Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa yang akan melewati beberapa tahapan
perkembangan penting dalam hidup. Menurut WHO (2015), remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang
usia 10–18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
Menurut WHO (2015) diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2
milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia. Di Indonesia jumlah kelompok
usia 10 -19 tahun menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau
sekitar 18% jumlah penduduk. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2015, penduduk dengan kelompok umur 10-19 tahun
adalah sekitar 1.481.270 jiwa yang terdiri dari 757.675 remaja laki-laki dan
723.595 remaja perempuan.
Pada masa remaja, individu mengalami perubahan biologis, psikologi
dan sosial. Perubahan biologis menekankan pada terjadinya masa pubertas
yang mengubah bentuk tubuh anak-anak menjadi seorang remaja yang
matang secara fisik dan seksual. Pada perubahan psikologis maupun
sosialnya, remaja mengalami tahapan menuju kemandirian sosial dan
ekonomi, membangun identitas, akuisisi kemampuan (skill) untuk kehidupan
masa dewasa serta kemampuan bernegosiasi (abstract reasoning) (WHO,
2015).
Selama remaja menjalani masa pubertas akan mengalami banyak
perubahan biologis dan psikologis yang sifatnya sangat cepat. Pada anak
laki-laki, perubahan seks primer masa pubertas ditandai dengan mimpi basah,
sedangkan perubahan sekunder berupa suara mulai berubah, tumbuh rambut

1
di daerah ketiak, kumis, jenggot, dan alat kelamin. Sementara perubahan seks
primer anak perempuan ditandai dengan menstruasi pertama kali (menarche)
dan biasanya diikuti dengan perubahan organ seksual sekunder yaitu
memiliki payudara dan pinggul yang membesar (Soetjiningsih, 2007).
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui
dan memahami konsep perkembangan seks sekunder pada remaja putra dan
putri di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 6 Palembang. Hal ini juga
terkait kegiatan pembelajaran dalam blok yang mengharuskan mahasiswa
untuk turun langsung ke lapangan agar mahasiswa melakukan pembelajaran
dan evaluasi dari tinjauan pustaka secara langsung di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana karakteristik perkembangan seks sekunder pada remaja putra
dan putri di SD Muhammadiyah Palembang ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik perkembangan seks sekunder pada
remaja putra dan putri di SD Muhammadiyah Palembang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan organ seks sekunder
pada remaja putra dan putri di SD Muhammadiyah 6 Palembang.
2. Untuk mengetahui indikator yang dinilai dalam perkembangan
organ seks sekunder pada remaja putra dan putri di SD
Muhammadiyah 6 Palembang.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fungsi Organ Reproduksi Laki-Laki


Organ reproduksi pria berfungsi untuk menghasilkan sperma
(gametogenesis) dan menyalurkan sperma ke wanita.
1) Organ Genitalia Eksterna
a. Penis
Penis berfungsi sebagai alat penetrasi pada vagina wanita saat
kopulasi (persetubuhan) (Sherwood, 2014).

Gambar 1. Penis dengan Glans Penis, serta Preputium Penis


Sumber: Snell, 2014

Anatomi Penis
Penis mempunyai radix penis yang terfiksasi dan corpus yang
tergantung bebas. Radix penis dibentuk oleh tiga massa jaringan
erektil yang dinamakan bulbus penis dan crus penis dextra dan
sinistra. Bulbus penis terletak di garis tengah dan melekat pada
permukaan bawah diaphragma urogenitale. Bulbus penis ditembus
oleh urethra dan permukaan luarnya di bungkus oleh musculus
bulbospongiosus. Masing-masing crus penis melekat pada pinggir
arcus pubicus dan permukaan luarnya dibungkus oleh musculus
ischiocavernosus. Bulbus melanjutkan diri ke depan sebagai corpus

3
penis dan membentuk corpus spongiosum penis. Di anterior kedua
crus penis saling mendekati dan di bagian dorsal corpus penis terletak
berdampingan membentuk corpus cavernosum penis (Snell, 2014).
Corpus penis pada hakekatnya terdiri atas tiga jaringan erektil yang
di liputi sarung fascia berbentuk tubular (fascia buck). Jaringan erektil
dibentuk dari dua corpora cavernosa penis yang terletak di dorsal dan
satu corpus spongiosum penis terletak pada permukaan ventralnya.
Pada bagian distal corpus spongiosum penis melebar membentuk
glans penis yang meliputi ujung distal corpora cavernosa penis. Pada
ujung glans penis terdapat celah yang merupakan muara urethra
disebut ostium urethra eksternum (Snell, 2014).
Preputium penis merupakan lipatan kulit seperti kerudung yang
menutupi glans penis. Normalnya, kulit preputium selalu melekat erat
pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir,
namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan
faktor pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan
deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian dalam preputium
sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis (Snell,
2014).
Arteri
Corpus cavernosa penis diperdarahi arteri profunda penis. Corpus
spongiosum penis diperdarahi arteria bulbi penis. Sebagai tambahan
ada arteria dorsalis penis. Semua arteri tersebut merupakan cabang
dari arteri pudenda interna.
Venae
Mengikuti nama arteri dan bermuara ke vena pudenda interna.
Aliran Limfe
KGB atau limfe inguinal medial.
Innervasi
Nervus pudendus dan plexus pelvicus.

4
b. Skrotum
Merupakan suatu kantong kulit yang membungkus testis dan
epididimis. Scrotum adalah sebuah kantung yang menonjol keluar dari
bagian bawah dinding arterior abdomen. Scrotum berisi testis,
epididymis, dan ujung bawah funiculus spermatikus (Snell, 2014).

Gambar 2. A. Lanjutan berbagai lapisan dinding anterior abdomen yang


meliputi funiculus spermaticus. B. Kulit dan fascia superficialis dinding
abdomen dan scrotum dan tampak pula tunica vaginalis.
Sumber: Snell, 2014

