Anda di halaman 1dari 10

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

TENAGA KERJA SERTA UPAH DI INDONESIA

Khoerunisa Sulistiyawati Suhendra


Jurusan Manajemen Pemasaran & Perbankan
Politeknik Indotec Kendari
E-mail : Khoerunisasulistiyawati@Gmail.com

Abstrack
Abstract Labor issue is a very complex and large. Good working conditions high output quality,
decent wages and the quality of human resources is the problems that always arise in the
discussion of labor issues in addition to the industrial relationship between worker and the
business. It can be said employment in Indonesia is still facing some kind of structural or sectoral
imbalances. So one of the goals that need to be cultivated is to improve labor efficiency. Labor
demand is influenced by the value of the marginal product (Value of Marginal Product, VMP),
Employment offers that are influenced by leisure hours of individual labor and wages,
theoretically should be taken to ensure that policies are carried out closer to the desired goal.

Keywords: Demand for labor, employment offer, Value of Marginal Product, wages.

Abstrak
Masalah tenaga kerja adalah masalah yang sangat kompleks dan besar. Kondisi kerja yang baik
kualitas output yang tinggi, upah yang layak serta kualitas sumber daya manusia adalah
persoalan yang selalu muncul dalam pembahasan tentang tenaga kerja disamping masalah
hubungan industrial antara pekerja dengan dunia usaha. Dapat dikatakan ketenagakerjaan di
Indonesia hingga kini masih menghadapi beberapa ketidakseimbangan baik struktural ataupun
sektoral. Maka salah satu sasaran yang perlu diusahakan adalah meningkatkan daya guna tenaga
kerja. Permintaan Tenaga kerja yang dipengaruhi oleh nilai marjinal produk (Value of Marginal
Product, VMP), Penawaran Tenaga Kerja yang dipengaruhi oleh jam kerja yang luang dari
tenaga kerja individu serta upah, secara teoritis harus diperhatikan agar kebijakan-kebijakan
yang dilakukan mendekati tujuan yang diinginkan.

Kata Kunci : Permintaan tenaga kerja, Penawaran tenaga kerja, Value of Marginal Product, upah.

I. Pendahuluan tenaga kerja dimasa yang akan datang


Masalah tenaga kerja adalah masalah yang tidaklah gampang karena disamping
sangat kompleks dan besar. Kompleks mendasarkan pada angka tenaga kerja di
karena masalahnya mempengaruhi sekaligus masa lampau, harus juga diketahui prospek
dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling produksi di masa mendatang. Kondisi kerja
berinteraksi dengan pola yang tidak selalu yang baik, kualitas output yang tinggi, upah
mudah dipahami. Besar karena menyangkut yang layak serta kualitas sumber aya
jutaan jiwa. Untuk menggambarkan masalah manusia adalah persoalan yang selalu
muncul dalam pembahasan tentang tenaga pekerja yang dikehendaki oleh pengusaha
kerja disamping masalah hubungan industrial untuk dipekerjakan. Sehingga permintaan
antara pekerja dengan dunia usaha.Tulisan tenaga kerja dapat didefinisikan sebagai
ini ingin memaparkan teori yang jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan
berhubungan dengan tenaga kerja beserta seorang pengusaha pada setiap kemungkinan
beberapa potretnya di Indonesia, dimana tingkat upah dalam jangka waktu tertentu.
pembahasannya dengan tenaga kerja, teori Miller & Meinners (1993), berpendapat
penawaran kerja, teori upah serta potret bahwa permintaan tenaga kerja dipengaruhi
tenaga kerja di Indonesia. Diharap dengan oleh nilai marjinal produk (Value of
paparan ini maka kompleksitas Marginal Product, VMP). Nilai marjinal
ketenagakerjaan dapat lebih di pahami. produk (VMP) merupakan perkalian antara
Masalah tenaga kerja adalah masalah yang Produk Fisik Marginal (Marginal Physical
sangat kompleks dan besar.Kondisi kerja Product) dengan harga produk yang
yang baik, kualitas output yang tinggi, upah bersangkutan. Produk Fisik Marginal
yang layak serta kualitas sumber daya (Marginal Physical Product, MPP) adalah
manusia adalah persoalan yang selalu kenaikan total produk fisik yang bersumber
muncul dalampembahasan tentang tenaga dari penambahan satu unit input variabel
kerja disamping masalah hubungan industrial (tenaga kerja).
antara pekerja dengan dunia usaha. Dapat
dikatakan ketenagakerjaan di Indonesia Dengan mengasumsikan bahwa perusahaan
hingga kini masih menghadapi beberapa beroperasi pad pasar kompetitif sempurna
ketidakseimbangan baik struktural ataupun maka besarnya VMP yang merupakan
sektoral. Maka salah satu sasaran yang perlu perkalian antara MPP x P akan sama dengan
diusahakan adalah meningkatkan daya guna harga input produk yang bersangkutan yaitu
tenaga kerja. Permintaan Tenaga kerja yang PN. besarnya VMP = P didapatkan dari
dipengaruhi oleh nilai marjinal produk pernyataan bahwa kombinasi input optimal
(Value of Marginal Product, atau biaya minimal dalam proses produksi
VMP),Penawaran Tenaga Kerja yang akan terjadi bila kurva isoquan menjadi
dipengaruhi oleh jam kerja yang luang dari tangens terhadap isocost. Bila sudut garis
tenaga kerja individu serta upah, secara pada isoquant sama dengan w/r. sedangkan
teoritis harus diperhatikan agar kebijakan- besarnya sudut disetiap titik pada isoquant
kebijakan yang dilakukan mendekati tujuan sama dengan MPPI/MPPK, maka kombinasi
yang diinginkan. input yang optimal adalah :

II. Permintaan Tenaga Kerja w/r = MPPL/MPPK atau MPPK/r =


Permintaan dalam konteks ekonomi MPPi7w
didefinisikan sebagai jumlah maksimum Dimana :
suatu barang atau jasa yang dikehendaki r adalah tingkat bunga implisit yang
seorang pembeli untuk dibelinya pada setiap bersumber dari modal
kemungkinan harga dalam jangka waktu w adalah tingkat upah per unit.
tertentu (Sudarsono, 1990). Dalam
hubungannya dengan tenaga kerja, Apabila persamaan diatas diperluas secara
permintaan tenaga kerja adalah umum maka akan menjadi :
hubunganantara tingkat upah dan jumlah
MPPX/PX = MPPY/PY konstan terlepas dari berapa kuantitas output
yang dijualnya. Harga input disini juga kita
Dalam kalimat lain, minimisasi biaya input asumsikan konstan. Penawarannya elastisitas
atau maksimalisasi output atas penggunaan sempurna untuk semua perusahaan. Dengan
input mensyaratkan penggunaan kombinasi demikian kuantitas tenaga kerja yang
yang sedemikian rupa sehingga MPP untuk memaksimalkan laba perusahaan terletak
setiap input dengan harganya sama besar pada titik perpotongan antara garis upah
untuk setiap input. Dengan demikian (Tingkat upah /uang berlaku untuk pekerja
kenaikan satu unit input, misalnya x, akan terampil yang dibutuhkan perusahaan) dan
memperbanyak biaya produksi sebanyak Px, kurva VMP perusahaan. Ini diperlihatkan
sekaligus akan memperbesar volume produk oleh gambar 1.
sebanyak MPPx itu berarti Rasio Px / MPPx
merupakan tingkat perubahan total biaya
perusahaan untuk setiap perubahan output
fisiknya yang secara definitif berarti sama
dengan biaya marginalnya (Marginal Cost,
MC). Dari sini maka persamaan diatas juga
bisa dirubah menjadi :

MPPX/PX = MPPY/PY = MFPN/PN =


1/MC

Dengan mengasumsikan bahwa perusahaan


beroperasi pada pasar kompetitif sempurna Jika tingkat upah per unit pekerja yang
maka persamaan diatas bisa dirubah menjadi: kualitasnya konstan adalah wo maka
kuantitas pekerja yang optimal adalah Lo.
MPPx/Px = MPPY/PY = MPPN/PN = Garis horizontal yang bertolak dari Wo
1/MC- 1/MR = 1/P merupakan kurva penawaran tenaga kerja
untuk setiap perusahaan yang beroperasi
Dari persamaan diatas kita bisa mengetahui dalam pasar tenaga kerja yang kompetitif
bahwa : sempurna.

