“ INVENTORY ”
Disusun Oleh:
1. Chairunnisa 2110631020010
2. Kustanti Dwi Pramesti 2110631020021
3. Lia cahyaningrum 2110631020022
4. Marcel Tjitrayudha 2110631020025
PE MB AH AS AN ................................................................................................... i
DA FT AR PUS T AK A ......................................................................................... 14
i
PEMBAHASAN
1
b. Work in process (Barang dalam proses)
Work in process (WIP) atau barang dalam prosesadalah istilah yang
mengacu pada inventaris apa pun yang telah dimulai ke dalam produksi
tetapi belum selesai pada akhir siklus akuntansi perusahaan.
Persediaan barang dalam proses yang telah dimulai oleh perusahaan
tetapi belum diselesaikan memiliki nilai tertentu. Nilai produk ini penting
untuk pelaporan keuangan. Ada dua jenis nilai barang dalam proses:
pekerjaan awal dalam proses dan pekerjaan akhir dalam proses.
Rumus WIP dinyatakan sebagai:
WIP akhir = WIP awal + biaya produksi – harga pokok produksi
Rumus ini mewakili nilai persediaan yang sebagian selesai, yang hanya
menyumbang sebagian dari apa yang sebenarnya akan diproduksi oleh
perusahaan. Biaya produksi yang diwakili dalam rumus berasal dari biaya
untuk memulai dan menyelesaikan (mengakhiri WIP) seluruh proses
produksi persediaan. karena hanya sebagian dari persediaan yang selesai,
rumus tersebut mengurangi nilai ini sebagai biaya hanya untuk barang-
barang manufaktur saat ini. Untuk memahami formula barang dalam proses
sedikit lebih baik
Memahami WIP dan biaya terkait adalah penting karena beberapa
alasan. Perusahaan yang memproduksi barang dapat menyimpan
persediaan dalam jumlah besar, sehingga rumus untuk menghitung WIP
adalah alat yang efektif bagi bisnis untuk melacak dan mengelola biaya
produksi dan persediaan.
Salah satu alasan yang sangat penting bagi bisnis untuk menghitung
barang dalam proses adalah karena itu adalah aset. Kegagalan dalam
menghitung dan mencatat total WIP pada neraca perusahaan dapat
menyebabkan overstatement atau understatement harga pokok produksi.
Penggunaan penting lainnya untuk formula pekerjaan dalam proses
adalah memungkinkan bisnis dan organisasi untuk mengevaluasi kinerja
dan efektivitas proses manufaktur. Misalnya, beberapa proses manufaktur
mungkin tidak mengizinkan nilai nol untuk barang dalam proses, dan akan
2
menandakan produktivitas yang lebih lambat dalam proses manufaktur
ketika nilai-nilai ini terlalu tinggi.
Ketika nilai WIP terlalu tinggi, ini bisa menandakan kemacetan dalam
produksi atau masalah lain yang menyebabkan perlambatan produktivitas
manufaktur. Hal ini memungkinkan manajer untuk mengidentifikasi
masalah dan menerapkan solusi dalam produksi.
3
• Sehingga sangatlah penting untuk mengetahui berapa tingkat
kewajaran dari pemakaian bahan mentah untuk membuat barang
produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.
4
pada akhir periode dalam rangka menentukan status kepemilikan
persediaan, yakni antara lain:
• Barang dalam perjalanan (Goods in transit)
Masalah yang timbul apabila barang masih dalam perjalanan
adalah sulitnya menentukan apakah barang tersebut masih menjadi
hak milik penjual atau sudah menjadi hak milik pembeli. Untuk
mengatasi hal ini, maka dua syarat penyerahan barang digunakan
sebagai dasar penentuan, yaitu FOB Shipping Point atau FOB
Destination.
FOB Destination Point, artinya biaya angkut barang dimulai
dari gudang penjual sampai gudang pembeli ditanggung oleh pihak
penjual. Ini berarti bahwa barang-barang dalam perjalanan masih
merupakan hak milik penjual.
FOB Shipping Point, artinya biaya angkut barang dimulai dari
gudang penjual sampai gudang pembeli ditanggung oleh pihak
pembeli, ini berarti pembeli adalah pemilik dari barang-barang
yang masih dalam perjalanan. Oleh karena itu, dalam menentukan
saldo persediaan untuk satu periode perusahaan harus mencatat
jumlah barang dagangan dalam perjalanan.
Barang Konsinyasi
Perjanjian konsinyasi mengijinkan suatu perusahaan lain
untuk menyimpan persediaan dalam gudang mereka namun
mereka tidak harus membeli persediaan tersebut. Dengan
perjanjian ini, pemasok memberikan persediaan untuk dijual
kembali dengan menahan kepemilikan persediaan sampai
terjualnya persediaan tersebut. Barangbarang konsinyasi masih
tetap dilaporkan sebagai bagian dari persediaan pemiliknya sampai
barang tersebut dijual kepada pihak ketiga. Barangbarang ini
dilaporkan sebesar harga perolehannya (cost) di tambah biayabiaya
yang dikeluarkan untuk memindahkan barang tersebut dari gudang
pemilik ke gudang perusahaan yang menjualkannya.
5
• Barang yang dijual secara cicilan
Penjualan cicilan (installment sales) adalah penjualan yang
pembayarannya dicicil secara periodic selama periode tertentu. Dalam
penjualan cicilan biasanya penjual menahan hak legal atas barang
sampai seluruh pembayaran dilakukan. Dalam penjualan cicilan,
persediaan berpindah dari penjual kepada pembeli pada saat
ditandatanganinya kontrak penjualan cicilan walaupun hak legal atas
kepemilikan barang tersebut belum berpindah.
6
Metode persediaan barang FIFO ini didasarkan pada asumsi bahwa
aliran cost masuk persediaan harus dipertemukan dengan hasil
penjualannya.
Sebagai akibatnya, biaya per unit persediaan yang masuk terakhir
dipakai sebagai dasar penentuan biaya barang yang masih dalam
persediaan pada akhir periode (persediaan akhir).
7
Metode average biasa disebut metode rata-rata tertimbang.
Metode average membagi antara biaya barang persediaan untuk dijual
dengan jumlah unit yang tersedia. Sehingga persediaan akhir dan
beban pokok penjualan dapat dihitung dengan harga rata-rata. Metode
average adalah titik tengah atau perpaduan dari metode FIFO dan
LIFO. Jadi kelebihan dan kekurangan metode ini berada diantara
metode LIFO dan FIFO.
Dalam penerapan metode Average berarti perusahaan akan
menggunakan persediaan barang yang ada di gudang untuk dijual
tanpa memperhatikan barang mana yang masuk lebih awal atau akhir.
8
Gelombang 1 : Rp8.000.000/2.000 roti = Rp4.000
Gelombang 2 : Rp7.000.000/1.500 roti = Rp4.670
Gelombang 3 : Rp7.700.000/1.700 roti = Rp4.530
9
• Bisa untuk meantisipasi jika stock barang habis atau kurang
• Tahu pasti arus masuk dan arus keluar barang
• Mengetahui kondisi barang yang tersedia
• Mengantisipasi barang kadaluarsa (untuk produk makanan minuman)
• Perpetual System
Perpetual sistem adalah pencatatan secara terus menerus
penambahan dan pengurangan keseluruhan dengan cara yang sama
seperti kas, jenis barang akan dibuat perkiraan sendiri-sendiri.
• Subsidiary Ledger
10
Subsidiary ledger untuk pengurangan harga yang dibukukan. Agar
mempermudah nanti saat kamu akan membuat laporan persediaan
barang, kamu harus mencatatnya di kartu gudang untuk mutasi
barang yang keluar dan masuk. Tembusanfaktur penjualan tunai,
surat order pengiriman, tembusan memo kredit dicatat dalam
mutasi keluar. Tembusan laporan penerimaan barang dicatat
sebagai mutasi masuk.
Kesalahan dalam membuat laporan persediaan barang akan
berakibat fatal, dapat mempengaruhi laporan keuangan.
Menyebabkan salah perhitungan pada persediaan akhir, aset
lancar, dan jumlah asset dalam neraca. Juga akan mempengaruhi
harga pokok penjualan dan laba bruto dalam laporan laba rugi.
c. Consistent use
Satu-satunya tujuan dari prinsip konsistensi, atau konsep konsistensi,
adalah untuk memastikan bahwa transaksi atau peristiwa dicatat dengan
cara yang sama, dari satu tahun buku ke tahun berikutnya. Ketika berbicara
tentang metode akuntansi yang berbeda, ini dapat mencakup apa saja dari
kas vs akuntansi akrual , dan menggunakan metode LIFO vs FIFO .
Dengan kata lain, bisnis tidak boleh menggunakan metode akuntansi
tertentu satu tahun, dan metode akuntansi yang berbeda tahun berikutnya.
Namun ini tidak berarti bahwa bisnis diharuskan untuk tetap menggunakan
metode akuntansi yang sama selamanya, mereka diizinkan untuk
mengubah metode mereka, tetapi perubahan ini perlu diperhitungkan.
Dalam kasus di mana Anda mungkin perlu mengubah metode atau
prinsip akuntansi yang Anda gunakan dalam bisnis Anda untuk alasan yang
sah, maka efek dari perubahan ini perlu diungkapkan dengan jelas dalam
laporan keuangan perusahaan Anda . Akuntan didorong untuk
menggunakan metode akuntansi yang konsisten dari tahun ke tahun untuk
mencegah manipulasi laporan keuangan, dan agar laporan bisnis akurat dan
menggambarkan informasi yang sebanding.
11
Dengan menggunakan metode akuntansi yang konsisten dari satu
periode akuntansi ke periode berikutnya, semua laporan keuangan akan
memiliki struktur yang sama. Ini memudahkan bankir, manajer, kreditur,
dan pemangku kepentingan lainnya untuk membandingkan kinerja bisnis
selama tahun keuangan yang berbeda.
12
• Identifikasi semua biaya yang terkait dengan produksi,
pengemasan, dan persiapan untuk menjual.
• Kurangi total biaya dari nilai barang untuk menentukan net
realizable value.
13
DAFTAR PUSTAKA
jurnal.id. (2018). perbedaan metode persediaan fifo lifo dan average, metode
persediaan first in first out FIFO.
wibowo. (2014). definisi barang jadi dan work in process.
14