Anda di halaman 1dari 9

LETUSAN GUNUNG BERAPI TERDASYAT

DI DUNIA
FENOMENA ALAM

Disusun oleh:
Jessica Nathalia
XI IPS

TAHUN PELAJARAN
2019/2020
SMA SANTA LUSIA BEKASI
Jl. NEMAN JAYA Kav-18,PENGASINAN,BEKASI TIMUR
Telp: (021) 29258591
DAFTAR ISI

Cover ............................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................ ii

Kata Pengantar .............................................................................. iii

Bab I Pembahasan ......................................................................... 1

I.I Gunung Tambora ................................................................ 1

I.I.I Penjelasan Umum ...................................................... 1

I.I.II Penjelasan Proses ....................................................... 2

I.II Gunung Krakatau ................................................................ 3

I.II.I Penjelasan Umum .................................................... 3

I.II.II Penjelasan Proses ..................................................... 5

Bab II Penutup ............................................................................... 6

II.I Kesimpulan ......................................................................... 6

II.II Lampiran ............................................................................ 7

Daftar Pustaka ...............................................................................


ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah teks eksplanasi ini dalam bentuk maupun isinya
yang mungkin yang kurang sempurna. Makalah ini berisikan tentang fenomena alam, yaitu
letusan gunung berapi terdasyat di dunia, proses,akibat, dan dampak-dampak dari fenomena
tersebut.
Semoga makalah teks eksplanasi ini dapat dipergunakan sebagai salah satu petunjuk
maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi kita
semua.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
dalam membuat makalah sangat kurang. Oleh karena itu, bila ada kata-kata yang kurang
berkenan atau kata-kata yang salah, saya minta maaf.
Saya sangat berterimakasih kepada orang yang telah membantu saya dalam pembuatan
makala teks eksplanasi ini, yaitu:

1. Kepada guru Bahasa Indonesia saya.


2. Kepada kakak perempuan saya.
3. Kepada teman teman saya.
iii

BAB I
PEMBAHASAN
I.I Gunung Tambora

I.I.I Penjelasan Umum

Gunung Tambora (atau Tomboro) adalah sebuah gunung api strato aktif yang terletak
di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Gunung ini terletak di dua kabupaten
yaitu Kabupaten Dompu yang mencakup lereng bagian barat dan selatan serta Kabupaten
Bima yang mencakup lereng bagian timur dan utara. Gunung Tambora terbentuk akibat zona
subduksi aktif di bawahnya. Pada masa lampau, ketinggian Gunung Tambora mencapai sekitar
4.300 m yang membuat gunung ini menjadi salah satu puncak tertinggi di Indonesia dahulu.

Gunung Tambora adalah daerah riset ilmiah arkeolog dan biologi. Gunung ini juga
menarik wisatawan untuk mendaki gunung dan aktivitas margasatwa. Dompu dan Bima adalah
kota yang letaknya paling dekat dengan gunung ini. Di lereng gunung Tambora, terdapat
beberapa desa. Di sebelah timur terdapat desa Sanggar. Di sebelah barat laut, terdapat desa
Doro Peti dan desa Pesanggrahan. Di sebelah barat, terdapat desa Calabai.

Tambora terletak 340 km di sebelah utara sistem palung Jawa dan 180-190 km di
atas zona subduksi. Gunung ini terletak baik di sisi utara dan selatan kerak oseanik. Gunung ini
memiliki laju konvergensi sebesar 7.8 cm per tahun. Tambora diperkirakan telah berada di
bumi sejak 57.000 BP (penanggalan radiokarbon standar). Ketika gunung ini meninggi akibat
proses geologi di bawahnya, dapur magma yang besar ikut terbentuk dan sekaligus
mengosongkan isi magma. Pulau Mojo pun ikut terbentuk sebagai bagian dari proses geologi
ini di mana teluk Saleh pada awalnya merupakan cekungan samudera (sekitar 25.000 BP).

Menurut penyelidikan geologi, kerucut vulkanik yang tinggi sudah terbentuk sebelum
letusan tahun 1815 dengan karakteristik yang sama dengan bentuk stratovolcano. Diameter
lubang tersebut mencapai 60 km. Lubang utama sering kali memancarkan lava yang mengalir
turun secara teratur dengan deras ke lereng yang curam.