MPPx/Px = 1/MR = 1/P, sehingga MPPx x Perusahaan akan menggunakan tenaga kerja
P = Px tambahan jika MPPi lebih besar dari biaya
tenaga kerja tambahan. Biaya tenaga kerja
untuk semua input. Ini berarti kurva VMP tambahan ditentukan oleh upah riil yang
untuk tenaga kerja merupakan kurva dihitung sebagai (upah nominal/tingkat
permintaan tenaga kerja -jangka pendek- dari harga), upah riil ini mengukur jumlah output
perusahaan yang bersangkutan yang riil yang harus dibayar perusahaan untuk
beroperasi dalam pasar persaingan sempurna setiap pekerjanya, karena dengan mengupah
(dengan Catatan kuantitas semua inpu. satu pekerja lagi menghasilkan kenaikan
Lainnya,konstan). Bagi setiap perusahaan output untuk MPPL dan biaya pada
yang beroperasi dalam pasar kompetisi perusahaan, Untuk upah riil perusahaan akan
sempurna itu, harga outputnya senantiasa
mengupah tenaga kerja tambahan selama kerja oleh perusahaan yang optimal adalah
MPPL melebihi upah riil. L3. Lalu upah naik menjadi Wi, tingkat
penyerapan tenaga yang optimal pun
Dengan mengasumsikan bahwa tenaga kerja merambat ke L2 dimana Garis upah yang
dapat ditambah dan faktor produksi lain horizontal yang baru berpotongan dengan
tetap, maka Perbandingan alat-alat produksi kurva VMPi. Karena adanya
untuk setiap pekerja menjadi lebih kecil dan komplementaritas input-input maka kenaikan
tanbahan hasil marginal menjadi lebih kecil upah mengakibatkan produk fisik marginal
pula, atau dengan semakin banyak tenaga modal menurun dan bergeser ke kiri menjadi
kerja digunakan semakin turun MPPi, nya VMPi, perpotongan baru dari garis upah
karena nilai MPPi. mengikuti hukum horizontal (kurva penawaran tenaga kerja)
pertambahan hasil yang semakin berkurang. adalah titik C, tingkat penyerapan tenaga
kerja yang optimal akan turun ke L. jika titik
Bila harga atau tingkat upah tenaga kerja A dan C dihubungkan akan diperoleh kurva
naik, kuantitas tenaga kerja yang diminta permintaan tenaga kerja dL- dL. Dengan
akan menurun, ini diperlihatkan oleh demikian, dengan jumlah tenaga kerja yang
kenaikan arus upah yang berpotongan dipergunakan, produk fisik marjinal modal
dengan kurva VMP dalam kuantitas tenaga akan menurun. Setiap unit modal kini
kerja yang lebih sedikit. Dengan membuahkan lebih sedikit hasil sehingga
berkurangnya pekerja, produk fisik marginal tidak dapat menyerap banyak unit tenaga
dari input modal, atau MPPR, akan menurun kerja. MPPR akan menurun seiring dengan
karena kini setiap unit modal digarap oleh menurunnya tenaga kerja yang diserap.
lebih sedikit pekerja. Jika sebuah mesin Perusahaan akan merekrut setiap unit input
dioperasikan oleh satu orang, produk fisik sampai suatu titik dimana nilai produk
marginal mesin itu akan menurun marginalnya sama dengan harganya.
dibandingkan saat sebelumnya ketika mesin
itu diuais oleh beberapa orang. Karena kini III. Penawaran Tenaga Kerja
hanya ada satu pekerja, mereka tidak bisa Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga
bergantian menjalankan mesin, sehingga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik
hasilnya lebih sedikit. tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah
dalam jangka waktu tertentu. Dalam teori
klasik sumberdaya manusia (pekerja)
merupakan individu yang bebas mengarnbil
keputusan untuk bekerja atau tidak. Bahkan
pekerja juga bebas untuk menetapkan jumlah
jam kerja yang diinginkannya. Teori ini
didasarkan pada teori tentang konsumen,
dimana setiap individu bertujuan untuk.
Memaksimumkan kepuasan dengan kendala
yang dihadapinya.

Menurut G.S Becker (1976), Kepuasan


Kita mulai dari tingkat: upah w;. Pada individu bisa diperoleh melalui konsumsi
tingkat upah sebesar W2 penyerapan tenaga atau menikmati waktu luang (leisure).
Sedang kendala yang dihadapi individu kapital) yang menghasilkan volume produksi
adalah tingkat pendapatan dan waktu. yang sarna. Lereng isokuan menggambarkan
Bekerja sebagai kontrofersi dari leisure laju substitusi teknis marginal atau marginal
menimbulkan penderitaan, sehingga orang Rate of Technical Substitution atau dikenal
hanya mau melakukan kalau memperoleh dengan istilah MRS. Hal ini dimaksudkan
kompensasi dalam bentuk pendapatan, untuk melihat hubungan antara faktor tenaga
sehingga solusi dari permasalahan individu kerja dan kapital yang merupakan lereng dari
ini adalah jumlah jam kerja yang ingin kurva isoquant.
ditawarkan pada tingkat upah dan harga yang
diinginkan.

Kombinasi waktu non pasar dan barang-


barang pasar terbaik adalah kombinasi yang
terletak pada kurva indefferensi tertinggi
yang dapat dicapai dengan kendala tertentu.
sebagaimana gambar 3, kurva penawaran
tenaga kerja mempunyai bagian yang
melengkung ke belakang. Pada tingkat upah
tertentu peryediaan waktu kerja individu
akan bertambah apabila upah bertambah
(dari W ke W1). Sets lah mencapai upah
tertentu (W'), pertambahan upah justru
mengurangi waktu yang disediakan oleh IV. Teori Upah
individu untuk keperluan bekerja (dari W1 Teori tentang pembentukan harga (pricing)
ke WN. Hal ini disebut Backward i Sending dan pendayagunaan input (employment)
Supply Curve. disebut teori produktivitas marjinal
(marginal productivity theory), lazim juga
Layard dan Walters (1978), menyebutkan disebut teori upah (wage theory).
bahwa keputusan individu untuk menambah Produktivitas marjinal tidak terpaku semata-
atau mengurangi waktu luang dipengaruhi mata pada sisi permintaan (demand side) dari
oleh tingkat upah dan pendapatan non kerja. pasar tenaga kerja saja. Telah diketahui suatu
Adapun tingkat produktivitas selalu berubah- perusahaan kompetitif sempurna akan
rubah sesuai dengan fase produksi dengan mengerahkan atau menyerap tenaga kerja
pola mula-mula naik mencapai puncak sampai ke suatu titik dimana tingkat upah
kemudian menurun. Semakin besar elastisitas sama dengan nilai produk rnarjinal (YMF).
tersebut semakin besar peranan input tenaga Jadi pada dasarnya, kurva VMP merupakan
kerja untuk menghasilkan output, berarti kurva permintaan suatu perusahaan akan
semakin kecil jumlah tenaga kerja yang tenaga kerja. Tingkat upah dan pemanfaatan
diminta. Sedangkan untuk menggambarkan input (employment) sama-sama ditentukan
pola kombinasi faktor produksi yang tidak oleh interaksi antara penawaran dan
sebanding (Variable proportions) umumnya permintaan.
digunakan kurva isokuan (isoquantities)
yaitu kurva yang menggambarkan berbagai V. Proses Penyamaan Upah
kombinasi faktor produksi (tenaga kerja dan
Disadari atau tidak tingkat kepuasan (atau pekerjaan tersebut. Bentuk kurva penawaran
tingkat ketidakpuasan) masing-masing itu mengarah ke atas juga dikarenakan
pekerja atas suatu pekerjaan tidaklah sama, adanya perbedaan preferensi di kalangan
maka bisa difahami terjadinya kemungkinan pekerja atas dua macam pekerjaan yang
perbedaan tingkat upah yang mencerminkan tersedia. Jika mereka tidak memiliki
adanya perbedaan selera atau preferensi preferensi sama sekali, maka bentuk kurva
terhadap setiap jenis pekerjaan. penawarannya lurus mendatar. Semakin
Kemungkinan perbedaan tingkat upah yang curam atau semakin besar sudut kurva
mencerminkan adanya perbedaan selera atau penawaran itu terhadap semakin besar
preferensi terhadap setiap jenis pekerjaan kecenderungan para pekerja untuk memilih
inilah yang sering disebut sebagai teori salah satu pekerjaan daripada yang lain.
penyamaan tingkat upah (theory of Dalam situasi ini, ekuilibrium tercipta pada
equalizing wage difference). Terkadang titik perpotongan antara DD dan SS, atau
seseorang mau mengorbankan rasa tidak titik E. Ini memunculkan sesuatu rasio upah
sukanya terhadap suatu pekerjaan demi relatif, katakanlah 1,4. dan rasio penyerapan
memperoleh imbalan tinggi; atau sebaliknya tenaga kerja, misalkan saja 0,8. itu berarti
ada orang yang mau menerima pekerjaan dalam kondisi ekuilibrium , tingkat upah
yang memberi upah rendah, padahal dia bisa pekerjaan 1 40 % lebih tinggi daripada upah
memperoleh pekerjaan yang memberi upah yang diberikan oleh pekerjaan 2. Teori ini
lebih tinggi, semata-mata karena ia menyukai memberi tahu kita tingkat upah yang relatif
pekerjaan tersebut. Setiap pekerjaan lebih tinggi harus ditawarkan oleh pekerjaan
memiliki penawaran dan permintaan 1 demi memperoleh tenaga kerja yang
tersendiri yang menentukan tingkat upah dibutuhkannya.
serta jumlah pekerja yang bisa di serap.

