keseluruhan dari persetujuan prospek bahwa denda demurrage akan
dikenakan sebesar tarif. tertentu untuk tiap hari kerja kalau keadaan cuaca mengijinkan
dilakukannya pekerjaan pemuatan atau pekerjaan pembongkaran dan kepada pencharter akan
diberikan imbalan sebesar 50% dari tarif demurrage tersebut kalau pekerjaan diselesaikan lebih
cepat daripada waktu laycan yang disetujui. Singkatan SHEX-UU umumnya diinterpretasikan
sebagai penegasan dari WWD kecuali diberikan rincian yang lebih lengkap.
Dikatakan bahwa tarip demurrage pada persetujuan voyage charter adalah sebesar 100% dari
biaya eksploitasi kapal sehari, sedangkan tarip despatch setengah dari jumlah tarip Demurrage.
Timbulnya klausul tersebut diatas berdasarkan alasan : Apabila kapal menyelesaikan pekerjaan
pemuatan atau pembongkaran lebih lambat dari waktu laycan (laydays) yang disepakati dan
dituangkan dalam charter party, maka shipowner (pemilik kapal) mengalami kerugian sebesar
satu kali biaya eksploitasi sehari dan kalau pekerjaan diselesaikan lebih cepat maka shipowner
mendapat keuntungan satu hari?
Biaya eksploitasi kapal dalam sehari bisa dihitung dengan menyimak komponen-komponen dari
biaya eksploitasi tersebut. perincian dari beberapa komponen yang penting, yaitu:
Biaya pembangunan kapal dibagi (15 x 365); umur teknis kapal dipersepsikan 15 tahun sejak
pembangunannya;
Dan seterusnya biaya-biaya nyata bagi pengoperasian kapal dalam satu hari, dapat diketahui;
total biaya-biaya tersebut terakumulasi menjadi biaya eksploitasi kapal dalam satu hari.
Dalam persetujuan voyage charter seorang/ perusahaan mempunyai sejumlah muatan yang ada
di pelabuhan tertentu (atau yang dapat disiapkan di pelabuhan tersebut) yang perlu diangkut ke
pelabuhan lain dalam satu kali pengangkutan.
Pada umumnya jenis muatan yang memerlukan pengangkutan seperti itu adalah muatan curah
(bulk cargo) karena biayanya akan lebih murah dari pada diangkut dengan cara lain, misalnya
pengapalan menggunakan kapal liner service.
Pemilik muatan sebagai pencharter kapal, boleh dikatakan tidak berkepentingan dengan
kegiatan pemuatan serta kegiatan pembongkaran muatan, sepanjang kegiatan itu dikerjakan
dengan cara yang normal dan berlangsung dalam waktu yang normal, demikian juga pihak
pencarter perhatiannya relatif pasif terhadap lamanya waktu kapal berlayar mengangkut barang
muatannya dari pelabuhan pemuatan ke pelabuhan tujuan, asalkan waktu tempu berlayar itu
tidak berlarut larut.
Bagaimana halnya dengan pemilik kapal? Bagi pemilik kapal setiap hari keterlambatan
pekerjaan pemuatan demikian juga setiap hari keterlambatan waktu berlayar merupakan
tanggungan kerugian yang cukup signifikan. sedangkan bagi pencharter kapal sifatnya
kepentingannya relatif karena tidak ikut terlibat dalam pengoperasian kapal dalam hal ini
pencarter kapal hanya berkepentingan terhadap waktu tibanya muatan ditempat tujuan sedapat
mungkin tepat waktu sesuai target waktu yang sudah diperhitungkan atau lebih cepat dari waktu
tiba yang sudh diperkirakan terutama bila barang yang diangkut sangat dibutuhkan dan akan
segera dipakai.
Resiko keterlambatan waktu berlayar kapal yang diakibatkan oleh beberapa macam hambatan
dalam pelayaran ditanggung oleh shipowner.
Namun perhitungan waktu yang dialokasikan bagi kapal untuk menyelesaikan pekerjaan
pemuatan dan pekerjaan pembongkaran sebagaimana yang dituangkan dalam klausul charter
party yang bersangkutan, ikut menjadi perhatian bagi pencarter kapal karena adanya resiko
untuk dikenakan denda demurrage kalau kegiatan pemuatan (dan) atau pembongkaran terlambat
dari waktu yang dialokasikan (waktu laycan/laydays)
Keterlambatan waktu pemuatan dapat terjadi karena adanya gangguan dalam pemasokan barang
dari hinterland ke pelabuhan pemuatan padahal masalah pemasokan barang tidak ada urusannya
dengan shipowner.
Lamanya waktu laycan yang dapat dialokasikan kepada kapal untuk menyelesaikan pekerjaan
pemuatan dihitung dari banyaknya muatan yang harus dimuat ke kapal dibagi dengan kecepatan
kerja pemuatan atau loading rate (istilah tehnis pengapalan/ shipping) sedangkan lamanya waktu
untuk menyelesaikan pembongkaran muatan itu dihitung dari banyaknya muatan yang harus
dibongkar dibagi dengan kecepatan pembongkaran (discharging rate).
Kecepatan kerja dari setiap pelabuhan berbeda-beda karena ditentukan oleh beberapa faktor
antara lain ketersediaan sarana pendukung, ketrampilan kerja TKBM (tenaga kerja bongkar
muat) dan lain-lain.
