Praktek Teknologi Beton Baru
Praktek Teknologi Beton Baru
DAN PASIR
MATA KULIAH
PRAKTEK TEKNOLOGI BETON
OLEH
Beton yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil, dapat dimanfaatkan untuk
banyak hal. Dalam teknik sipil, struktur beton digunakan untuk bangunan pondasi, kolom, balok,
pelat atau pelat cangkang. Dalam teknik sipil hidro, beton digunakan untuk bangunan air seperti
bendung, bendungan, saluran, dan drainase perkotaan.Beton juga digunakan dalam teknik sipil
transportasi untuk pekerjaan rigid pavement (lapis keras permukaan yang kaku), saluran samping,
gorong-gorong, dan lainnya. Jadi, beton hampir digunakan dalam semua aspek ilmu teknik sipil.
Beton diminati karena banyak memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan bahan lainnya.
Beberapa diantaranya adalah harganya relative murah, mempunyai kekuatan tekan yang besar,
tahan lama, tahan terhadap api, bahan baku mudah didapat dan tidak mengalami pembusukan.
Beton sendiri merupakan campuran homogen dengan perbandingan tertentu antara semen, agregat
kasar, agregat halus dan air serta tambahan bahan campuran tertentu bila dianggap perlu.Pemilihan
bahan - bahan yang akan digunakan dalam pembuatan beton, menentukan alternatife metode
campuran (komposisi campuran beton), metode pencampuran beton hingga tahap pencetakan dan
perawatan (curing) beton yang di cetak.
Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat suatu
campuran yang mempunyai proporsi tertentu dari semen, pasir dan krikil atau agregat lainnya, dan
air untuk membuat campuran tersebut menjadi keras dalam cetakan sesuai dengan bentuk
dandimensi yang diinginkan. Semen dan air berinteraksi secara kimiawi untuk mengikat partikel –
partikel agregat tersebut menjadi suatu masa yang padat.Beton dalam berbagai variasi sifat kekuatan
dapat diperoleh dengan pengaturan yang sesuai dari perbandingan jumlah material pembentuknya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix-design sesuai dengan beberapa metode
yang umum digunakan di Indonesia seperti : metode DOE, ACI 211.1 dan ACI 211.4 (Fly Ash).
Pengontrolan kualitas dilapangan serta di laboratorium juga dijelaskan termasuk juga bagaimana
cara pelaksanaan, penyimpanan yang baik dan sebagainya.
BAB II
PENGANTAR TEORITIS
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar
(aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan
ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau
agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar.
a. Agregat Kasar
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil disintegrasi alami
dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran
butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud
pemakaian
b. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami
dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir 5 mm.
fungsi utama agregat halus adalah sebagai bahan pengisi diatara agregat kasar, sehingga ikatan
menjadi lebih kuat
Persyaratan Agregat Halus – PBI 71
a. Tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 5 % berat.
b. Tidak boleh mengandung bahan organis terlalu banyak.
c. Pasir harus terdiri dari butir tajam dan keras
d. Butiran pasir harus terdiri dari beraneka ragam, Jika diuji dengan test ayakan ISO
- Sisa di atas ayakan 4 mm minimal 2 % berat total
- Sisa di ayakan 1 mm minimum 10 % berat total
- Sisa di ayakan 0.25 mm minimum 80 – 90 % berat total
e. Tidak boleh menggunakan pasir laut
BAB III
ALAT DAN BAHAN
I. Alat
a. Saringan sesuai dengan ukuran yang ingin diuji
b. Timbangan digital
c. Oven
d. Shieve shaker machine
e. Sekop kecil
f. Plastik
g. Stopwatch
II. Bahan
a. Pasir 1600 gr
b. Kerikil 1600 gr
BAB IV
PROSEDUR KERJA
1. Kerikil
a. Timbang 1600 gr kerikil (boleh lebih) agar ketika kering tidak kurang dari 1600 gr
b. Lalu masukkan kerikil ke dalam oven selama 24 jam sampai suhu 105 derajat
c. Setelah 24 jam, angkat kerikil lalu diamkan selama beberapa menit (sampai kerikil
cukup dingin)
d. Ambil satu set saringan beserta tutup dan alasnya, kemudian letakkan sampel pada
saringan yang teratas.
