Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “J” DENGAN DIAGNOSA

MEDIS TUBERCULOSIS PARU DI RUANG OTAK KOKOQ


RSUD NTB TANGGAL 30 OKTOBER 2017 –
4 NOVEMBER 2017

OLEH :

SUSAN SUNDARI, S.Kep.


NIM : 131STYJ17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MATARAM
2017
1. TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun
saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang
patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini
lebih kecil dari satu sel darah merah (Sylvia A. Price & Wilson,2006)
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Arief Mansjoer, dkk,
2002)
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru. (Smelzer & Bare, 2002)
B. Etiologi
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu basil mycobacterium
tuberculosis tipe humanus dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 1,3 – 0,6 um,
termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam dan
lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik karena sebagian besar kuman terdiri atas
asam lemak (lipid). lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi
penyakit tuberkulosis. Tuberculosis ini ditularkan dari orang ke orang oleh trasmisi
melalui udara. Individu yang terinfeksi, melalui bicara, batuk, bersin, tertawa atau
bernyanyi, melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100 u) dan kecil (1 sampai 5u).
droplet yang besar menetap, sementara droplet kecil tertahan di udara dan terhirup oleh
individu yang rentang.
C. Manifestasi Klinis
1. Gejala Umum
a. Batuk terus menerus dan berdahak 3 (tiga) minggu atau lebih.
Merupakan proses infeksi yang dilakukan Mycobacterium Tuberkulosis yang
menyebabkan lesi pada jaringan parenkim paru.
2. Gejala lain yang sering dijumpai
a. Dahak bercampur darah
Darah berasal dari perdarahan dari saluran napas bawah, sedangkan dahak adalah
hasil dari membran submukosa yang terus memproduksi sputum untuk berusaha
mengeluarkan benda saing.
b. Batuk darah
Terjadi akibat perdarahan dari saluran napas bawah, akibat iritasi karena proses
batuk dan infeksi Mycobacterium Tuberkulosis.
c. Sesak napas dan nyeri dada
Sesak napas diakibatkan karena berkurangnya luas lapang paru akibat terinfeksi
Mycobacterium Tuberkulosis, serta akibat terakumulasinya sekret pada saluran
pernapasan.
Nyeri dada timbul akibat lesi yang diakibatkan oleh infeksi bakteri, serta nyeri
dada juga dapat mengakibatkan sesak napas.
d. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak
badan (malaise), berkeringat malam walau tanpa kegiatan, demam meriang lebih
dari sebulan.
Merupakan gejala yang berurutan terjadi, akibat batuk yang terus menerus
mengakibatkan kelemahan, serta nafsu makan berkurang, sehingga berat badan
juga menurun, karena kelelahan serta infeksi mengakibatkan kurang enak badan
dan demam meriang, karena metabolisme tinggi akibat pasien berusaha bernapas
cepat mengakibatkan berkeringat pada malam hari. (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2006)
D. Patofisiologi
Ketika seorang klien TB Paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tidak
sengaja keluarlah droplet nuclei dan jatuh ke tanah, lantai, dan tempat lainnya. Akibat
terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuclei menguap. Menguapnya
bakteri droplei ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri
tuberculosis yang mengandung dalam droplet nuclei terbang ke udara. Apabila bakteri ini
dihirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi bakteri tuberculosis.
Penularan bakteri lewat udara disebut dengan istilah air borne infection. Bakteri yang
terhisap akan melewati pertahanan mukosilier saluran pernapasan dan masuk hingga
alveoli. Pada titik lokasi dimana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan
diri (multiplying). Bakteri tuberculosis dan focus ini disebut focus primer, lesi primer, atau
focus Ghon. Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe regional, yang bersama dengan focus
primer disebut sebagai kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru
terkena infeksi akan menjdi sensitive terhadap protein yang dibuat bakteri tuberculosis dan
bereaksi positif terhadap tes tuberculin atau tes Mantoux.
Berpangkal dari komples primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui
berbagai jalan, yaitu :
1. Percabangan bronkus
Penyebaran infeksi lewat percabangan bronchus dapat mengenai area paru atau melalui
sputum menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi laring), maupun ke saluran
pencernaan.
2. Sistem saluran limfe
Penyebaran lewat saluran limfe menyebabkan adanya regional limfadenopati atau
akhirnya secara tak langsung mengakibatkan penyebaran lewat darah melalui duktus
limfatikus dan menimbulkan tuberculosis milier.
3. Aliran darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati ke paru dapat membawa atau mengangkat
material yang mengandung bakteri tuberculosis dan bakteri ini dapat mencapai berbagai
organ melalui aliran darah, yaitu tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak, dan meningen.
4. Reaktivasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)
Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh
dan bakteri tuberculosis tak dapat berkembang biak lebih lanjut dan menjadi dorman
(tidur). Ketika suatu saat kondisi inang melemah akibat sakit keras atau memakai obat
yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberculosis yang
dorman dapat aktif kembali. Inilah yang disebut sebagai reaktivasi infeksi primer atau
infeksi pasca primer. Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah infeksi primer
terjadi. Selain itu, infeksi pasca primer juga dapat diakibatkan oleh bakteri tuberculosis
baru. Biasanya infeksi pasca primer terjadi didaerah apeks paru.
a. Tuberkulosis Primer
Tuberculosis primer adalah infeksi penderita TB dari penderita yang
belum mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila banteri TB terhirup
dari udara melalui saluran pernapasan dan mencapai alveoli atau bagian terminal
saluran pernapasan, maka bakteri akan ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag
yang berada di alveolar. Jika pada proses ini bakter ditangkap oleh makrofag
lemah, maka bakteri akan berkembang biak dalam tubuh makofag yang lemah dan
menghancurkan makrofag. Dari proses ini dihasilkan bahan kemoktasis yang
menarik monosit dan aliran darah membentuk tuberkel.
Bakteri TB menyebar melalui saluran pernapasan ke kelenjar getah bening
regional (hilus) membentuk epiteloid granuloma. Granuloma mengalami nekrosis
sentral sebagai akibat timbulnya hipersensitivitas seluler (delayed
hipersensitivitas) terhadap bakteri TB. Hal ini terjadi sekitar 2-4 minggu dan akan
terlihat pada tes tuberkulin.
Bakteri TB yang berada di alveoli akan membentuk focus Ghon,
sedangkan focus inisial bersama-sama dengan limfadenopati bertempat di hilus
dan disebut juga TB Primer. Bakteri menyebar lebih lanjut melalui saluran limfe
atau aliran darah dan akan tersangkut pada berbagai organ. Jadi TB Primer
merupakan infeksi yang bersifat sistematis.

