Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1

BLOK 7.1 KEDOKTERAN OKUPASI

OLEH:
KELOMPOK V

Dosen Pembimbing : dr. Ima Maria

Muhammad Yudhi Surya Chandra G1A113137


Yasmin Shabira Wityaningsih G1A113140
Loli Melatina Putri G1A113141
Putri Iffah Musyahrofah G1A113081
Rahmania G1A113082
Hummaira Atthirah Manda G1A113084
Efandiya Putra G1A113061
Yudha Nugraha Pratama G1A113062
Dessy Daswar G1A113063
Atika Sevtira G1A112046
Jeliya Safitri G1A112048
Andi Ammar R A G1A113027
Novita Dian Syafitri G1A113028

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULATAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
Skenario

Abdul, seorang dokter baru bekerja di klinik perusahaan CPO Tunjuk Bumi di
Kabupaten Sarolangun. Abdul mencari tahu peraturan perundangan terkait
kesehatan kerja apa saja yang sudah diterapkan di perusahaan tersebut karena
ingin menerapkan prinsip-prinsip dan pelayanan kesehatan kerja. Abdul juga
ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan awal dan berkata pada karyawan
perusahaan.

Klarifikasi Istilah

Kesehatan Kerja : Keadaan sejahtera badan, jiwa fisik, pada pekerja yang
menunjang pada kerjaannya yang tidak membahayakan
diri sendiri, teman kerja, masyarakat dan lingkungannya

Identifikasi Masalah

1. Apa saja peraturan perundangan yang mengatur tentang kesehatan kerja?


2. Apa saja prinsip-prinsip dari kesehatan kerja?
3. Apa saja pelayanan kesehatan kerja yang dr. Abdul berikan?
4. Apa saja upaya-upaya dalam peningkatan pelaksanaan kesehatan kerja?
5. Apa saja prinsip-prinsip dasar dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan kerja?
6. Apa hubungan peraturan dari perundangan dengan prinsip-prinsip
kesehatan kerja?
7. Apa tujuan pembentukan klinik perusahaan CPO Tunjuk Bumi?
8. Apa saja pemeriksaan awal dan berkala untuk karyawan perusahaan?
9. Apa saja tujuan dilakukannya pemeriksaan kesehatan kerja?
10. Apa saja jenis-jenis pemeriksaan kesehatan kerja?
11. Definisi PAK dan KAK?
12. Apa saja kriteria penyakit akibat kerja?
13. Apa saja faktor risiko dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja?
14. Apa saja kemungkinan penyakit akibat kerja yang dapat timbul pada
pekerja?
15. Bagaimana cara pencegahaan dan penanganan dari penyakit akibat kerja?
16. Apa saja prinsip-prinsip dalam penganan kegawatdaruratan di tempat
kerja?
17. Apa jenis-jenis dari kecelakaan kerja?
18. Apa saja pencegahan dan pengobatan dari kecelakaan kerja?
Analisa Masalah

1. Apa saja peraturan perundangan yang mengatur tentang kesehatan kerja? 1


1. UU no 70, 1970 tentang keselamatan kerja
2. UU no 29, 2004 tentang Praktik Kedokteran
3. UU no 36, 2009 tentang Kesehatan
4. Keprs RI no 22, 1993 tentang panyakit yang timbul akibat hubungan
kerja
5. Permennakertrans no 2, 1980 tentang pemeriksaan keshatan tenaga
kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja
6. Permennakertrans no 3, 1982 tentang pelayanan kesehatan kerja 4

UU No. 36, 2009 tentang kesehatan kerja ( pasal 164 )


1. Upaya Kesehatan Kerja bertujuan melindungi pekerja agar hidup sehat
dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan.
2. Sasaran : pekerja formal dan informal, & setiap orang yg berada di
lingkungan tempat kerja.
3. Pemerintah menetapkan standar kesehatan kerja.
4. Pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan kerja ,
menjamin lingkungan kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas
terjadinya kecelakaan kerja.
5. Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya
kesehatan melalui pencegahan, peningkatan, pengobatan dan
pemulihan bagi tenaga kerja.
6. Hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental digunakan
sebagai pertimbangan seleksi pekerja.

2. Apa saja prinsip-prinsip dari kesehatan kerja?2


Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekeliling, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal
23). Berikut penjabaran prinsip-prinsip kesehatan kerja:
 Beban kerja
Berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya penempatan
kerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan. Derajat
tepat suatu penempatan meliputi kecocokan pengalaman,
keterampilan, motivasi dan lainnya.
 Kapasitas kerja
Tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran
tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
 Lingkungan kerja
Sebagai beban tambahan, baik berupa:
o Faktor mesin/peralatan : cidera, kecelakaan kerja
o Faktor psikologik dan beban kerja: gangguan muskuloskeletal
o Faktor fisik : NIHL, gangguan
neurovaskular
o Faktor kimia : intoksikasi, alergi
o Faktor biologik : infeksi, alergi
o Faktor psikologik : stres psikis, depresi
o Faktor psikososial : konflik, kualitas kerja

Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja
yang optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan
masalah kesehatan kerja berupa penyakit akibat kerja yang pada akhirnya akan
menurunkan produktivitas kerja.