5
Dinding scrotum mempunyai lapisan sebagai berikut:

1. Kulit
Kulit scrotum tipis, berkerut, berpigmen dan membentuk kantung
tunggal. Sedikit peninggian digaris tengah menunjukkan garis
persatuan dari kedua penonjolan labioscrotalis.
2. Fascia Superficialis
Fascia ini melanjutkan diri sebagai panniculus adiposus dan
stratum membranosus dinding anterior abdomen. Akan tetapi
penniculus adiposus diganti oleh otot polos yang dinamakan tunica
dartos. Otot ini dipersarafi oleh serabut saraf simpatik dan
berfungsi untuk mengkerutkan kulit diatasnya. Stratum
membranosum fascia superficialis (fascia Collesi) di depan
melanjutkan diri sebagai stratum membranosum dinding anterior
abdomen (fascia Scarpae), dibelakang melekat pada corpus
perieneale dan pinggir posterior membrane perinea.
Disampingnya, fascia superficialis melekat pada rami
ischiopubica. Kedua lapisan fascia superficialis berperan
membentuk sekat median yang menyilang scrotum dan
memisahkan testis satu dengan yang lain.
3. Fascia Spermatica
Fascia tiga lapis ini terletak dibawah fascia superficialis dan
berasal dari tiga lapis dinding anterior abdomen masing-masing
sisi, musculus Cremaster didalam fascia cremasterica dapat
dibuat kontraksi dengan menggores sisi medial paha. Hal ini
disebut reflex cremaster. Serabut aferen melengkung reflex ini
berjalan pada ramus femoralis nervi genitofemoralis dan serabut
aferen motorik berjalan pada ramus genitalis nervi
genitofemoralis.
4. Tunica Vaginalis
Terletak didalam fascia spermaticae dan meliputi permukaan
anterior, media dan lateralis masing-masing testis tunica vaginalis
merupakan perluasan ke bawah processus vaginalis peritonei, dan

6
biasanya sesaat sebelum tidur menutup dan memisahkan diri dari
bagian atas processus vaginalis peritonei dan cavitas peritonealis.
Dengan demikian tunica vaginalis merupakan kantung tertutup,
diinvaginasi dari belakang oleh testis
(Snell, 2014).

Pendarahan
Plexus subcutaneous dan anastomosis arteriovenosa menyebabkan
suhu turun dan keadaan ini membantu mengontrol temperatur
lingkungan di sekitar testis.
Arteriae
Arteriae pudenda externa dari arteriae femoralis dan rami.
Venae
Venae mengikuti arteriae yang senama.
Aliran Limfe
Cairan limfe dari kulit dan fascia, termasuk tunica vaginalis dialirkan
ke nodi lymphoidei inguinalis superficialis.
Persarafan
Permukaan anterior scrotum diurus oleh n. ilioinguinalis dan ramus
genitalis nervus genitofemoralis; dan permukaan posterior diurus oleh
cabang nervi perinealis dan nervus cutaneous femoris posterior (Snell,
2014).

Gambar 3. Aliran Cairan Limfe Testis dan Kulit Scrotum


Sumber: Snell, 2014

7
2) Organ Genitalia Interna
a. Testis
Testis terdiri dari 200-300 lobulus yang masing-masing mengandung
satu hingga tiga tubulus seminiferus. Diantara tubulus ini terdapat sel-
sel interstitial (sel Leydig) yang menghasilkan hormon testosteron saat
pubertas. Setiap tubulus panjangnya sekitar 62 cm (2 kaki) ketika
direntangkan dan tubulus-tubulus ini tergulung serta terbungkus
dalam testis. Tubulus-tubulus ini akan beranastomosis ke posterior
menuju ke suatu plexus yang disebut dengan rete testis, kira-kira
selusin tubulus kemudian akan menjadi ductus efferens, menembus
tunica albuginea pada bagian atas dari testis dan melewati caput
epididymis. Ductus efferen bersatu untuk membentuk satu saluran
yang berbelit-belit yang merupakan corpus dan cauda epididymis
(Snell, 2014).
Fungsi eksokrin (cytogenic) testes pada kemampuannya untuk
menghasilkan spermatozoa yang kemudian dikeluarkan dari tubuh.
Fungsi endokrin testes (steroidogenesis) adalah pada kemampuannya
untuk menghasilkan hormon-hormon reproduksi jantan (Sherwood,
2014).

b.

Gambar 4. Testis dan Epididymis, Funiculus dan Scrotum


Diperlihatkan pula Penampang Horizontal Testis dan Epididymis
Sumber: Snell, 2014

8
Lapisan Testis
1) Tunika Vaginalis
Berupa membran ganda membentuk lapisan luar testes dan berasal
dari peritoneum pelvis dan abdominal. Saat akhir perkembangan
fetus, testes berada dalam cavum abdomen sedikit di bawah ginjal
kemudian turun ke scrotum bersama-sama peritoneum, pembuluh
darah, limfe, saraf dan ductus deferens. Turunnya testes ke
scrotum lengkap pada 8 bulan umur fetus.
2) Tunika Albuginea
Anyaman fibrosa di bawah tunika vaginalis yang
menyelimuti testes. Lapisan ini membentuk septa-septa
yang membagi testes menjadi lobulus-lobulus.
3) Tunica vasculosa
Berisi anyaman kapiler di dukung oleh jaringan ikat longgar.
(Snell, 2014).
Vaskularisasi Testis
Arteri testicularis berasal dari aorta setinggi a.v. renalis (VL-1). A.
testicularis ber-anastomose dengan arteri yang menuju ke vas deferens
untuk memperdarahi vas deferens dan epididymis yang berasal dari a.
vesicalis inferior cabang dari a. iliaca interna. Hubungan silang ini
berarti jika dilakukan ligasi a. testicularis tidak menyebabkan atropi
testis. Plexus venosus pampiniformis akhirnya menjadi satu vena pada
daerah annulus inguinalis superficialis. Pada sisi kanan vena ini
mengalirkan darah ke v. cava inferior dan sisi kiri ke v. Renalis (Snell,
2014).
Aliran Limfatik Testis
Aliran limfatik testis mengikuti ketentuan umum aliran limfatik.
Alirannya bersama-sama aliran vena dan menuju nodus limfaticus
para-aorticus setinggi a.v. renalis. Hubungan bebas terjadi antara
aliran limfatik kiri dan kanan, juga terjadi anastomosis dengan nodus
limfaticus intrathoracis-para aorticus dan akhirnya dengan nodus

9
limfaticus cervicalis, sehingga tidak jarang keganasan pada testis
akhirnya dapat menjalar ke leher (Snell, 2014).
Innervasi Testis
Serabut-serabut simpatis T-10 melalui plexus renalis dan plexus
aorticus (Snell, 2014).
b. Epididimis
Merupakan saluran reproduksi yang berfungsi sebagai tempat
pematangan sperma. Selain itu, epididimis dibentuk oleh saluran
berlekuk-lekuk yang tidak teratur dan juga menjadi tempat
penyimpanan sperma sementara. Saluran yang menghubungkan antara
epididimis dan testis disebut duktus eferen testis (Snell, 2014).
c. Vas Deferens
Saluran ini merupakan lanjutan dari epididimis. Fungsinya adalah
mengangkut sperma menuju vesikula seminalis (kantong sperma). Vas
deferens dan saluran dari kelenjar kantong sperma akan bersatu
membentuk duktus ejakulatorius yang akhirnya bermuara di uretra
(Snell, 2014).
d. Kelenjar Kelamin
Kelenjar kelamin yang dimiliki oleh seorang pria adalah vesikula
seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretral (Cowper).
 Vesikula seminalis: sepasang kelenjar yang berfungsi
menghasilkan 50-60% dari volume total cairan semen yang
berwarna jernih dan kental. Komponen terpenting didalamnya
adalah fruktosa dan prostaglandin.
 Kelenjar prostat: kelenjar kelamin terbesar pada pria yang
menyumbang 15% dari volume total cairan semen dengan
komponen pentingnya adalah asam fosfatase, seng, sitrat, dan
protease. Kandungan tersebut membuat cairan semen menjadi lebih
encer.
 Kelenjar bulbouretral (Cowper): sepasang kelenjar kecil yang
mengeluarkan cairan sebelum penis mengeluarkan sperma dan
semen (Snell, 2014).