Shipowner menetapkan denda demurrage sebesar satu kali biaya eksploitasi kapal satu hari,
berdasarkan pemahaman bahwa satu hari kapal terlambat berlayar keluar dari pelabuhan (karena
pekerjaan pemuatan belum selesai) maka shipowner menanggung kerugian satu hari biaya
eksploitasi kapal; kerugian ini harus diganti oleh pihak pencarter dalam bentuk denda
demurrage.
Shipowner juga sering menetapkan maximum demurrage days, terutama kalau pencarter hanya
menyewa kapal itu satu kali saja apalagi kalau shipowner punya prospek penyewaan lain setelah
kontrak sewa-menyewa kapal ini sudah berakhir.
Misalnya, pada kesepakatan dalam charter party, PT. A sebagai penyewa kapal menyatakan
akan menyewa kapal selama 30 hari kepada PT. B sebagai pemilik kapal. Namun, karena
pengurusan dokumen di pelabuhan berjalan lambat menyebabkan proses bongkar-muat
menghabiskan waktu 40 hari. Sehingga kapal harus berada di pelabuhan 10 hari lebih lama dari
kesepakatan. Dari kejadian tersebut, maka PT. A harus membayarkan biaya kompensasi kepada
PT. B, karena tidak sesuai dengan kesepakatan dalam charter party.
Despatch adalah
Suatu kondisi dimana proses bongkar-muat cargo yang ada di kapal berlangsung lebih cepat
daripada yang disepakati dalam charter party.
Sehingga pemilik kapal harus membayarkan kompensasi kepada penyewa kapal/pemilik cargo
tersebut. Dengan kata lain, despatch merupakan kebalikan dari demurrage.
Ketika berbicara tentang Demurrage dan Despatch berarti kita membahas tentang berapa biaya
kompensasi yang harus dibayarkan karena muatan di dalam kontainer belum selesai dimuat atau
dibongkar atau justru selesai sebelum waktu kesepakatan.
Ketika berbicara mengenai Detention berarti merujuk pada biaya atas batas waktu dalam
penggunaan kontainer yang sudah selesai dibongkar atau dimuat. Artinya, Detention ini adalah
biaya atas kelebihan waktu penggunaan kontainer kosong yang harusnya sudah dikembalikan.
Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa banyak pemilik kapal yang mengeluhkan biaya
Demurrage yang semakin membengkak seiring dengan banyaknya pengiriman barang yang
masuk. Salah satunya disebabkan oleh sulitnya izin ekspor-impor dari Bea Cukai mengenai
kelaikan barang dan urusan perizinan dokumen terkait. Sehingga, muatan yang harusnya dikirim
tepat waktu jadi harus menetap di pelabuhan lebih sebulan atau dua bulan. Menyikapi hal ini,
pemerintah menawarkan solusi guna menekan biaya demurrage ini adalah dengan meningkatkan
standar kinerja di pelabuhan.
MODUL VI - VIII
Pada pembahasan sebelumnya, sudah dibahas beberapa jenis kapal, berikut adalah jenis-jenis
kapal yang umumnya dipakai untuk kegiatan komersial mengangkut mutan
Kapal Kontainer
Containership atau Kapal peti kemas (sering juga disebut celullarship) adalah kapal yang
dibangun khusus mengangkut kontainer atau peti kemas ukuran standar. Penempatan peti kemas
bersifat seluler, dengan bingkai vertikal. Berukuran mulai dari sekitar 500 TEU hingga sekitar
22.000 TEU. Kontainer dapat memuat kontainer ukuran 20 ft dan 40 ft. Setiap kapal umumnya
mencantumkan kapasitas angkut maksimumnya untuk masing-masing ukuran kontainer.
Menurut Alphaliner, saat ini ada 5.992 unit (11 persen) kapal peti kemas yang beroperasi di
seluruh dunia. Total kapasitas angkut mencapai 21 juta TEU dengan total tonase hampir 260
juta dwt.
Kapal peti kemas beroperasi dengan cara yang berbeda dengan Bulker atau General Cargo ship.
Kapal peti kemas melayari rute tertentu secara rutin, atau disebut pola liner. Kapal yang lebih
kecil digunakan sebagai kapal pengumpan (feeder) dari/ke daerah pedalaman di sekitar terminal
peti kemas utama. Kapal peti kemas yang lebih besar biasanya gearless dan memiliki kecepatan
lebih dari 25 knot sehingga digunakan dalam pelayaran jarak jauh.
Sejak digunakan lebih dari 50 tahun yang lalu, ukuran kapal peti kemas semakin membesar,
semakin canggih dan semakin efisien. Kapal peti kemas generasi terakhir memiliki panjang
hampir 400 meter dengan lebar 55 meter. Mesinnya berbobot 2.300 ton, berat propeller 130 ton,
dan jarak antara Brigde dan ruang mesin setara 21 lantai. Dengan dukungan sistem komputer,
cukup 13 orang untuk mengoperasikannya. Mampu membawa 11.000 buah peti kemas ukuran
20 ft. Jika kontainer sejumlah itu dimuat truk dan dibariskan, akan didapat antrian sepanjang 71
kilometer.