3. Apa saja pelayanan kesehatan kerja yang dr. Abdul berikan?3


Pelayanan Kesehatan Kerja (PKK): Dalam pedoman ini didefinisikan sesuai
dengan Konvensi ILO tentang Pelayanan Kesehatan Kerja 1985 (No. 161),
dan merujuk kepada pelayanan kesehatan pada atau untuk tempat kerja, yang
mempunyai fungsi penting adalah pencegahan. dr. Abdul selaku dokter
perusahaan bertanggung jawab memberikan PKK untuk memberikan panduan
kepada pengusaha dan juga kepada pekerja dan perwakilan mereka, tentang
bagaimana membangun dan memelihara lingkungan kerja yang selamat dan
sehat, dan cara kerja yang mendukung kesehatan fisik dan mental yang
optimal. PKK juga memberikan panduan tentang penyesuaian pekerjaan
kepada kemampuan pekerja dari segi kesehatan fisik dan mental mereka.

4. Apa saja upaya-upaya dalam peningkatan pelaksanaan kesehatan kerja?4

Menurut Permennakertrans No. 3/Men/1982 Pasal 2 tentang Upaya – upaya


dalam pelaksaan kesehatan kerja adalah :

1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja , pemeriksaan berkala , dan


pemeriksaan khusus.
2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
kerja.
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.
4. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitasi.
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja.
6. Pencengahan dan pengobatan terhapa penyakit umum dan penyakit akibat
kerja.
7. Pertolongan pertama pada kecelakaan.
8. Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan.
9. Memberikan nasehat mengenai perencaan dan pembuatan tempat
kerja,pemilihan alat perlindungan diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaran makanan ditempat kerja.
10. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
11. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang memiliki kelainan
tertentu dalam kesehatannya.
12. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada
pengurus.
5. Apa saja prinsip penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja? 5
A. Pelayanan kesehatan kerja wajib melaksanaakan tugas pokok pelayanan
kesehatan kerja secara menyeluruh dan terpadu (komprehensif) yang
meliputi upaya kesehatan :
1. pencegahan (preventif),
2. pembinaan/peningkatan (promotif),
3. pengobatan (kuratif) dan
4. pemulihan (rehabilitatif),
dengan lebih menitik beratkan pada upaya kesehatan pencegahan dan
pembinaan/peningkatan (promotif dan preventif).

B. Penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja adalah dokter pemeriksa


kesehatan tenaga kerja, sedangkan tenaga pelaksananya dapat terdiri dari :
1. dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja (penanggung jawab
merangkap pelaksana),
2. dokter perusahaan dan atau
3. paramedis perusahaan

C. Teknis penyelenggaraan program/kegiatan pelayanan kesehatan kerja


mengacu pada prinsip-prinsip :
1. Program/kegiatan kesehatan kerja berupa upaya kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu, dengan lebih menitik beratkan pada upaya
kesehatan preventif dan promotif tanpa mengurangi upaya kesehatan
kuratif dan rehabilitatif.
2. Upaya kesehatan yang bersifat preventif dan promotif disesuaikan
dengan hasil penilaian risiko potensi bahaya yang ada di perusahaan.
3. Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif minimal berupa
pelayanan kesehatan kerja yang bersifat dasar yaitu :
a. pemberian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan
b. pengobatan (rawat jalan tingkat pertama);
4. Perencanaan program dan kegiatan pelayanan kesehatan kerja dibuat
dengan skala prioritas dan mempertimbangkan kondisi perusahaan,
permasalahan kesehatan di perusahaan maupun masalah kesehatan
umum lainnya.
5. Program/kegiatan pelayanan kesehatan kerja terutama ditujukan untuk
pencegahan penyakit akibat kerja (PAK), peningkatan derajat
kesehatan tenaga kerja dan peningkatan kapasitas kerja melaui
program/kegiatan :
1. Pemeriksaaan kesehatan tenaga kerja;
2. Penempatan tenaga kerja disesuaikan dengan status
kesehatannya;
3. Promosi/peningkatan kesehatan tenaga kerja;
4. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja (PAK) melalui perbaikan
lingkungan kerja (program higiene industri);
5. Pencegahan PAK melalui perbaikan kondisi kerja (program
ergonomi kerja);
6. P3K, medical emergency respon, pengobatan, rehabilitasi,
rujukan kesehatan, pemberian kompensasi akibat kecelakaan
dan PAK.;
7. Pengembangan organisasi, program dan budaya kesehatan
kerja.
D. Pelaksanaan program dan kegiatan kesehatan kerja
diintegrasikan/dikoordinasikan dengan program Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) serta melibatkan ahli K3, Ahli
K3 Kimia, Hygienis Industri, petugas K3 dan personil K3 lainnya yang
ada di perusahaan yang bersangkutan.

6. Apa hubungan peraturan dari perundangan dengan prinsip-prinsip kesehatan


kerja?
Hubungan penyediaan pelayanan kesehatan kerja dimana perusahaan
memenuhi UU agar perusahaaan tersebut dapat mengatur pekerja dengan hasil
yang baik dalam perusahaan tersebut.

Dalam undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan masyarakat


bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan. Dan menurut resntra nasional kesehatan keja
2007-2010 yaitu dengan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang
aman,sehat dan sejahtera, bebas dari penyakit akibat kerja dan penyakit
hubungan kerja serta bebas pencemaran lingkungan menuju peningkatan
produktivitas.