10
2.2. Anatomi dan Fungsi Organ Reproduksi Perempuan
1) Organ Genitalia Eksterna
Vulva atau pudenda, meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat
dilihat mulai dari pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia
mayora, dan labia minora, klitoris, selaput dara (hymen), vestibulum,
muara uretra, berbagai kelenjar, dan struktur vaskular (Rachimhadhi,
2010)
Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang menonjol di atas
simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut
kemaluan. Pada perempuan umumnya batas atas rambut melintang
sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai ke sekitar anus
dan paha (Rachimhadhi, 2010).
Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri,
lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa
dengan yang ada di mons veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labia
mayora bertemu dan membentuk kommisura posterior. Labia mayora
analog dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum berakhir di
batas atas labia mayora. Setelah perempuan melahirkan beberapa kali,
labia mayora menjadi kurang menonjol dan pada usia lanjut mulai
mengeriput. Di bawah kulit terdapat massa lemak dan mendapat pasokan
pleksus vena yang pada cedera dapat pecah dan menimbulkan hematoma
(Rachimhadhi, 2010).
Labia minora adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam
bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang di atas klitoris
membentuk preputium klitoridis dan yang di bawah klitoris membentuk
frenulum klitoridis (Rachimhadhi, 2010).
Klitoris kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh preputium
klitoridis dan terdiri atas glans klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir
kecil dan di belakang oleh perineum (Rachimhadhi, 2010).
Bulbus vestibuli sinistra et dekstra merupakan pengumpulan vena
terletak di bawah selaput lendir vestibulum, dekat ramus ossis pubis.
Panjangnya 3-4 cm, lebarnya 1-2 cm dan tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus

11
vestibuli mengandung banyak pembuluh darah, sebagian tertututp oleh
muskulus iskio kavernosus dan muskulus konstriktor vagina.
(Rachimhadhi, 2010).
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.
Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara (himen). Himen ini
mempunyai bentuk berbeda-beda, dari yang semilunar (bulan sabit)
sampai yang berlubang-lubang atau yang bersekat (Rachimhadhi, 2010)
Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4
cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis
dan diafragma urogenitalis (Rachimhadhi, 2010).

2) Organ Genitalia Interna

G
Gambar 5. Anatomi Organ Reproduksi Wanita
Sumber: Miranda, 2017

A. Ovarium
Masing-masing ovarium berbentuk oval, berukuran 1,5 x 0,75
inci (4 x 2 cm), dan dilekatkan pada bagian belakang ligamentum
latum oleh mesovarium. Bagian ligamentum latum yang terletak di
antara perlekatan mesovarium dan dinding lateral pelvis disebut
ligamentum suspensorium ovarii (Snell, 2014).

12
Ligamentum ovarii proprium, yang merupakan sisa dari bagian
atas gubenaculum, menghubungkan pinggir lateral uterus dengan
ovarium (Snell, 2014).
Ovarium biasanya terletak di depan dinding lateral pelvis, pada
lekukan yang disebut fossa ovarica, dibatasi di atas oleh arteria dan
vena iliaca externa serta dibelakang oleh arteria dan vena iliaca
interna. Walaupun demikian letak ovarium sangat bervariasi, dan
sering ditemukan tergantung ke bawah di dalam excavatio
rectouterina (cavum douglasi). Selama kehamilan, uterus yang
membesar menarik ovarium ke atas masuk ke dalam rongga
abdomen. Setelah persalinan, waktu ligamentum latum relaksasi,
ovarium mengambil posisi yang bervariasi di dalam pelvis (Snell,
2014).
Ovarium dikelilingi oleh capsula fibrosa tipis, disebut tunica
albuginea. Capsula ini di sebelah luarnya dibungkus oleh lapisan
peritoneum yang mengalami modifikasi disebut epithelium
germinativum. Istilah epitelium germinativum ini salah, karena
lapisan ini tidak menghasilkan ovum. Oogonia berkembang pada
masa janin dari sel benih primordial (Snell, 2014).
Sebelum pubertas permukaan ovarium licin tetapi setelah
pubertas permukaan ovarium secara progresif berkerut-kerut,
sebagai akibat dari degenerasi corpus luteum yang terus menerus.
Setelah menopause ovarium akan menyusut dan permukaannya
berlubang-lubang dan berparut (Snell, 2014).

Vaskularisasi, inervasi dan Saluran Limfe Ovarium


 Arteria ovarica, berasal dari aorta abdominalis setinggi vertebra
lumbalis satu.
 Vena ovarica dextra bermuara ke vena cava inferior sedangkan
vena ovarica sinistra bermuara vena renalis sinistra.
 Pembuluh limfe ovarium mengikuti arteria ovarica dan
mengalirkan limfenya ke nodi para-aortici, setinggi vertebra
lumbalis I.

13
 Persarafan ovarium berasal dari plexus aorticus dan mengikuti
perjalanan arteria ovarica.
(Snell, 2014).
B. Tuba Uterina
Lokasi dan Deskripsi
Kedua tuba uterina, masing-masing panjangnya sekitar 4 inci
(10 cm) dan terletak pada pinggir atas ligamentum latum. Masing-
masing tuba menghubungkan cavitas peritonealis di regio ovarium
dengan cavum uteri. Tuba uterina terbagi menjadi empat bagian:
 Infundibulum tubae uterinae adalah ujung lateral tuba uterina
yang berbentuk corong dan menjorok ke luar ligamentum latum
dan terletak di atas ovarium. Ujung bebasnya berbentuk tonjolan
seperti jari-jari dikenal sebagai fimbriae, yang melingkupi
ovarium.
 Ampulla tubae uterinae merupakan bagian tuba uterina yang
paling luas.
 Isthmus tubae uterinae merupakan bagian tuba uterina yang
paling sempit dan terletak tepat lateral terhadap uterus.
 Pars intramuralis merupakan segmen yang menembus dinding
uterus.
(Snell, 2014).

