Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

I. Masalah Utama
Gangguan persepsi sensori : halusinasi

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Pengertian
Stuart (2016) mendefinisikan halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang
terjadi pada respons neurobiologis maladaptif. Klien sebenarnya mengalami distorsi
sensorik sebagai hal yang nyata dan meresponsnya. Pada halusinasi, tidak ada
stimulus eksternal atau internal yang diidentifikasi.

B. Rentang Respon
Respon adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Waham


Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi Konsisten Menarik diri Sulit berespons
Perilaku sesuai Reaksi emosi > / < Perilaku disorganisasi
Hubungan sosial Perilaku tidak biasa Isolasi sosial

Menurut Stuart (2016), halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif


individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi.
a. Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
b. Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang
didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu
yang ada di dalam maupun di luar dirinya.
c. Emosi konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar
disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
d. Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian
masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum
yang berlaku.
e. Hubungan social harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut
hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk
kerjasama.
f. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls
eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik
pada area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian
yang telah dialami sebelumnya.

1
g. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar
berlebihan atau kurang.
h. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan
nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma – norma
social atau budaya umum yang berlaku.
i. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial
atau budaya umum yang berlaku.
j. Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
k. Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam
berinteraksi

C. Penyebab
Etiologi halusinasi menurut Stuart (2016) dibedakan menjadi faktor
predisposisi dan faktor presipitasi :
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi adalah:
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidakmampu mandiri
sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan
terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.
Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang
tepat demi masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat
dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh

2
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang
tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
2) Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stress.

D. Tanda dan Gejala


Berdasarkan jenis dan karakteristik halusinasi tanda dan gejalanya sesuai.
Berikut ini merupakan beberapa jenis halusinasi dan karakteristiknya menurut
(Stuart, 2016 ) meliputi :
a. Halusinasi pendengaran
Karakteristik : Mendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang. Suara
dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang bicara
mengenai klien. Jenis lain termasuk pikiran yang dapat didegar yaitu pasien
mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkan oleh klien dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu yang
kadang-kadang berbahaya.
b. Halusinasi penglihatan
Karakteristik : Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar
geometris, gambar karton atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang
menakutkan seperti monster.
c. Halusinasi penciuman
Karakteristik : Membau bau-bau seperti darah, urine, feses umumnya bau-
bau yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan demensia.
d. Halusinasi pengecapan

3
Karakteristik : Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan seperti
darah, urine, atau feses.
e. Halusinasi perabaan
Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas, rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.

Menurut Stuart (2016) data subyektif dan obyektif klien halusinasi adalah
sebagai berikut:
a. Data Obyektif:
1) Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3) Gerakan mata cepat
4) Respon verbal lamban atau diam
5) Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
6) Terlihat bicara sendiri
7) Menggerakkan bola mata dengan cepat
8) Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
9) Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari ke ruangan lain
10) Disorientasi (waktu, tempat, orang)
11) Perubahan perilaku dan pola komunikasi
12) Gelisah, ketakutan, ansietas
13) Peka rangsang
14) Melaporkan adanya halusinasi
b. Data Subyektif:
1) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata.
2) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
4) Klien merasa makan sesuatu.
5) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
6) Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan didengar.
7) Klien ingin memukul/ melempar barang-bara

4
E. Proses Terjadinya
Visual object input

Primary sensory organ III, IV, and VI nuclei


CBS
(e. g. Retina)

MLF
RAS PS Thalamic Relay
ILnPD
(e. g. LGN)PD/DLB
Superior colliculus

Brainstem neuromodulators Primary sensory cortex

Dopamine: (e. g. V1)E,M,AS,PCA


acetyl cholinePH,Mod
SerotoninMod DAN

(Arnygdala)PD,PTSD

Serotonin

VAN

Mekanisme saraf umum untuk halusinasi visual (diadaptasi dari Shine et al.,
2014). Kerusakan patologis di berbagai daerah di sepanjang jalur persepsi visual
bermanifestasi sebagai kesalahan persepsi dan halusinasi karena gangguan
komunikasi antara jaringan kontrol perhatian, seperti jaringan mode default (DAN
=default mode network ).
Singkatan:
RAS - retikular activating system (sistem pengaktif retikular)
ILn - intra laminar nuelei of the thalamus
LGN - lateral geniculate nucleus,
VI - Visual region I (Visual area I)
MLF - medial longitudinal fasiculus (fasikula longitudinal medial)
PD - parkinson's disease (penyakit parkinson)
DLB - dimentia with lewy bodies (dimensia dengan badan yangagak longgar atau
pendek)
PH - peducular hallucinosis (halusinasi pedicular)
PS - Parasomnic
PTSD - post traumatic stress disorder (stress pasca trauma)
E - Epilepsi
M - migraine (migrain)