Sekarang mari kita simak gambar 4 kita


asumsikan disini hanya ada dua jenis
pekerjaan. Rasio atau perbandingan tingkat
upah di kedua jenis pekerjaan , yakni Wi/W2
kita ukur lewat sumbu vertikal. Sedangkan
sumbu horizontal mengukur rasio
employment atau perbandingan penyerapan
tenaga kerja oleh kedua jenis pekerjaan
tersebut. Kurva atau garis permintaan tenaga
kerja mengarah ke bawah (artinya semakin
ke bawah tingkat upah, akan semakin banyak VI. Upah Minimum
pekerja yang diserap oleh suatu perusahaan). Upah minimum adalah sebuah kontrofersi,
Kurva penawaran sebaliknya, mengarah ke bagi yang mendukung kebijakan tersebut
atas, itu berarti semakin banyak perusahaan mengemukakan bahwa upah minimum
membutuhkan tenaga kerja, akan semakin diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
besar tingkat upah yang harus dibayarkan. pekerja agar sampai pada tingkat pendapatan
"living wage", yang berarti bahwa orang
Dalam analisis ini kita asumsikan semua yang bekerja akan mendapatkan pendapatan
tenaga kerja bisa melakukan semua yang layak untuk hidupnya. Upah minimum
dapat mencegah pekerja dalam pasar selamanya menunjukkan tingkat upah yang
monopsoni dari eksploitasi tenaga kerja terjadi di pasar kerja karena dalam
terutama yang low skilled. Upah minimum pelaksanaannya terdapat campur tangan
dapat meningkatkan produktifitas tenaga pemerintah atau karena ada yang
kerja dan mengurangi konsekuensi menentukan tingkat upah minimum. Dalam
pengangguran seperti yang diperkirakan teori jangka panjang, sebagian pengurangan
ekonomi konverisional (Kusnaini, D, 1998). permintaan pekerja bersumber dari
berkurangnya jumlah perusahaan, dan
Bagi yang tidak setuju dengan upah sebagian lagi bersumber dari perubahan
minimum mengemukakan alasan bahwa jumlah pekerja yang diserap masing-masing
penetapan upah minimum rnengakibatkan perusahaan. Jumlah perusahaan bisa
naiknya pengangguran dan berkurang karena pemberlakuan tingkat upah
jugamemungkinkan kecurangan dalam minimum tidak bisa ditanggung oleh semua
pelaksanaan yang selanjutnya berpengaruh perusahaan. Hanya perusahaan yang sanggup
pada penurunan tingkat upah dalam suatu menanggung upah minimum –atau yang
sektor yang tidak terjangkau kebijakan upah berhasil menyiasati peraturan itu- yang akan
minimum. Disamping itu penetapan upah bertahan. Sebagai contoh anggap saja
minimum tidak memiliki target: yang jelas sejumlah perusahaan tertentu membayar
dalam pengurangan kemiskinan. Dari upah lebih tinggi dari pada Wm, khusus
perbedaan-perbedaan pandangan tersebut untuk pekerja unggul Pemberlakuan tingkat
kita bisa melacak akibat-akibat dari upah minimum akan meningkatkan upah
penetapan upah minimum yang mungkin rata-rata, tapi tidak ak an memacu kualitas
timbul dengan beberapa asumsi, pertama pekerja secara keseluruhan. Akibatnya
bahwa semua sektor dan semua tenaga kerja perusahaan yang menyerap pekerja kualitas