Vaskularisasi, Inervasi dan Saluran Limfe Ovarium


 Arteri uterina berasal dari arteria iliaca interna dan arteria
ovarica berasal aorta abdominalis mendarahi tuba uterina.
 Vena-vena mengikuti arteri.
 Aliran Limfe berasal dari tuba uterina mengikuti arteri yang
terkait dan bermuara ke nodi iliaci interni dan paraaortici.
 Persarafan tuba uterine berasal dari saraf-saraf simpatik dan
parasimpatik dari plexus hypogastricus inferior mensarafi tuba
uterina.
(Snell, 2014).

14
C. Uterus
Lokasi dan Deskripsi
Uterus merupakan organ berongga yang berbentuk buah pir
dan berdinding tebal. Pada orang dewasa muda nullipara, panjang
uterus 3 inci (8 cm), lebar 2 inci (5 cm), dan tebal 1 inci (2,5 cm).
Uterus dibagi atas fundus, corpus, dan cervix uteri. Fundus uteri
merupakan bagian uterus yang terletak di atas muara tuba uterine
(Snell, 2014).
Corpus uteri merupakan bagian uterus yang terletak di bawah
muara tuba uterina. Ke arah bawah corpus akan menyempit, yang
berlanjut sebagai cervix uteri. Cervix menembus dinding anterior
vagina dan dibagi menjadi portio supravaginalis dan portio
vaginalis cervicis uteri (Snell, 2014).
Cavum uteri berbentuk segitiga pada penampang bidang
coronal tetapi pada penampang sagital hanya berbentuk celah.
Rongga cervix, canalis cervicis, berhubungan dengan rongga di
dalam corpus uteri melalui ostium uteri internum dan dengan
vagina melalui ostium uteri externum. Sebelum melahirkan anak
pertama (nullipara), ostium uteri externum berbentuk lingkaran.
Pada multipara, portio vaginalis cervicis uteri lebih besar, dan
ostium uteri externum berbentuk celah transversal sehingga
mempunyai labium anterius dan labium posterius (Snell, 2014).
Batas-Batas
- Ke anterior: Corpus uteri ke anterior berhubungan dengan
excavatio vesicouterina dan facies superior vesicae. Portio
supravaginalis cervicis berhubungan dengan facies superior
vesicae. Portio pars vaginalis cervicis berhubungan dengan
fornix anterior vaginae. Ke posterior: Corpus uteri ke posterior
berhubungan dengan excavatio rectouterina (cavum Douglasi)
beserta lengkung ilium atau colon sigmoideum yang ada di
rongga ini (Snell, 2014).

15
- Ke lateral: Corpus uteri ke lateral berhubungan dengan
ligamentum latum serta arteria dan vena uterine. Portio
supravaginalis cervicis berhubungan dengan ureter di tempat
ureter berjalan ke depan untuk masuk ke vesica urinaria. Portio
vaginalis cervicis berhubungan dengan fornix lateralis vaginae.
Tuba uterina masuk pada sudut superolateral uterus, dan
ligamentum ovarii proprium serta ligamentum teres uteri
dilekatkan pada uterus sedikit di bawah tempat ini (Snell,
2014).
Posisi Uterus
Pada sebagian besar perempuan, sumbu panjang uterus
melengkung ke depan terhadap sumbu panjang vagina. Posisi ini
dinamakan anteversi uterus. Selanjutnya, sumbu panjang corpus
uteri melengkung ke depan setinggi ostium internum uteri pada
sumbu panjang cervix uteri. Posisi ini dinamakan antefleksi uterus.
Jadi pada posisi berdiri, dengan vesica urinaria dalam keadaan
kosong, uterus terletak hampir pada bidang horizontal (Snell,
2014).
Pada beberapa perempuan fundus dan corpus uteri melengkung
ke belakang terhadap vagina, sehingga uterus terletak di dalam
excavatio rectouterina (cavum Douglasi). Pada keadaan ini, uterus
dikatakan terletak retroversi. Bila corpus uteri juga terletak
melengkung ke belakang terhadap cervix uteri, posisi ini dikatakan
retrofleksi (Snell, 2014).
Struktur Uterus
Uterus diliputi oleh peritoneum, kecuali di bagian anterior dan
di bawah ostium internum, di tempat ini peritoneum berjalan ke
depan ke atas vesica urinaria. Di lateral, juga terdapat ruangan di
antara tempat lekat lapisan ligamentum 1atum. Dinding otot, atau
myometrium, berdinding tebal dan dibentuk oleh otot polos yang
disokong oleh jaringan ikat (Snell, 2014).

16
Tunica mucosa yang meliputi corpus uteri disebut
endometrium. Tunica ini melanjutkan diri ke atas sebagai tunica
mucosa yang meliputi tuba uterina dan ke bawah sebagai tunica
mucosa yang meliputi cervix. Endometrium langsung melekat pada
otot sehingga tidak menpunyai lapisan submucosa. Dari pubertas
sampai menopause, endometrium mengalami banyak perubahan
selama siklus mentruasi karena bereaksi terhadap hormon yang
dikeluarkan ovarium (Snell, 2014).
Portio supravaginalis cervicis uteri dikelilingi oleh fascia pelvis
visceralis, yang pada daerah ini sering disebut sebagai
parametrium. Pada daerah ini arteria uterina disilang oleh ureter
disebelah kanan dan kiri cervix uteri (Snell, 2014).
Vaskularisasi
a. Arteri
Arteri utama yang mendarahi uterus adalah arteria uterina,
sebuah cabang dari arteria iliaca interna. Pembuluh ini
mencapai uterus dengan berjalan ke medial di basis ligamenti
lati. Arteria uterina menyilang di atas ureter tegak lurus dan
mencapai cervix setinggi ostium internum cervicis. Arteri
kemudian berjalan ke atas sepanjang pinggir lateral uterus di
dalam ligamentum latum dan akhimya beranastomosis dengan
arteria ovarica, yang juga mendarahi uterus. Arteria uterina
memberikan sebuah cabang kecil yang berjalan turun untuk
mendarahi cervix dan vagina (Snell, 2014).
b. Vena
Vena uterina mengikuti arteri dan bermuara ke dalam vena
iliaca interna (Snell, 2014).
c. Aliran Limfe
Pembuluh limfe dari fundus uteri menyertai arteria ovarica
dan mengalirkan limfe ke nodi paraaortici setinggi vertebra
lumbalis pertama. Pembuluh dari corpus dan cervix uteri
bermuara ke nodi iliaci interni dan externi. Beberapa pembuluh