e. Susun saringan dan pan dari atas ke bawah dengan urutan nomor saringan besar ke kecil
f. Guncang dengan shieve shaker machine selama+ 15 menit
g. Saringan dibiarkan sebentar sehingga debu- debunya turun, lalu timbang berat sampel
pada tiap saringan
h. Catat hasil penimbangan berat sampel
2. Pasir
a. Timbang 1600 gr pasir (boleh lebih) agar ketika kering tidak kurang dari 1600 gr
b. Lalu masukkan pasir ke dalam oven selama 24 jam sampai suhu 105 derajat
c. Setelah 24 jam, angkat pasir lalu diamkan selama beberapa menit (sampai kerikil cukup
dingin)
d. Ambil satu set saringan beserta tutup dan alasnya, kemudian letakkan sampel pada
saringan yang teratas.
e. Susun saringan dan pan dari atas ke bawah dengan urutan nomor saringan besar ke kecil
f. Guncang dengan shieve shaker machine selama+ 15 menit
g. Saringan dibiarkan sebentar sehingga debu- debunya turun, lalu timbang berat sampel
pada tiap saringan
h. Catat hasil penimbangan berat sampel
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. KERIKIL
100 100
80
60
Komulatif Lolos Saringan
40 41.1
20
50
Komulatif Lolos Saringan
40
30
27.51
20
13.69
10
0
0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.76 9.52 19 38.1
C. KERIKIL DAN PASIR
100 100
80
70.56
60
Gabungan (kerikil dan Pasir )
50.11 51.21
45.21
40 40.31
31.31
20
13.9
7
0
0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.76 9.52 19 38.1
Sieve Analysis & Gradation of Coarse Aggregate for Concrete
Material
(SNI 1969:2008)
Ref.No:
Client:
Project:
Location:
Material:
Source:
Tested By: 1.Nada Ramadhani Nst
2.Nuraina Fajriah Pane
3.Olmar Yafto Sitanggang
4.Yosia Marupa Butar-butar
I.Sieve Analysis
100
80
60
Gradasi Sampel Uji ( Kerikil)
40
20
0
4.8 9.6 19 38 76
II.Gradation
100 100
80
60
Gradasi sampel
kerikil
40 40
Batas gradasi
bawah
20
5
0
4.8 9.6 19 38 76
III.Conclussion
Dari data sampel setelah diuji,didapatkan Fineness Modulus dari agregat kasar yaitu 7,5. Fineness Modulus
yang diperoleh ternyata melebihi standar yang telah ditetapkan,yaitu 6,0-7,1 untuk agregat kasar.
Batas gradasi sample yang telah diuji yaitu berada di Gradasi Ukuran Maksimum 40mm
Sieve Analysis & Gradation of Fine Aggregate for Concrete Material
(SNI 1970 :2008)
Ref.No:
Client:
Project:
Location:
Material:
Source:
Tested By: 1.Nada Ramadhani Nst
2.Nuraina Fajriah Pane
3.Olmar Yafto Sitanggang
4.Yosia Marupa Butar-butar
I.Sieve Analysis
100
80
60
Gradasi Uji Sampel (Pasir)
40
20
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6 19 38
II.Gradation
100 100
80 79
Batas gradasi atas
40 40
20
10
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.6 9.6 19
III.Conclussion
Dari data yang diperoleh dari hasil pengujian sampel agregat halus,Fineness Modulus yang didapatkan adalah
setara dengan 2,3 .Maka sampel dinyatakan bahwa fine (pasir)masih termasuk ke dalam FM yang berada pada
rentang 2,2-2,6.
Batas Gradasi dari sample agregat halus yaitu pada zona 3 (agak halus).
Sieve Analysis & Gradation of Combination Aggregate for Concrete
Material
(SNI 1969 :2008 dan 1970 :2008)
I.Sieve Analysis
100 100
80
70.56
60
50.11 51.21
45.21
40 40.31 Gradasi Gabungan
31.31 (Kerikil dan Pasir)
20
13.9
7
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6 19 38
II.Conclusion
Hasil data penggabungan dapat diperoleh bahwa kerikil dan pasir bila digabungkan terdapat pada batas
gradasi agregat gabungan untuk besar butir maksimum 20
BAB VI
KESIMPULAN
Dalam hasil percobaan maka kami dapat sampaikan beberapa kesimpulan hal yaitu, sebagai
berikut :
1. Batas gradasi kerikil yang dijui masuk kedalam grafik gambar 4, yang memiliki ukuran
maksimum 40 mm
2. Batas gradasi pasir yang diuji masuk kedalam grafik zona 3
3. Batas gradasi agregat gabungan untuk besar butir maksimum 20
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
Sutarto.1988.Konstruksi Beton Bertulang Dengan Pendimensian Cara Ultimit.Yogyakarta
Civilkitau.blogspot.com.Agregat Halus