terjangkau kebijakan upah minimum, kedua lebih rendah, tapi harus membayar upah
konsekuensi potensial dari efek shock lebih tinggi, akan semakin sulit bersaing
terhadap pekerja diterapkan. Dalam sejarah dengan perusahaan-perusahaan yang sejak
perkembangannya terdapat berbagai teori semula memberi upah tinggi tapi memang
untuk menentukan tingkat upah berlaku/ kualitas pekerjanya unggul.
penganut klasik menyatakan bahwa upah
ditentukan oleh produktivitas marginal tetapi Dampak pemberlakuan hukum upah
Marshall dan juga Hicks menyatakan bahwa minimum tergantung pada kadar keseriusan
produktivitas marjinal hanyalah menentukan pelaksanaannya. Jika hukum itu tidak
permintaan terhadap buruh saja, jadi bukan dipaksakan dan diawasi pelaksanaannya,
terhadap penawaran tenaga kerja. Namun maka takkan ada perubahan yang berarti.
akhirnya permintaan dan penawaran tenaga Analisis mengenai upah minimum identik
kerja menentukan tingkat upah yang berlaku. dengan analisis kontrol harga lainnya. –upah
adalah harga tenaga kerja- meskipun
Isu umum dalam pembahasan mengenal dampak pemberlakuan tingkat upah
pasar' kerja selalu diasumsikan terdapatnya minimum gampang dilihat /-karena
keseimbangan antara penawaran dan ketentuan itu secara jelas menyebutkan
permintaan pekerja pada tingkat tertentu bidang kerja apa saja yang upah
dengan jumlah pekerja tertentu pula. Namun minimumnya diatur dan perkecualian apa
adakalanya keseimbangan ini tidak saja yang masih mungkin diperbolehkan-
tidaklah berarti pemberlakuan upah yang lebih efisien, karena "pekerja" di binatu
minimum semacam itu selalu efektif. Selalu pasangan itu adalah diri mereka sendiri yang
saja ada cara untuk menyiasati atau tidak perlu "dibayar" pada tingkat upah
mengurangi efektivitas hukum upah tertentu.
minimum. Sebagai contoh, jika sebelumnya
para pekerja berupah rendah memperoleh Pemberlakuan upah minimum juga bisa
tunjangan atau imbalan tambahan, seperti menjadi tidak efektif kalau masih tertumpu
makan siang murah, tiket murah untuk pada asumsi umum bahwa seluruh pekerja
pertunjukan atau pertandingan bola, maka itu homogen dan tingkat upah minimum
setelah hukum upah minimum diberlakukan , berlaku bagi segenap pekerja. Dalam
perusahaan mengurangi tunjangantunjangan pekerja-pekerja itu tidak homogen,
tambahan semacam itu sehingga pada melainkan bermacam-macam, dan tingkat
akhirnya pengeluarannya untuk pekerja tidak upah minimum biasanya hanya
banyak meningkat, dan total pendapatan para diperuntukkan untuk kelompok pekerja
pekerja itu juga tidak banyak bertambah. tertentu, dalam kadar yang
Lebih dan itu perusahaan masih memiliki bervariasi. Jadi disini takkan terlihat
segudang cara untuk mengimbangi kenaikan pengaruh pemberlakuan upah minimum
pengeluaran upah untuk para pekerjanya. terhadap total employment, melainkan hanya
Misalnya perusahaan mengharuskan pada kelompok-kelompok tertentu yang