7. Apa tujuan pembentukan klinik perusahaan CPO Tunjuk Bumi?6

Klinik perusahaan adalah tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan


terutama bidang pelayanan kesehatan kerja minimal (peningkatan,
pencegahan, pegobatan, dan pemulihan) yang dilenggarakan oleh perusahaan
atau badan hukum sesuai dengan ketentuan berlaku

Tujuan

 Tujuan Umum
Terselenggaranya pelayanan kesehatan kerja dasar secara optimal di klinik
Perusahaan terhadap masyarakat pekerja sehingga mampu meningkatkan
produktivitas kerja
 Tujuan Khusus
- Terlaksananya pelayanan kesehatan baik Promotif, Preventif, Kuratif, dan
Rehabilitatif dan rujukan di klinik perusahaan
- Terlaksananya pencatatan dan pelaporan khususnya tentang penyakit
akibat kerja, penyakit akibat hubungan kerja, dan kecelakaan akibat kerja
di klinik perusahaan
- Tersedianya tenaga, sarana dan prasarana di klinik perusahaan sesuai
dengan standar

Fungsi

Klinik perusahaan mempunyai fungsi:

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja


2. Membantu Perusahaan menentukan kebijakan dalam bidang kesehatan
kerja
3. Memelihara Produktivitas pekerja

8. Apa saja pemeriksaan awal dan berkala untuk karyawan perusahaan?7

Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja seperti lazimnya yang dilakukan oleh


setiap dokter meliputi:
I. Anamnesa
II. Pemeriksaan mental
III. Pemeriksaan fisik
IV. Pemeriksaan kesegaran jasmani
V. Pemeriksaan radiologi
VI. Pemeriksaan laboratorium
VII. Pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut

I. ANAMNESA
Pada anamnesa ini dokter pemeriksa kesehatan menegaskan agar supaya perny
ataanpernyataan dijawab dengan teliti dan seluas-luasnya. Yang perlu ditanya
kan adalah:
1. riwayat-riwayat penyakit umum; tuberkolosa, diabetes, penyakit jantung, pe
nyakit syaraf, penyakit jiwa, penyakit kuning, penyakit asthma, tekanan darah
tinggi atau rendah, penyakit ginjal, penyakit perut, tumor, penyakit kulit, peny
akit hernia, wajir, dll.
2. riwayat perawatan di Rumah Sakit; alasan dirawat, belum atau pernah diraw
at, berapa lama dan jenis penyakit yang diderita.
3. riwayat kecelakaan; apakah pernah mendapat kecelakaan, apakah ada hubu
ngan antara kecelakaan dengan pekerjaan, bagian anggota badan yang cidera,
apakah dirawat atau tidak, kalau dirawat tanyakan pula berapa lama waktu per
awatan dan juga ditanyakan apakah menderita cacat sementara atau tetap.
4. riwayat operasi; pernah atau tidak, kalau pernah maka tanyakan jenis operas
i apa, kapan dilaksanakan operasi tersebut, dimana dan berapa lama perawatan
operasi.
5. riwayat pekerjaan; apakah pernah bekerja atau belum, bila sudah bekerja di
mana dan berapa lama serta mengapa terhenti dari pekerjaan tersebut tanyakan
pula apakah ada kemungkinan adanya penyakit jabatan dari pekerjaan yang ter
dahul itu.
6. bila dicurigai adanya penyakit jabatan, perlu dilakukan pemeriksaan khusus
untuk menunjang kebenaran dugaan tersebut. 7. riwayat haid, bagi tenaga kerj
a wanita perlu ditanyakan; kapan mulai haid, teratur atau tidak, lamanya sakit
atau tidak serta ditanyakan masalah kehamilan, melahirkan, keluarga berencan
a, keguguran dan jumlah anak baik yang hidup maupun yang mati.