Sejak digunakan lebih dari 50 tahun yang lalu, kapal peti kemas kini sudah memasuki gerenasi
ke-6. Perkembangan dari generasi ke generasi mengikuti perkembangan perdagangan global
yang menuntut efisiensi, keselamatan dan perlindungan lingkungan.
Generasi pertama kapal peti kemas terdiri dari bulk carrier atau tanker yang dimodifikasi
sehingga bisa mengangkut peti kemas hingga 1.000 TEUs. Kapal Kontainer pertama, “Ideal-X”
adalah konversi dari T2, kapal tanker militer AS eks Perang Dunia II. Saat itu, di awal tahun
1960an penggunaan peti kemas masih terbatas dan belum teruji.
Infografis Evolusi Kapal Peti Kemas (Sumber: ICS Shipping)
Kapal peti kemas generasi pertama umumnya onboard crane (geared) karena kebanyakan
pelabuhan tidak dilengkapi Crane untuk menangani peti kemas. Kecepatan juga relatif lambat,
sekitar 18 sampai 20 knot. Peti kemas ditempatkan hanya di deck utama yang telah dikonversi.
Begitu penggunaan peti kemas mulai marak pada awal tahun 1970-an, barulah dimulai
pembangunan kapal peti kemas yang sepenuhnya didedikasikan untuk mengangkut peti kemas.
Inilah generasi kedua dari kapal peti kemas. Seluruh ruang kapal digunakan untuk menumpuk
kontainer, termasuk di bawah dek. Crane mulai ditiadakan agar lebih banyak peti kemas yang
dapat diangkut. Kecepatan kapal peti kemas generasi kedua sekitar 20-25 knot.
Generasi keempat adalah kelas Post Panamax I dan II. Kapal peti kemas kelas APL C10 (4.500
TEUs) diperkenalkan pada tahun 1988 dan menjadi kelas peti kemas pertama yang melampaui
batas 32,2 meter lebar Terusan Panama. Dengan semakin tumbuhnya perdagangan dunia, batas
ukuran Terusan Panama tidak lagi dijadikan patokan. Pada tahun 1996, kapal peti kemas post
panamax dengan kapasitas mencapai 6.600 TEUs mulai diperkenalkan.
Begitu batas panamax dilanggar, pertumbuhan kapal peti kemas dengan ukuran yang lebih besar
meningkat secara cepat dengan kapasitas mencapai 8.000 TEUs (Post Panamax II; “Sovereign
Class”). Kapal peti kemas post panamax memicu tantangan pada infrastruktur karena
membutuhkan pelabuhan yang lebih dalam (minimal sekitar 13 meter) dan Crane yang lebih
efisien dengan jangkauan yang lebih jauh.
New-Panamax, atau Neo-Panamax (NPX) adalah generasi ke-lima kapal peti kemas. Kapal
dirancang agar sesuai dimensi baru perluasan Terusan Panama yang selesai pada Juni 2016.
Kapal peti kemas generasi ke-lima ini memiliki kapasitas sekitar 12.500 TEU. Seperti halnya
panamax, Neo-Panamax cenderung disematkan pada kapal kelas tertentu yang berlayar ke
Amerika dan Karibia, baik dari Eropa maupun Asia.
Triple E Maersk
Generasi keenam, Post Panamax III dan Triple E. Pada tahun 2006, Maersk Line
memperkenalkan kelas kapal yang memiliki kapasitas 11.000 sampai 14.500 TEUs, yaitu Emma
Maersk, (E Class). Kapal ini dijuluki “Post New Panamax” karena lebih besar dari dimensi
Terusan Panama yang sudah diperluas. Pada tahun 2013, diperkenalkan kapal kelas “Triple E”
sekitar 18.000 TEUs. Kapal-kapal Post New Panamax berlayar pada rute Asia-Eropa yang tidak
melewati terusan Panama.
Pada generasi keenam ini sudah ada desain kapal kelas ” Malacca Max”, dengan kapasitas
mencapai 27.000-30.000 TEU. Namun kelas ini diperkirakan tidak akan dibangun sampai ada
volume perdagangan yang cukup yang melewati rute selat Malaka.
Kapal Tanker
Secara umum, kapal tanker terdiri dari dua jenis: product tanker dan crude carrier. Di luar
itu, ada jenis tanker yang lebih khusus seperti chemical tanker, gas/LPG/LNG carrier dan
asphalt/bitumen carrier. Sampai tahun 2016, terdapat 7.065 buah Oil Tanker di dunia
(Statistika.com).
Product Tanker
Oil Product Tanker, atau cukup disebut product tanker, adalah jenis kapal tanker yang khusus
mengangkut produk minyak, yaitu hasil pengolahan minyak mentah (crude oil) di kilang
pengolahan (oil refinery plant).
Oil product tanker dibedakan berdasarkan jenis minyak (clean dan dirty) dan tankinya. Clean
product adalah produk minyak yang ringan seperti avtur, bensin, minyak tanah, dan solar .
Sedangkan yang lebih berat seperti minyak bakar (oil fuel) dan residu, disebut dirty product.
Tanki pada Clean Product Tanker dilapisi bahan khusus (coating) untuk mencegah korosi dan
harus selalu dibersihkan terlebih dahulu sebelum pemuatan. Jenis tanker ini umumnya memiliki
sistem pemisah sehingga dapat memuat jenis minyak yang berbeda tanpa resiko bercampur.
