Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISI
 Pneumonia adalah infeksi saluran napas bagian bawah. Penyakit ini adalah infeksi akut
jaringan paru oleh mikroorganisme (corwin, 2000).
 Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak
(suriadi, 2001).
 Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang umum selama masa kanak-kanak tetapi
sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak awal (wong, 2004).
 Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi
pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat diebabkan oleh, bakteri, virus, jamur,
dan benda-benda asing (Muttaqin, 2009).
 Pneumonia adalah sebuah penyakit paru-paru dimana pulmonary alveolus (alveoli) yang
bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan
(Anonymous, 2009).
 Pneumonia neonatal adalah infeksi pada paru-paru, serangan mungkin terjadi dalam
beberapa jam kelahiran dan merupakan bagian yang dapat disamakan dengan kumpulan
gejala sepsis atau setelah tujuh hari dan terbatas pada paru-paru. Tanda-tanda mungkin
terbatas pada kegagalan pernafasan atau berlanjut kearah syok dan kematian. Infeksi
dapat ditularkan melalui plasenta, aspirasi atau diperoleh setelah kelahiran (Caserta,
2009).
 Pneumonia pada neonates sering terjadi akibat tranmisi vertical ibu-anak yang
berhubungan dengan proses persalinan. Infeksi terjadi akibat kontaminasi dengan sumber
infeksi dari ibu, misalnya melalui aspirasi meconium, cairan amnion, atau dari serviks
ibu. Infeksi dapat berasal dari kontaminasi dengan sumber infeksi dari RS
(Hospitalacquired pneumonia), misalnya dari perawat, dokter, atau pasien lain; atau dari
alat kedokteran, misalnya ventilator. Disamping itu, infeksi dapat terjadi akibat
kontaminasi dengan sumber infeksi dari masyarakat (communityacquired pneumonia).
Pada neonates gejala dan tanda pneumonia lebih beragam, gejala dan tanda pneumonia
tidak selalu jelas terlihat. Gambaran klinis pneumonia neonatus tidak khas, mencangkup
serangan apnea, sianosis, merintih, napas cuping hidung, takipnea, letargi, muntah, tidak
mau minum, takikardi, atau bradikardi, retraksi subkosta, dan demam.
 Pneumonia neonatal merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang
disebabkan terutama oleh bakteri, yang paling sering menyebabkan kematian pada bayi
dan anak balita. Bakteri penyabab pneumonia paling sering adalah streptococcus
pneumonia (pneumokokus), hemophilus influenza tipe b (Hib), dan staphylococcus
aureus.
 Pneumonia neonatal kemungkinan terinfeksi semakin tinggi diakibatkan oleh beberapa
faktor yang mendukung, diantaranya berat lahir rendah, kelahiran preterm, demam
intrapartum, dan ketuban pecah dini (KPD).
 Berdasarkan waktu terjadinya, pneumonia neonatal dibagi menjadi dua, yaitu:
 Pneumonia neonatal awitan dini (early onset), yaitu radang paru yang gejalanya
beberapa jam setelah bayi lahir.
 Pneumonia neonatal awitan lambat (late onset), yaitu radang paru yang mulai timbul
pada usia tujuh hari atau lebih. Jenis ini biasanya terjadi pada bayi yang dirawat
diruang intensive dan dipasangi alat bantu pernapasan berupa ventilator.

2. ETIOLOGI

Insiden pneumonia neonatal diperkirakan 1% pada bayi cukup bulan, 10% pada bayi kurang
bulan, serta kejadian meningkat pada neonates yang dirawat di NICU.

Pneumonia neonatal dipicu oleh beberapa kondisi. Kelompok bayi tertentu lebih rentan
mengalami gangguan ini, yaitu kondisi bayi seperti berikut :

 Bayi yang lahir dari ibu yang mengalami KPD


 Ibu mengalami infeksi di dalam Rahim saaat mengandung
 Bayi yang mengalami perawatan lama di ruang rawat intensif
 Ibu yang demam saat menjelang persalinan
 Bila bagian bawah janin adalah bokong
 Ibu yang mengalami infeksi saluran kencing berulang
 Ibu yang mengalami obesitas
 Ibu yang menggunakan antibiotic saat hamil
 Ibu yang merokok saat hamil

Infeksi penyebab pneumonia dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Bakteri : Grup A dan B streptococcus, Staphylococcus aureus, dan bakteri batang gram
negative seperti Eschericia Coli, klebsiella sp, dan proteus sp.
2. Virus : RSV (Respiratory syncytial virus), Adenovirus, Enterovirus, CMV. Virus pada
umumnya ditularkan oleh anggota keluarga atau orang sakit yang mengunjungi bayi.
3. Jamur : candida