II. PEMERIKSAAN MENTAL


Pemeriksaan mental diselenggarakan sewaktu dilakukan anamnesa atau pemer
iksaan fisik dengan cara mengemukakan pertanyaan-pertanyaan umum dan sp
esifik tentang hal-hal sebagai berikut: maksud melamar pekerjaan, tujuan apab
ila diterima dalam jabatan tertentu, rasa puas dengan berbagai situasi mengena
i diri dan lingkungannya, motivasi untuk bekerja dan sebagainya. Yang diperi
ksa diluar pemeriksaan mental ini adalah fungsi-fungsi umum dan fungsi-fung
si khusus sebagai berikut:
1. Fungsi Umum:
a. – Keadaan
– Orientasi perorangan
– Orientasi waktu
– Orientasi ruang
– Orientasi situasi
b. Sikap & Tingkah Laku
Mudah tidaknya penyesuaian sikap dan tingkah laku dengan suasan yang
ada. Kesimpulan status mentalis adalah:
– Normal
–Terganggu dan perlu pengobatan atau
– Perlu konsultasi
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik lengkap dilakukan menurut perincian dalam kartu peme
riksaan. Pemeriksaan fisik ini diselenggarakan di tempat yang penerangannya
cukup dan dalam suasana tenang serta tidak tergesa-gesa, serta meliputi sebag
ai berikut:
1. Pengukuran berat badan dilaksanakan dalam keadaan berpakaian minim.
2. pengukuran tinggi badan dilakukan tanpa alas kaki.
3. pengukuran lingkaran dada dilaksanakan setinggi pelakatan rusuk (insertio
constalis) kelima, bila terdapat perbedaan antara ukuran pada waktu inspir
asi maksimal dan ekspirasi maksimal sebesar 4 cm atau kurang maka didu
ga adanya kelainan intrahorakal.
4. pengukuran nadi dan frekuensi pernafasan dilakukandalam keadaan berbar
ing dengan tenang, kalau denyut nadi teratur maka frekuensinya cukup diu
kur selama 30 detik dan hasilnya dilakukan dua untuk memperoleh nadi pe
rmenit, kalau denyut nadi tidak teratur, pengukuran denyut nadi dilakukan
selama 1 meni.
5. tekanan darah diukur dalam posisi berbaring dengan tenang.
6. pemeriksaan indra penglihatan meliputi keadaan fisik mata, ketajaman pen
glihatan, luas lapangan penglihatan dan kemampuan membedakan warna.
7. pemeriksaan indra pendegaran meliputi keadaan fisik telinga serta ketajam
an pendengaran dan dilakukan dengan membisikkan kata tunggal bagi mas
ingmasing telinga sementara telinga yang lain ditutup.
8. pemeriksaan indra penciuman meliputi fisik hidung dan ketajaman penciu
man.
9. Kontak mental dan perhatian : Kemampuan untuk mengadakan hubungan
mental dalam waktu cukup panjang dalam bentuk-bentuk: – Kontak psikis
– Kewajaran – lamanya
10. Inisiatif: Kesanggupan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang disebu
t asli yaitu (tidak meniru atau tidak mencontoh atau tidak atas perintah).Ins
iati : normal, kurang atau lebih.
11. Fungsi Spesifik/Khusus :
a. alam perasaan yang meliputi keadaan, emosi, dan effek.
 wajar;
 terlalu gembira;
 depresif atau
 siklotinik (berubah-ubah).
b. Intelegensia dan intelek:
Apakah kecerdasan sesuai dengan taraf pendidikan; keadaan intelegens
ia normal atau menurun.
c. Proses berfikir:
- Keadaan jelas dan tajam
Proses berfikir abnormal seperti:
- delusi
- halusinasi
-fikiran yang melompat-lompat.
- gejala-gejala lainnya.
12. Pemeriksaan indra perabaan meliputi kemampuan alat peraba untuk dapat
membedakan suhu dan alat penglihatan indra perabaan dalam keadaan mat
a tertutup.
13. pemeriksaan indra perasaan kulit meliputi kemampuan alat perasa serta ket
ajaman.

IV. PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI


Maksud pemeriksaan ini ialah untuk menentukan tingkat kesegaran sesuai den
gan keperluan jenis pekerjaan fisik yang berat. Cara yang dipakai adalah peng
ujian Scneider test. Bagi yang berumur lebih dan 40 tahun, juga dilakukan uji l
angkah menurut master dan pemeriksaan elektro-cardiografi (EKG).

V. PEMERIKSAAN SINAR TEMBUS


Pemeriksaan ini terutama untuk meliputi keadaan paru-paru dan jantung.

VII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Pemenksaan laboratorium meliputi pemeriksaan danah, air seni dan tinja. Pem
eriksaan darah terdiri dan pemeriksaan kadar Hb, pemeriksaan jumlah sel-sel
darah putih secara menyeluruh dan menurut pemeriksaan laju endapan darah.
Pemeriksaan Laboratorium air seni meliputi jenis, pemeriksaan warna, kejerni
han, reduksi, protein dan sedimen. Pemeriksaan tinja meliputi : pemeriksaan w
arna, konsistensi dan telur cacing.

VIII. PEMERIKSAAN LEBIH LANJUT


Pemeriksaan lebih lanjut adalah pemeriksaan yang dilakukan lebih mendalam
mengenai keadaan mental, fisik, kesegaran jasmani, pemeriksaan sinar tembus
dan pengujian laboratorium lainnya atas dasar pertunbangan medis dan pertim
bangan jenis pekerjaan serta keadaan lingkungan kerja agar tercipta keselamat
an dan kesehatan kerja yang baik bagi yang diperiksa maupun orang sekitarny
a atau umum. Contoh-contoh pemeriksaan tambahan seperti : elektro encheph
alografi (EEG), pemeriksaan faal hati, faal ginjal, apirometri, pemeriksaan
cairan otak dan sebagainya.

IX. KESIMPULAN PENGUJIAN


Setelah dilakukan pengujian kesehatan sebelum bekerja, dokter pemeriksa me
ngambil kesimpulan tentang keadaan kesehatan calon tenaga kerja dengan ke
mungkinan kemungkinan
sebagai berikut:
1. Memenuhi syarat untuk jenis pekerjaan ringan atau sedang.
2. Memenuhi syarat untuk jenis pekerjaan berat.
3. Memenuhi syarat untuk jenis pekerjaan sebagalniana dimaksud dalam ang
ka 1 atau 2 dengan persyaratan tertentu.
Ditolak sementara oleh karena untuk sementara belum memenuhi syarat
kesehatan dan memerlukan pengobatan atau perawatan. Pemeriksaan
kesehatan diulang setelah selesai pengobatan / perawatan.