Sejak.letusan tahun 1815, pada bagian paling bawah terdapat endapan lava dan
material piroklastik.Kira-kira 40% dari lapisan diwakili oleh 1-4 m aliran lava tipis. Scoria tipis
diproduksi oleh fragmentasi aliran lava. Pada bagian atas, lava ditutup oleh scoria, tuff dan
bebatuan piroklastik yang mengalir ke bawah. Pada gunung Tambora, terdapat 20 kawah.
1
I.I.II Penjelasan Proses
Gunung Tambora mengalami ketidakaktifan selama beberapa abad sebelum tahun 1815,
dikenal dengan nama gunung berapi "tidur", yang merupakan hasil dari pendinginan hydrous
magma di dalam dapur magma yang tertutup. Di dalam dapur magma dalam kedalaman sekitar
1,5-4,5 km, larutan padat dari cairan magma bertekanan tinggi terbentuk pada saat pendinginan
dan kristalisasi magma. Tekanan di kamar makma sekitar 4-5 kbar muncul dan temperatur
sebesar 700 °C-850 °C.

Pada tahun 1812, kaldera gunung Tambora mulai bergemuruh dan menghasilkan awan
hitam. Pada tanggal 5 April 1815, letusan terjadi, diikuti dengan suara guruh yang terdengar
di Makassar, Sulawesi (380 km dari gunung Tambora), Batavia (kini Jakarta) di
pulau Jawa (1.260 km dari gunung Tambora), dan Ternate di Maluku (1400 km dari gunung
Tambora). Suara guruh ini terdengar sampai ke pulau Sumatra pada tanggal 10-11
April 1815 (lebih dari 2.600 km dari gunung Tambora) yang awalnya dianggap sebagai suara
tembakan senapan. Pada pagi hari tanggal 6 April 1815, abu vulkanik mulai jatuh di Jawa
Timur dengan suara guruh terdengar sampai tanggal 10 April 1815.

Pada pukul 7:00 malam tanggal 10 April, letusan gunung ini semakin kuat. Tiga lajur
api terpancar dan bergabung. Seluruh pegunungan berubah menjadi aliran besar api. Batuan
apung dengan diameter 20 cm mulai menghujani pada pukul 8:00 malam, diikuti dengan abu
pada pukul 9:00-10:00 malam. Aliran piroklastik panas mengalir turun menuju laut di seluruh
sisi semenanjung, memusnahkan desa Tambora. Ledakan besar terdengar sampai sore
tanggal 11 April. Abu menyebar sampai Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Bau "nitrat" tercium
di Batavia dan hujan besar yang disertai dengan abu tefrit jatuh, akhirnya reda antara
tangal 11 dan 17 April 1815.

Letusan tersebut masuk dalam skala tujuh pada skala Volcanic Explosivity
Index. Letusan ini empat kali lebih kuat daripada letusan gunung Krakatau tahun 1883.
Diperkirakan 100 km³ piroklastik trakiandesit dikeluarkan, dengan perkiraan massa
1,4×1014 kg. Hal ini meninggalkan kaldera dengan ukuran 6–7 km dan kedalaman 600–700 m.
Massa jenis abu yang jatuh di Makassar sebesar 636 kg/m².Sebelum letusan, gunung Tambora
memiliki ketinggian kira-kira 4.300 m, salah satu puncak tertinggi di Indonesia. Setelah letusan,
tinggi gunung ini hanya setinggi 2.851 m.

Letusan Tambora tahun 1815 adalah letusan terbesar dalam sejarah. Letusan gunung ini
terdengar sejauh 2.600 km, dan abu jatuh setidaknya sejauh 1.300 km. Kegelapan terlihat
sejauh 600 km dari puncak gunung selama lebih dari dua hari. Aliran piroklastik menyebar
setidaknya 20 km dari puncak.
2
I.II Gunung Krakatau
I.II.I Penjelasan Umum
Krakatau (atau Rakata) adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat
Sunda, antara Pulau Jawa dan Sumatra. Nama ini juga disematkan pada satu puncak gunung
berapi di sana (Gunung Krakatau) yang sirna karena letusan kataklismik pada tanggal 26-
27 Agustus 1883. Pada tahun 2019, kawasan yang sekarang merupakan cagar alam ini
memiliki empat pulau kecil: Pulau Rakata, Pulau Anak Krakatau, Pulau Sertung, dan Pulau
Panjang (Rakata Kecil). Berdasarkan kajian geologi, semua pulau ini berasal dari sistem
gunung berapi tunggal Krakatau yang pernah ada di masa lalu.

Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua
setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai
setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.

Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung
Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung berapi Taupo di Selandia Baru dan Gunung
Katmai di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh pada masa ketika populasi
manusia masih sangat sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia
sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel
bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi
informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.

Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah
penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan
kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan
penjelasan mengenai letusan tersebut. Gunung Krakatau yang meletus, getarannya terasa
sampai Eropa.

Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau,
muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba tersebut
yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 0.5
meter (20 inci) per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 6 meter (20 kaki) dan
lebih lebar 12 meter (40 kaki). Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per
tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi anak Rakata mencapai
190 meter (7.500 inci atau 500 kaki) lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya. Penyebab
tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini
ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara
Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.
Menurut Profesor Ueda Nakayama salah seorang ahli gunung api berkebangsaan 8, Anak
Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan kecil, hanya ada saat-saat
tertentu para turis dilarang mendekati kawasan ini karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan
gunung api ini. Para pakar lain menyatakan tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak
Krakatau yang akan kembali meletus. Kalaupun ada minimal 3 abad lagi atau sesudah 2325 M.
Namun yang jelas, angka korban yang ditimbulkan lebih dahsyat dari letusan sebelumnya.
Anak Krakatau saat ini secara umum oleh masyarakat lebih dikenal dengan sebutan "Gunung
Krakatau" juga, meskipun sesungguhnya adalah gunung baru yang tumbuh pasca letusan
sebelumnya.
3
I.II.II Penjelasan Proses
Sebelum letusan 1883, aktivitas seismik di sekitar Krakatau sangat tinggi, menyebabkan
sejumlah gempa bumi yang dirasakan hingga ke Australia. Pada 20 Mei 1883, pelepasan uap
mulai terjadi secara teratur di Perboewatan, pulau paling utara di Kepulauan Krakatau.
Pelepasan abu vulkanik mencapai ketinggian hingga 6 km dan suara letusan terdengar hingga
ke Batavia (sekarang Jakarta), yang berjarak 160 km dari Krakatau. Aktivitas vulkanik
menurun pada akhir Mei, dan tidak ada aktivitas lebih lanjut yang tercatat hingga beberapa
minggu ke depan.

Letusan kembali terjadi pada 16 Juni, yang menimbulkan letusan keras dan menutupi
pulau dengan awan hitam tebal selama lima hari. Pada 24 Juni, angin timur yang bertiup
membersihkan awan tersebut, dan dua gulungan kabut asap terlihat membubung dari Krakatau.
Letusan ini diyakini telah menyebabkan munculnya dua ventilasi baru yang terbentuk di antara
Perboewatan dan Danan. Aktivitas gunung juga menyebabkan air pasang di sekitarnya menjadi
sangat tinggi, dan kapal-kapal di pelabuhan harus ditambatkan dengan rantai agar tidak terseret
laut. Guncangan gempa mulai terasa di Anyer, Jawa Barat, dan kapal-kapal Belanda
melaporkan mengenai adanya batu apung besar yang mengambang di Samudera Hindia di
sebelah barat.

Pada tanggal 11 Agustus, pakar topografi Belanda, Kapten H. J. G. Ferzenaar, mulai


menyelidiki pulau. Ia menemukan tiga gulungan abu telah melingkupi pulau, dan lepasan uap
dari setidaknya sebelas ventilasi lainnya, sebagian besarnya terdapat di Danan dan Rakata. Saat
mendarat, Ferzenaar mencatat adanya lapisan abu setebal 0,5 m, dan musnahnya semua
vegetasi pulau, hanya menyisakan tunggul-tunggul pohon. Keesokan harinya, sebuah kapal
yang lewat melaporkan mengenai adanya ventilasi baru yang berjarak "hanya beberapa meter
di atas permukaan laut". Aktivitas vulkanik Krakatau terus berlanjut hingga pertengahan
Agustus.