5
AS - Anton Syndrome,
PCA - Posterior cortical atrophy (nama lainnya benson syndrome)
CBS - charles bonnet syndrome,
Med - medication (pengobatan)
SZ - schizophrenia,
F. Fase Halusinasi
Terjadinya Halusinasi dimulai dari beberapa fase. Hal ini dipengaruhi oleh
intensitas keparahan, respon individu dalam menanggapi adanya rangsangan dari
luar, dan mengendalikan dirinya. Menurut (Stuart, 2007) tahapan halusinasi ada
empat tahap. Semakin berat tahap yang diderita klien, maka akan semakin berat
klien mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya. Berikut ini
merupakan tingkat intensitas halusinasi yang dibagi dalam empat fase:
a. Fase I: Comforting
Ansietas tingkat sedang, secara umum halusinasi bersifat menyenangkan.
Karakterisitik:
klien mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa bersalah,
dan takut serta mencoba untuk memusatkan pada penenangan pikiran untuk
mengurani ansietas, individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang
dialaminya tersebut dapat dikendalikan jika ansietasnya bisa diatasi (Non
psikotik).
Perilaku klien:
 Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
 menggerakkan bibir tanpa menimbulkan suara
 pergerakan mata yang cepat
 respon verbal yang lambat
 diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
b. Fase II: condemning
Ansietas tingkat berat, Secara umum halusinasi bersifat menjijikan.
Karakteristik:
Pengalaman sensori yang bersifat menjijikan dan menakutkan. Orang yang
berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk
menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, individu mungkin
merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain
(Non psikotik).
Perilaku klien:
 Peningkatan syaraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya,
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
 Penyempitan kemampuan konsentrasi

6
 Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.
c. Fase III: Controling
Ansietas tingkat berat, pengalaman sensori menjadi berkuasa.
Karakteristik:
Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasi
dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Isi halusinasi dapat berupa
permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman
sensori tersebut berakhir (Psikotik).
Perilaku klien:
 Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya daripada menolaknya
 Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
 Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
 Gejala fisik dari ansietas berat, seperti berkeringat, tremor,
ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
d. Fase IV: Conquering
Ansietas tingkat panic, Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan
saling terkait dengan delusi.
Karakteristik:
Pengalaman sensori menjadi menakutkan dan mengancam jika klien tidak
mengikuti perintah. Halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau
hari apabila tidak ada intervensi terapeutik (Psikotik).
Perilaku klien:
 Perilaku menyerang seperti panic
 Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
 Aktivitas fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk,
agitasi, menarik diri, atau katatonik
 Tidak mampu berespons terhadap petunjuk yang kompleks
 Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
G. Akibat
Halusinasi yang berisi perintah dapat menyuruh seseorang untuk melakukan
sesuatu, seperti membunuh dirinya sendiri, melukai orang lain, atau bergabung
dengan seseorang di kehidupan sesudah mati.

7
H. POHON MASALAH

Efek / Akibat Risiko Resiko menciderai diri sendiri,


orang lain, dan lingkungan

Gangguan Persepsi
Masalah utama Sensori :
Halusinasi

Isolasi sosial
Penyebab

III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal didalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala gangguan sensori persepsi halusinasi dapat ditemukan dengan
wawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut
1. Dari pengamatan saya sejak tadi, bapak/ibu tampakseperti bercakap-cakap sendiri
apa yang sedang bapak/ibu dengar/lihat?
2. Apakah bapak/ibu melihat bayangan-bayangan yang menakutkan?
3. Apakah ibu/bapak mencium bau tertentu yang menjijikkan?
4. Apakah ibu/bapak meraskan sesuatu yang menjalar ditubuhnya?
5. Apakah ibu/bapak merasakan sesuatu yang menjijikkan dan tidak mengenakkan?
6. Seberapa sering bapak//ibu mendengar suara-suara atau melihat bayangan tersebut?.
7. Kapan bapak/ ibu mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
8. Pada situasi apa bapak/ibu mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
9. Bagaimana perasaaan bapak/ibu mendengar suara atau melihat bayangan tersebut?
10. Apa yang sudah bapak/ibu lakukan, ketika mendengar suara dan melihat bayangan
tersebut?

Langkah selanjutnya menyusun masalah keperawatan berdasarkan tanda dan


gejala gangguan sensori persepsi : halusinasi yang ditemukan.

8
No Data Masalah keperawatan
1. Data Objektif : Halusinasi
• Bicara atau tertawa sendiri
• Marah marah tanpa sebab
• Mengarahkan telinga ke posisi tertentu.
• Menutup telinga

Data Subjektif :
• Mendengar suara-suara atau kegaduhan
• Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
• Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu
yang berbahaya

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan hasil pengkajian pasien menunjukkan tanda dan gejala gangguan
sensori persepsi : halusinasi, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah:

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

C. RENCANA KEPERAWATAN
a. Diagnosa keperawatan : Perubahan persepsi sensori : halusinasi berhubungan
dengan menarik diri.
1) Tujuan Umum:
Klien dapat berinteraksi untuk membina hubungan saling percaya.
2) Tujuan Khusus
a) TUK 1
Perkenalan dan membina hubungan saling percaya
(1) Kriteria Hasil:
Setelah …x pertemuan, pasien dapat menerima kehadiran perawat.
Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan keberadaannya saat ini
secara verbal:
 Mau membalas salam
 Mau berjabat tangan
 Mau menyebut nama
 Mau tersenyum
 Ada kontak mata
 Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
(2) Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
 Beri salam dan panggil nama klien

9
 Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
 Jelaskan maksud hubungan interaksi
 Jelaskan kontrak yang akan dibuat
 Beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati
 Lakukan kontak singkat tetapi sering
 Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

b) TUK 2
Pasien dapat mengenal halusinasi dan mengontrol menggunakan
cara menghardik.
(1) Kriteria Hasil:
Setelah …x pertemuan, pasien dapat:
 Mengenal halusinasi (waktu, isi, frekuensi, serta perasaan
terhadap halusinasi)
 Menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi dengan cara
pertama menghardik.
(2) Intervensi
 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya :
bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang kekiri/
kekanan/ kedepan seolah- olah ada teman bicara.
 Bantu klien mengenal halusinasinya.
 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dan lain-
lain).
 Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika
bermanfaat beri pujian.
 Diskusikan cara baru untuk memutus / mengontrol timbulnya
halusinasi : menghardik
c) TUK 3
Pasien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
(1) Kriteria Hasil
Setelah ….x interaksi, pasien menyebutkan:
 Manfaat minum obat
 Kerugian tidak minum obat
 Nama, warna, dosis, efek samping obat
Setelah ….x interaksi, pasien mampu mendemonstrasikan
penggunaan obat dan menyebutkan akibat berhenti minum obat
tanpa konsultasi dokter

10
(2) Intervensi
 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis,
frekuensi dan manfaat obat.
 Anjurkan klien meminta obat sendiri pada perawat dan
merasakan manfaatnya.
 Anjurkan klien bicara sendiri dengan dokter tentang manfaat
dan efek samping obat yang dirasakan.
 Diskusikan akibat berhenti obat- obat tanpa konsultasi.
 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

11
STRATEGI PELAKSANAAN
HALUSINASI PENDENGARAN

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1) HALUSINASI PENDENGARAN


A. Kondisi

Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mendekatkan telinga
kea rah tertentu, dan menutup telinga. Klien mengatakan mendengar suara-suara atau
kegaduhan, mendengar suara yang mengajaknya bercakap-cakap, dan mendengar suara
menyuruh melakukan sesuatau yang berbahaya.