9. Apa saja tujuan dilakukannya pemeriksaan kesehatan kerja?8


Tujuan dari pemeriksaan kesehtan pekerja adalah sebagai panduan atau
referensi pemeriksaan kesehatan bagi pekerja, pemberi pelayanan kesehatan,
pemerintah dan dunia usaha. Selain itu juga dapat untuk :
1. Deteksi dini terhadap penyakit akibat kerja yang rimbul di kalangan
pekerja
2. Antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan akibat
kerja
3. Menetapkan kecakapan kerja / fitness status
4. Melihat “trend” perkembangan penyakit di kalangan pekerja dilihat dari
berbagai determinan
5. Data dasar kesehatan untuk pembanding di masa yang akan datang
6. Sebagai dasar menilai efektifitas program pencegahan yang sudah
dilakukan
7. Mematuhi peraturan perundangan

10. Apa saja jenis-jenis pemeriksaan kesehatan kerja?9

1. Pemeriksaan Kesehatan sebelum kerja

Pemeriksaan Kesehatan sebelum kerja adalah pemeriksaan kesehatan yang


dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan
pekerjaan. Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar tenaga
kerja yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya,
tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya,
dan cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja yang lain-lainnya
dapat dijamin.

Semua perusahaan sebagaimana tersebut dalam pasal 2 ayat (2) Undang-


undang No. 1 tahun 1970 harus mengadakan Pemeriksaan Kesehatan Sebelum
Kerja. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja meliputi :

a. pemeriksaan fisik lengkap

b. pemeriksaan kesegaran jasmani,

c. pemeriksaan foto thoraks; rontgen paru-paru

d. pemeriksaan laboratorium rutin

e. pemeriksaan lain yang dianggap perlu untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu


perlu dilakukan pemeriksaan yang sesuai dengan kebutuhan guna mencegah
bahaya yang diperkirakan timbul.

Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman


pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja yang menjamin penempatan tenaga
kerja sesuai dengan kesehatan dan pekerjaan yang akan dilakukannya dan
pedoman tersebut harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu oleh
Direktur. Pedoman Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja dibina dan
dikembangkan mengikuti kemampuan perusahaan dan kemajuan kedokteran
dalam keselamatan kerja. Jika 3 (tiga) bulan sebelumnya telah dilakukan
pemeriksaan kesehatan oleh dokter, tidak ada keraguan-raguan maka tidak
perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja.

2. Pemeriksaan kesehatan berkala

Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu-


waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter. Pemeriksaan
Kesehatan Berkala dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan
tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan
adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu
dikendalikan dengan usahausaha pencegahan.

Semua perusahaan harus melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi


tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali kecuali ditentukan lain oleh
Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga
Kerja. Pemeriksaan Kesehatan Berkala meliputi :

a. pemeriksaan fisik lengkap

b. pemeriksaan kesegaran jasmani,

c. pemeriksaan foto thoraks; rontgen paru-paru

d. pemeriksaan laboratorium rutin

e. pemeriksaan lain yang dianggap perlu untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu


perlu dilakukan pemeriksaan yang sesuai dengan kebutuhan guna
mencegah bahaya yang diperkirakan timbul.

Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman


pemeriksaan kesehatan berkala sesuai dengan kebutuhan menurut jenis-jenis
pekerjaan yang ada. Pedoman Pemeriksaan kesehatan berkala dikembangkan
mengikuti kemampuan perusahaan dan kemajuan kedokteran dalam
keselamatan kerja. Dalam hal ditemukan kelainan-kelainan atau gangguan-
gangguan kesehatan pada tenaga kerja pada pemeriksaan berkala, pengurus
wajib mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan
tersebut dan sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan
dan kesehatan kerja. Agar pemeriksaan kesehatan berkala mencapai sasaran
yang luas, maka pelayanan kesehatan diluar perusahaan dapat dimanfaatkan
oleh pengurus menurut keperluan.

3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus

Pemeriksaan Kesehatan Khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang


dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu.
Pemeriksaan Kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-
pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-
golongan tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan Kesehatan Khusus dilakukan
pula terhadap:

a. tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang


memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua minggu).
b.tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja
wanita dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan
pekerjaan tertentu.
c. tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-
gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai
dengan kebutuhan.

Pemeriksaan Kesehatan Khusus diadakan pula apabila terdapat keluhan-


keluhan diantara tenaga kerja, atau atas pengamatan pegawai pengawas
keselamatan dan kesehatan kerja, atau atas penilaian Pusat Bina Hyperkes dan
Keselamatan dan Balai-balainya atau atas pendapat umum dimasyarakat.
Terhadap kelainan-kelainan dan gangguan-gangguan kesehatan yang
disebabkan akibat pekerjaan khusus ini berlaku ketentuan-ketentuan Asuransi
Sosial Tenaga Kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

11. Definisi PAK dan KAK?10

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,


alatkerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit
Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease

Kecelakaan Akibat Kerja adalah Kejadian yang tidak terencana, dan terkontrol
yang dapat menyebabkan atau mengakibatkan luka-luka pekerja, kerusakan
pada peralatan dan kerugian lainya
12. Apa saja kriteria penyakit akibat kerja?10
 Penyebab berhubungan dengan pekerjaan
 Penderita selalu kontak dengan bahan penyebab dalam pekerjaan
 Sebelumnya tidak pernah menderita seperti ini
 Lesi mula-mula lokaal di tempat kontak

13. Apa saja faktor risiko dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja?11
 Faktor fisik : bising, getaran, radiasi pengion/non-pengion, suhu ekstrim,
pencahayaan dan tekanan barometer
 Faktor kimiawi : hydrocarbon (misalnya : benzene), solvents, pestisida,
asbes, debu (silicosis, pneumoconiosis), bahan yang mudah meledak,
logam berat misalnya pengelas/ welders, gas yang menimbulkan sesak
nafas/asphyxiants (CO,CO2,H2S), bahan yang membuat sensitif, bahan
iritan dan sebagainya.
 Faktor biologis : penyebaran bahan pathogen dalam darah/ bloodborne
pathogen (misalnya tertusuk jarum suntik), bio-aerosols (TBC,Legionella),
HIV/AIDS, penyakit menular seksual, gigitan binatang (misalnya; ular,
kalajengking), tanaman beracun, penyakit-penyakit local (misalnya : TB,
malaria, DHF), keracunan makanan dan sebagainya
 Faktor ergonomi : gerakan berulang, mengangkat, beban statis, postur
janggal, menarik dan mendorong dan lain-lainnya.
 Faktor psikososial : kerja lembur, tugas yang berat / berlebihan, perubahan
/ pergeseran kerja, post traumatic, alcohol dan obat-obatan terlarang, kerja
shift, terpencil/dikucilkan, perorganisasian (kerja tim, hubungan kerja, dan
sebagainya), pekerjaan lain/paruh waktu dan sebagainya.
 Faktor gaya hidup (life style) : merokok, alcohol dan obat-obatan
terlarang,kurang gerak serta diet tidak seimbang.
14. Apa saja kemungkinan penyakit akibat kerja yang dapat timbul pada
pekerja?12
Merujuk pada Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit
akibat Hubungan Kerja, maka setiap tenaga kerja yang menderita penyakit
yang timbul karena hubungan kerja berhak mendapatjaminan Kecelakaan
Kerja (JKK) baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah
hubungan kerja berakhir
Batas pengajuan klaim bahwa tenaga kerja positif mengidap penyakit
akibat hubungan kerja adalah 3 tahun sejak tenaga kerja tersebut mengakhiri
hubungan kerjanya, dengan dilampiri hasil diagnosis dokter yang merawatnya.
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja
Berikut ini adalah 31 jenis penyakit akibat hubungan kerja:

1. Pneumokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan


parut (silicosis, antrakosilikosis,
asbestosis) dan silikotuberkolosis yangsilikosisnya merupakan faktor utama
penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan
oleh debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan
oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang
beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang
beracun
8. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaan-nya yang
beracun.
11. Penyakit yang disebabkan olehr arsen atau persenyawaan-nya yang
beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaan-nya yang
beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaan-nya yang
beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaan-nya yang
beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida beracun.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari
persenyawaanhidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzene atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau
keracunan seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hydrogen sulfida, atau
derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot,
urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi.
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang berkenaan
lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang
mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi
atau biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat
tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat

15. Bagaimana cara pencegahaan dan penanganan dari penyakit akibat kerja?10

a. Pencegahan Primer (heath promotion)

b. Pencegahan Primer (spesific protection)


c. Pecegahan Sekunder (Early diagnosis & promt tretment)

d. Pembatasan ketidakmampuan ( Disability limitation)

e. Rehablitation
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan
1. Subtitusi
Mengganti bahan berbahaya dengan barang yang tidak
berbahaya. Contoh : Triclor Etilen, CFC etc
2. Ventilasi Umum
Mengalirkan udara menurut perhitungan dalam ruang kerja
bahan berbahaya < NAB
3. Local Exhauster
Menghisap bahan-bahan tertentu keluar ruangan dengan kipas.

16. Apa saja prinsip-prinsip dalam penanganan kegawatdaruratan di tempat


kerja?10
Berdasarkan modul pedoman ILO tentang keselamatan dan kesehatan kerja,
berikut prinsip penanganan kegawatdaruratan di tempat kerja yang dijelaskan
dalam bagan:
17. Apa jenis-jenis dari kecelakaan kerja?10

Klasifikasi Kecelakaan Kerja adalah sebagai berikut : (ILO : 2004)

Menurut tipe kecelakaan :

- Orang jatuh
- Terpukul benda jatuh
- Tersentuh / terpukul benda yang tidak bergerak
- Terjepit diantara dua benda
- Gerakan yang di paksakan
- Terkena suhu yang ekstrem
- Tersengat arus listrik
- Terkena bahan – bahan berbahaya atau radiasi
- Lain – lain kecelakaan yang tidak termasuk golongan ini.

a. Menurut benda

- Mesin
1. Penggerak utama terkecuali motor listrik
2. Gigi transmisi mesin
3. Mesin pemotong
4. Mesin kayu
5. Mesin pertambangan
6. Lain – lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi ini

- Alat pengangkat dan sarana angkutan


1. Mesin dan perlengkapan pengangkat
2. Pengangkut diatas rel
3. Alat pengangkut lainnya selain diatas rel
4. Pengangkut udara
5. Pengangkut perairan
6. Lain – lain sarana angkutan

- Perlengkapan lainnya
1. Bejana bertekanan
2. Dapur, oven, pembakaran
3. Pusat – pusat pendingin
4. Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi tidak termasuk peralatan
– peralatan listrik.
5. Alat – alat listrik tangan
6. Alat – alat, perkakas, perlengkapan listrik.
7. Tangga, jalur landai (ramp)
8. Perancah
- Material, bahan dan radiasi
1. Bahan peledak
2. Serbuk, gas, cairan dan kimia
3. Pecahan terpelanting
4. Radiasi
5. Lain – lain

b. Lingkungan kerja
1. Diluar gedung
2. Didalam gedung
3. Dibawah tanah
- Lain – lain
1. Hewan
2. Lain – lain

c. Menurut jenis luka – luka


- Fraktur / retak
- Dislokasi
- Terkilir
- Gegar otak dan luka didalam

lainnya

- Amputasi
- Luka – luka lainnya
- Luka – luka ringan
- Memar dan remuk
- Terbakar
- Keracunan akut
- Pengaruh cuaca
- Sesak nafas
- Akibat arus listrik
- Akibat radiasi
- Luka – luka majemuk berlainan
- Lain – lain luka.