Clean Product Tanker dapat mengangkut dirty product (kecuali jenis yang paling berat),
sedangkan Dirty Product Tanker tidak dapat memuat clean product.
Tanki pada Dirty Product Tanker tidak dilapisi bahan khusus dan tidak memiliki sistem
pemisahan, namun dilengkapi koil pemanas untuk mencegah pembekuan saat mengangkut
produk minyak yang memiliki densitas yang besar.
Crude Carrier
Crude Carrier adalah kapal tanker pengangkut crude oil atau minyak mentah. Cargo curah cair
ini umumnya homogen. Perbedaan spesifikasi minyak mentah tidak berpengaruh karena pada
akhirnya akan diolah di tahap berikutnya. Ukuran Crude Carrier mulai dari 50,000 MT dwt
hingga sekitar 500,000 MT dwt.
Berdasarkan ukurannya, baik product/refined tanker dan crude carrier, dikelompokkan sebagai
berikut:
LR1 (Long Range 1) Tanker. Ada yang membawa refined products dan crude oil. Tanker
kategori ini yang mengangkut dirty product biasanya disebut panamax tankers. LR1 and
panamax tanker memiliki bobot mati 55,000 MT hingga 80,000 MT.
LR2 (Long Range 2) Tanker. Jenis ini membawa product dan crude oil. Ukurannya berkisar
80,000 MT dwt -160,000 MT dwt. Tanker pengangkut crude oil biasanya disebut Aframax
tanker (80,000 MT -120,000 MT dwt) dan Suezmax tanker (120,000 MT – 160,000 MT dwt).
Very Large Crude Carrier (VLCC) and Ultra Large Crude Carrier (ULCC). Tanker ini hanya
pengangkut minyak mentah. Ukuran VLCC adalah 320,000 MT dan ULCC sebesar 550,000 MT
dwt.
Chemical tanker
Kapal tanker kimia adalah kapal kargo yang dibangun atau disesuaikan dan digunakan untuk
mengangkut bahan kimia cair dalam bentuk curah. Kapal tanker kimia diharuskan mematuhi
berbagai aspek keselamatan yang diuraikan dalam Bagian B dari SOLAS Bab VIII dan
International Bulk Chemical Code (IBC Code).
Kargo kimia curah cair termasuk jenis muatan yang berbahaya, sebagian besar mudah terbakar
dan/atau beracun. IBC Code membagi kapal tanker kimia dalam tiga jenis berdasarkan
kapabilitasnya mengangkut bahan kimia, yaitu ST1, ST2, dan ST3.
Chemical Tanker
Chemical tanker disebut juga parcel tanker. Biasanya berukuran kecil, dari sekitar 5.000 ton dwt
hingga 25.000 dwt. Beberapa kapal tanker pengangkut bahan kimia ini ada yang berukuran
hingga 50.000 ton dwt. Pada tahun 2016, populasi kapal tanker jenis di dunia adalah 5.204 unit
(Statistika.com).
Untuk membawa kargo berbahaya, tanker ini memiliki standar keamanan yang tinggi, antara
lain: Tangki dilapisi bahan khusus (seperti stainless steel, epoxy resin dan zinc silicate) demi
mencegah reaksi antara bahan kimia dan lambung kapal. Setiap tangki memiliki sistem pompa
dan pemipaan tersendiri, sehingga muatan dalam setiap tangki dapat dimuat dan dikeluarkan
secara terpisah. Pemisahaan ini untuk mencegah kontaminasi antar jenis bahan kimia berbeda
KAPAL CARGO
Kapal cargo atau dalam bahasa indonesia sering di sebut kapal barang, dari namanya sudah jelas
kapal cargo merupakan kapal yang di gunakan menyeberangi laut untuk mengangkut
barang/cargo dari suatu daerah ke derah lainnya. kapal cargo bukan hanya menyeberangi antara
pulau-pulau lokal tapi banyak kapal cargo yang dapat menyeberangi samudra di dunia ini.
Kapal yang dibangun untuk tujuan mengangkut barang-barang menurut jenis barang masing-
masing, spesialisasinya adalah:
b) Bulk carrier
Kapal Curah (Bulk carrier) adalah kapal besar dengan hanya satu dek yang mengangkut muatan
yang tidak di bungkus atau curah. Muatan dicurah, dipompa ke dalam kapal dengan bantuan
mesin curah dan bilamana tidak dengan mesin, maka karung-karung berisi muatan yang
diangkat ke kapal dengan bantuan derek kapal diletakan di atas palka dahulu. Karung-karung
tersebut kemudian dibuka untuk dicurahkan isinya ke dalam palka.
Di tempat pembongkaran, isi dari palka dihisap atau dibongkar dengan pertolongan conveyor.
Palka dari kapal bulk carrier berbentuk corong agar muatannya dapat terkumpul di tengahtengah
palka.
