Tanah Dan Sampah
Tanah Dan Sampah
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Sampel tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum tanam
namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan tanah saat
pengambilan sampel tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang
(kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk pengolahan tanah).
Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada kondisi basah.
1. Alat untuk mengambil contoh tanah seperti bor tanah (auger, tabung), cangkul, sekop.
2. Alat untuk membersihkan bor, cangkul dan sekop seperti pisau dan sendok tanah untuk
mencampur atau mengaduk
3. Ember plastic untuk mengaduk kumpulan contoh tanah individu
4. Kantong plastic agak tebal yang dapat memuat 1 kg tanah, dan kantong plastic untuk
label.
5. Kertas manila karton untuk label dan benang kasur untuk mengikat label luar
6. Spidol (water proof) untuk menulis isi label
7. Lembaran informasi contoh tanah yang diambil.
1. Jangan mengambil contoh tanah dari galengan, selokan, bibir teras, tanah tererosi sekitar
rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/ sisa tanaman/ jerami, bekas penimbunan
pupuk, kapur dan bahan organic, dan bekas penggembalaan ternak.
2. Permukaan tanah yang akan diambil contohnya harus bersih dari rumput- rumputan, sisa
tanaman, bahyan organic/ serasah, dan batu- batuan atau kerikil.
3. Alat- alat yang digunakan bersih dari kotoran- kotoran dan tidak berkarat. Kantong
plastic yang digunakan sebaiknya masih baru, belum pernah dipakai untuk keperluan
lain.
A. Sampling Time
1. Contoh tanah dapat diambil setiap saat, dan langsung dilakukan analisis di
laboratorium.
2. Keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah sebaiknya pada kondisi
kapasitas lapang (keadaan kelembaban tanah sedang) yaitu keadaan tanah
kira-kira cukup untuk dilakukan pengolahan tanah).
3. Pengambilan contoh tanah terkait erat dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
suatu kegiatan perencanaan pengelolaan tanah-tanaman.
1. Secara umum contoh tanah diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem
pertanaman di lapangan.
2. Untuk tanah yang digunakan secara intensif untuk budidaya pertanian, contoh
tanah diambil paling sedikit sekali dalam setahun.
3. Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh tanah disarankan
diambil setiap 5 tahun sekali.
1. Menentukan tempat pengambilan sampel tanah individu, terdapat dua cara yaitu cara
sistematik seperti sistem diagonal atau zig- zag dan cara acak.
2. Rumput rumput, batu batuan atau kerikil, sisa tanaman atau bahan organik segar/ serasah
yang terdapat dipermukaan tanah di bersihkan.
3. Untuk lahan kering keadaan tanah pada saat pengambilan sampel tanah sebaiknya pada
kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu kondisi kira- kira cukup untuk
pengolahan tanah). Sedang untuk lahan sawah contoh tanah sebaiknya diambil pada
kondisi basah atau seperti kondisi saat terdapat tanaman.
4. Sampel tanah individu diambil menggunakan bor tanah (auger atau tabung) atau cangkul
dan sekop. Jika menggunakan bor tanah, sampel tanah individu diambil pada titik
pengambilan yang telah ditentukan, sedalam +20 atau lapisan olah. Sedangkan jika
menggunakan cangkul dan sekop, tanah dicangkul sedalam lapisan olah (akan
membentuk seperti huruf v), kemudian tanah pada sisi yang tercangkul diambil setebal
1,5 cm dengan menggunakan cangkul atau sekop (gambar 2)
5. Sampel- sampel tanah indivisu tersebut dicampur dan diaduk merata dalam ember plastic,
lalu bersihkan dari sisa tanaman atau akar. Setelah bersih dan teraduk rata, diambil
sampel seberat kira-kira 1 kg dan dimasukkan kedalam kantong plastic (sampel tanah
komposit). Untuk menghindari kemungkinan pecah pada saat pengiriman, kantong plastic
yang digunakan rangkap dua.Pemberian label luar dan dalam. Label dalam harus
dibungkus dengan plastic dan dimasukkan diantara plastik pembungkus supaya tulisan
tidak kotor atau basah, sehingga label tersebut dapat dibaca sesampainya dilaboratorium
tanah. Sedangkan label luar disatukan pada sat pengikatan plastic. Pada label diberi
keterangan mengenai kode pengambilan, nomor sampel tanah, asal dari
(desa/kecamatan/kabupaten), tanggal pengambilan, nama dan alamat pemohon. Selain
label yang diberi keterangan, akan lebih baik jika sampel tanah yang dikirim dilengkapi
dengan peta situasi atau peta lokasi.
1. Memilih tempat yang tidak tergenang air, tak terkena sinar matahari langsung,datar dan
mewakili tempat sekitarnya.
2. Membersihkan seresah, batuan dan benda alam lain di lapisan permukaansehingga tubuh
tanah terlihat.
3. Mengambil sekitar 1-2 kg contoh tanah kering angin dengan menggunakan pacul,cethok
dan memasukkannya kedalam plastik yang beritiket: Kode tempat, kode perlakuan, kode
tanah, nomor perlapisan dan ciri-ciri istimewa lainnya.
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu
proses. Sampah merupakan didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya,
dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-
produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Sampah
adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut
bentuknya sampah dapat dibagi sebagai:
A. Sampah Padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan
sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik,
metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah
organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari
barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas,
potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting,
rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi
menjadi:
1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi
baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan
perkebunan.
2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat
dibagi lagi menjadi:
a. Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai
secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
b. Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah
atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.
B. Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan
kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
1. Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen
yang berbahaya.
2. Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat
cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika
dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat
dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan manusia,
sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan
limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk
industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira
mirip dengan jumlah konsumsi.
1. Sampah organik – dapat diurai (degradable), yaitu sampah yang mudah membusuk
seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat
diolah lebih lanjut menjadi kompos.
2. Sampah anorganik – tidak terurai (undegradable), Sampah Anorganik, yaitu sampah yang
tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik
mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat
dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk
laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah
pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik
kertas koran, HVS, maupun karton.