17
limfe mengikuti ligamentum teres uteri di dalam canalis
inguinalis dan mengalirkan limfe ke nodi inguinales
superficiales (Snell, 2014).
d. Inervasi
Saraf-saraf simpatik dan parasimpatik berasal dari plexus
hypogastricus inferior (Snell, 2014).
Penyokong Uterus
Uterus terutama disokong oleh tonus musculus levator ani
dan kondensasi fascia pelvis yang membentuk tiga ligamentum
penting (Snell, 2014).
 Musculus Levator Ani dan Corpus Perineale
Otot ini membentuk lembaran lebar otot yang
terbentang di dasar cavitas pelvis, dan bersama dengan
fascia pelvis yang terdapat pada permukaan atasnya,
menjadi penyokong efektif viscera pelvis dan menahan
tekanan dari intraabdominal berjalan ke bawah melewati
pelvis. Margo medialis pars anterior musculi levatoris ani
dilekatkan pada cervix uteri oleh fascia pelvis (Snell, 2014).
Sebagian serabut musculus levator ani mengadakan
insersi pada struktur fibromuskular yang dinamakan corpus
perineale. Struktur ini penting untuk mempertahankan
keutuhan dasar pelvis. Bila corpus perineale rusak selama
persalinan dapat menyebabkan terjadinya prolapsus uteri
(Snell, 2014).
Perineale terletak di dalam perineum di antara vagina
dan canalis analis. Corpus perineale digantungkan ke atas
pada dinding pelvis oleh musculus levator ani, dan dengan
demikian menyokong vagina, dan secara tidak langsung
menyokong uterus (Snell, 2014).

18
 Ligamentum Transversum Cervicis, Ligamentum
Pubocervicale, dan Ligamentum Socrocervicale
Ketiga ligamentum ini merupakan kondensasi
subperitoneal fascia pelvis pada permukaan atas musculus
levator ani. Ligamentum ini melekat pada cervix dan
lekukan vagina, dan berperan penting untuk menyokong
uterus dan mempertahankan cervix uteri dalam posisi yang
benar (Snell, 2014).
 Ligamentum Transversum Cervicis (Ligamentum
Cardinale)
Ligamentum transversum cervicis merupakan
kondensasi fibromuskular fascia pelvis yang berjalan
menuju cervix dan ujung atas vagina dari dinding lateral
pelvis (Snell, 2014).
 Ligamentum Pubocervicale
Ligamentum pubocervicale terdiri atas dua jaringan
ikat kuat yang berjalan menuju ke cervix dari facies
posterior os pubis. Ligamentum ini terletak di kanan dan
kiri collum vesicae urinariae, dan sebagian ligamentum ini
menyokong vesica urinaria (ligamentum pubovesicale)
(Snell, 2014).
 Ligamentum Sacrocervicale
Ligamentum sacrocervicale terdiri atas dua pita
fibromuskular kuat fascia pelvis yang berjalan menuju ke
cervix dan ujung atas vagina dari ujung bawah sacrum.
Ligamentum ini membentuk dua rigi, masing- masing
pada kanan dan kiri excavatio rectouterina (cavum
Douglasi) (Snell, 2014).
 Ligamentum Latum
Ligamentum latum dan ligamentum teres uteri
merupakan struktur yang longgar, dan uterus dapat tertarik
ke atas atau terdorong ke bawah untuk jarak yang cukup

19
jauh sebelum kedua ligamentum ini menjadi tegang. Di
klinik, kedua ligamentum ini kurang berperan dalam
menyokong uterus (Snell, 2014).
 Ligamentum Teres Uteri
Ligamentum teres uteri, yang merupakan sisa
setengah bagian bawah gubernaculum, terbentang dari
sudut superolateral uterus, melewati anulus inguinalis
profundus, dan canalis inguinalis, menuju ke jaringan
subcutan labium majus. Ligamentum ini membantu
mempertahankan uterus dalam posisi anteversi (miring ke
depan) dan antefleksi (melengkung ke depan), tetapi
sangat teregang selama kehamilan (Snell, 2014).
e. Uterus pada Anak-Anak
Fundus dan corpus uteri tetap kecil sampai pubertas,
kemudian membesar dengan cepat karena pengaruh hormon
estrogen yang disekresi oleh ovarium (Snell, 2014).
f. Uterus Setelah Menopause
Setelah menopause, uterus mengalami atrofi, menjadi
kecil, dan kurang vaskular. Perubahan ini terjadi karena
ovarium tidak lagi menghasilkan estrogen dan progesteron
(Snell, 2014).

D. Vagina
Lokasi dan Deskripsi
Vagina adalah saluran otot yang terbentang ke atas dan
belakang dari vulva ke uterus. Panjang vagina lebih kurang 3 inci
(8 cm) dan mempunyai dinding anterior dan posterior, yang dalam
keadaan normal terletak berhadapan (Snell, 2014).
Pada ujung atasnya dinding anterior ditembus oleh cervix, yang
menonjol ke bawah dan belakang vagina. Perlu diingat bahwa
setengah bagian atas vagina terletak di atas dasar panggul dan
setengah bagian bawah terletak di dalam perineum. Daerah lumen

20
vagina yang mengelilingi cervix dibagi atas empat daerah atau
fornix: fornix anterior, posterior, lateralis dexter, dan lateralis
sinister. Orificum vaginae pada perempuan yang masih perawan
mempunyai selapis tipis lipatan mucosa disebut hymen, yang
mempunyai lubang ditengahnya. Setelah melahirkan biasanya
hymen hanya tinggal rumbai-rumbai (Snell, 2014).
Batas-Batas
 Ke anterior: Di atas vagina berdekatan dengan vesica urinaria
dan di bawah berdekatan dengan urethra. Ke posterior: Dua
pertiga bagian atas vagina berdekatan dengan excavatio
rectouterina (cavum Douglasi) dan sepertiga bagian tengah
dengan ampulla recti. Sepertiga bagian bawah berdekatan
dengan corpus perineale, yang memisahkan vagina dari canalis
analis (Snell, 2014).
 Ke lateral: Pada bagian atas, vagina berbatasan dengan ureter;
bagian tengah berbatasan dengan serabut-serabut anterior
musculus levator ani, pada waktu serabut serabut ini berjalan ke
belakang menuju corpus perineale dan melengkung di sekitar
junctura anorectalis. Kontraksi serabut musculus levator ani
menekan dinding vagina satu dengan yang lain. Pada bagian
bawah, vagina berbatasan dengan diaphragma urogenitale dan
bulbus vestibuli (Snell, 2014).
Vaskularisasi
 Arteri
Arteria vaginalis, cabang dari arteria iliaca interna dan
ramus vaginalis arteriae uterinae (Snell, 2014).
 Vena
Vena vaginae membentuk sebuah plexus venosus di
sekeliling vagina dan bermuara ke vena iliaca interna (Snell,
2014).

21
Aliran Limfe
Pembuluh limfe dari sepertiga bagian atas vagina bermuara ke nodi
iliaci externi dan interni, dari sepertiga bagian tengah vagina ke
nodi iliaci intemi, dan dari sepertiga bagian bawah vagina ke nodi
inguinales superficiales (Snell, 2014).
Innervasi
Nervus yang mensarafi vagina berasal dari plexus hypogastricus
inferior (Snell, 2014).
Penyokong Vagina
 Bagian atas vagina disokong oleh musculus levator ani dan
ligamentum transversum cervicis, pubocervicale, dan sacro
cervicale. Struktur-struktur ini dilekatkan ke dinding vagina oleh
fascia pelvis Bagian tengah vagina disokong oleh diaphragma
urogenital (Snell, 2014).
 Bagian bawah vagina, terutama dinding posterior disokong
oleh corpus perineal (Snell, 2014).

2.3. Definisi Remaja


Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari
bahasa Latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesunguhnya
memiliki arti yang luas, mencangkup kematangan mental, emosional, sosial, dan
fisik (Hurlock, 1991 dalam Ali dan Asorori, 2014).
WHO (dalam Sarwono, 2011) mendefinisikan remaja lebih bersifat
konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi,
dengan batasan usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap definisi tersebut
berbunyi sebagai berikut:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.

22
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
2.4. Perkembangan Pada Remaja
Perkembangan yang terjadi pada remaja meliputi : perkembangan fisik,
perubahan emosional, perubahan sosial, perubahan moral dan perubahan
kepribadian (Hurlock, 1999). Masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung
sangat pesat. Perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu
ciri seks primer dan ciri seks sekunder (Al-Mighwar, 2011).
Menurut Depkes RI (2002), ciri-ciri seksualitas primer pada remaja
dibedakan atas jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Remaja laki- laki
ditandai dengan telah berfungsinya organ reproduksi yakni dengan adanya
mimpi basah yang umumnya terjadi pada usia 10-15 tahun. Hal ini terjadi
akibat organ testis telah mulai memproduksi sperma. Sperma yang telah
dikeluarkan jika kantungnya telah penuh sementara pada remaja putri ditandai
dengan adanya peristiwa menstruasi (menarche). Menstruasi pertama ini
menandakan bahwa remaja putri sudah siap untuk hamil (Depkes RI, 2002).
Menurut Clark Country School District (CCSD) tahun 2010, ciri-ciri
seks sekunder pada remaja dibedakan atas jenis kelamin yaitu laki-laki dan
perempuan. Remaja laki- laki ditandai dengan berubahnya otot-otot tubuh,
lengan, dada, paha dan kaki tumbuh menjadi kuat. Di sekitar daerah alat
kelamin tumbuh rambut yang mulanya hanya sedikit dan halus berwarna
terang lalu menjadi gelap lebih kasar dan agak kering, juga tumbuh bulu pada
betis dan dada. Terjadi perubahan suara, kulit menjadi lebih kasar dan pori-pori
meluas sedangkan pada remaja putri ditandai dengan membesarnya pinggul,
buah dada dan putting susu semakin tampak menonjol. Tumbuh rambut
dikemaluan, ketiak, lengan dan kaki serta kulit wajah. Terjadinya perubahan
suara dari suara kanak-kanak menjadi lebih merdu (melodious). Kelenjar
keringat lebih aktif, kulit menjadi lebih kasar dan pori-pori bertambah besar.
Perkembangan pada remaja yang kedua adalah perubahan emosional.
Masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, yaitu suatu masa
dimana ketegangan emosi meninggi, sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kelenjar. Emosi remaja yang sangat kuat, tidak terkendali dan tampak irasional

23
pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosional.
remaja seringkali mudah ramah, mudah dirangsang dan emosinya cenderung
meledak tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Remaja tidak lagi
mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak,
melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara keras
mengkritik orang-orang yang menyebabkan amarah. Remaja juga iri hati
terhadap orang yang memiliki benda lebih banyak (Hurlock, 2008).
Perkembangan pada remaja yang ketiga adalah perubahan sosial. Salah
satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah berhubungan
dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan
jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus
menyesuaikan dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah.
Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja juga harus
membuat banyak penyesuaian baru yaitu penyesuaian diri dengan pengaruh
kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, nilai-nilai baru dalam
seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan
sosial serta nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 2008).
Perkembangan yang terjadi pada remaja keempat adalah perubahan
moral. Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja
adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dan kemudian mau
membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus
dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami
waktu anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang
berlaku khusus dimasa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum
dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai
pedoman bagi perilakunya (Hurlock, 2008).
Perkembangan pada remaja yang terakhir adalah perubahan kepribadian.
Masa awal remaja, anak laki-laki dan perempuan sudah menyadari sifat-sifat
yang baik dan yang buruk mereka juga menilai sifat- sifat ini sesuai dengan
sifat teman-teman mereka. Remaja sadar akan peran kepribadian dalam
hubungan-hubungan sosial dan terdorong untuk memperbaiki kepribadiannya

24
dengan cara membaca buku-buku atau tulisan-tulisan mengenai masalahnya
dengan harapan meningkatkan dukungan sosial (Hurlock, 2008).

2.5. Ciri-Ciri Umum Masa Remaja


Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Remaja
pada masa ini mengalami masa pubertas yaitu terjadinya pertumbuhan yang cepat,
timbul ciri-ciri seks sekunder, dan tercapai fertilitas (Sarwono, 2011).
Menurut Al-Migwar (2011) menyimpulkan dari berbagai pendapat, ciri-
ciri masa remaja yaitu:
1. Masa yang Penting
Semua periode dalam rentang kehidupan memang penting, tetapi ada
perbedaan dalam tingkat kepentingan. Adanya akibat yang langsung
terhadap sikap dan tingkah laku serta akibat-akibat jangka panjangnya
menjadikan periode remaja lebih penting daripada periode lainnya. Baik
akibat langsung maupun akibat angka panjang sama pentingnya bagi
remaja dikarenakan adanya akibat fisik dan akibat psikologis.
2. Masa Transisi
Transisi merupakan tahap peralihan dari satu tahap perkembangan ke
tahap berikutnya. Jika seorang anak beralih dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa, ia harus meninggalkan segala hal yang bersifat kekanak-
kanakan dan mempelajari pola tingkah laku dan sikap yang baru. Pada
setiap periode transisi, tampak ketidakjelasan status dan munculnya
keraguan terhadap peran yang harus dimainkannya. Pada masa ini,
remaja bukan lagi seorang anak dan bukan juga seorang dewasa. Di sisi
lain, ketidakjelasan status itu juga menguntungkan karena memberi
peluang kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan
menentukan pola tingkah laku, nilai, dan sifat, yang paling relevan
dengannya.
3. Masa Perubahan
Selama masa remaja, tingkat perubahan sikap dan perilaku sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Ketika perubahan fisik terjadi secara
pesat selama masa awal remaja, perubahan perilaku dan sikap juga

25
berlangsung pesat. Bila terjadi penurunan fisik, penurunan juga akan
terjadi pada perubahan sikap dan tingkah laku. Perubahan yang terjadi
pada masa remaja memang beragam, tetapi ada empat perubahan yang
terjadi pada semua remaja.
a. Emosi yang tinggi. Intensitas emosi bergantung pada tingkat
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Sebab pada awal masa
remaja, perubahan emosi terjadi lebih cepat
b. Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh
sekelompok sosial menimbulkan masalah baru. Dibandingkan
dengan masalah yang dihadapi sebelumnya, remaja awal tampaknya
mengalami masalah yang lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan.
c. Perubahan nilai-nilai sebagai konsekuensi perubahan minat dan pola
tingkah laku. Setelah hampir dewasa, remaja tidak lagi menganggap
penting segala apa yang dianggapnya penting pada masa kanak-
kanak.
d. Bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Remaja
menghendaki dan menuntut kebebasan, tetapi sering takut
bertanggung jawab akan risikonya dan peragukan kemampuannya
untuk mengatasinya.
4. Masa Bermasalah
Meskipun setiap periode memiliki masalah sendiri, masalah remaja
termasuk masalah yang sulit diatasi, baik laki-laki maupun perempuan.
Alasan dikarenakan pertama, sebagian masalah yang terjadi selama masa
kanak-kanak diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga mayoritas
remaja tidak berpengalaman dalam mengatasinya. Kedua, sebagian remaja
sudah merasa mandiri sehingga menolak bantuan orang tua dan guru. Ia
ingin mengatasi masalahnya sendiri.
5. Masa Pencarian identitas
Penyesuaian diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting
bagi remaja dari pada individualistis. Bagi remaja, penyesuaian diri
dengan kelompok pada tahun-tahun awal masa remaja adalah penting.
Secara bertahap remaja mulai mengharapkan identitas diri dan tidak lagi

26
merasa puas dengan adanya kesamaan dalam segala hal dengan teman-
teman sebayanya, banyak cara yang dilakukan remaja untuk menunjukan
identitas, antara lain penggunaan simbol-simbol status dalam bentuk
kendaraan, pakaian, dan pemilikan barang-barang lain yang mudah dilihat.
6. Masa Munculnya Ketakutan
Banyak yang beranggapan bahwa popularitas mempunyai arti yang
bernilai dan sayangnya, banyak diantaranya yang bersifat negatif.
Persepsi negatif terhadap remaja seperti tidak dapat dipercaya, cenderung
merusak dan berperilaku merusak, mengindikasi pentingnya bimbingan
dan pengawasan orang dewasa, demikian pula, terhadap kehidupan remaja
muda yang cenderung tidak simpatik dan takut bertanggung jawab.
Konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri juga dipengaruhi
oleh sterotip popular. Sterotip juga berfungsi sebagai cermin yang
ditegakan masyarakat bagi remaja, yang mengambarkan citra diri remaja
sendiri, yang lambat laun dianggap sebagai gambaran ini.
7. Masa Remaja yang Tidak Realistik
Remaja cendrung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang
ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.
Tidak hanya berakibat pada dirinya sendiri bahkan bagi keluarga dan
teman-temannya, cita-cita yang tidak realistik ini berakibat pada tingginya
emosi yang merupakan awal masa remaja, semakin tidak realistik cita-
citanya, semakin tinggi kemaharannya. Bila orang lain mengecewakannya
atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkan ia akan sakit
hati dan kecewa.
8. Masa Menuju Masa Dewasa
Saat usia kematangan kian dekat, para remaja merasa gelisah untuk
meninggalkan stereotip usia belasan tahun yang indah di satu sistim dan
harus bersiap-siap menuju usia dewasa di sisi lainnya. Kegelisahan itu
timbul akibat kebimbangan tentang bagaimana meninggalkan masa remaja
dan bagaimana pula memasuki masa dewasa. Remaja mencari-cari sikap
yang dipandangnya pantas untuk itu.

27
2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Seksual Sekunder
Perkembangan seksual sekunder dipengaruhi oleh faktor endogen dan
faktor eksogen. Faktor endogen antara lain genetik, dan hormonal sedangkan
faktor eksogen antara lain status gizi, lingkungan, media massa, sosial
ekonomi, dan derajat kesehatan secara keseluruhan. Faktor yang sangat
berpengaruh terhadap perkembangan seksual sekunder adalah hormon yang di
hasilkan oleh kelenjar hipotalamus, pituitary, dan ovarium (Puryatni, 2002).
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik individu:
1. Faktor Internal
a. Sifat jasmaniah yang diwariskan orang tuanya
Anak cenderung lebih tinggi dari anak lainnnya jika ayah dan
ibunya atau kakeknya bertubuh tinggi dan begitu sebaliknya
b. Kematangan
Pertumbuhan fisik seolah-olah sudah direncanakan oleh faktor
kematangan. Meskipun anak itu diberi makanan bergizi , tetapi
kalau saat kematangan belum sampai, pertumbuhan itu tetap seperti
ditangguhkan.
(Jafar, 2015).
2. Faktor Eksternal
a. Kesehatan
Anak yang sering sakit-sakitan pertumbuhan fisiknya akan
terhambat, sebaliknya anak yang sehat akan lebih bagus
pertumbuhannya
b. Makanan
Anak yang kurang gizi pertumbuhannya akan terhambat,
sebaliknya yang cukup gizi pertumbuhannya akan lancar
c. Stimulasi lingkungan
Individu yang tubuhnya sering dilatih untuk meningkatkan
percepatan pertumbuhannya akan berbeda dengan yang tidak
mendapat latihan.
(Jafar, 2015).