Setiap kapal curah memiliki cara tersendiri dalam pelaksanaan bongkar muat. Ada kapal curah
menggunakan crane milik kapal sendiri yang biasa disebut deck crane dan ada juga yang
menggunakan conveyor sebagai alat bantu bongkar muatannya tetapi kapal dengan muatan
curah jarang menggunakan deck crane sebagai alat bantu bongkar muatannya. Yang dimaksud
dengan deck crane adalah suatu alat bongkar muat yang memiliki boom (lengan pengungkit)
dan dijalankan dengan bantuan tenaga listrik. Deck crane ini pada setiap kapal curah memiliki
kemampuan yang berbeda-beda, kemampuan ini memiliki tergantung besar kecilnya DWT
sebuah kapal curah, karena semakin besar DWT sebuah kapal semakin besar pula kekuatan deck
crane yang biasa disebut SWL (Safety Working Load). Safety Working Load adalah
kemampuan sebuah crane atau deck crane untuk mengangkat suatu beban atau benda berat
secara aman.
Dengan memiliki SWL yang semakin besar, maka kemampuan deck crane ini pun semakin
besar pula dan lebih cepat dalam pemakaian karena mampu mengangkat lebih banyak suatu
beban.
Dikapal curah ada tipe deck crane yang dilengkapi dengan dua buah boom atau sering disebut
boom ganda. Boom ganda ini mempunyai kekuatan yang jauh lebih besar dari pada deck crane
tunggal dalam proses pengangkatan barang atau muatan. Tetapi pada kenyataanya saat ini kapal
dengan jenis muatan curah lebih banyak menggunakan conveyor sebagai alat bantu bongkar
muat.
Karena kapal curah dengan alat bantu bongkar muat yang menggunakan conveyor ternyata jauh
lebih cepat pada saat pembongkaran muatanya.
Kapal curah mempunyai banyak kelebihan dibanding dengan jenis kapal yang merupakan satu
tipe yaitu kapal dengan jenis kapal cargo. Sehingga beberapa kelebihan yang ada pada kapal
curah adalah sebagai berikut .
Dalam kenyataanya yang seiring dengan saat ini, yaitu peningkatan jumlah kebutuhan yang
semakin meningkat. Maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut khususnya jenis kapal curah,
maka kapal curah dibuat dengan bermacam-macam ukuran dan tidak jarang pula dijumpai kapal
curah yang memiliki tahun pembuatan yang masih baru. Hal ini membuktikan tidak hanya jenis
dan ukuran saja yang meningkat, tetapi jumlah armada juga mengalami peningkatan.
1. Mini Bulkers
Yaitu kapal curah yang memiliki DWT kurang dari 10.000 ton.
Yaitu kapal curah yang memiliki DWT antara 10.000 – 35.000 ton. Dan memiliki draft kurang
dari 11,5 meter.
3. Handymax Bulkers
Yaitu kapal curah yang memiliki DWT antara 35.000 – 50.000 ton.
4. Panamax Bulkers
Yaitu kapal curah yang memiliki DWT lebih besar dari Handy sized bulkers dan disebut
Panamax Bulkers karena dibuat sedemikian rupa agar bisa melewati Panama canal.
5. Cape-Sized Bulkers
Yaitu kapal curah dengan DWT antara 100.000 – 180.000 ton dan biasanya dengan draft
maksimum 17 meter.
MODUL IX
KEDATANGAN DAN KEBERANGKATAN KAPAL
Oleh karena itu prosedur dokumen Clearance In dan Clearance Out kapal tanker yang akan
masuk dan keluar pelabuhan yang baik akan sangat menunjang mutu pelayanan kapal dari
PT.Pertamina Trans Kontinental Cabang Merak Banten.
A.Pengertian ProsedurProsedur adalah serangkaian langkah/kegiatan klerikal yang tersusun
secara sistematis berdasarkan urutan-urutan yang terperinci dan harus diikuti untuk dapat
menyelesaikan suatu permasalahan(Puspitawati L dan AnggadiniS.D, 2011).
Menurut Mulyadi (2010) Prosedur adalah urutan kegiatan pekerjaan, biasanya melibatkan
beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan
secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang”.
Sedangkan menurut M.Nafarin (2009) Prosedur adalah urut-urutan seri tugas yang saling
berkaitan dan dibentuk guna menjamin pelaksanaan kerja yang seragam”.
Pengertian Dokumen Pengertian dokumen secara umum yaitu dokumen menurut bahasa inggris
berasal dari kata document yang memiliki arti suatu yang tertulis atau tercetak dan segala benda
yang mempunyai keterangan-keterangan dipilih untuk dikumpulkan, disusun, disediakan atau
untuk disebarkan.Menurut Poerwadarminta, W.J.S (2003 : 27) Dokumen adalah sesuatu yang
tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan.C. Pengertian
KapalPengertian kapal menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Pasal 1 butir 36 yang
dimaksud dengan Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakan
dengan tenaga angin, tenaga mekanik, dan energilainnya, ditarik atau ditunda, termasuk
kendaraan air yang berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah permukaan air, serta alat
apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah. Selanjutnya dalam penjelasan yang
dimaksud dengan “kapal” adalah :
Pengertian Pelabuhan Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 146 Tahun 2016 Pasal 1
tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut, “Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan
dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun
penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang
pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi”.