3. KLASIFIKASI

Klasifikasi pneumonia neonatal dapat dibagi menjadi dua, sebagai berikut :

a. Intrapartum pneumonia
1. Pneumonia intrapartum diperoleh selama perjalanan melalui jalan lahir.
2. Intrapartum pneumonia dapat diperoleh melalui transmisi hematogenous, atau
aspirasi dari ibu yang terinfeksi, atau terkontaminasi cairan atau mekanik, atau
gangguan iskemik dari permukaan mukosa yang telah baru saja dijajah dengan
ibu invasive organisme yang sesuai potensial dan virulensianya.
3. Bayi yang aspirasi benda asing, seperti meconium atau darah, dapat
mewujudkan tanda-tanda paru segera setelah atau sangat segera seteah lahir.
4. Proses infeksi sering memiliki periode beberapa jam sebelum invasi yang
memadai replikasi, dan respon inflamasi telah terjadi menyebabkan tanda-
tanda klinis.
b. Pneumonia pasca lahir
1. Pasca kelahiran pneumonia dalam 24 jam pertama kehidupan berasal setelah
bayi lahir.
2. Pasca kelahiran radang paru-paru dapat diakibatkan dari beberapa proses yang
sama seperti yang dijelaskan di atas, tetapi infeksi terjadi setelah proses
kelahiran.
3. Yang sering menggunakan antibiotic spectrum luas yang dihadapi dalam
banyak pelayanan obstetric dn bayi untuk kolonisasi oleh organisme resisten
pathogenicity yang tidak biasa. Terapi invasive yang diperlukan oleh bayi
sering menyebabkan mikroba masuk ke dalam sruktur yang biasanya tidak
mudah diakses.
4. Enternal menyusui dapat mengakibatkan peristiwa aspirasi peradangan
signifikan potensial. Selang makanan mungkin lebih lanjut dapat
mempengaruhi gastroesophageal reflux dan aspirasi pada bayi.

4. PATOFISOLOGI
Menurut pengelompokannya, patafisiologi dari pneumonia neonatal adalah
a. Transpalenta (kogenetal pneumonia):
Kuman/agent masuk melalui plasenta mengikuti system peredaran darah janin
(hematogen) sampai ke paru-paru janin menimbulkan gejala pneumonia yang disebut
dengan early onset (pada umur 3 hari pertama).
b. Aseending pneumonia (post amnionitis pneumonia):
Kuman/agent dari flora vagina menular secara ascending menyebar ke chorionic
plate menimbulkan gejala amnionitis menyebakan bayi aspirasi dan masuk ke paru-
paru. Predisposisi adalah persalinan premature, ketuban pecah dini, persalinan
memanjang dengan dilatasi serviks, atau pemeriksaan obstetric yang sering.
c. Transnatal pneumonia
Onsetnya berlangsung lambat, proses infeksi selalu terjadi pada paru-paru dan
penyebab terbanyak adalah grup B streptococcus.
d. Nosocomial pneumonia
Pneumonia yang didapat selama perawatan dirumah sakit dengan factor
predisposisi anatara lain BBL <1500 gram, dirawat lama, penyakit dasar berat,
prosedur invasive banyak, perawatan ventilator terkontaminasi.

Pataofisiologi pada pneumonia dapat dijelaskan sebagai berikut (suriadi, 2001) :

a. Adanya gangguan pada terminal jalan napas dan alveoli disebabkan oleh
mikiroorganisme pathogen yaitu virus dan bakteri (Streptococcus Aureus, Haemophilus,
influenza dan streptococcus phenumonia).
b. Terdapat infiltrate yang biasanya mengenai pada multi lobus, terjadinya destruksi sel
dengan meninggalkan debris cellular ke dalam lumen yang mengakibatkan gangguan
fungsi alveolar dan jalan napas.
c. Pada kondisi anak ini dapat akut dan kronik misalnya : CF (cystic fibrosis), aspirasi benda
asing dan konginetal yang dapat mengakibatkan resiko pneumonia.

Adanya etiologic jamur dan inhalasi ke dalam tubuh manusia melalui udara aspirasi
organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga membrane paru-
paru meradang dan belobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual
muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli
sehingga terjadi sekresi edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis
dyspnea, sianosis, dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan
membuat daerah paru menjadi padar (konsolidasi). Konsolidai paru menyebabkan meluasnya
permukaan membrane respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat
menyebabkan kapasitas difusi menerun dan selanjutnya terjadi hipoksemia.