Tanggal 25 Agustus, letusan semakin meningkat. Sekitar pukul 13.00 tanggal 26 Agustus,
Krakatau memasuki fase paroksimal. Satu jam kemudian, para pengamat bisa melihat awan
abu hitam dengan ketinggian 27 km (17 mi). Pada saat ini, letusan terjadi terus menerus dan
ledakan terdengar setiap sepuluh menit sekali. Kapal-kapal yang berlayar dalam jarak 20 km
(12 mi) dari Krakatau telah dihujani abu tebal, dengan potongan-potongan batu apung panas
berdiameter hampir 10 cm (3,9 in) mendarat di dek kapal. Tsunami kecil menghantam
pesisir Pulau Jawa dan Sumatra hampir 40 km (25 mi) jauhnya pada pukul 18.00 dan 19.00.

Pada 27 Agustus, empat letusan besar terjadi pukul 05.30, 06.44, 10.02, dan 10:41 waktu
setempat. Pada pukul 5.30, letusan pertama terjadi di Perboewatan, yang memicu tsunami
menuju Telukbetung. Pukul 06.44, Krakatau meletus lagi di Danan, menimbulkan tsunami di
arah timur dan barat. Letusan besar pada pukul 10.02 terjadi begitu keras dan terdengar hampir
3110 km (1930 mi) jauhnya ke Perth, Australia Barat, dan Rodrigues di Mauritius (4800 km
(3000 mi) jauhnya). Penduduk di sana mengira bahwa letusan tersebut adalah suara tembakan
meriam dari kapal terdekat. Masing-masing letusan disertai dengan gelombang tsunami, yang
tingginya diyakini mencapai 30 m di beberapa tempat. Wilayah-wilayah di Selat Sunda dan
sejumlah wilayah di pesisir Sumatra turut terkena dampak aliran piroklastik gunung berapi.
Energi yang dilepaskan dari ledakan diperkirakan setara dengan 200 megaton TNT, kira-kira
hampir empat kali lipat lebih kuat dari Tsar Bomba (senjata termonuklir paling kuat yang
pernah diledakkan). Pada pukul 10.41, tanah longsor yang meruntuhkan setengah
bagian Rakata.

4
Gelombang tekanan yang dihasilkan oleh letusan kolosal keempat dan terakhir terpancar
keluar dari Krakatau hingga ketinggian 1086 km/h (675 mph). Letusan tersebut begitu kuat
sehingga memecahkan gendang telinga para pelaut yang sedang berlayar di Selat Sunda, dan
menyebabkan lonjakan tekanan lebih dari 2½ inci merkuri (ca 85 hPa) pada alat pengukur
tekanan yang terpasang di Batavia. Gelombang tekanan terpancar dan tercatat oleh barograf di
seluruh dunia, yang tetap terjadi hingga 5 hari setelah letusan. Rekaman barografis
menunjukkan bahwa gelombang kejut dari letusan terakhir bergema ke seluruh dunia sebanyak
7 kali. Ketinggian kabut asap diperkirakan mencapai 80 km (50 mi).

Letusan mulai berkurang setelah itu, dan pada pagi 28 Agustus, Krakatau terdiam.
Letusan kecil, sebagian besarnya mengeluarkan lumpur, tetap berlanjut hingga Oktober 1883.
5
Bab II
PENUTUP
II.I.I Kesimpulan
Indonesia adalah negara yang memiliki gunung berapi terbanyak di dunia dan termasuk
dalam Ring of Fire, Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik adalah daerah yang sering
mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra
Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km.
Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.
Ratusan tahun yang lalu, Ada beberapa gunung berapi di Indonesia yang meletus, seperti
gunung Tambora dan gunung krakatau. Kedua gunung berapi ini adalah gunung berapi yang
letusannya sangat dasyat, sehingga terjadi kerusakan yang sangat besar, menewaskan ratusan
jiwa manusia dan asap yang berbahaya dari gunung tersebut pun menyebar ke nagara-negara
lainnya, seperti negara Australia Barat, Singapore, Malaysia, dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai