PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Melihat kegiatan bisnis yang jumlah transaksinya ratusan setiap hari tidak mungkin
dihindari terjadinya sengketa antar pihak yang terlibat. Setiap jenis sengketa yang terjadi
selalu menutut pemecahan dan penyelsaian yang cepat. Makin banyak dan luas kegiatan
perdagangan frekuensi terjadi sengketa makin tinggi. Ini berarti makin banyak sengketa harus
diselsaikan. Membiarkan sengketa dagang terlambat diselsaikan akan mengakibatkan
perkembangan pembangunan tidak efisien, produktifitas menurun, dunia bisnis mengalami
kemandulan dan biaya produksi meningkat. Konsumen adalah pihak yang paling dirugikan,
disamping itu peningkatan kesejahteraan dan kemajuan sosial kaum pekerja juga terhambat
Kalaupun akhirnya hubungan bisnis ternyata menimbulkan sengketa di antara para pihak
yang terlibat, peranan penasihat hukum dalam menyelsaikan sengketa itu dihadapkan pada
alternative. Secara konvensional, penyelsaian sengketa biasanya dilakukan secara litigasi atau
penyelsaian senngketa dimuka pengadilan. Dalam keadaan demikian, posisi para pihak yang
bersengketa sangat antagonistis (saling berlawanan satu sama lain). Penyelsaian sengketa
bisnis model ini tidak direkomendasikan. Kalaupun akhirnya ditempuh, penyelesaian itu
semata-matasebagai jalan terakhir (ultimatum remedium) setelah alternatif lain diniali tidak
membuahkan hasil. Proses penyelesaian sengketa yang membutuhkan waktu yang lama
mengakibatkan perusahaan atau para pihak yang bersengketa mengalami ketidakpastian. Cara
penyelsaian seperti itu tidak diterima dunia binis melalui lembaga peradilan tidak selalu
menguntungkan secara adil bagi kepentingan para pihak yang bersengketa. Sehubungan
dengan itu perlu dicari dan dipikirkan cara dan sistem penyelsaian sengketa yang cepat,
efektif dan efisien. Untuk itu harus dibina dan diwujudkan suatu sistem penyelesaian
sengketa yang dapat menyesuaikan diri dengan laju perkembangan perekonomian dan
perdagangan di masa datang. Dalam menghadapi liberalisasi perdagangan harus ada lembaga
yang dapat diterima dunia bisnis dan memiliki kemampuan sistem menyelsaikan sengketa
dengan cepat dan biaya murah. Di samping model penyelesaian sengketa konvensional secara
konvensional melalui litigasi sistem peradilan, dalam praktik di Indonesia dikenalkan pula
model yang relatif baru. Model arbitrase penyelesaian sengketa secara non-litigasi.
Penyelesaian sengketa secara litigasi tetap dipergunakan manakala penyelesaian secara
nonlitigasi tersebut tidak membua hkan hasil. Jadi penggunaan Arbritase adalah sebagai salah
1
satu mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan dengan mepertimbangkan segala
bentuk efesiensinya dan untuk tujuan masa yang akan datang sekaligus menguntungkan bagi
para pihak yang bersengketa.
B. TUJUAN PENULISAN
Untuk memberi pedoman bagi mahasiwa/I tentang penyelesaian sengketa bisnis, agar
para mahasiwa/I fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Sumatera Utara dapat mencapai
atau mengerti tentang masalah-masalah dan apa saja penyelesaian sengketa bisnis itu dan
bagaimana cara penyelesaiannya.
C. MANFAAT PENULISAN
Manfaat Teoritis:
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam dunia pendidikan, khususnya
dalam Karya tulis ilmiah dalam rangka mengembangkan khasanah ilmiah. Selain itu,
penelitian ini juga dapat diharapkan menambah perbendaharaan berbagai istilah dan
penyelesaian sengketa bisnis dengan jalan alternative.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. SENGKETA BISNIS
Menurut Winardi, Pertentangan atau konflik yang terjadi antara individu – individu atau
kelompok – kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu
objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dngan yang lain.
Menurut Ali Achmad, sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang
berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepemilikan atau hak milik yang dapat
menimbulkan akibat hukum antara keduanya.
Dari pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa Sengketa adalah perilaku pertentangan
antara kedua orang atua lembaga atau lebih yang menimbulkan suatu akibat hukum dan
karenanya dapat diberikan sanksi hukum bagi salah satu diantara keduanya. Pertumbuhan
ekonomi yang pesat dan kompleks melahirkan berbagai macam bentuk kerja sama bisnis.
mengingat kegiatan bisnis yang semakin meningkat, maka tidak mungkin dihindari terjadinya
sengketa diantara para pihak yang terlibat. Sengketa muncul dikarenakan berbagai alasan dna
masalah yang melatar belakanginya, terutama karena adanya conflict of interest diantara para
pihak. Sengketa yang timbul diantara para pihak yang terlibat dalam berbagai macam
kegiatan bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa bisnis.
Secara rinci sengketa bisnis. Secara rinci sengketa bisnis dapat berupa sengketa
sebagai berikut :
1. Sengketa perniagaan
2. Sengketa perbankan
3
3. Sengketa Keuangan
5. Sengketa Perindustrian
6. Sengketa HKI
7. Sengketa Konsumen
8. Sengketa Kontrak
9. Sengketa pekerjaan
4
B. PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF (ADR)
1. Negosiasi (Negotiation)
a. Pengertian Negosiasi :
Proses yang melibatkan upaya seseorang untuk mengubah (atau tak mengubah) sikap
dan perilaku orang lain.Proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan
timbal balik dari pihak-pihak tertentu dengan sikap, sudut pandang, dan kepentingan-
kepentingan yang berbeda satu dengan yang lain.Negosiasi adalah suatu bentuk pertemuan
antara dua pihak: pihak kita dan pihal lawan dimana kedua belah pihak bersama-sama
mencari hasil yang baik, demi kepentingan kedua pihak.
c. Ketrampilan Negosiasi:
a. Mampu melakukan empati dan mengambil kejadian seperti pihak lain mengamatinya.
b. Mampu menunjukkan faedah dari usulan pihak lain sehingga pihak-pihak yang terlibat
dalam negosiasi bersedia mengubah pendiriannya.
c. Mampu mengatasi stres dan menyesuaikan diri dengan situasi yang tak pasti dan
tuntutan di luar perhitungan.
d. Mampu mengungkapkan gagasan sedemikian rupa sehingga pihak lain akan
memahami sepenuhnya gagasan yang diajukan.
e. Cepat memahami latar belakang budaya pihak lain dan berusaha menyesuaikan diri
dengan keinginan pihak lain untuk mengurangi kendala.
5
d. Fungsi Informasi dan Lobi dalam Negosiasi
(1) Informasi memegang peran sangat penting. Pihak yang lebih banyak memiliki informasi
biasanya berada dalam posisi yang lebih menguntungkan.
(2) Dampak dari gagasan yang disepakati dan yang akan ditawarkan sebaiknya
dipertimbangkan lebih dulu.
(3) Jika proses negosiasi terhambat karena adanya hiden agenda dari salah satu/ kedua
pihak, maka lobyingdapat dipilih untuk menggali hiden agenda yang ada sehingga negosiasi
dapat berjalan lagi dengan gagasan yang lebih terbuka.
2. Mediasi
a. Pengertian Mediasi:
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat
para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses mediasi adalah perundingan yang
esensinya sama dengan proses musyawarah atau konsensus. Sesuai dengan hakikat
perundingan atau musyawarah atau konsensus, maka tidak boleh ada paksaan untuk
menerima atau menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi
berlangsung. Segala sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak.
6
c. Mediator
Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna
mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus
atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri-ciri penting dari mediator adalah :
1. netral
2. membantu para pihak
3. tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.
Jadi, peran mediator hanyalah membantu para pihak dengan cara tidak memutus atau
memaksakan pandangan atau penilaiannya atas masalah-masalah selama proses mediasi
berlangsung kepada para pihak.
4. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan
mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak.
Daftar Mediator
Demi kenyamanan para pihak dalam menempuh proses mediasi, mereka berhak untuk
memilih mediator yang akan membantu menyelesaikan sengketa.
7
nama dan disertai dengan latar belakang pendidikan atau pengalaman dari
para mediator.
2. Ketua Pengadilan menempatkan nama-nama hakim yang telah memiliki
sertifikat dalam daftar mediator.
3. Jika dalam wilayah pengadilan yang bersangkutan tidak ada hakim dan
bukan hakim yang bersertifikat, semua hakim pada pengadilanyang
bersangkutan dapat ditempatkan dalam daftar mediator.
4. Kalangan bukan hakim yang bersertifikat dapat mengajukan permohonan
kepada ketua pengadilan agar namanya ditempatkan dalam daftar
mediator pada pengadilan yang bersangkutan
5. Setelah memeriksa dan memastikan keabsahan sertifikat, Ketua
Pengadilan menempatkan nama pemohon dalam daftar mediator.
6. Ketua Pengadilan setiap tahun mengevaluasi dan memperbarui daftar
mediator.
7. Ketua Pengadilan berwenang mengeluarkan nama mediator dari daftar
mediator berdasarkan alasan-alasan objektif, antara lain karena mutasi
tugas, berhalangan tetap, ketidakaktifan setelah penugasan dan
pelanggaran atas pedoman perilaku.
Honorarium Mediator
3. Arbitrase
a. Pengertian Arbitrase
Istilah arbitrase berasal dari kata “Arbitrare” (bahasa Latin) yang berarti “kekuasaan untuk
menyelesaikan sesuatu perkara menurut kebijaksanaan”.
1. Asas kesepakatan, artinya kesepakatan para pihak untuk menunjuk seorang atau beberapa
oramg arbiter.
8
2. Asas musyawarah, yaitu setiap perselisihan diupayakan untuk diselesaikan secara
musyawarah, baik antara arbiter dengan para pihak maupun antara arbiter itu sendiri;
4. Asa final and binding, yaitu suatu putusan arbitrase bersifat puutusan akhir dan mengikat
yang tidak dapat dilanjutkan dengan upaya hukum lain, seperi banding atau kasasi. Asas ini
pada prinsipnya sudah disepakati oleh para pihak dalam klausa atau perjanjian arbitrase.
Sehubungan dengan asas-asas tersebut, tujuan arbitrase itu sendiri adalah untuk
menyelesaikan perselisihan dalam bidang perdagangan dan hak dikuasai sepenuhnya oleh
para pihak, dengan mengeluarkan suatu putusan yang cepat dan adil,Tanpa adanya formalitas
atau prosedur yang berbelit-belit yang dapat yang menghambat penyelisihan perselisihan.
Dalam dunia bisnis,banya pertimbangan yang melandasi para pelaku bisnis untuk memilih
arbitrase sebagai upaya penyelesaian perselisihan yang akan atau yang dihadapi.Namun
demikian,kadangkala pertimbangan mereka berbeda,baik ditinjau dari segi teoritis maupun
segi empiris atau kenyataan dilapangan.
Secara singkat sumber Hukum Arbitrase di Indonesia di atur dalam Pasal II Aturan Peralihan
UUD 1945. Yaitu, Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 menentukan bahwa “semua
peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut UUD
ini.” Demikian pula halnya dengan HIR yang diundang pada zaman Koloneal Hindia Belanda
masih tetap berlaku, karena hingga saat ini belum diadakan pengantinya yang baru sesuai
9
dengan Peraturan Peralihan UUD 1945 tersebut. dan juga dijelaskan dalam pasal 377 HIR,
yaitu:Pasal 377 HIR, Ketentuan mengenai arbitrase dalam HIR tercantum dalam Pasal 377
HIR atau Pasal 705 RBG yang menyatakan bahwa :
“Jika orang Indonesia atau orang Timur Asing menghendaki perselisihan mereka diputus oleh
juru pisah atau arbitrase maka mereka wajib memenuhi peraturan pengadilan yang berlaku
bagi orang Eropah”. Sebagaimana dijelaskan di atas, peraturan pengadilan yang berlaku bagi
Bangsa Eropah yang dimaksud Pasal 377 HIR ini adalah semua ketentuan tentang Acara
Perdata yang diatur dalam RV.
a. Adjudikatif
b. Konsensual/Kompromi
c. Quasi Adjudikatif
a. Litigasi
b. non Litigasi
10
merupakan mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan dan tidak menggunakan
pendekatan hukum formal.
1. Pengadilan Umum
2. Pengadilan Niaga
3. Arbitrase
4. Penyelesaian Sengketa Alternatif, melalui mekanisme :
a. Negosiasi
b. Mediasi
c. Konsiliasi
d. Konsultasi
e. Penilaian Ahli
E. PENGADILAN UMUM
F. PENGADILAN NIAGA
Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan umum
yang mempunyai kompetensi untuk memeriksa dan memutuskan Permohonan Pernyataan
Pailit dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan sengketa HAKI. Pengadilan
Niaga mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Prosesnya sangat formal, Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara
(hakim), Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan, Sifat keputusan memaksa dan
mengikat (coercive and binding), dan waktu singkat.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setiap sengketa, pertentangan atau tuntutan yang terjadi atau sehubungan dengan
perjanjian ini, atau wan prestasi, pengakhiran atau sah tidaknya perjanjian akan diselesaikan
melalui arbitrase sesuai dengan aturan-aturan UNCITRAL. Artinya ada atau tidaknya, sah
atau tidaknya klausul arbitrase, akan menentukan apakah suatu sengketa akan diselesaikan
lewat jalur arbitrase. Suatu hal yang sering terjadi dalam suatu sengketa adalah persepsi yang
berbeda atau salah mengerti berbagai masalah sehingga timbul persengketaan atau
perselisihan. Oleh karena itu, persengketaan tidak bisa di pisahakan dari kehidupan manusia.
Untuk itu harus dibina dan diwujudkan suatu sistem penyelesaian sengketa yang dapat
menyesuaikan diri dengan laju perkembangan perekonomian dan perdagangan di masa
datang, jadi kesimpulan nya dalam kegiatan bisnis akan kita hadapi sebuah masalah dan
pemecahan nya tidak hanya harus dengan jalur hukum saja, sebab kita juga bisa
menyelesaikan nya dengan jalan alternative dan tidak merugikan berbgai pihak yang
bersengketa dan jalan ini lebih efisien untuk membina persatuan.
B. SARAN
Sebaiknya dalam masalah persengketaan bisnis yang terjadi dalam perdagangan Indonesia,
kita harus lebih perspektif dalam mengambil jalan untuk mencapai perdamaian atas
persengketaan atau masalah itu.
12