Anda di halaman 1dari 9

Jenis-jenis majas

1. Majas perbandingan

Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.

Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang
sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika
bertemu dengan laut.

Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.

Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya.

Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung,
seperti layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.

Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa
saja.

Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang
sama atau hampir sama.

Contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri.

Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk
hal yang bukan manusia.

Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra
lainnya.

Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang berbau manis. (Bau:
indera penciuman, Manis: indera pengecapan)

Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.

Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.

Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau
atribut.

Contoh: Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum)

Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.

Contoh: Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Otok kian terkesima.

Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.

Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.

Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk
akal.
Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.

Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang
bukan manusia.

Contoh: Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku.

Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.

Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.

Contoh:Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.

Totem pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.

Contoh: Indonesia bertanding voli melawan Thailand.

Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih
pantas atau dianggap halus.

Contoh: Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?

Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.

Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)

Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.

Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.

Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.

Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.

Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.

Contoh: Kita bermain ke Ina. (Dalam hal ini, 'Ina' menjadi perwakilan dari lokasi 'rumah milik Ina'.)

Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.

Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.

Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.

2. Majas sindiran

Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.

Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.

Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.

Contoh : Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar otak udang isi kepalamu!
Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih
kasar dari ironi).

Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?

Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan
gagasan, kebiasaan, dll.

Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

3. Majas penegasan

Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.

Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang
sebenarnya tidak diperlukan.

Contoh: Saya naik tangga ke atas.

Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.

Contoh : Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.

Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.

Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.

Contoh: Dengar daku. Dadaku disapu.

Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.

Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.

Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.

Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)

Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.

Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat
kepada hal yang kompleks/lebih penting.

Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju ke TPS
untuk memenuhi hak suara mereka.

Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun
kepada hal yang sederhana/kurang penting.

Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.

Contoh: Dikejar oleh Anna kupu-kupu itu dengan begitu gembira.

Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya
ada.

Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan
maksud yang sesungguhnya.

Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.

Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.

Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.

Eksklamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.

Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.

Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.

Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.

Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.

Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu
konstruksi sintaksis.

Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang
kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.

4. Majas pertentangan

Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya
keduanya benar.

Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa.

Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.

Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.

Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.
A. Majas Perbandingan
Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan
juga pengaruhnya terhadap pendengar ataupun pembaca. Ditinjau atau dilihat dari cara pengambilan
perbandingannya, Majas Perbandingan terbagi atas :

1) Asosiasi atau Perumpamaan


Majas asosiasi atau perumpamaan adalah perbandingan terhadap dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi
sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai, bagaikan, seumpama, seperti, dan
laksana. Berikut ini Espilen Blog sampaikan contoh majas asosiasi :
Contoh :
 Semangatnya keras bagaikan baja.
 Mukanya pucat bagai mayat.
 Wajahnya kuning bersinar bagai bulan purnama

2) Metafora
Metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan
analogis. Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan
yang berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya tulang punggung dalam kalimat pemuda adalah
tulang punggung negara. Contoh majas metafora seperti berikut ini.
Contoh:
 Engkau belahan jantung hatiku sayangku. (sangat penting)
 Raja siang keluar dari ufuk timur
 Jonathan adalah bintang kelas dunia.
 Harta karunku (sangat berharga)
 Dia dianggap anak emas majikannya.
 Perpustakaan adalah gudang ilmu.

3) Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat
seperti manusia.
Contoh:
 Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk.
 Ombak berkejar-kejaran ke tepi pantai.
 Peluit wasit menjerit panjang menandai akhir dari pertandingan tersebut.

4) Alegori
Alegori adalah Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Alegori: majas perbandingan yang bertautan satu dan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh.
Contoh: Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi
Alegori biasanya berbentuk cerita yang penuh dengan simbol-simbol bermuatan moral.
Contoh:
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit
ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu
dengan laut.
5) Simbolik
Simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan
mempergunakan benda, binatang, atau tumbuhan sebagai simbol atau lambang.
Contoh:
 Ia terkenal sebagai buaya darat.
 Rumah itu hangus dilalap si jago merah.
 Bunglon, lambang orang yang tak berpendirian
 Melati, lambang kesucian
 Teratai, lambang pengabdian

6) Metonimia
Metonimia adalah majas yang menggunakan ciri atau lebel dari sebuah benda untuk menggantikan benda
tersebut.Pengungkapan tersebut berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau
atribut.
Contoh:
 Di kantongnya selalu terselib gudang garam. (maksudnya rokok gudang garam)
 Setiap pagi Ayah selalu menghirup kapal api. (maksudnya kopi kapal api)
 Ayah pulang dari luar negeri naik garuda (maksudnya pesawat)

7) Sinekdok
Sinekdok adalah majas yang menyebutkan bagian untuk menggantikan benda secara keseluruhan atau
sebaliknya. Majas sinekdokhe terdiri atas dua bentuk berikut.
a) Pars pro toto, yaitu menyebutkan sebagian untuk keseluruhan.
Contoh:
(a) Hingga detik ini ia belum kelihatan batang hidungnya.
(b) Per kepala mendapat Rp. 300.000.
b) Totem pro parte, yaitu menyebutkan keseluruhan untuk sebagian.
Contoh:
(a) Dalam pertandingan final bulu tangkis Rt.03 melawan Rt. 07.
(b) Indonesia akan memilih idolanya malam nanti.

