Anda di halaman 1dari 7

Penerapan Manajemen Penanganan Muatan Reefer

Container di MV San Pedro Bridge


Hadi, A.a, Kensiwi, F.b, Sari, D. K.c, Wardani, M. R.d
a
Dosen Program Studi Nautika Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang,
b
Dosen Program Studi KALK Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang,
c
Dosen Program Studi Nautika Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang,
d
Taruna (NIT 50134882 N) Program Studi Nautika Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang

Abstraksi - MV San Pedro Bridge adalah kapal kontainer menjadi perbedaan reefer container dengan muatan peti
yang dapat memuat reefer. Faktor-faktor yang sering kemas lainnya dan menjadikannya kontainer dengan biaya
terjadi pada reefer container antara lain adalah daya listrik jasa pengiriman yang berharga mahal diantara muatan peti
yang bergantung pada generator, suhu yang berbeda kemas lainnya.
antara cargo manifest dan suhu sesungguhnya, dan Bernhard Schulte Shipmanagement adalah perusahaan
terkadang tidak tersedianya suku cadang untuk sistem pelayaran yang bergerak di bidang jasa pengangkutan
pendingin. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan muatan muatan internasional. Perusahaan ini mempunyai banyak
rusak atau busuk, sehingga dapat mengakibatkan cargo kapal yang aktif beroperasi dalam pelayaran dunia. Kapal
claim oleh charter. Penelitian dilaksanakan di MV San tempat peneliti melaksanakan praktek laut bernama MV
Pedro Bridge dari tanggal 3 Februari 2016 sampai dengan MOL GROWTH (yang kemudian berganti nama menjadi
7 Desember 2016. Penelitian ini menggunakan metode MV SAN PEDRO BRIDGE), kapal ini adalah kapal jenis
deskriptif – kualitatif. Sumber data yang diolah kontainer yang dapat memuat reefer container.
berdasarkan data primer dengan pengamatan dan Menurut pengalaman peneliti selama praktek layar,
wawancara langsung di kapal MV San Pedro Bridge, dan kendala-kendala yang dialami reefer container ketika
data sekunder diambil berdasarkan buku manual, artikel dimuat di kapal antara lain posisi kontainer atau suhu yang
internet dan jurnal. Dari hasil penelitian dapat berbeda dari data yang tertera di cargo manifest dengan
disimpulkan: bahwa perlu disediakan spare part atau suku keadaan sesungguhnya, reefer container yang mati karena
cadang dari reefer container, perlu menjalin komunikasi kendala supply listrik, suku cadang yang habis atau tidak
yang baik antara pihak kapal, perusahaan, dan charter, tersedia di kapal, dan beberapa kendala lain yang
serta perlu dilaksanakan monitoring atau pengecekan mengakibatkan muatan di dalam reefer container rusak
keadaan reefer container setiap hari. atau membusuk.
Salah satu contoh kasus tidak tersedianya suku cadang
Kata kunci: reefer containers, suhu, cargo manifest untuk reefer container di atas kapal adalah ketika
pelayaran dari Tokyo menuju Los Angeles. Pada reefer
I. PENDAHULUAN container dengan merek Thermo King bernomor seri
HDMU 5588497 di posisi bay 46, row 02, dan tier 82
A. Latar Belakang mempunyai suhu set – point 15oC, namun reefer container
Refrigated Cargo Container atau bisa disebut juga ini memiliki suhu masukan (supply temperature) sebesar
reefer container adalah jenis kontainer khusus yang 18.9 oC. Setelah diteliti oleh Electrician, kenaikan suhu
digunakan untuk mengantarkan muatan yang sensitif terjadi karena terdapat kerusakan pada suku cadang
terhadap perubahan suhu. Reefer container dapat menjaga MPC2000 controller yang menyebabkan munculnya alarm
suhu muatan atau ruangan di dalam kontainer yang dapat suhu lebih tinggi dari set – point. Sedangkan di inventaris
diatur dengan rentang temperatur dari -40°C sampai kapal suku cadang tersebut tidak tersedia atau telah
+30°C. Jenis kontainer ini memiliki komponen elektronik digunakan pada waktu sebelumnya, sehingga crew kapal
dan sistem pendingin yang sangat bergantung pada daya harus mencari reefer container kosong dengan merek yang
listrik dengan rata-rata konsumsi 3 sampai 4 kWh sama untuk diambil suku cadangnya. Setelah reefer
(tergantung juga pada kondisi dan jenis muatan) yang container tersebut diperbaiki electrician, sistem pendingin
dihasilkan oleh generator. Dari generator yang terdapat di kembali berfungsi normal. Selanjutnya, dalam kegiatan
dalam ruang mesin, daya listrik dialirkan dan dihubungkan rutin pengecekan suhu kontainer pagi dan sore hari,
sampai kepada reefer socket yang terdapat di atas dek dan peneliti menemukan suhu reefer container Thermo King
di dalam palka selama kapal bersandar dan berlayar di laut bernomor seri HDMU 5588497 kembali normal sesuai
lepas. dengan suhu set – point 15oC, dan memiliki suhu masukan
Meningkatnya permintaan jasa pengangkutan reefer (supply temperature) sebesar 14.9 oC.
container dari tahun ke tahun membuktikan transportasi Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan
laut menjadi sarana yang baik untuk mengantarkan muatan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
dingin dan beku dari suatu tempat ke tempat lain yang mengetahui dan mengkaji tentang manajemen penanganan
harus melewati perairan seperti lintas sungai, antar pulau reefer container di perusahaan Bernhard Schulte
dan antar negara. Muatan yang biasa dibawa adalah hasil Shipmanagement di kapal MV San Pedro Bridge untuk
sumber daya alam, aneka hasil peternakan, aneka meminimalisir bahkan menghilangkan kemungkinan
pertanian, bahan olahan atau hasil produksi pabrik yang kerusakan muatan yang menyebabkan cargo claim dari
bersifat mudah rusak akibat suhu yang tidak sesuai. pihak charter kepada perusahaan untuk mengganti rugi
Dengan adanya reefer container, konsumen dari seluruh atas rusaknya muatan tersebut. Sehingga peneliti dalam
penjuru dunia dapat menikmati produk segar yang berasal penelitian ini mengambil judul: “Penerapan Manajemen
dari bagian dunia lain. Penanganan khusus untuk Penanganan Muatan Reefer Container di MV San Pedro
menghindari kerusakan muatan adalah proses yang Bridge”

1
Prosiding Seminar Bidang Nautika Pelayaran, Volume 8 - 2018
b. Melindungi kapal.
B. Rumusan Masalah c. Melindungi muatan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di d. Melakukan muat bongkar secara cepat dan
atas, adapun rumusan masalah yang dibahas antara lain: sistematis.
1. Persiapan-persiapan apa yang harus dilakukan dalam e. Mencegah terjadinya ruang rugi.
manajemen penanganan muatan reefer container di
MV San Pedro Bridge? 3. Reefer container
2. Bagaimana penerapan manajemen penanganan muatan Berdasarkan judul peneliti yang erat kaitannya
reefer container di MV San Pedro Bridge selama dengan reefer container, menurut Istopo (2000:365)
pelayaran? reefer container adalah kontainer yang dilengkapi dengan
lapisan dalam, mesin pendingin atau pemanas guna
II. KAJIAN PUSTAKA memuat barang-barang yang harus dijaga kesegarannya
sampai tangan konsumen. Sedangkan menurut Tim PIP
A. Kajian Pustaka Semarang dalam buku Penanganan dan Pengaturan
1. Manajemen Muatan (2004:20) reefer container adalah peti kemas
Menurut Mulyono (2008:15) manajemen adalah standar biasa (closed container) yang dilengkapi dengan
proses pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan alat pendingin yang dihubungkan dengan generator
dan kerja sama orang lain. Manajemen berasal dari tersendiri (demountable generator).
kata “manus” yang berarti tangan yang secara harfiah Kontainer sebagai tempat muatan dingin dan beku
berarti menangani atau melatih kuda. Secara mutlak digunakan dalam pengangkutan di kapal. Pada
maknawiah berarti memimpin, membimbing atau awal perkembangannya, ukuran reefer container belum
mengatur. Beberapa fungsi manajemen yang distandarisasi, kemudian mulai ada standarisasi ukuran
membentuk suatu proses manajemen antara lain kontainer dengan ukuran 20 feet, 40 feet, 45 feet dan
adalah: menggunakan ukuran High Cube (HC) atau peti kemas
a. Planning (Perencanaan) tinggi untuk membawa berbagai jenis muatan dingin dan
Planning adalah proses pemastian sasaran dan beku.
suatu kegiatan untuk menetapkan tujuan organisasi
dan memilih cara terbaik untuk mencapai tujuan. 4. Jenis atau golongan Reefer Cargo
b. Organizing (Pengorganisasian) Reefer cargo dibagi menjadi dua golongan yaitu:
Organizing adalah mengkoordinasi sumber a. Muatan dingin
daya, tugas dan otoritas diantara anggota organisasi Menurut Istopo (2000:310) muatan dingin
agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien adalah muatan yang bersuhu pada kisaran rentang
dan efektif. 0.5oC (0.9oF). Muatan ini harus didinginkan untuk
c. Actuating (Penggerak, Pengaruhan, Pelaksanaan) mempertahankan kesegaran muatan untuk
Actuating adalah kegiatan manajemen yang menghambat kegiatan mikro organisme serta proses
berupa tindakan untuk mengusahakan agar anggota kimia. Menurut Soegiyanto & Martopo (2004:3)
kelompok dalam organisasi terdorong berkeinginan muatan dingin adalah muatan yang memerlukan
dan berusaha untuk mencapai sasaran sehingga ruangan khusus yang dilengkapi dengan alat
sesuai dengan perencanaan manajemen. pendingin. Contoh muatan dingin yang dimuat di
d. Controlling (Pengendalian) MV San Pedro Bridge adalah: buah dan sayur segar;
Controlling adalah suatu aktifitas untuk daging dan ikan segar; produk susu dan telur; jus
menjamin perencanaan dilaksanakan berdasakan segar; tanaman hidup dan bunga; serta peralatan
dengan standard. Berikut ini adalah fungsi dari elektronik dan kimia.
controlling: b. Muatan beku
1) Mengumpulkan informasi yang mengukur Menurut Istopo (2000:311) muatan beku adalah
kinerja terakhir dalam organisasi. muatan yang dimuat dalam keadaan beku keras
2) Membandingkan kinerja sekarang dengan bersuhu sekitar -20oC (-4oF) atau lebih rendah.
standar kinerja yang telah ditentukan. Muatan dalam keadaan beku berfungsi untuk
3) Menentukan perlunya memodifikasi kegiatan menghindari atau menghentikan aktivitas dan
agar mencapai standar yang telah ditentukan. kemungkinan pertumbuhan bakteri dan mikro
4) Menentukan standar prestasi yang telah organisme. Fungsi dari pembekuan itu sendiri adalah
dicapai. untuk mencegah terjadinya pembusukan muatan oleh
bakteri. Contoh muatan beku yang dimuat di MV
2. Penanganan Muatan San Pedro Bridge adalah: daging dan ikan beku;
Menurut Arso Martopo dan Soegiyanto (2004:07) makanan siap saji beku; serta roti dan olahan
pengaturan dan teknik pemuatan di atas kapal pertanian lain.
merupakan salah satu kecakapan pelaut yang
menyangkut berbagai macam aspek tentang bagaimana 5. Bay plan container (Stowage plan)
cara melakukan pemuatan di atas kapal, bagaimana Menurut Soegiyanto dan Arso Martopo (2004:6) bay
cara melakukan perawatan muatan selama pelayaran, plan adalah suatu bagan penempatan kontainer di atas
dan bagaimana cara melakukan pembongkaran di kapal baik di dalam palka maupun di atas dek atau
pelabuhan tujuan. stowage plan untuk kapal kontainer. Menurut (Tim BPLP
Stowage atau penanganan muatan yaitu suatu Semarang: 163) container bay plan adalah bagan
pengetahuan tentang memuat dan membongkar muatan pemuatan peti kemas secara membujur, melintang dan
dari dan ke atas kapal sedemikian rupa agar terwujud 5 tegak. Membujur ditandai dengan nomor bay mulai dari
prinsip pemuatan yang baik. Lima prinsip pemuatan depan ke belakang, dengan catatan nomor ganjil untuk
yang harus benar-benar diperhatikan dan dilaksanakan. peti kemas ukuran 20 feet dan nomor genap untuk peti
Prinsip-prinsip utama pemuatan: kemas ukuran 40 feet. Tegak/tier dihitung dari bawah ke
a. Melindungi awak kapal dan buruh. atas, di dalam palka dimulai dengan nomor 02, 04, 06 dan

2
Prosiding Seminar Bidang Nautika Pelayaran, Volume 8 - 2018
seterusnya, sedangkan di atas geladak dimulai dengan 1. Metode deskriptif
nomor 82, 84, 86 dan seterusnya. Arah melintang disebut Metode penelitian deskriptif adalah metode
dengan nomor row dimulai dari tengah dan dilihat dari penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
belakang. Dari tengah ke kanan row 01, 03, 05, 07, 09, variabel mandiri atau lebih (independen) tanpa
dan seterusnya sedangkan dari tengah ke kiri row 02, 04, membuat perbandingan atau menggabungkan antara
06, 08, dan seterusnya. variable satu dengan yang lain (Sugiyono, 2012:35).
Bay plan biasanya berbentuk lembaran-lembaran Pada bagian ini peneliti akan mendeskripsikan
kertas yang diberikan pihak darat ke pihak kapal, dalam tentang persiapan sebelum memuat reefer container
hal ini chief officer sebagai perwira yang mengurus dan penerapan penanganan muatan selama pelayaran
penanganan muatan di atas kapal. Dalam bay plan dapat di MV San Pedro Bridge.
dilihat data-data mengenai kontainer yang akan dimuat,
yaitu: nomor kontainer, posisi kontainer diletakkan 2. Metode kualitatif
berdasarkan (bay, row dan row), tujuan bongkar, berat Metode penelitian kualitatif adalah metode
kontainer dan isi dari kontainer khusus untuk refrigated penelitian yang berlandaskan pada filsafat
cargo. Agar tidak terjadi kesalahan dalam pemuatan dan postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
pengawasan maka setiap kontainer dengan tujuan berbeda kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya
diberi inisial kota tujuan atau dapat juga dengan adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
pemberian warna yang berbeda. instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
B. Kerangka pikir induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih
menekankan makna generalisasi. (Sugiyono,
2012:13).
Oleh karena itu di dalam pembahasan nanti
peneliti berusaha memaparkan hasil dari semua
studi dan penelitian mengenai suatu objek yang
diperoleh, baik hal-hal yang bersifat teori juga
memuat hal-hal yang bersifat praktis, dalam artian
bahwa selain ditulis dari beberapa literatur buku,
juga bersumber dari objek-objek penelitian yang
juga terdapat dalam buku kemaritiman. Penggunaan
aspek observasi atau pengamatan sangat berperan
dalam penelitian ini. Yang nantinya hasil observasi
atau pengamatan di atas kapal yang dilakukan oleh
peneliti akan digabungkan dengan sumber data yang
lain seperti, hasil wawancara dan dokumentasi diatas
kapal selama peneliti melakukan penelitian sehingga
mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan yang
peneliti harapkan.

B. Waktu dan tempat penelitian


Penelitian dilakukan selama sepuluh bulan ketika
masa praktek laut berlangsung, yaitu terhitung dari sign
on pada tanggal 3 Februari 2016 sampai dengan sign off
pada tanggal 7 Desember 2016. Di pertengahan tahun,
pada tanggal 21 July 2016, MV MOL Growth mengalami
perubahan nama menjadi MV San Pedro Bridge
disebabkan oleh pergantian charter dari Mitsui Osaka
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
Line (MOL) menjadi K-LINE. Kapal ini memiliki
bendera kebangsaan Hong Kong dan dimiliki oleh
III. METODOLOGI Bernhard Schulte Shipmanagement (Hong Kong) Ltd.
yang beralamat di BSM Hong Kong, 2608, K. Wah
A. Metodologi Penelitian Centre, 1 91 Java Road, North Point, Hong Kong.
Kata metodologi berasal dari penggabungan dua kata
yang berasal dari Yunani, yaitu metodos dan logos. C. Sumber data
Metodos berarti melalui dan logos berarti ilmu Sumber data pada penelitian ini menggunakan dua
pengetahuan. Metode merupakan suatu kerangka kerja jenis data, yaitu:
untuk melakukan suatu tindakan atau suatu kerangka 1. Data primer
berfikir untuk menyusun suatu gagasan yang beraturan, Menurut Bungin (2004:122), data primer adalah
berarah dan berkonteks dengan maksud dan tujuan. data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu instansi atau perusahaan yang menjadi objek
adalah metodologi penelitian deskriptif kualitatif untuk penelitian yang berupa kata-kata atau tindakan dari
menggambarkan dan menguraikan objek yang diteliti informan. Sumber. Data yang paling utama didapat
serta kaidah-kaidah yang diambil dari teori-teori yang dari kata-kata, tindakan, selebihnya data tambahan.
berhubungan dengan topik yang dibahas, selain itu juga Data yang diambil merupakan data yang diperoleh
menggunkan pendekatan di lapangan yang telah dari observasi langsung dan wawancara kepada
dilaksanakan selama praktek laut. perwira di kapal MV San Pedro Bridge.

3
Prosiding Seminar Bidang Nautika Pelayaran, Volume 8 - 2018
2. Data sekunder pembersihannya di bawah petunjuk seorang
Menurut Sugiyono (2008:225), data sekunder surveyor.
adalah sumber data yang tidak langsung memberikan 2. Pembuatan Stowage Plan
data kepada pengumpul data, yang lebih terdahulu a. Pengertian dari Stowage Plan
dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang yang tidak Menurut Soegiyanto dan Arso Martopo
sedang meneliti walaupun data yang diperoleh (2004:6) bay plan adalah suatu bagan
merupakan data asli data ini diperoleh dari literature, penempatan kontainer di atas kapal baik di
buku-buku yang berkaitan dengan objek yang sedang dalam palka maupun di atas dek atau stowage
diteliti. Data sekunder adalah data primer yang plan untuk kapal kontainer. Menurut (Tim
diolah atau disajikan oleh pihak lain yang diperoleh BPLP Semarang: 163) container bay plan
secara tidak langsung dari objek penelitian. adalah bagan pemuatan peti kemas secara
Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan data membujur, melintang dan tegak. Bay plan atau
sekunder dari dokumen-dokumen resmi perusahaan, stowage plan biasanya berbentuk lembaran-
buku pedoman kapal kontainer perusahaan (BSM lembaran kertas yang diberikan pihak darat ke
Container Ship Manual), website di internet, jurnal- pihak kapal, dalam hal ini chief officer sebagai
jurnal pendukung yang ada kaitan dalam penelitian, perwira yang mengurus penanganan muatan di
dan studi kepustakaan lain yang relevan dengan atas kapal. Dalam bay plan dapat dilihat data-
penelitian ini. data mengenai kontainer yang akan dimuat,
yaitu: nomor kontainer, posisi kontainer
IV. DISKUSI diletakkan berdasarkan (bay, row dan tier),
tujuan bongkar, berat kontainer dan isi dari
A. Persiapan-persiapan apa yang harus dilakukan dalam kontainer khusus untuk refrigated cargo. Agar
manajemen penanganan muatan reefer container di MV tidak terjadi kesalahan dalam pemuatan dan
San Pedro Bridge? pengawasan maka setiap kontainer dengan
1. Pembersihan ruangan muat kapal tujuan berbeda diberi inisial kota tujuan atau
Pembersihan di palka membutuhkan prosedur dapat juga dengan pemberian warna yang
yang harus ditaati, karena di dalam palka kapal berbeda.
kontainer digolongkan ke dalam ruangan tertutup b. Jenis-jenis Stowage Plan
atau dalam istilah pelayaran disebut dengan enclosed Stowage plan memiliki dua macam yang
space. Ruangan di dalam palka digolongkan menjadi berbeda, yaitu:
enclosed space dikarenakan tidak mendapat 1) Tentative Stowage Plan
pergantian sirkulasi udara dari luar dan mempunyai Tentative Stowage Plan adalah
kadar Oksigen (O2) rendah, pada umumnya udara rencana pemuatan kontainer yang berupa
bebas aman untuk dihirup adalah yang mempunyai gambaran ancar-ancar untuk suatu rencana
kadar Oksigen 20.8% di dalam atmosfer ruangan. pengaturan muatan yang dibuat sebelum
Oleh karena itu ruangan tertutup sangat berbahaya kapal tiba di pelabuhan muat atau sebelum
bagi manusia. Mualim satu diwajibkan mengisi pelaksanaan pemuatan. Tentative Stowage
enclosed space entry permit form, atau formulir Plan dibuat berdasarkan Booking List atau
perizinan untuk memasuki ruangan tertutup dan Shipping Order yang diterima untuk suatu
melakukan aktivitas disana. pelabuhan tertentu.
Setelah semua prosedur di dalam formulir 2) Final Stowage Plan
perizinan untuk memasuki ruangan tertutup telah Final Stowage Plan adalah gambaran
dilaksanakan, kegiatan pembersihan ruangan palka informasi yang menunjukkan keadaan
dapat dimulai. Mengutip dari jurnal ilmiah Guruh sebenarnya dari letak-letak muatan beserta
Sukoco, dalam jurnal Sistem Bongkar Muat jumlah dan beratnya pada tiap-tiap palka
(2013:34), pembersihan di dalam ruang ruang muat yang dilengkapi dengan Consignment mark
antara lain: untuk masing-masing pelabuhan tertentu.
a. Mengeluarkan sisa-sisa pembersihan terdahulu. Setelah selesai mengadakan kegiatan
b. Menyapu (sweeping) ruang tersebut sampai pengaturan muatan, maka kondisi muatan
bersih. yang sebenarnya yang terdapat didalam
c. Sisa-sisa kotoran dikumpulkan diatas dek, Jika ruang muat/palka dapat dilihat dalam
ada tongkang kotoran, dibuang ke tongkang. Stowage Plan ini, oleh kerena itu, maka
d. Setelah selesai di sapu bersih, lalu dibersihkan Stowage Plan seyogyanya dibuat seteliti
dengan air tawar agar debu-debu sapuan turun mungkin sebab termasuk salah satu
e. Setelah dibersihkan dengan air tawar, jalankan dokumen yang cukup penting dan dapat
ventilasi palka agar palka tersebut cepat kering berfungsi sebagai bahan/bukti pertanggung
f. Andai kata ruangan tersebut berbau, maka air jawaban atas pengaturan muatan di dalam
pencuci diberi sedikit bahan kimia untuk ruang muat/palka bila terjadi tuntutan ganti
menghilangkan bau tersebut rugi (cargo claim) dari pemilik muatan
g. Jika palka tersebut masih ada hama, sebaiknya (Consignee).
diadakan pembasmian atau fumigation 3. Persiapan dokumen muatan
h. Kalau perlu palka tersebut dicat kembali agar a. Cargo Manifest
kutu-kutu, lipas dan lain-lain mati Pengertian dari cargo manifest adalah
i. Khusus untuk ruangan dingin: dibersihkan, dokumen yang berisi informasi detail mengenai
geladaknya digosok, disemprot dan dirawat seluruh kargo yang dibawa, meliputi informasi
dengan kapur putih. Untuk menghilangkan bau- pengirim, informasi barang yang dibawa,
baunya disemprot dengan air yang dicampur informasi penerima barang, dan lain
dengan bahan kimia. Kalau perlu sebagainya. Dokumen ini digunakan pada