5. GEJALA/TANDA

Gejala utama yang timbul pada pneumonia neonates adalah

 Sesak napas, bayi terlihat kesulitan untuk bernapas, hingga bernapas menggunakan
otot-otot dinding dada dengan susah panyah untuk membantunya tetap bernapas.
 Cuping hidung
 Sianosis pada ujung jari dan bibir.
 Rales, ronkhi dan batuk lebih jarang dibandingkan dengan radang paru-paru pada
dewasa.
 Sekeresi saluran napas dapat bervariasi secara substansial dalam kualitas dan
kuantitas, tetapi yang paling sering terjadi dari serosaanguineous tampak lebih
bernanah, putih, kuning, hijau, atau perdarahan warna dan tekstur krim atau chunky.
 APGAR score rendah,
 Segera setlah lahir terjadi distress napas.
 Perfusi perifer rendah
 Letargi
 Tidak mau minum
 Distensi abdomen
 Suhu tidak stabil.
 Asidosis metabolic

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
A. Pemeriksaan radiologi (chest X-ray)
Teridentifikasi adanya penyebaran (misal lobus dan brochial), menunjukkan
multiple abses/infiltrate, empyema (staphylococcus). Penyebaran atau lokasi
inflitrasi (bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrate (viral).
B. Pemeriksaan laboratorium :
1. DL, serologi, LED : leukosit menunjukkan adanya infeksi bakteri, menentukan
diagnosis secara spesifik, LED biasanya meningkat.
2. Elektrolit : sodium dan klorida menurun, bilirubin meningkat.
3. Analisis gas darah dan pulse oximetry menilai tingkat hipoksia dan kbutuhan O2.
4. Penawarnaan gram/culture sputum dan darah : untuk mengetahui organisme
penyabab
5. Analisa cairan lambung, bila leukosit (+) menunjukkan adanya inflamasi amnion
(risiko pneumonia tinggi).
C. Pemeriksaan fungsi paru-paru : volume mungkin mnurun, tekanan saluran udara
meningkat, kapasitas pemenuhan udaa menurun dan hipoksemia.
D. Pemeriksaan fisik : ditemukan tanda-tanda konsolidasi paru berupa perkusi paru
pekak, auskultasi terdapat ronkhi nyaring suara pernapasan bronkial, inspirasi rales
dan terdapat penggunaan otot aksesoris.

7. PENATALAKSANAAN
 Medis :
- terapi antibiotika, merupakan terpi utama pada pasien pneumonia
dengan manifestasi apapun, yang dimaksudkan sebagai terapi kasual
terhadap penyebab kuman.
- Pengaturan cairan
- Pemberian kortikosteroid diberikan pada fase sepsis.
 Keperawatan :
- Pemberian terapi oksigen untuk mecapai PaO2 80-100mmHg atau
saturasi 95-96% berdasarkan pemeriksaan AGD.
- Nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental

- Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya clapping dan


vibrasi.
- Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator
dilakukan bila terjadi hipoksemi persisten, gagal napas yang disertai
peningkatan respiratory distress dan respiratory arrest.

8. PENCEGAHAN PNEUMONIA NEONATAL

Strategi untuk mencegah dan mengobati pneumonia neonatal membutuhkan intervensi di


semua tingkat penyediaan layanan kesehatan, yaitu masyarakat, perawatan primer,
kabupaten dan rumah sakit tersier.
Langkah-langkah yang telah terbukti efektif dalam pencegahan pneumonia neonatal

Meliputi :