pekerjanya membeli berbagai barang mendapat perlindungan hukum upah
keperluan di toko milik perusahaan, atau minimum. Atau kelompok-kelompok yang
tinggal dengan uang sewa -tentunya benar-benar menerima pengaruh dari hukum
dirumah-rumah milik perusahaan-. Tidak tersebut. Pemberlakuan upah minim -im
mustahil keuntungan dari toko atau justru merugikan kelompok-kelompok
perumahan perusahaan tersebut melebihi tertentu. Peraturan upah minimum
biaya marginalnya, sehingga praktis membatasi peluang kerja bagi mereka yang
pengeluaran perusahaan untuk kenaikan upah tidak mempunyai keahlian. Pihak perusahaan
terimbangi. ternyata kemudian menaikkan keahlian atau
ketrampilan dan semakin padat modal;
Dengan demikian, meskipun pemerintah selama memungkinkan mereka lebih
memberlakukan tingkat upah minimum, para mengintensifkan pemakaian modal daripada
pekerja belum tentu memperoleh upah aktual tenaga kerja. Disamping itu, adanya
minimum. Metode lainnya adalah merekrut peraturan upah minimum justru terkadang
pekerja dari sanak famili atau kalangan dekat membatalkan niat perusahaan merekrut
pemilik perusahaan. Lewat metode ini pekerja non ahli dan membekalinya dengan
perusahaan dapat membayar lebih rendah pelatihan kerja atau ketrampilan khusus.
dari tingkat upah minimum, dan itu terbebas
dari pemantauan departemen tenaga kerja. VII. Potret Tenaga Kerja Indonesia
Cara-cara itu merupakan penjelasan mengapa Masalah ketenagakerjaan di Indonesia
toko-toko kelontong dan restoran kecil dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang
mampu bersaing dengan yang lebih besar penting adalah modal asing, proteksi iklim
dan biasanya lebih efesien. Binatu yang investasi, pasar global, dan perilaku birokrasi
dikelola oleh suami istri pensiunan bisa serta "tekanan" kenaikan upah (Majalah
menyaingi perusahaan mata rantai binatu Nakertrans, 2004). Otonomi daerah yang
dalam banyak hal juga tidak berpengaruh
positif terhadap tenaga kerja. Masalah
kemiskman, ketidakmerataan pendapatan,
pertumbuhan ekonomi, urbanisasi dan
stabilitas politik juga sangat berpengaruh
terhadap ketenagakerjaan. Rucker (1985:2)
sebagaimana dilansir oleh majalah
Nakertrans, menduga bahwa masalah
ketenagakerjaan di Indonesia bersifat
multidimensi sehingga juga memerlukan cara
pemecahan yang multidimensi pula. Tidak
ada jalan pintas dan sederhana untuk
mengatasinya. Strategi pemulihan dan
rekonstruksi ekonomi yang bertumpu pada
penciptaan lapangan kerja merupakan
keharusan. Dalam kaitan ini, masih sangat
relevan untuk diperhatikan secara serius dua
elemen strategi yang pernah diajukan oleh
Misi ILO (1999:5) yaitu (i) strategi dan
kebijakan yang membuat proses
pertumbuhan ekonomi menjadi lebih
memperhatikan aspek ketenagakerjaan, dan
(ii) tindakan yang dibutuhkan untuk
mendapatkan lapangan kerja tambahan
melalui program-program penciptaan
lapangan kerja secara langsung.