4
Prosiding Seminar Bidang Nautika Pelayaran, Volume 8 - 2018
semua jenis pengangkutan baik darat, laut, Jaga adalah Second Officer (2/O) dan Third
maupun udara untuk mencatat seluruh bawaan. Officer (3/O).
Mualim Jaga mempunyai fungsi dan tugas
b. Reefer Manifest untuk memastikan semua kontainer, termasuk
Reefer manifest adalah daftar muatan reefer container, berada pada posisi yang tepat.
reefer container yang diberikan oleh shipper Dan ketika reefer container sudah diletakkan,
kepada pihak kapal. reefer manifest menjadi kabel reefer plug segera ditancapkan lalu dicatat
acuan pihak kapal untuk melakukan tindakan suhu permulaannya dan diteliti ventilasi nya
penanganan menyesuaikan informasi yang apakah sudah sesuai dengan reefer manifest.
tertera di dalamnya. Sesaat setelah kedatangan Segala hal yang janggal atau tidak sesuai bisa
kapal di pelabuhan muat, Chief officer harus langsung dilaporkan kepada Chief Officer dan
mendapat daftar muatan kontainer dan reefer Electrician.
manifest, yang di dalamnya terdapat informasi d. Chief engineer (Kepala Kamar Mesin)
mengenai: Berdasarkan Bernhard Schulte
1) Pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar Shipmanagement (BSM), Appendix to
2) Isi dari muatan reefer Container Ship Manual Document no. 12873
3) Suhu set point (2016:8), chief engineer bertanggung jawab
4) Informasi pengaturan ventilasi untuk memastikan dan menyediakan daya listrik
5) Tanggal pengisian muatan reefer container yang mencukupi untuk memuat reefer container
6) Instruksi pengangkutan di atas kapal. Selain itu, chief engineer juga
4. Persiapan awak kapal sebelum proses pemuatan nantinya bertanggung jawab untuk perawatan
dimulai dan perbaikan reefer container. Chief engineer
a. Master (Nahkoda) dapat mendelegasikan tanggung jawab ini
Master bertanggung jawab keseluruhan kepada engineer lain (di kapal MV San Pedro
untuk memastikan awak kapal siap untuk Bridge chief engineer mendelegasikan tugas
melakukan proses bongkar muat. Master juga kepada electrician), tapi tentu masih dalam
bertanggung jawab untuk menginformasikan pengawasan dan pertanggung jawaban chief
segala kendala yang tidak memuaskan atau engineer.
kondisi yang tidak aman terhadap reefer e. Electrician
container dan meminta solusi dari segala Electrician adalah orang yang bertanggung
kendala yang dialami dari pihak Charter dan jawab untuk kelistrikan kapal dan penanganan
Marine Superintendent. reefer container, penanganan muatan dalam peti
b. Chief officer (Mualim I) kemas yang termasuk ke dalam muatan beku
Chief officer atau mualim satu selaku atau muatan reefer container berbeda dengan
perwira yang bertanggung jawab untuk muatan peti kemas lainnya. Perbedaan yang
penanganan muatan, harus mengkaji ulang paling signifikan adalah sumber listrik atau
cargo manifest dan reefer manifest power supply yang dibutuhkan reefer container
menyesuaikan dengan keadaan kapal yang sedangkan peti kemas biasa tidak membutuhkan
sesungguhnya. Jika terdapat hal-hal yang perlu sumber listrik.
dikoordinasikan ulang, chief officer dan shipper Di kapal MV San Pedro Bridge
masih mempunyai waktu untuk mempunyai empat buah generator guna
mengantisipasinya. mendukung kegiatan operasional kapal. Untuk
Dalam penempatannya peti kemas reefer kegiatan keseharian MV San Pedro Bridge
diberikan tempat yang paling dekat dengan mengaktifkan hanya satu generator. Sehingga
power supply untuk memudahkan proses sumber listrik akan terbatas jika sumber daya
plugging. Penempatan peti kemas reefer pada hanya berasal dari satu sumber saja. Sedangkan
reefer manifest juga harus mempertimbangkan ketika kapal memuat reefer container maka
kemungkinan yang akan terjadi jika selama akan diperlukan sumber listrik yang besar.
pelayaran terjadi cuaca buruk, oleh karena itu Untuk dapat menunjang kebutuhan listrik yang
penempatannya harus sebisa mungkin terhindar besar, maka dihidupkan satu generator
dari ombak dan angin untuk menghindari tambahan untuk memenuhi kebutuhan daya
kerusakan mesin selama pelayaran. listrik.
Tugas lain dari chief officer adalah f. Bosun dan awak kapal
membuat standing order atau perintah tetap Bosun bertanggung jawab atas seluruh
mualim satu yang diketahui dan disetujui oleh kinerja awak kapal dek. Persiapan sebelum
perwira jaga dan AB jaga. Standing order berisi melakukan pemuatan antara lain persiapan
perintah dan instruksi kepada perwira jaga dan peralatan yang terdiri dari pemeriksaan
AB jaga berkenaan dengan proses bongkar peralatan cargo handling dan cargo securing
muat, penanganan muatan di pelabuhan, harus dipastikan layak dan siap pakai seperti
tingkatan keamanan kapal. Chief officer juga lashing bar, twist lock, twist tacker, spanner
harus melakukan toolbox meeting yang diikuti serta memastikan peralatan untuk
oleh seluruh perwira dek dan awak kapal yang menyambungkan listrik kapal ke reefer
berisi tentang job description masing-masing container seperti kabel, reefer plug, koneksi
individu ketika proses bongkar muat. listrik dapat. Selain itu, awak kapal harus
c. Officer on Watch (Mualim Jaga) memastikan jumlah alat lashing yang tersedia
Officer on Watch atau Mualim Jaga adalah cukup dan diletakkan di atas dek dan di dalam
perwira yang ditugaskan Chief Officer untuk palka serta. Bosun dan awak kapal juga harus
memantau jalannya bongkar muat di pelabuhan. melakukan inspeksi dan memisahkan peralatan
Di MV San Pedro Bridge yang menjadi Mualim lashing yang sudah rusak.

5
Prosiding Seminar Bidang Nautika Pelayaran, Volume 8 - 2018
5. Persiapan peralatan perlindungan kapal (lashing kerusakan pada komponen bagian kapal jika crane
equipment) memaksakan muatan untuk dimuat.
Sistem pelasingan di MV San Pedro Bridge 3. Pembuatan final stowage plan
menggunakan sistem pelasingan yang tertera pada Setelah semua kontainer telah dimuat di atas
Container Loading Plan yang diterbitkan oleh kapal, chief officer bertanggung jawab untuk
galangan kapal Hyundai Samho Heavy Industries membuat final stowage plan, berisi informasi yang
Co., LTD. Berdasarkan pada Bernhard Schulte hampir sama dengan tentative stowage plan namun
Shipmanagement (BSM) Container Ship Manual bedanya adalah di dokumen ini harus disampaikan
(2016:16), adapun peralatan lashing yang digunakan informasi yang benar-benar nyata. Berisi semua
di kapal MV San Pedro Bridge antara lain: informasi terbaru mengenai informasi yang
a. Twist Lock, alat ini digunakan untuk mengikat menunjukkan keadaan sebenarnya dari letak-letak
dan mengunci peti kemas dengan peti kemas muatan beserta jumlah dan beratnya pada tiap-tiap
lain secara bertumpuk ke atas. palka yang dilengkapi dengan Consignment mark
b. Turn Buckle, alat ini biasanya dipasang di untuk masing-masing pelabuhan tertentu.
geladak di tempat-tempat lashing dek. 4. Tindakan pengawasan terhadap reefer container
Berbentuk berupa dua buah batang berulir selama pelayaran
dimana salah satu ujungnya mempunyai ikatan Ada berbagai faktor yang menyebabkan suhu
berupa segel dan ujung lainnya berbentuk kaitan reefer container dapat berubah dan kendala yang
ganco yang nantinya dihubungkan ke mata dari terjadi dengan reefer container berkaitan dengan
lasing rod. Bila bagian tengahnya diputar maka suku cadang maupun kelistrikan kapal sehingga
kedua batang berulir akan berputar mengencang dapat berpengaruh pada kualitas muatan di dalam
ataupun mengendor. reefer container. Oleh sebab itu, pengecekan rutin
c. Long Bar, alat ini berupa stock atau batang besi sangat penting dilakukan untuk tetap mengetahui
dengan diameter kira-kira 3.0 cm dimana status reefer container masih dalam kondisi normal
panjangnya ada bermacam-macam, tergantung atau terdapat kendala yang harus segera diselesaikan.
pada tingkat atau susunan ke berapa dari 5. Kendala dalam penanganan reefer container selama
petikemas yang akan dilasing. pelayaran.
d. Extension Rod, alat ini berupa sebuah batang Kendala – kendala yang sering muncul dalam
berukuran 40.0 cm yang dapat dipasang pada penanganan reefer container antara lain, perbedaan
ujung lashing bar dan ujung lainnya dipasang suhu yang besar antara suhu set point dengan suhu
pada turn buckle. Tujuan batang ini adalah sebenarnya, ketidaksesuain data suhu set point yang
untuk menambah panjang dari lashing bar tertera pada cargo manifest dengan suhu set point
untuk memudahkan menjangkau bagian yang tertera di layar sensor reefer, minimalnya suku
kontainer yang jauh. cadang yang tersedia atau suku cadang yang telah
dipesan tidak kunjung datang, kendala cuaca buruk
B. Bagaimana penerapan manajemen penanganan muatan ketika melaksanakan pengecekan rutin dan kendala
reefer container di MV San Pedro Bridge selama waktu untuk menyelesaikan masalah jika alarm baru
pelayaran? diketahui sore hari.
1. Penanganan dan penempatan reefer container ketika
proses pemuatan. V. KESIMPULAN
Penanganan dan pemuatan reefer container
ketika proses pemuatan harus sesuai dengan cargo Berdasarkan uraian-uraian pada bab sebelumnya tentang
stowage plan dan reefer manifest yang telah “Penerapan Manajemen Penanganan Muatan Reefer Container
disepakati oleh pihak kapal dan shipper. Hal ini di MV San Pedro Bridge”, maka sebagai bagian akhir dari
untuk memudahkan pengawasan ketika dalam penelitian ini peneliti memberikan kesimpulan dan saran yang
pelayaran dan dapat memudahkan dua pihak untuk berkaitan dengan masalah yang dibahas. Persiapan-persiapan
memastikan semua container telah dimuat dengan yang harus dilakukan dalam manajemen penanganan muatan
sesuai. Dan yang perlu diperhatikan dan reefer container di MV San Pedro Bridge adalah persiapan
dilaksanakan adalah prinsip-prinsip utama pemuatan. yang dimulai dari administrasi meliputi rancangan stowage
Sesaat setelah reefer container dimuat di atas plan, reefer manifest, dan manajemen waktu muat serta
kapal, kabel reefer harus segera ditancapkan pada persiapan peralatan cargo handling dan cargo securing serta
reefer plug yang berada pada setiap cross deck antara memastikan peralatan untuk menyambungkan listrik kapal ke
dua bay agar sistem pendingin di dalam kontainer reefer container semuanya layak dan siap pakai. Dan adapun
berfungsi. Suhu awal, keterangan ventilasi, dan jika pelaksanaan manajemen penanganan muatan reefer container
ada informasi tambahan segera dicatat pada log di MV San Pedro Bridge selama pelayaran antara lain
book, laporan awal ini harus dikirim kepada memastikan tersedianya sumber listrik yang memadai;
perusahaan tidak lebih dari 1 x 24 jam setelah kapal komunikasi dan kerjasama yang baik antara awak kapal,
berangkat dari pelabuhan. pelabuhan, dan perusahaan; dan pengawasan rutin setiap hari
2. Komunikasi dan kerjasama antara awak kapal untuk memeriksa reefer container.
dengan pihak pelabuhan.
Komunikasi pihak kapal dengan pihak Adapun saran dari peneliti sebaiknya chief officer
pelabuhan harus saling menghargai dan terjalin baik mempersiapkan penanganan muatan peti kemas refrigated
demi lancarnya proses pemuatan. Contohnya ketika cargo container atau reefer yang berisi muatan beku atau
laut mulai pasang, kapal akan semakin naik dan tali muatan dingin sebelum dimuat di atas kapal dilaksanakan
tross akan menjadi kendor. Tali tross yang kendor dengan prosedur yang telah ditentukan dalam Bernhard
mengakibatkan posisi kapal tidak sepenuhnya sandar Schulte Shipmanagement (BSM) Container Ship Manual agar
pararel dengan jetty pelabuhan. Hal ini akan reefer bisa dimuat di atas kapal dengan aman. Dan kepada
menyusahkan crane untuk meletakkan kontainer di seluruh awak kapal untuk lebih meningkatkan perhatian dalam
atas kapal dan berakibat pada besarnya kemungkinan hal memastikan sumber listrik yang memadai, komunikasi dan