B. Diagnosis Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
C. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan criteria sebagai berikut.
1) Ekspresi wajah bersahabat
2) Menunjukkkan rasa senang
3) Klien bersedia diajak berjabat tangan
4) Klien bersedia menyebutkan nama
5) Ada kontak mata
6) Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
7) Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
b. Membantu klien mengenal halusinasinya
c. Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik halusinasi
D. Intervensi Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien.
b. Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi halusinasi,
frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi
c. Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tahapan tindakan
yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Jelaskan cara menghardik halusinasi
2) Peragakan cara menghardik halusinasi
3) Minta klien memperagakan ulang

12
4) Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien yang sesuai
5) Masukkan dalam jadwal kegiatan klien

E. Strategi Pelaksanaan

1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum………….. Boleh Saya kenalan dengan Ibu?
Nama Saya………….. boleh panggil Saya……… Saya Mahasiswa Akper
Muhammadiyah Kendal, Saya sedang praktik di sini dari pukul 08.00 WIB sampai
dengan pukul 13.00 WIB siang. Kalau boleh Saya tahu nama Ibu siapa dan senang
dipanggil dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan
tidak?”
c. Kontrak
1) Topik
“Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut ibu
sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan
sesuatu yang selama ini Ibu dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya?”
2) Waktu
“Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa menit?
Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
3) Tempat
“Di mana kita akan bincang-bincang ???
Bagaimana kalau di ruang tamu saya ???
2. Kerja
“Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah Ibu melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau mahluk?”
“Seperti apa yang kelihatan?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja?”
“Kapan paling sering Ibu melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?”
“Berapa kali sehari Ibu mengalaminya?”
“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang Ibu rasakan pada saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”

13
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan agar
tidak muncul?”
“Ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”
“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.”
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”
“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Keempat, minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”
“Caranya seperti ini:
1) Saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu bilang dalam hati, “Pergi Saya tidak
mau dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang
sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah begitu…………..
bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”
2) Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi Saya tidak mau
lihat………………. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang
sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Ibu peragakan! Nah begitu………..
bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang tidak dengan
latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Ibu simpulkan pembicaraan
kita tadi.”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar tidak muncul
lagi.”
c. Rencana tindak lanjut
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Ibu coba cara tersebut!
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?”
(Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
klien, Jika ibu melakukanya secara mandiri makan ibu menuliskan M, jika ibu
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat ibu,
Jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti?).
d. Kontrak yang akan datang
1) Topik
“Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya berbicara dengan
orang lain saat bayangan dan suara-suara itu muncul?”
2) Waktu
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30 WIB, bisa?”
3) Tempat

14
“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Sampai jumpa
besok.
Wassalamualaikum,……………

STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)

A. Kondisi klien
DO : Klien tenang

DS : Klien mengatakan mendengar ada suara-suara tapi suara itu tidak jelas

B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi

C. Tujuan
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.

D. Intervensi Keperawatan
Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


a. Fase Orientasi :
 Salam terapeutik : ” Selamat pagi, mas? Bagaimana kabarnya hari ini? mas masih
ingat dong dengan saya? Ibu sudah mandi belum? Apakah massudah makan?
 Evaluasi validasi : ”bagaimana perasaan mas hari ini? Kemarin kita sudah berdiskusi
tentang halusinasi, apakah mas bisa menjelaskan kepada saya tntang isi suara-suara
yang mas dengar dan apakah mas bisa mempraktekkan cara mengontrol halusinasi yang
pertama yaitu dengan menghardik?”
 Kontrak :
Topik :
”sesuai dengan kontrak kita kemarin, kita akan berbincang-bincang di ruamg tamu
mengenai cara-cara mengontrol suara yang sering mas dengar dulu agar suara itu tidak
muncul lagi dengan cara yang kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain.
Waktu :
Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 10 menit saja, bagaimana mas
setuju?”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau di ruang tamu? mas setuju?”
b. Fase kerja
 ”kalau mas mendengar suara yang kata mas kemarin mengganggu dan membuat mas
jengkel. Apa yang mas lakukan pada saat itu? Apa yang telah saya ajarkan kemarin
apakah sudah dilakukan?”

15
 ”cara yang kedua adalah mas langsung pergi ke perawat. Katakan pada perawat bahwa
mas mendengar suara. Nanti perawat akan mengajak mas mengobrol sehingga suara itu
hilang dengan sendirinya.
c. Fase terminasi
 Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama. Saya senag
sekali mas mau berbincang-bincang denagan saya. Bagaimana perasaan mas setelah
kita berbincang-bincang?”
 Evaluasi obyektif : ”jadi seperti yang mas katakan tadi, cara yang mas pilih untuk
mengontrol halusinasinya adalah......
 Tindak lanjut : ”nanti kalau suara itu terdengar lagi, mas terus praktekkan cara yang
telah saya ajarkan agar suara tersebut tidak menguasai pikiran mas.”
 Kontrak yang akan datang :
Topik :
”bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang ketiga yaitu menyibukkan diri dengan kegiatan yang
bermanfaat.”
waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau besok jam .....? mas setuju?”
tempat :
”besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Termakasih mas sudah
berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”

STRATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3)


A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas
B. Diagnosa Keperawatan : halusinasi
C. Tujuan
Agar klien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
aktifitas / kegiatan harian.
D. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian klien.
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi :
 Salam terapeutik : ” Selamat pagi, bu? Masih ingat saya ?
 Evaluasi validasi : ”ibu tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya hari ini ?
sudah siap kita berbincang bincang ? masih ingat dengan kesepakatan kita tadi,
apa itu ? apakah mas masih mendengar suara- suara yang kita bicarakan kemarin
 Kontrak

16
Topik :
”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang tentang
suara- suara yang sering mas dengar agar bisa dikendalikan engan cara
melakukan aktifitas / kegiatan harian.”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau di ruang tamu? Ibu setuju?”
Waktu :
”kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit, bagaimana mas setuju?”
2. Fase Kerja
 ”cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah berdiskusi tentang
cara pertama dan kedua, cara lain dalam mengontrol halusinasi yaitu caar
ketiga adalah mas menyibukkan diri dengan berbagi kegiatan yang bermanfaat.
Jangan biarkan waktu luang untuk melamun saja.”
 ”jika mas mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri dengan
kegiatan seperti menyapa, mengepel, atau menyibukkan dengan kegiatan lain.”
F. Fase Terminasi
 Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya
senag sekali mas mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mas
setelah berbincang-bincang?”
 Evaluasi obyektif : ”coba mas jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi yang
ketiga?
 Tindak lanjut : ”tolong nanti mas praktekkan cara mengontrol halusinasi seperti
yang sudah diajarkan tadi?
 Kontrak yang akan datang
Topik:
”bagaimana mas kalau kita berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang keempat yaitu dengan patuh obat.”
Waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam 08.00? ibu setuju?”
Tempat :
”Besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Terimakasih mas sudah
mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”

STRATEGI PELAKSANAAN 4 (SP 4)

A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas

17
B. Diagnosa Keperawatan : halusinasi
C. Tujuan: Agar klien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh obat.
D. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu penggunaan obat secara
teratur (jenis, dosis, waktu, manfaat, dan efek samping)
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
F. Fase Orientasi :
 Salam terapeutik : ” Selamat pagi, mas? Masih ingat saya ???
 Evaluasi validasi : ”mas tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya hari ini ? sudah
siap kita berbincang bincang ? masih ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah
mas masih mendengar suara- suara yang kita bicarakan kemarin.
 Kontrak
Topik :
”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang tentang obat-
obatgan yang mas minum.”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalu di ruang tamu? mas setuju?”
Waktu :
”kita nanti akan berbincang kurang lebih ..... menit, bagaimana mas setuju?”
2. Fase Kerja
”ini obat yang harus diminum oleh mas setiap hari. Obat yang warnanya....ini
namanya....dosisnya.....mg dan yang warna.....dosisnya.....mg. kedua obat ini
diminum....sehari siang dan malam, kalau yang warna...minumnya....kali sehari. Obat yang
warnanya....ini berfungsi untuk mengendalikan suara yang sering mas dengar sedangkan yang
warnanya putih agar mas tidak merasa gelisah. Kedua obat ini mempunyai efek samping
diantaranya mulut kering, mual, mengantuk, ingin meludah terus, kencing tidak lancar. Sudah
jelas mas? Tolong nanati mas sampaikan ke dokter apa yang mas rasakan setelah minum obat
ini. Obat ini harus diminum terus, mungkin berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kemudian
mas jangan berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter, gejala seperti yang mas alami
sekarang akan muncul lagi, jadi ada lima hal yang harus diperhatikan oleh mas pada saat
mionum obat yaitu beanr obat, benar dosis, benar cara, benar waktu dan benar frekuensi. Ingat
ya mas..?!!”
3. Fase Terminasi
 Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senag sekali
mas mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-
bincang?”
 Evaluasi obyektif : ”coba mas jelaskan lagi obat apa yang diminum tadi? Kemudian
berapa dosisnya?

18
 Tindak lanjut : ”tolong nanti mas minta obat ke perawat kalau saatnya minum obat.”
 Kontrak yang akan datang
Topik:
”bagaimana mas kalau kita akan mengikuti kegiatan TAK (Terapi Aktifitas Kelompok)
yaitu menggambar sambil mendengarkan musik.”
Waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam .....? mas setuju?”
Tempat :
”Besok kita akan melakukan kegiatan di ruang makan. Terimakasih mas sudah mau
berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”

19
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, Gain., W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Jiwa Stuart. Jakarta : Elsevier.
Potter, A. P&Perry,G,A. 2005. Fundamental of Nursing: Concepts, Process and Practice. Mosby
Year Book, St. Louis.

Schultz dan Videback. 1998. Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. Lippincott-
Raven Publisher: Philadelphia.

Stuart dan Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Bandung :
RSJP Bandung.

20

Anda mungkin juga menyukai

  • Api HDR
    Api HDR
    Dokumen7 halaman
    Api HDR
    Lynette Rice
    100% (2)
  • Sap Maligna
    Sap Maligna
    Dokumen12 halaman
    Sap Maligna
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • Pengkajian Seminar
    Pengkajian Seminar
    Dokumen19 halaman
    Pengkajian Seminar
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • LP DM
    LP DM
    Dokumen22 halaman
    LP DM
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • Review Jurnal
    Review Jurnal
    Dokumen3 halaman
    Review Jurnal
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • MGG 5 Hil
    MGG 5 Hil
    Dokumen14 halaman
    MGG 5 Hil
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • Seminar
    Seminar
    Dokumen49 halaman
    Seminar
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • Pengkajian Seminar
    Pengkajian Seminar
    Dokumen21 halaman
    Pengkajian Seminar
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • ANALISIS DATA Real
    ANALISIS DATA Real
    Dokumen4 halaman
    ANALISIS DATA Real
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • Theza Anak - Buhurun
    Theza Anak - Buhurun
    Dokumen6 halaman
    Theza Anak - Buhurun
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Hidrosefalus
    Laporan Pendahuluan Hidrosefalus
    Dokumen10 halaman
    Laporan Pendahuluan Hidrosefalus
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • LP KB Suntik 3 Bulan
    LP KB Suntik 3 Bulan
    Dokumen14 halaman
    LP KB Suntik 3 Bulan
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • ANALISIS DATA Real
    ANALISIS DATA Real
    Dokumen4 halaman
    ANALISIS DATA Real
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • Roundown Acara
    Roundown Acara
    Dokumen1 halaman
    Roundown Acara
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • SEMINAR MATERNITAS Revisi
    SEMINAR MATERNITAS Revisi
    Dokumen74 halaman
    SEMINAR MATERNITAS Revisi
    yuni arti
    100% (1)
  • Format Penilaian Mater
    Format Penilaian Mater
    Dokumen1 halaman
    Format Penilaian Mater
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • REVISI
    REVISI
    Dokumen120 halaman
    REVISI
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • CKR
    CKR
    Dokumen85 halaman
    CKR
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • CKR
    CKR
    Dokumen85 halaman
    CKR
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • Pathway Sepsis Fix
    Pathway Sepsis Fix
    Dokumen4 halaman
    Pathway Sepsis Fix
    Maulana Kiki
    Belum ada peringkat
  • Peng Kaji An
    Peng Kaji An
    Dokumen26 halaman
    Peng Kaji An
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • LP Inc
    LP Inc
    Dokumen26 halaman
    LP Inc
    yuni arti
    0% (1)
  • LP GINEk
    LP GINEk
    Dokumen15 halaman
    LP GINEk
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • CKR
    CKR
    Dokumen85 halaman
    CKR
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • LP DM
    LP DM
    Dokumen22 halaman
    LP DM
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • Form Pengkajian Maternitas
    Form Pengkajian Maternitas
    Dokumen43 halaman
    Form Pengkajian Maternitas
    Kirana PD
    Belum ada peringkat
  • PNC
    PNC
    Dokumen13 halaman
    PNC
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • Sap Pneumonia
    Sap Pneumonia
    Dokumen14 halaman
    Sap Pneumonia
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • LP Cva Ich
    LP Cva Ich
    Dokumen29 halaman
    LP Cva Ich
    yuni arti
    Belum ada peringkat
  • LP Cva Ich
    LP Cva Ich
    Dokumen29 halaman
    LP Cva Ich
    yuni arti
    Belum ada peringkat