d. Menurut Lokasi luka pada bagian


- Kepala
- Leher
- Badan
- Tangan
- Tungkai
- Aneka lokasi
- Luka – luka umum
- Luka – luka lainnya

Klasifikasi diatas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan kerja jarang disebabkan


oleh faktor tertentu melainkan berbagai faktor sekaligus. Terpenting dicatat
adalah interaksi berbagai unsur yang terlibat dalam kecelakaan itu sendiri. Faktor
manusia merupakan faktor utama kecelakaan kerja.

18. Apa saja pencegahan dan pengobatan dari kecelakaan kerja?10

Kecelakaan akibat kerja (KAK) dapat ditimbulkan dari faktor resiko kecelakaan
yang ada ditempat kerja tersebut, sehingga diperlukan adanya pengendalian
faktor-faktor resiko tersebut berupa pencegahan agar tidak terjadinya kecelakaan
akibat kerja, dan apabila telah terjadi kecelakaan maka dilakukan penanganan dan
pengobatan. Beberapa upaya pencegahan kecelakaan akibat kerja berdasarkan
faktor-faktor resiko KAK yaitu:

1. Bahaya faktor kimia


Berikut adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi bahaya dari faktor
kimia:
a. Peningkatan pengetahuan pekerja dalam mengenali bahan-bahan kimia
yang berbahaya bagi kesehatan serta dampak dan gejala yang
ditimbulkan.
b. Memasang peralatan pembuangan (exhaust) pada sumber polutan
c. Menggunakan rotasi pekerjaan untuk mempersingkat pajanan pekerja
terhadap bahaya
d. Menggunakan alat pelindung diri (PAD) yang diperlukan untuk
melindungi pekerja seperti respirator dan sarung tangan.
e. Menggunakan pelabelan berupa gambar, simbol, huruf, tulisan, atau
kombinasi untuk membentuk penjelasan adanya bahaya dan
ditempelkan atau dimasukkan ke dalam kemasan bahan-bahan kimia.
2. Bahaya faktor fisik
Faktor-faktor fisik yang menjadi faktor resiko kecelakaan akibat kerja dan
upaya pencegahannya seperti diantaranya adalah:
a. Kebisingan
Berikut adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi bahaya dari
kebisingan:
1) Lakukan identifikasi sumber dan tentukan tingkat kebisingan.
2) Gunakan alat pelindung diri (APD) seperti penutup telinga
(earplug dan earmuff) yang disediakan ditempat kerja yang tidak
bisa dikurangi tingkat kebisingannya.
3) Dalam banyak kasus, merotasi pekerjaan dapat membantu
mengurangi tingkat paparan kebisingan.
b. Penerangan
Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk memcegah atau
mengurangi potensial kerugian dari penerangan yang buruk:
1) Pekerja diusahakan mendapatkan penerangan yang sesuai dengan
pekerjaannya sehingga pekerja tidak bekerja dalam posisi
membungkuk atau memicingkan mata.
2) Atur posisi lampu sedemikian rupa sehingga pencahayaan yang
didapatkan oleh pekerja lebih optimal.
c. Getaran
Upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah dan mengurangi risiko
dari getaran yaitu:
1) Jika dimungkinkan, kendalikan atau bahkan mendesain ulang
peralatan yang menghasilkan getaran, atau jika tidak, pasangkan
penyerap getaran atau peredam kejut.
2) Gunakan penutup lantai, alas kaki, dan sarung tangan yang dapat
meredam getaran.
3) Gunakan peredam getaran pada pegangan dan kursi kendaran agar
dapat membatasi tingkat getaran yang dirasakan pekerja.
d. Iklim kerja
Berikut adalah upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
atau memperbaiki kontrol iklim kerja:
1) Mengupayakan posisi dinding dan pembagi ruangan tidak
membatasi aliran udara.
2) Menyediakan ventilasi udara sehingga udara dapat dialirkan.
3) Mengurangi beban kerja fisik ketika bekerja dalam kondisi panas
serta pastikan pekerja mendapatkan rehidrasi (air minum) dan
istirahat yang cukup.
3. Bahaya faktor biologi
Faktor bilogi yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja atau
kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan melakuakn pencegahan
terhadapa penyakit menular seperti pemberian vaksi, pemberin antibiotik
profilaksis, dan menjaga hieginitas tempat bekerja dan lingkungan
disekitarnya sehingga terhindar dari infeksi, bakteri, virus, jamur, atau
parasit lainnya.
4. Bahaya faktor ergonomi
Berikut adalah upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan bahaya faktor ergonomi:
1) Menyediakan posisi kerja atau posisi duduk yang sesuai, meliputi
sandaran, kursi atau bangku dan/atau tikar bantalan untuk beridir
2) Mendesain workstation sedemikian rupa sehingga alat-alat mudah
dijangau, dan mengupayakan bahu dan lengan dalam posisi netral dan
rileks saat bekerja.
3) Pertimbangan rotasi pekerjaan dan berikan istirahat yang tertaur
kepada pekerja untuk mengurangi risiko kram berulang.
5. Potensi bahaya listrik
Upaya yang dapat dilakuakn untuk mencegah bahaya listtrik yaitu:
1) Melakukan isolasi bagian aktif sehingga tidak ada potensi arus kejut.
2) Semua bagian aktif atau bertegangan listrik diberi penghalang atau
seluungkup.

3) Membuat rintangan pada peralatan yang mempunyai tegangan tinggi


4) Perlatan yang mempunyai tegangan tinggi harus diberi jarak aman
5) Menggunakan APD yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak
menghantarkan arus listrik saat bekerja dengan potensi bahaya listrik
6) Memasang grounding atau pembumian pada peralatan listrik, sehingga
saat ada arus kejut atau tegangan petir, arus mengalir ke tanah,
sehingga akan memperkecil resistansi alat dan bumi.
7) Menggunakan kabel tiga kawat (three-wire cord) dengan kontak yang
tergrounding
8) Melakukan pengecekan berkala terhadap kabel-kabel dan sumber
listrik
6. Potensi bahaya kebakaran
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran yaitu:
1) Mengidentifikasi dan mengendalikan risiko bahay kebakaran yang
dapat terjadi baik berupa peralatan, bahan, proses, cara kerja, dan
lingkungan.
2) Menyediakan sarana deteksi kebakaran, alarm, sarana pemadaman
kebakaran dan tempat evakkuasi sementara.
3) Menyelenggarakan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara
berkala.
4) Untuk tempat kerja yang memperkerjakan lebih dari 50 orang atau
tempat kerja yang berpotensi menimbulkan kebakaran sedang hingga
berat, sebaiknya memilki buku rencanan penanggulangan keadaaan
darurat kebakaran
5) Tidak menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar (bahan bakar
cair atau gas) didalam gedung yang memiliki pit atau lantai
dibawahnya kecualu dilengkapi dengan ventilasi yang dapat mencegah
akumulasi gas tersebut, serta memasang alat yang dapat mendeteksi
kebocoran gas tersebut.
6) Pemasangan peringatan daerah mudah terbakar, sehingga para pekerja
atau orang-orang disekitar dapat memahami untuk tidak menyalakan
api atau hal-ahal lain yang dapat mencetuskan kebakaran.

7) Menyediakan alat pemadam api ringan (APAR) dengan jarak antar


APAR maksimal 15 meter, digantungkan pada dinding dengan
penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnya

Gambar: contoh APAR dan penempatannya


8) Membentuk tim keadaan darurat kebakaran.
7. Faktor bahaya dari permesinan produksi
Kecelakaan-kecelakaan yang sering terjadi salah satunya bersumber dari
alat-alat mesin yang digunakan selama bekerja atau proses produksi.
Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghindari atau
mengurangi kecelakaan tersbeut:
1) Melakukan pelatihan terhadap pekerja mengenai jenis pekerjaan
dengan alat-alat yang digunakan
2) Membekali pekerja dengan pengetahuan mengenai kegunaan, tata cara
pengerjaan dan untuk jenis pekerjaan apa saja alat-alat tersebut
digunakan.
3) Mengenalkan pekerja akan sumber bahaya yang kemungkinan dapat
ditimbulkan dari alat-alat yang digunakan.
4) Menggunakan alat pelindung diri saat bekerja seperti kaca mata,
respirator, helm atau kedok saat bekerja.
5) Memiliih alat-alat bermutu baik untuk digunakan selama proses
produksi, melakukan perawatan dan pengecekan berkala serta
mengganti alat-alat yang sudah tua atau rusak.
6) Selalu melakukan pengecekan terhadap keamanan alat setiap akan
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (online).2015


Diunduh dari: URL:
http://www.kemenkopmk.go.id/sites/default/files/produkhukum/UU%20Nom
or%2036%20Tahun%202014.pdf
2. Djatmiko RD. 2016. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Cetakan 1.
Yogyakarta: Deepublish
3. Direktorat Pengawasan kesehatan kerja. Pedoman Bersama ILO/WHO
tentang Pelayanan Kesehatan dan HIV/AIDS. Direktorat Pwngawasan
Kesehatan Kerja; 2005. DIunduh dari: URL:
www.who.int/hiv/pub/guidelines/who_ilo_guidelines_indonesian.pdf
[Diakses pada tanggal 15 September 2015]
4. Harrington JM, Gill ES. Buku Saku Kesehatan Kerja Edisi ke-3.
Jakarta:EGC, 2005.
5. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
Nomor KEP. 22/DJPPKN/V/2008 Tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja . Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi RI Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan. Diunduh pada tanggal 14 September 2016
6. Dirjen Menkes Depkes. 2009. Pedoman Klinik di tempat kerja /
perusahaan. Jakarta
7. Modul Kesehatan Kerja Bagi Petugas Kesehatan Program Studi Menteri
Kesehatan RI. Lampiran I Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun
2013 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Calon
Tenaga Kerja Indonesia.
8. Modul Kesehatan Kerja Bagi Petugas Kesehatan Program Studi
Pendidikan Dokter UNJA 2011
9. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi tentang pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja no. Per.
02/men/1980
10. International Labour Organization (ILO). Keselamatan dan kesehatan kerj
a: Switzerland; 2004
11. Sutanto, Hadi. 2010. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Pada Pembangunan Gedung Perkantoran dan Perkuliahan Tahap III
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Surabaya: Institut Teknologi
Sepuluh Nopember
12. Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit akibat
Hubungan Kerja

Anda mungkin juga menyukai