6
Prosiding Seminar Bidang Nautika Pelayaran, Volume 8 - 2018
kerjasama yang baik antara semua pihak (antar awak kapal,
charter, dan pelabuhan) dan pengawasan rutin setiap hari
untuk memeriksa reefer container. Hal ini dilakukan demi
menjaga keselamatan muatan selama pelayaran dan sampai
tempat tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Bernhard Schulte Shipmanagement, BSM. 2016.


Container Ship Manual. Bernhard Schulte
Shipmanagement, BSM © copyright.
[2]. Bungin, M Burhan. 2004. Metodologi Penelitian
Kuantitatif; Komunikasi, Eknomi dan Publik serta Ilmu –
Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana hlm. 122.
[3]. Istopo. 2000. Kapal dan Muatanya. Jakarta: Koperasi
Karyawan BP3IP.
[4]. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan
R&D, Bandung: Alfabeta, cetakan ke-4, 2008, hlm 225.
[5]. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2008), Cet. IV, hlm. 317.
[6]. Mulyono. 2008. Manajemen Admisitrasi & Organisasi
Pendidikan. Ar-ruzz media, Jogjakarta.
[7]. Martopo, Arso dan Soegiyanto. 2004. Penanganan dan
Pengaturan Muatan. Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang. Semarang.

7
Prosiding Seminar Bidang Nautika Pelayaran, Volume 8 - 2018

Anda mungkin juga menyukai