a. Manajemen aktif pada penanganan pecah ketuban


b. Inisiasi menyusui dini dan pemberian ASI eksklusif, dan
c. Menghindari pneumonia nosokmial pada unit perawatan intensif di mana akibat
infeksi yang umum ditemukan seperti entrerik basil Gram negative (E. coli,
klabsiella, Enterbacter dan pseudomonas sp), staphylococcus koagulase negative dan
S. aureus multiresisten. Bakteri kolonisasi pada tabung endotrakeal, humidifiers,
ventilator tabung, infus, probe temperature, peralatan (misalnya stetoskop) dan sarung
tangan merupakan awal terjadinya infeksi neonatal. Mencuci tangan adalah hal yang
paling sederhana dan efektif untuk mencegah terjadinya infeksi nosocomial.
Identifikasi dan pembersihan peralatan yang terkontaminasi juga mencegah infeksi
nosocomial.
d. Selain menghindari kontak menular, vaksinasi merupakan modus utama pencegahan.
Sejak diperkenalkannya vaksin HIB terkonjugasi, tingkat pneumonia HIB telah
menurun secara signifikan. Namun, diagnosis masih harus dipertimbangkan pada
orang yang tidak divaksinasi, termasuk pada umur yang lebih muda dari 2 bulan yang
belum menerima suntikan pertama mereka. Bayi berisiko tinggi seperti bayi
premature dan bayi yang baru lahir dengan penyakit jantung bawaan, pemberian
profilaksi RSV intramuscular bulanan palivizumab dengan dosis 15mg/kg 1mL
maksimum per injeksi, merupakan rekomendasi.
9. ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA NEONATAL
1. Pengkajian
a. Anamnesa :
1. Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, nomor RM, Nama penanggung
jawab, hubugan dengan pasien, alamat.
2. Riwayat antenatal: pemeriksaan selama hamil (ANC), HPHT, tapsiran partus
(TP).
3. Riwayat intranatal; perdarahan, ketuban pecah, gawat janin, demam, keputihan,
riwayat terapi.
4. Riwayat penyakit ibu; DM, Asma, Hepatitis B, Hipertensi, Jantung dan lainnya.
5. Riwayat persalinan; cara persalinan (spontan, section, forceps) dan indikasinya.
6. KU bayi saat persalinan; activity tonus reflex (ATR), tangisan, nadi, pernapasan,
kelainan fisik, berat badan, panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada, APGAR
score.
b. Pemeriksaan fisik
1. Breathing

Frekuensi napas cepat dan dangkal, gerakan dinding toraks dapat berkurang
pada daerah yang terkena, perkusi normal atau redup, retraksi sternum dan intercostal
space. Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengr suara napas utama melemah
atau mengeras, suara napas tambahan berupa ronkhi basah halus di lapang paru yang
terkena, kadang disertai dengan sputum.

2. Blood
denyut nadi perifer melemah, tekanan darah biasanya normal, batas jantung
tidak mengalami pergeseran, akral dingin, sianosis, kulit pucat, icterus, CRT
memanjang (>3dtk).
3. Brain

Klien dengan pneumonia berat biasanya mengalami penurunan kesadaran,


didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Perlu dikaji
tingkat kesadaran, besar dan reflex pupil terhadap cahaya.

4. Bladder

Pengukuran volume output dan intake cairan, oleh karena itu perawat perlu
memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari
syock. Dikaji pula kelainan pada genetalia dan pola eliminasi urine.
5. Bowel
Dikaji apakah ada distensi pada abdomen, bising usus, bagaimana pola
eliminasi alvi, adakah kelainan pada anus.
6. Bone
Didapatkan kelemahan dan kelelahan secara fisik, dikaji pula adakah
kelainan pada tulang yang kemungkinan karena trauma persalinan atau
kongenetal, bagaimana ATR (activity tonus respon).
2. Diagnosa Keperawatan (yang mungkin muncul)
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d inflamasi bronchial pembentukan
edema, dan penumpukan secret.
b. Pola napas tidak efektif b.d ekspansi paru yang tidak efektif.
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan transpotasi
oksigen.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan rasio ventilasi
dan disfusi parenkim paru ditandai dengan sianosis jaringan perifer.
3. Rencana Tindakan
a Bersihan jalan napas tidak efektif b.d inflamasi bronchial pembentukan
edema, dan penumpukan secret.
 Tujuan : jalan napas bersih dan efektif.
 Kriteria hasil :
1). Bunyi napas bersih, tidak ada bunyi napas tambahan
2). Tanda vital dalam batas normal terutama frekuensi napas <60x/mnt
3). Batuk efektif
4). Sianosis tidak ada
5). Tidak ada retraksi s.arnum dan intercostal space.
6). Napas cuping hidung tidak ada
 Rencana intervensi
1). Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan pergerakan dada
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal sering terjadi karena ketidak
nyamanan.
2). Auskultasi area paru, catat penurunan atau taka da aliran udara dan
bunyi napas.
Rasional : penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi
dengan cairan, krekels terdengar sebagai respon terhadap
pengumpulan cairan/secret.
3). Penghisapan sesuai indikasi
Rasional: merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara
mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan batuk efektif
karena adanya penurunan tingkat kesadaran.
4). Evaluasi status mental, catat adanya kebingungan, disorientasi.
Rasional: menurunnya perfusi otak dapat menyebabkan perubahan
sensorium.
5). Kolaborasi dalam pemberian obat mukolitik, bronkodilator.
Rasional : obat mukolitik membantu untuk mengencerkan secret,
bronkodilator mengurangi edema dan sebagai vasodilatasi bronkus.
b Pola napas tidak efektif b.d ekspansi paru yang tidak efektif
 Tujuan : pola napas efektif
 Kreteria hasil:
1). Pernapasan teratur (RR 30-40x/menit).
2). Tanda vital dalam batas normal (nadi 100-130x/menit).
3). Tidak ada penggunaan otot bantu napas
4). Napas cuping hidung tidak ada.
 Rencana intervensi
1). Evaluasi frekuensi dan kedalaman pernapasan. Catat adanya upaya
pernapasan seperti dispnea, penggunaan otot bantu napas.
Rasional : kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri,
penurunan volume sirkulasi. Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi
abnormal dapat mencegah komplikasi.
2). Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi tinggi bila tidak
ada kontraindikasi.
Rasional: merangsang ekspansi paru, efektif pada pencegahan dan
perbaikan kongesti paru.
3). Berikan oksigen dengan head box atau sesuai indikasi.
Rasional : meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan
sirkulasi.
4). Kaji ulang laporan foto dada dan pemeriksaan laboratorium (AGD).
Rasional : untuk memantau keefektifan terapi pernapasan dan
mencatat terjadinya komplikasi.
c Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan transpotasi
oksigen.
 Tujuan : pertukaran gas efektif
 Kriteria hasil :
1). Hasil AGD dalam batas normal
2). Sianosis tidak ada
3). Pasien tidak pucat
 Rencana intervensi :
1). Kaji frekuensi dan kedalaman pernapasan. Catat adanya upaya
pernapasan seperti dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan.
Rasional: kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri,
penurunan volume sirkulasi. Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi
abnormal dapat mencegah komplikasi.
2). Pertahankan pemberian oksigen head box sesuai indikasi
Rasional: meningkatkan pengiriman oksigen ke otak untuk kebutuhan
sirkulasi.
3). Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (AGD)
Rasional: untuk memantau keefektifan terapi pernapasan dan mencatat
terjadinya komplikasi.
d Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan rasio ventilasi dan
disfusi parenkim paru ditandai dengan sianosis jaringan perifer.
 Tujuan : mempertahankan perfusi jaringan
 Kriteria hasil :
1). Suara naas berish, wheezing tidak ada, ronkhi tidak ada.
2). Tanda vital dalam batas normal, denyut nadi teraba jelas.
3). Tidak sianosi, kulit tidak pucat, CRT <3detik.
4). Akral hangat
5). Tidak terjadi penurunan kesadaran
 Rencana intervensi:
1). Kaji frekuensi, kedalaman napas, dan suara napas.
Rasional : takipnea, pernapsan yang dangkal sering terjaid karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
2). Tempatkan pasien dalam incubator
Rasional : mempertahankan suhu tubuh pasien, mencegah hipotermia,
memperbaiki metabolisme jaringan.
3). Pantau tanda vital
Rasional: abdominalitas tanda vital terus menerus memerlukan
evaluasi lebih lanjut dan mengetahui perubahan sesegera mungkin.
4). Pantau tingkat kesadaran
Rasional : kekurangan aliran oksigen ke otak dapat menyebabkan
hipoksia sel-sel otak, kematian jaringan otak dan terjadinya penurunan
tingkat kesadaran.
5). Pantau tanda-tanda sianosis, warna kulit, akral purifier
Rasional : sianosis, kulit pucat, akral dingin adalah salah satu tanda
hipoksia jaringan yang berat akibat perfusi yang tidak adekuat.
6). Kolaborasi: pertahankan pemberian O2 sesuai indikasi (head box 5-10
lt/mnt)
Rasional : mempertahnkan PaO2 diatas 90 mmHg
7). Kolaborasi pemeriksaan darah lengkap
Rasional : Hb yang rendah (<10gr/dl) mempengaruhi suplay oksigen
ke jaringan.
e
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. Pneumonia. www.wikipedia.id.org, diakses tanggal 31 Agustus 2019.


Caserta, M.T. 2009. Neonatal Pneumonia. http://www.merck.com/mmpe/sec19/ch279
/ch279l.html, diakses tanggal 31 Agustus 2019.
Corwin, E.J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto.
Mutaqqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sitem Penapasan.
Jakarta:Salemba.
Anonymous. 2019. Penyakit Pneumonia Neonatal. https://www.klikdokter.com/penyakit
/pneumonia-neonatal, diakses tanggal 31 Agustus 2019.
Astuti, Tri. 2016. Pneumonia pada Bayi – Penyabab, Gejala, Perawatan, dan Pencegahan.
https://hamil.co.id/bayi/sakit/pneumonia-pada-bayi, diakses 31 Agustus 2019.

Anda mungkin juga menyukai