b. Tuberculosis Sekunder
Setelah terjadi resolusi dari infeksi primer, sejumlah kecil bakteri TB
masih hidup dalam keadaan dorman di jaringan parut. Sebanyak 90% di antaranya
tidak mengalami kekambuhan. Reaktivasi penyakit TB terjadi bila daya tahan tubuh
menurun.
Berbeda dengan TB Primer, pada TB sekunder kelenjar limfe regional
dan organ lainnya jarang terkena. Lesi lebih terbatas dan terlokalisasi. Reaksi
imunologis terjadi dengan adanya pembentukan granuloma. Nekrosis jaringan lebih
mencolok dan menghasilkan lesi kaseosa (perkijuan) yang luas dan disebut
tuberkuloma. Protease yang dikeluarkan oleh makrofag aktif akan menyebabkan
pelunakan bahan kaseosa. Secara umum dapat dikatakan bahwa, pembentukan
kavitas dan manifestasi lainnnya dari TB Sekunder adalah akibat dari reaksi
nekrotik yang dikenal sebagai hipersensitivitas seluler (delayed hipersensitivitas).
TB Paru pasca primer dapat disebabkan oleh infeksi lanjutan dari sumber
eksogan, terutama pada usia tua, yang semasa mudanya pernah mempunyai riwayat
terkena TB. Lesi sekunder berkaitan dengan kerusakan paru, kerusakan paru
diakibatkan oleh produksi sitokin yang berlebihan. Kavitas yang terjadi diliputi oleh
jaringan fibrotic yang tebal dan berisi pembuluh darah pulmonal. Kavitas yang
kronis diliputi oleh jaringan fibrotic yang tebal. Masalah lain pada kavitas yang
kronis adalah kolonisasi jamur seperti aspergillus yang menumbuhkan mycetoma
(Isa,2001).
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif
penyakit
b) Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
c) Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm
atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti
menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik
sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh
mikobakterium yang berbeda.
d) Anemia bila penyakit berjalan menahun
e) Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
f) LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal
pada tahap penyembuhan.
g) GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
h) Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa
menunjukkan nekrosis.
i) Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh
hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada
TB paru kronis luas.
2. Pemeriksaan RadiologisFoto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area
paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan
menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
G. Penatalaksanaan
Panduan OAT dan peruntukannya:
1. Kategori -1(2 HRZE / 4H3R3)
Diberikan untuk pasien baru
a) Pasien barui TB paru BTA positif
b) Pasien TB paru BTA negatif thorak positif
c) Pasien TB ekstra paru
2. Kategori – 2 (2HRZES / HRZE / 5H3R3E3)
Diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
a) Pasien kambuh
b) Pasien gagal
c) Pasien dengan pengobatan 3 tahun terputus ( Default)
3. OAT sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti panduan paket untuk taha kategori -1
yang diberikan selama sebulan ( 28 hari)
Jenis dan dosis obat OAT
1. Isoniasid (H)
Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolic aktif. Dosis
harian yang dianjurkan 5 mg / kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten
3 X semingggu diberikan dengan dosis 10 mg / kg BB.
2. Rifamisin (R)
Dapat membununuh kuman semi dorman yang tidak dapat dibunuh isoniasid.
Dosis 10 mg / kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun
intermiten 3 X seminggu.
3. Pirasinamid (Z)
Dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis
harian dianjurkan 25 mg / kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 X
seminggu
4. Streptomisin (S)
Dosis harian dianjurkan 15 mg / kg BB, sedeangkan untuk pengobatan
intermiten 3 X seminggu diberikan dengan dosis yang sama. Penderita berumur
sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/ hari. Sedangkan untuk berumur 60 th atau
lebih diberikan 0,50 gr/ hari. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2006)
H. Komplikasi
1) Kerusakan jaringan paru yang masif
2) Gagal napas
3) Fistula bronkopleural
4) Pneumotoraks
5) Efusi Pleura
6) Pneumonia
7) Infeksi organ tubuh lain oleh focus mikrobakterial kecil
8) Penyakit hati terjadi sekunder akibat terapi obat

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Biodata pasien dan penanggung jawab
a) Biodata pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa dll
b) Biodata penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, hubungan dengan pasien, alamat.
2. Keluhan utama
Keluhan utama menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat ini.
3. Riwayat perjalanan penyakit
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Menjelaskan uraian kronologis sakit klien sekarang sampai klien dibawa ke RS
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau
memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita klien saat ini. Termasuk
faktor predisposisi penyakit dan ada waktu proses sembuh.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengidentifikasi apakah di keluarga klien ada riwayat penyakit turunan atau
riwayat penyakit menular.
4. Keadaan umum
Keadaan umum meliputi ringan, sedang atau berat sesuai dengan keadaan pasien.
5. Pemeriksaan fisik
6. Pola Aktivitas Sehari-hari
Fokus pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan tehnik pemeriksaan
yang digunakan Head to Toe yang diawali dengan observasi keadaan umum klien.
Dan menggunakan pedoman 4 langkah yaitu Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah,
kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan
paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema
bronchial.
3. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan,
Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan
kemampuan finansial.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan:
Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang salah, Informasi yang didapat tidak
lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif
C. Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah,
kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali normal
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan jalan nafas pasien
b. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Intervensi Rasional

1) 1. Kaji fungsi pernapasan contoh : Bunyi 1. Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan
nafas, kecepatan, irama, kedalaman dan atelektasis
penggunaan otot aksesori 1)
2) 2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan 2. Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal.
mukosa / batuk efektif : catat karakter,
Sputum berdarah kental atau darah cerah
jumlah sputum, adanya emoptisis
diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka
bronkal dan dapat memerlukan evaluasi
3) 3) 3. Posisi membantu memaksimalkan ekspansi
3. Berikan pasien posisi semi atau fowler
tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan paru dan menurunkan upaya pernapasan
latihan napas dalam 4)
4. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea :
4. Mencegah obstruksi / aspirasi
penghisapan sesuai keperluan
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam
5. Obat-obatan dapat memperepat proses
pemberian obat-obatan
penyembuhan

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru,


atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
Tujuan : Pertukaran gas kembali normal
Kriteria hasil :
a. Permukaan paru kembali efektif
b. Penurunan dispneu
c. BB meningkat
Intervensi Rasional
1. 1. Kaji adanya gangguan bunyi atau pola 1. TB paru menyebabkan efek luas pada paru
2. Nafas dari bagian kecil bronchopneumoni sampai
inflamasi difusi luas, nekrosis, efusi pleura.

2. 2. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas 2. 2. Menurunkan kinsumsi oksigen


3. Kolaborasi : berikan tambahan oksigen
3. 3. Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang
yang sesuai dapat terjadi sekunder terhadap penurunan
ventilasi/ menurunnya alveolar paru

3. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan,


Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan
finansial.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi kembali terpenuhi
Kriteria hasil :
 BB meningkat
Intervensi Rasional
1. 1. Kaji status nutrisi 1. 1. Untuk menentukan intervensi yang tepat
2. 2. Pastikan pola makanan yang biasa klien 2. 2. Membantu dalam mengidentifikasi
sukai kebutuhan/ kekuatan khusus
3. Dorong klien untuk makan sedikit tapi 3. Memaksimalkan masukan nutrisi
sering
3. 4. Kolaborasi : ahli diit untuk komposisi diit 5. 4. Memberikan bantuan dalam perencanaan
4. 6. diit dengan nutrisi adekuat
5. 5. Kolaborasi : berikan obat antipiretik
5. 5. Demam meningkatkan kebutuhan
sesuai indikasi metabolik dan juga konsumsi kalori

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter
& Perry, 1997
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan Perawat dapat
memonitor kealpaan yg terjadi slm tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, dan
pelaksanaan tindakan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner&Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 1&2. Jakarta: Penerbit

buku kedokteran : EGC

Crofton, John. 2002. Pedoman penanggulangan TB, Widya Medika: Jakarta

Departemen Kesehatan. Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan TB.

Jakarta

Doenges, ME at. All., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan, Edisi III, Cetakan I, EGC, Jakarta.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai