Anda di halaman 1dari 4

SPINODAL DECOMPOSITION

MEKANIKA MATERIAL

NUGRAENI FAHRUNISA 1806243191

Gambar a. Diagram fasa Miscibility gap yang menunjukkan daerah spinodal region.
Gambar b. Kurva energi bebas Gibbs (komposisi terhadap energi Gipps).

Spinodal (unstable region in a phase diagram) terjadi dimana padatan dengan 2 atau
lebih komponen dapat terpisah menjadi daerah (fasa) yang berbeda dengan perbedaan sifat
kimia dan fisikanya.
Sebuah alloy logam dipanaskan pada suhu tinggi T1 dan didinginkan pada suhu
rendah T2 maka komposisinya akan sama. Energi bebas akan berada pada G0 (unstable), pada
posisi ini alloy tidak stabil karena adanya fluktuasi komposisi yang kecil yang dapat
menyebabkan terjadi spinodal decomposition.
𝑑2 𝐺
Unstable region dapat terjadi jika : < 0;
𝑑𝑋 2
Spinodal decomposition terjadi apabila alloy berada diantara dua titik belok dari
kurva energi bebas. Daerah dua titik tersebut pada diagram fasa disebut chemical spinodal.
Jika alloy berada diluar spinodal maka dapat menaikkan energi bebas disebut metastable.
Spinodal decompotition terjadi pada alloy Au-Cu dan Au-Pt.
Gambar 1. Nukleasi Dan Pertumbuhan
 Baris 1, 2, dan 3 menunjukkan terjadinya fluktuasi
kecil.
 Pada baris 1, larutan berada pada metastable region
dengan tidak ada perbedaan konsentrasi. Ckiri=Ckanan.
 Baris 2, terjadi fluktuasi yang sangat kecil dilihat
dari perbedaan konsentrasi antara kiri dan kanan akibat
adanya difusi. Ckiri>Ckanan
 Baris 3, difusi terjadi sama rata dengan konsentrasi
yang sama. Difusi terjadi dari konsentrasi tinggi menuju konsentrasi rendah
(downhill). Ckiri=Ckanan
 Baris 4, fluktuasi besar terjadi dan terbentuknya nucleus dengan critical size.
 Baris 5, nucleus mengalami pertumbuhan.

Gambar 2. Spinodal Decomposition Proses

o Kolom kiri dan kanan sebagai daerah yang


berdekatan dengan larutan.
o Titik hitam sebagai satu ari 2 komponen alloy e.g.
B
o Baris 4 dan 5 merupakan hasil dari proses.
o Pada baris 1 berada pada unstable region, tidak
terjadi perbedaan konentrasi dan tidak ada difusi.
CBkiri=CBkanan.
o Baris 2, fluktuasi sangat kecil terjadi karena
perbedaan konsentrasi.
o Baris 3, difusi terjadi menyebabkan
CBkiri>>CBkanan . Difusi terjadi dari konsentrasi rendah
menuju konsentrasi yang lebih tinggi (uphill).
o Proses difusi terjadi hingga densitas nya meningkat mencapai titik kesetimbangan
pure B (baris 3-5).
o Perbedaan fasa ini dinamakan spinodal decomposition dengan proses uphill diffusion.
Kecepatan dari transformasi spinodal dikontrol oleh interdiffusion coefficient D. Jika D<0,
maka komposisi fluktuasi akan meningkat secara eksponensial dengan perubahan waktu yang
𝜆2
konstan τ. 𝜏 = −
4𝜋2 𝐷

Kecepatan akan semakin besar dengan membuat panjang gelombang λ semakin kecil.
Bagaimanapun, terdapat batas minimal panjang gelombang dimana spinodal decomposition
tidak dapat terjadi.

Dua faktor penting yang perlu diperhatikan saat menghitung panjang gelombang:

1. Interfacial energy effect.


2. Coherency strain energy effect.

Gambar 3.Coherent Miscibility Gap.

 Region 1: homogeneus α stable.


 Region 2: homogeneous α metastable, hanya fasa inkoheren yang dapat tumbuh.
 Region 3: homogeneous α metastable, fasa koheren dapat tumbuh.
 Region 4: homogeneous α unstable, tidak terjadi nukleasi dan spinodal decomposition
terjadi.

Garis pada gambar menunjukkan komposisi setimbang dari fasa koheren hasil dari spinodal
decomposition. Spinodal decomposition tidak hanya terbatas pada sistem yang mengandung
miscibility gap yang stabil. Sebagai contoh pada GP zone solvus pada Al-Ag sistem, dimana
sipnodal decomposition dapat terjadi pada keadaan high supersaturated GP zone.
Gambar 4. Spinodal struktur pada specimen larutan Al-22,5 Zn-0.1 Mg (% atom) dengan
suhu 4000 C kemudian didiamkan selama 20 jam dengan suhu 1000C. Panjang gelombang
pada struktur 25 nm.

Referensi

 Porter, D. A and Easterling, K. E, Phase Transformation In Metals And Alloys, 2nd


edition, CRC press, 1992.
 E. P. Favvas and A. Ch. Mitropoulos. “What is Spinodal Decomposition?”, 2008,
Kavala Institute of Technology, Published by Journal Of Engineering Science And
Technology Review.

Anda mungkin juga menyukai