28
Kondisi yang mempengaruhi fisik remaja
1. Pengaruh Keluarga
Meliputi faktor keturunan atau faktor lingkungan. Karena faktor
keturunan seorang anak tinggi dari anak lainnya, sehingga ia lebih berat
tubuh lainnnya jika ayah dan ibunya atau kakeknya bertubuh tinggi dan
begitu sebaliknya. Faktor lingkungan akan membantu menentukan
tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa orang
tuanya.
2. Gizi
Anak yang memiliki gizi cukup biasanya akan lebih tinggi dan sedikit
lebih cepat mencapai taraf dewasa dibandingkan dengan mereka yang
tidak mendapat gizi cukup.
3. Gangguan Emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan
terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan dan ini akan membawa
akibat berkurangnya hormon pembentukan di kelenjar pituitari. Bila hal
ini terjadi demikian pertumbuhan awal remaja terhambat dan tidak
tercapai berat tubuh yang seharusnya.
4. Jenis Kelamin
Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak
perempuan, kecuai pada usia 12-15 tahun. Anak perempuan biasanya
akan sedikit lebih tinggi dan berat dari anak laki-laki. Hal ini terjadi
karena bentuk tulang dan otot laki-laki berbeda dengan perempuan.
Anak perempuan lebih cepat kematangannya dari laki-laki.
5. Status Sosial Ekonomi
Umumnya anak yang berasal dari keluarga status ekonomi rendah
cenderung lebih kecil dari keluarga yang tingkat ekonomi tinggi.
6. Kesehatan
Anak yang sering sakit-sakitan pertumbuhan fisiknya akan terhambat,
sebaliknya anak yang sehat akan lebih bagus pertumbuhannya.
(Jafar, 2015)

29
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Nama Kegiatan


Tugas Pengenalan Profesi dengan judul “Identifikasi Perkembangan Seks
Sekunder Pada Remaja Putra dan Remaja Putri di SD Muhammadiyah 6
Palembang”

3.2 Lokasi Pelaksanaan


Tugas Pengenalan Profesi Blok XXI dilakukan di SD Muhammadiyah 6
Palembang. Jl. Kolonel H. Burlian No.1466, Ario Kemuning, Sukmajaya, Kota
Palembang, Sumatera Selatan.

3.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Tempat : SD Muhammadiyah 6 Palembang
Hari/ Tanggal :
Waktu :

3.4 Subyek Tugas Mandiri


Subyek pada tugas pengenalan profesi blok XXI ini adalah siswa/i SD
Muhammadiyah 6 Palembang

3.5 Alat dan Bahan


1. Alat tulis
2. Kamera
3. Alat rekam
4. Daftar wawancara
5. Checklist

30
3.6 Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan dilakukan observasi secara langsung tentang
perkembangan seks sekunder pada siswa/i SD Muhammadiyah 6 Palembang.

3.7 Langkah Kerja


1. Membuat proposal TPP
2. Konsultasi dengan pembimbing
3. Meminta surat persetujuan izin pelaksanaan TPP yang ditandatangani
pembimbing
4. Meminta surat pengantar TPP ketempat atau lokasi pada bagian
akademik, berdasarkan bukti surat persetujuan pembimbing
5. Melaksanakan TPP di SD 6 Muhammadiyah Palembang
6. Mencatat dan mengolah hasil TPP
7. Konsultasi dengan pembimbing
8. Membuat laporan TPP dan meminta tanda tangan pembimbing untuk
persetujuan pelaksanaan pleno TPP

31
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., & Asrori, M. 2014. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT Bumi Aksara. Hal 62-77.

Al-Migwar, M. 2011. Psikologi Remaja. Bandung : CV Pustaka Setia.

BKKBN. 2007. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta. Diunduh dari


http://ntb.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=713 pada 04
September 2018.

Badan Pusat Statistik (BPS), 2010. Sensus Penduduk Indonesia 2010. Diunduh
dari http ://sp2010.bps. go.id/. pada 04 September 2018.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan, 2015. Jumlah Penduduk
Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin. Diunduh dari http
https://sumsel.bps.go.id/dynamictable/2017/07/10/285/jumlah-penduduk-
menurut-kelompok-umur-dan-jenis-kelamin-2015.html/. pada 04
September 2018.

Clark Country School District (CCSD). 2010. Fifth Grade Human Growth
And Development. NRS section 389.065 Courses Of Study. Hal 10-17

Hurlock, E. B. 2008. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang. Kehidupan, Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Jafar, N. 2015. Pertumbuhan Remaja. Proogram Studi Ilmu Gizi Univeritas


Hasanuddin. Diakses 4 september 2018.

Kementerian Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi. 2014. Situasi Kesehatan
Reproduksi Remaja. Diunduh dari ://www.depkes.go.id/resources/
download/pusdatin/infodatin/infodatin%20 reproduksi%20remaja-ed.pdf
pada 04 September 2018.

Puryatni, A. 2002. Pola Perkembangan Seksual Sekunder Pada Remaja Putri


Sekolah Dasar di Kotamadya Jogjakarta. http://download.portalgaruda.org
Diakses pada tanggal 5 Oktober 2017.

Rachimhadhi, T. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo. Hal 115-120.

Sarwono. S.W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Sherwood. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. Hal 186.

Snell, Richard S. 2011. Anatomi Klinik Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC. Hal
626-636.

32
Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Anak. Surabaya: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

World Health Organization (WHO). 2015, ‘Adolescent Development: Topics at


Glance’, diunduh dari dari://www.who.int/maternal_child_adolescent/
topics/adolescence/dev/en/ pada 04 September 2018.

33
Tabel 1. Ciri Seks Sekunder Siswa

No Ciri Seks Sekunder Iya Tidak


1 Kulit lebih kasar dan berpori
2 Otot – otot tubuh lebih kuat
3 Tumbuh rambut di sekitar
kelamin dan ketiak

4 Tumbuh bulu pada betis dan dada


5 Perubahan suara menjadi lebih
berat
6 Timbul jakun
7 Alat reproduksi (penis dan testis
membesar, skrotum menjadi
gelap)
8 Keluar lendir dari penis
9 Mimpi basah

Sumber : Clark Country School District (CCSD). 2010.

Tabel 2. Ciri Seks Sekunder Siswi

No Ciri Seks Sekunder Iya Tidak


1 Pinggul menjadi lebih besar
2 Kelenjar keringat lebih aktif
3 Tumbuh rambut di sekitar
kelamin kemudian menjadi
keriting
4 Tumbuh bulu di ketiak
5 Pertambahan tinggi badan yang
cepat
6 Pembesaran payudara dan timbul
putting
7 Pengeluaran sekret dari vagina
8 Menstruasi
Sumber : Clark Country School District (CCSD). 2010.

34
4.2 Pembahasan

35

Anda mungkin juga menyukai