Selanjutnya menurut Lasse (2014 : 4) Pelabuhan diartikan juga sebagai area tempat kapal dapat
melakukan kegiatan pemuatanatau pembongkaran barang, termasuk dalam area dimaksud suatu
lokasi dimana kapal dapat antri menunggu giliran atau tunggu perintah aktivitas, Pengertian
Hopkins tentang pelabuhan mencakup lokasi perairan tempat menunggu yang disebut sebagai
lokasi labuh jangkar (anchorage area). Hal ini dapat diartikan bahwa lokasi perairan labuh
jangkar merupakan bagian dari lingkungan kerja pelabuhan.Lasse (2014 : 4) Pelabuhan dapat
pula diartikan juga sebagai terminal dan area dimana kapal-kapal memuat atau membongkar
muatan di dermaga, di lokasi labuh, atau sejenisnya dan mencangkup perairan tempat menunggu
giliran mendapatkan pelayanan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pelabuhan adalah suatu lingkungan kerja yang
terdiri dari area daratan dan perairan yang dilengkapi dengan fasilitas untuk berlabuh dan
bertambat kapal guna terselenggaranya bongkar muat barang serta naik turunnya penumpang
dari satu moda transportasi laut ke moda transportasi lainnya atau sebaliknya.E. Prosedur
Penanganan Dokumen KapalMenurut Yuwono Nur (1992 : 72) Prosedur penanganan
dokumenkapal adalah suatu rangkaian kegiatan atau suatu pekerjaan yang melibatkan orang
lain, dimana terdapat mekanisme atau cara yang teratur dan terarah.
Dalam hal menangani dan melayani pengurusan dokumen kapal serta surat-surat penting lainnya
yang dibutuhkan untuk pelayaran satu kapal dari awal hingga akhir seperti :a.Memeriksa
Shipping Order yang dibuat oleh perusahaan atau agennya yang ditujukankepada Nahkodaatau
Perwira kapal untuk memuat barang.
Jurnal Sains Teknologi Transportasi Maritimp-ISSN 2684-9135Volume I No. 1.Mei
201913b.Memeriksa Cargo Manifest atau daftar muatan atau yang biasa juga disebut sebagai
kumpulan B/Lc.Memeriksa daftar pengapalan muatan atau Boat Note serta syarat-syarat penting
kapal lain
1) Arrival Conditionberisi tentang kondisi kapal saat tiba di pelabuhan seperti jumlah bahan
bakar, air tawar, draf tiba.
2) Last Port Clearance yaitu bukti Clearance dari pelabuhan sebelumnya atau pelabuhan asal.
3) Warta Kapal atau Berita Kapal Surat yang harus diisi pada saat kapal tiba di pelabuhan.
4) Crew List daftar awak kapalyang berada di atas kapal beserta jabatannya.
5) Buku Kesehatan / Health Book6)Sertifikat Kapal Tanker Original untuk pendaftaran
Clearance In.Selain melakukan pengambilan dokumen kapal untuk keperluan Clearance In,
staf operasional juga menanyakan tentang semua kebutuhan kapal misalkan permintaan
bahan bakar, permintaan air tawar, permintaan perbekalan kapal, dan kebutuhan-kebutuhan
lain untuk awak kapal. Selesai dari pemeriksaan dokumen kapal staf operasional segera
membawa dokumen-dokumen kapal ke kantor untuk mendaftarkan permohonan via online
guna keperluan Clearance In di Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I
Banten.
MODUL X
KEPELABUHANAN
Urusan kepelabuhan laut digunakan untuk pelabuhan yang menangani kapal-kapal laut.
Kegiatan urusan kepelabuhan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang
kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang,
keselamatan berlayar, serta tempat perpindahan intra dan/atau antar moda”. (UU no 21 Tahun
1992 Pasal 1).
Fasilitas Pelabuhan
1. Fasilitas Infrastruktur
Adalah fasilitas dasar yang digunakan untuk melayani kapal-kapal seperti alur pelayaran
dan sarana bantu Navigasi, kolam pelabuhan, break-water, dermaga/tambatan dan lahan
pelabuhan, dsb.
2. Fasilitas Suprastruktur
Adalah fasilitas dan peralatan tambahan yang digunakan untuk kelncaran penanganan
barang muatan muatan kapal di pelabuhan, seperti sudang/lapangan penumpukkan,
peralatan bongkar muat, jaringan jalan, dsb.
Instansi atau unit kerja yang terlibat dan bertanggung jawab dalam urusan kepelabuhan,
diantaranya :
Kantor administrator pelabuhan adalah unit organik di bidang kepelabuhan pada pelabuhan yang
diusahakan di lingkungan Departemen Perhubungan. Tugas dari Administrator Pelabuhan ini
diantaranya :
1. Dermaga
2. Gudang Lini 1 (diepzee-gudang).
3. Crane darat
4. Crane apung
5. Giant crane
6. Kapal tunda (tug boat)
7. Air minum kapal
8. Bahan bakar (bunker)
9. Tenaga lisrik penerangan pelabuhan
Kantor Syahbandar adalah salah satu bagian dari kantor administrator pelabuhan yang bertugas
melaksanakan :
Lalu lintas angkatan laut adalah salah satu bagian dari kantor administrator pelabuhan yang
bertugas melaksanakan fungsi yang diantaranya :
Kantor navigasi adalah salah satu bagian dari kantor administrator pelabuhan yang bertugas :
1. Melaksanakan fungsi :
1. Penggantian
2. Pemeliharaan
3. Penempatan
4. Dan pembangunan rambu-rambu seperti pelampung suar dan keselamatan lalu
lintas pelayaran.
2. Memelihara dan menyediakan kapal dan motor boat untuk tugas operasional serta
menggunakan dan memelihara fasilitas galangan dan bengkel untuk kapal-kapal negara.
3. Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan elektronika dan telekomunikasi
pelayaran.
4. Mengurus pembakuan, pengadaan, pengaturan dan perencanaan kebutuhan peralatan
elektronika dan pelayaran (perambuan dan penerangan pentai) kapal-kapal negara dan
sarana penunjang teknis lainnya di lingkunga navigasi.
Kesatuan penjaga laut dan pantai adalah salah satu bagian dari kantor administrator pelabuhan
yang bertugas melaksanakan :
1. Tugas Pokok
1. Pertama, Memungut bea terhadap barang-barang sesuai dengan UU Tarif
Indonesia dan ordonansi bea serta peraturan pemerintah lainnya.
2. Memungut cukai terhadap beberapa hasil produksi dalam negeri sesuai ordonansi
minyak tanah, alkohol, bir, tembakau dan gula.
3. Memungut pajak penambahan nilai (PPN Impor) sesuai dengan UU Pajak.
4. dan Memungut pajak ekspor dan pajak ekspor tambahan.
2. Tugas Titipan
Tugas titipan maksudnya adalah tugas dari departemen lain di luar Departemen
Keuangan yang dilimpahkan sebagai tugas yang menjadi tanggung Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Pertanian, Bank Sentral dan instansi
lainnya, seperti :
1. Mengawasi pengangkutan barang-barang ekspor.
2. Mengawasi pengangkutan barang-barang antar pulau (intersuler).
3. Memberantas penyelundupan.
4. Mencegah masuknya barang-barang terlarang, seperti :
1. Hal-hal yang berkaitan dengan komunisme dan pornografi.
2. Buku atau kartu bergambar yang melanggar kesusilaan.
3. CD, kaset dan yang berbau porno.
4. Obat -obat terlarang, dan lain-lain
5. Mengawasi pelaksanaan lalu lintas devisa.
6. Mengawasi lalu lintas uang asing dan barang-barang dari kawasan yang sedang
terjangkit penyakit menular atau wabah.
7. Mencegah ekspor barang-barang yang dilarang oleh Pemerintah.
Kantor perwakilan perusahaan pelayaran merupakan bagian di dalam wilayah gapura niaga.
Kantor ini terdiri dari pelayaran khusus atau pelayaran samudera, baik milik nasional ataupun
perwakilan pelayaran samudera asing.
1. Pertamina tongkang
1. PT Pelni
2. PT Karana Lines
1. Penerimaan muatan
2. Bongkar muat barang
3. Penyerahan barang kepada pemilik barang
4. Mengeluarkan bill of landing, delivery order dan dokumen yang berhubungan dengan
pengangkutan barang dan penumpang.
MODUL XI – XII
Semua jenis dokumen yang ada dalam proses transaksi export dan import, baik dikeluarkan oleh
pengusaha, perbankan, pelayaran dan instansi lainnya mempunyai fungsi dan peranannya
masing-masing. Oleh sebab itu semua dokumen yang menyangkut kegiatan tersebut harus
dibuat dan diteliti dengan sejelas-jelasnya.
Dokumen export dan import dalam perdagangan internasional tersebut dibedakan ke dalam tiga
kelompok, yaitu:
1. Induk
2. Penunjang
3. Pembantu
Dokumen Penunjang
Yaitu dokumen yang dikeluarkan untuk mempererat atau merinci keterangan yang terdapat
dalam dokumen induk, terutama faktur (invoice). Yang termasuk dokumen penunjang dalam
dokumen export dan import, antara lain :
Dokumen-dokumen pembantu yang dimaksud dalam dokumen export dan import, antara lain :
MODUL XIII - XV
a. Muatan Basah (Wet cargo) Yaitu muatan yang berbentuk cairan dan dikemas dalam
drum, Drum plastik, botol, kaleng atau sejenisnya yang dapat bocor. Contoh .: Minuman,
Cat cair, Susu cair, minyak, oli dll.
b. Muat Kering (Dry cargo). Yaitu muatan yang tidak mengandung cairan. Contoh : Kaca,
Besi, Kelontongan, Kertas, Biji plastik dll.
c. Muatan Bersih (Clean cargo). Yaitu muatan yang tidak meninggalkan kotoran. Contoh :
Kaca, Tekstil, Timah batangan dll.
d. Muatan Kotor. (Dirty cargo). Yaitu muatan yang meninggalkan kotoran . Contoh :
Arang, Semen, Aspal, Terigu, Kayu dll.
e. Muatan Berbau (Odours cargo). Yaitu muatan yang mengeluarkan aroma yang tajam
•serta tidak enak dan menyebabkan kerusakan pada muatan yang lain. Contoh Amoniak,
Karet mentah, •Ikan asin, Makanan temak dll.
f. Muatan Peka (Delicate cargo). Yaitu muatan yang mudah rusak akibat aroma I bau
yang lain. Contoh : Tembakau, Teh, Kopi dll
g. Muatan Berbahaya (Dangerous cargo). Yaitu muatan yang mengandung resi o
terhadap .keselamatan Jiwa manusia, kapal dan muatan lainnya. Contoh : Amunisi,
Bahan •Kimia beracun, Batu bara, Korek api dll.
h. Muatan Berharga (Valueables cargo) Yaitu muatan dengan bentuk kecil namun
memiliki nilai yang tinggi. Contoh : Elektronik, Permata, Jam tangan dll.
i. Muatan Hewan. (Life stock). Yaitu muatan yang berjiwa .selain manusia. Contoh : Sapi,
Kuda, Babi dll.