8. Simile
Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti
layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai".
Contoh:
Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.

B. Majas Pertentangan
Majas Pertentangan adalah “Kata-kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan yang dimaksudkan
sebenarnya oleh pembicara atau penulis dengan maksud untuk memperhebat atau meningkatkan kesan dan
pengaruhnya kepada pembaca atau pendengar”. Macam-macam Majas Pertentangan dibedakan menjadi berikut.

1) Antitesis
Antitesis adalah majas yang mempergunakan pasangan kata yang berlawanan artinya.
Contoh:
a) Tua muda, besar kecil, ikut meramaikan festival itu.
b) Miskin kaya, cantik buruk sama saja di mata Tuhan.

2) Paradoks
Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan antara pernyataan dan fakta yang ada.
Contoh;
a) Aku merasa sendirian di tengah kota Jakarta yang ramai ini.
b) Hatiku merintih di tengah hingar bingar pesta yang sedang berlangsung ini.

3) Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dari kenyataannya dengan maksud
memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian.
Contoh:
a) Suaranya menggelegar membelah angkasa.
b) Tubuhnya tinggal kulit pembalut tulang.

4) Litotes
Litotes adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan cara yang berlawanan dari kenyataannya dengan
mengecilkan atau menguranginya. Tujuannya untuk merendahkan diri.
Contoh:
a) Makanlah seadanya hanya dengan nasi dan air putih saja.
b) Mengapa kamu bertanya pada orang yang bodoh seperti saya
ini?

C. Majas Penegasan
Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan penegasan untuk meningkatkan kesan dan
pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”.Majas penegasan terdiri atas tujuh bentuk berikut.

1) Pleonasme
Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud menegaskan arti suatu
kata.
Contoh:
a) Semua siswa yang di atas agar segera turun ke bawah.
b) Mereka mendongak ke atas menyaksikan pertunjukan pesawat tempur.

2) Repetisi
Repetisi adalah majas perulangan kata-kata sebagai penegasan.
Contoh:
a) Dialah yang kutunggu, dialah yang kunanti, dialah yang kuharap.
b) Marilah kita sambut pahlawan kita, marilah kita sambut idola kita, marilah kita sambut putra bangsa.

3) Paralelisme
Paralelisme adalah majas perulangan yang biasanya ada di dalam puisi.
Contoh:
Cinta adalah pengertian
Cinta adalah kesetiaan
Cinta adalah rela berkorban

4) Tautologi
Tautologi adalah majas penegasan dengan mengulang beberapa kali sebuah kata dalam sebuah kalimat dengan
maksud menegaskan. Kadang pengulangan itu menggunakan kata bersinonim.
Contoh:
a) Bukan, bukan, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin bertukar pikiran saja.
b) Seharusnya sebagai sahabat kita hidup rukun, akur, dan bersaudara.

5) Klimaks
Klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal secara berturut-turut dan makin lama makin meningkat.
Contoh:
a) Semua pihak mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang tua pun mengikuti lomba Agustusan.
b) Ketua RT, RW, Kepala Desa, Gubernur, bahkan Presiden sekalipun tidak mempunyai berhak untuk
mengurusi hal pribadi seseorang.

6) Antiklimaks
Antiklimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal secara berturut-turut yang makin lama semakin
menurun.
a) Kepala sekolah, guru, staff sekolah, dan siswa juga hadir dalam pesta perayaan kelulusan itu.
b) Di kota dan desa hingga pelosok kampung semua orang merayakan HUT RI ke -62.

7) Retorik
Retorik adalah majas yang berupa kalimat tanya namun tak memerlukan jawaban. Tujuannya memberikan
penegasan, sindiran, atau menggugah.
Contoh:
a) Kata siapa cita-cita bisa didapat cukup dengan sekolah formal saja?
b) Apakah ini orang yang selama ini kamu bangga-banggakan ?

D. Majas Sindiran
Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan sindiran untuk meningkatkan kesan dan
pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”. Majas sindirian dibagi menjadi:

1) Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan hal yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir seseorang.
Contoh:
a) Ini baru namana siswa teladan, setiap hari selalu pulang malam.
b) Bagus sekali tulisanmu, saking bagusnya sampai tidak dapat Aku baca.

2) Sinisme
Sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung kepada orang lain
Contoh :
a) Perkataanmu tadi sangat menyebalkan, tidak pantas diucapkan oleh orang terpelajar seperti dirimu.
b) Lama-lama aku bisa jadi gila melihat tingkah lakumu yang tidak wajar itu.

3) Sarkasme
Sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar. Majas ini biasanya diucapkan oleh orang yang sedang
marah.
Contoh:
a) Mau muntah aku melihat wajahmu, pergi kamu!
b) Dasar kerbau dungu, kerja begini saja tidak becus!

Anda mungkin juga menyukai