Bila Jumlah penduduk Indonesia adalah 208


juta jiwa, sementara Jumlah penduduk
angkatan kerja 106 juta jiwa maka, jumlah
penduduk bukan angkatan kerja adalahl02
juta jiwa. Ini berarti Jumlah pengangguran 11
juta jiwa. Sedangkan angka beban
ketergantungan dapat dihitung sebagai :
DR = (Produktif/non produktif-produktif) x
100 atau sama dengan 103, 92 juta jiwa,
dibulatkan menjadi 104 juta jiwa. Ini berarti VIII. Kesimpulan
setiap 100 penduduk usia produktif Dapat dikatakan ketenagakerjaan di
menanggung 104 penduduk usia non Indonesia hingga kini masih menghadapi
produktif. beberapa ketidakseimbangan baik struktural
ataupun sektoral. Walaupun telah terjadi
Sebagai gambaran maka potret pergeseran namun sebagian besar angkatan
ketenagakerjaan dapat dilihat pada beberapa kerja Indonesia masih bekerja di sektor
data berikut ini : pertanian. Dalam hubungan ini, maka salah
satu sasaran yang perlu diusahakan adalah Economics Literature, VoLXX, Juni
meningkatkan daya guna tenaga kerja. Untuk 1982.
mewujudkan pendayagunaan tenaga kerja
maka perlu dilaksanakan berbagai Dornbush, R and Stanly Fisher. (1994).
kebijaksanaan perluasan lapangan kerja Macroeconomics. 6th edition. McGraw Hill,
produktif. Sasaran utama kebijaksanaan New York.
adalah menciptakan kondisi dan suasana
yang bukan saja memberi ruang gerak Fehr, E. Kirchstein, G. and Riedl, A. (1996).
inisiatif yang sebesarbesarnya kepada para "Involuntary Unemployment and
pelaku ekonomi tetapi juga sekaligus Non-Compensating Wage
mendorong serta membantu perkembangan Differentials in An Experimental
usaha-usaha kecil, usaha-usaha di sektor Labour Market", The Economic
informal dan usaha-usaha tradisional. Journal. 106 (Januari), 106 -121.
Permintaan Tenaga kerja, Penawaran Tenaga
Kerja Serta Upah secara teoretis harus Majalah Nakertrans Edisi -03 T-l. XXXIV-
diperhatikan agar kebijakan-kebijakan yang Juni 2004
dilakukan mendekati tujuan yang diinginkan.
Maliyaud, E. (1982). "Wages and
Daftar Pustaka unemployment". The Economics Journal.
Armelly. (1995), “Dampak kenaikan Upah Vol 92.
Minimum Terhadap Harga dan
kesempatan Kerja Study Kasus http://www.
Industri Tekstil di Indonesia : Nakertrans.go.id/ousdatinnaker/BPS
Pendekatan Analisis Input -Output",
Tesis S-2 Program Pasca Sarjana
Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta,
tidak dipublikasikan.

Atkinson, A.B. (1982). “Ur employment.


Wages, and Government Policy”, The
Economics Journal, Volume 92, Hal
45-50.

Bellante, Don and Jackson, Mare. (1990).


Ekonomi Ketenagakerjaan, LPFE UI,
Jakarta.

Bilas, Richard A. (1989). Teori


Mikroekonomi. Jakarta: Erlangga.

Brown, Charles; Curtis Gilray and Andrew


Kohen. (1982). "The effects of
minimum wage on employment and
unemployment", Journal of

Anda mungkin juga menyukai