Dermaga yang merupakan salah satu bagian dari pelabuhan ini dipakai sebagai tempat tempat
bersandarnya kapal, seringkali digunakan untuk menunjang aktivitas bongkar muat barang
ataupun dijadikan tempat untuk orang-orang melakukan aktivitas keluar masuk kapal.
Pada tulisan kali ini, Anda akan diajak untuk melihat tipe dermaga yang umum terdapat di
pelabuhan Indonesia, beserta jenis-jenis dermaga menurut fungsinya. Apa saja itu?
Di Indonesia, terdapat tiga tipe dermaga yang bisa Anda temukan. Adapun, tipe-tipe tersebut
diantaranya adalah:
Dermaga ‘dolphin’
Dermaga yang digunakan sebagai tempat sandar kapal berupa dolphin yang berada di atas tiang
pancang. Dermaga tipe ini biasanya terdapat di lokasi pantai landai, diperlukan
jembatan trestel hingga kedalaman yang dibutuhkan.
Sementara itu, dermaga quay wall didirikan dengan struktur yang sejajar dengan pantai berupa
tembok yang terdiri di atas pantai dengan konstruksi caisson beton atau sheet pile baja. Dermaga
tipe ini juga sering disebut sebagai pelabuhan alam, biasanya bertempat di lokasi pantai yang
tidak landai dengan kedalaman yang tidak terlalu jauh dari garis pantai.
Sesuai fungsinya, dermaga pun terbagi dalam beberapa jenis yang bisa ditemukan di perairan
Indonesia, seperti:
MODUL XVI
UAS
Agustus 2020
Manajemen Angkutan Laut
Sumber
https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-fungsi-dan-unsur-manajemen/
https://lifepal.co.id/media/perusahaan-pelayaran/
https://www.maritimeworld.web.id/2011/04/pengertian-muatan.html
https://eksimp.com/pengertian-freight-forwarding/
https://nabilfarhan8blog.wordpress.com/2017/04/13/jenis-jenis-alat-transportasi-
lauttransportasilaut/
https://adalah.co.id/warehouse/
https://salamadian.com/pengertian-ekspor-dan-impor/
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-17-2008-pelayaran
https://id.wikipedia.org/wiki/Incoterms
https://samuelbonaparte.com/blog/2017/02/04/konsep-package-di-dalam-carriage-
goods-sea-act-cogsa/
https://ahliasuransi.com/dengan-hague-visby-rules-hamburg-rules-dan-rotterdam-
rules-masih-perlukah-marine-insurance/
https://www.kamuspelaut.com/2020/04/apa-arti-cargo-manifest.html
https://eksimp.com/pengertian-invoice/
https://darwis2012.blogspot.com/2011/12/demurrage-dan-despatch.html
https://koneksea.com/mengenal-demurrage-despatch-detention/
https://jurnalmaritim.com/sekilas-containership-kapal-pengangkut-peti-kemas/
http://repository.pip-semarang.ac.id/703/5/15.%20BAB%20II%20MAR%27IE
%20MUHAMMAD%20AKBAR.PDF
https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-fungsi-dan-unsur-manajemen/
https://lifepal.co.id/media/perusahaan-pelayaran/
https://www.maritimeworld.web.id/2011/04/pengertian-muatan.html
https://eksimp.com/pengertian-freight-forwarding/
https://nabilfarhan8blog.wordpress.com/2017/04/13/jenis-jenis-alat-transportasi-
lauttransportasilaut/
Agustus 2020
Manajemen Angkutan Laut
https://adalah.co.id/warehouse/
https://salamadian.com/pengertian-ekspor-dan-impor/
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-17-2008-pelayaran
https://id.wikipedia.org/wiki/Incoterms
https://samuelbonaparte.com/blog/2017/02/04/konsep-package-di-dalam-carriage-
goods-sea-act-cogsa/
https://ahliasuransi.com/dengan-hague-visby-rules-hamburg-rules-dan-rotterdam-
rules-masih-perlukah-marine-insurance/
https://www.kamuspelaut.com/2020/04/apa-arti-cargo-manifest.html
https://eksimp.com/pengertian-invoice/
https://darwis2012.blogspot.com/2011/12/demurrage-dan-despatch.html
https://koneksea.com/mengenal-demurrage-despatch-detention/
https://jurnalmaritim.com/sekilas-containership-kapal-pengangkut-peti-kemas/
http://repository.pip-semarang.ac.id/703/5/15.%20BAB%20II%20MAR%27IE
%20MUHAMMAD%20AKBAR.PDF
http://bp3ipjakarta.ac.id/attachments/article/622/Penanganan%20Muatan%20BAB
%20VI.pdf
https://www.kapalaku.com/index.php?threads/mengulas-tipe-dan-jenis-dermaga-di-
pelabuan-indonesia.2799/