Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AKUTANSI 2

“ INVENTORY ”

Disusun Oleh:

1. Chairunnisa 2110631020010
2. Kustanti Dwi Pramesti 2110631020021
3. Lia cahyaningrum 2110631020022
4. Marcel Tjitrayudha 2110631020025

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2021/2022
DAFTAR ISI

PE MB AH AS AN ................................................................................................... i

2.1. Classifying inventory ................................................................................... 1


• Finished goods ......................................................................................... 1
• Work in process ....................................................................................... 2
• Raw materis ............................................................................................ 3
2.2. Determining Inventory Quantity ................................................................ 8
• Determining inventory Quantity ............................................................. 4
• Determining ownership of goods ............................................................. 4
2.3. Inventory Costing ........................................................................................ 10
• Accounting for inventory and apply the inventory cost flow method ..... 6
• Financial statement of inventory .............................................................. 9
• Consistent use .......................................................................................... 11
• Lower of cost or net realizable value ....................................................... 13

DA FT AR PUS T AK A ......................................................................................... 14

i
PEMBAHASAN

2.1. Classifying inventory (Mengklasifikasikan inventaris)


a. Finished goods (Barang jadi)
Finished goods (Barang jadi) adalah barang barang yang dusdh selesai
di proses dalam suatu proses produksi dan sudah siap di pasarkan. Biaya
untuk memperoleh atau memproduksi barang jadi akan mempengaruhi
besarnya harga pokok penjualan yang akan dijual oleh perusahaan.
Semakin kecil biaya untuk memperoleh atau memproduksi barang jadi
(Finished Goods) maka akan semakin menguntungkan perusahaan, karena:
• Harga barang jadi (Finished Goods) yang dijual akan bisa bersaing
dengan harga jual barang jadi (Finished Goods) yang dijual oleh
perusahaan lain, sehingga diharapkan penjualan akan meningkat.
• Apabila biaya untuk memperoleh atau memproduksi barang jadi
(Finished Goods) bisa semakin kecil maka laba perusahaan akan
meningkat.

Contoh Barang Jadi (Finished Goods) :

• Untuk Industri pembuatan Sepatu, maka Barang Jadi (Finished Goods)


adalah Sepatu yang siap dijual.
• Untuk Industri Pembuatan Sepeda Motor, maka Barang Jadi (Finished
Goods) adalah Sepeda Motor yang siap untuk dijual.
• Untuk Industri Pembuatan Mobil, maka Barang Jadi (Finished Goods)
adalah Mobil yang siap untuk dijual.
• Untuk Industri Pembuatan Semen , maka Barang Jadi (Finished
Goods) adalah Semen siap untuk dijual.
• Untuk Industri Pembuatan Komputer, maka Barang Jadi (Finished
Goods) adalah Komputer siap untuk dijual

1
b. Work in process (Barang dalam proses)
Work in process (WIP) atau barang dalam prosesadalah istilah yang
mengacu pada inventaris apa pun yang telah dimulai ke dalam produksi
tetapi belum selesai pada akhir siklus akuntansi perusahaan.
Persediaan barang dalam proses yang telah dimulai oleh perusahaan
tetapi belum diselesaikan memiliki nilai tertentu. Nilai produk ini penting
untuk pelaporan keuangan. Ada dua jenis nilai barang dalam proses:
pekerjaan awal dalam proses dan pekerjaan akhir dalam proses.
Rumus WIP dinyatakan sebagai:
WIP akhir = WIP awal + biaya produksi – harga pokok produksi
Rumus ini mewakili nilai persediaan yang sebagian selesai, yang hanya
menyumbang sebagian dari apa yang sebenarnya akan diproduksi oleh
perusahaan. Biaya produksi yang diwakili dalam rumus berasal dari biaya
untuk memulai dan menyelesaikan (mengakhiri WIP) seluruh proses
produksi persediaan. karena hanya sebagian dari persediaan yang selesai,
rumus tersebut mengurangi nilai ini sebagai biaya hanya untuk barang-
barang manufaktur saat ini. Untuk memahami formula barang dalam proses
sedikit lebih baik
Memahami WIP dan biaya terkait adalah penting karena beberapa
alasan. Perusahaan yang memproduksi barang dapat menyimpan
persediaan dalam jumlah besar, sehingga rumus untuk menghitung WIP
adalah alat yang efektif bagi bisnis untuk melacak dan mengelola biaya
produksi dan persediaan.
Salah satu alasan yang sangat penting bagi bisnis untuk menghitung
barang dalam proses adalah karena itu adalah aset. Kegagalan dalam
menghitung dan mencatat total WIP pada neraca perusahaan dapat
menyebabkan overstatement atau understatement harga pokok produksi.
Penggunaan penting lainnya untuk formula pekerjaan dalam proses
adalah memungkinkan bisnis dan organisasi untuk mengevaluasi kinerja
dan efektivitas proses manufaktur. Misalnya, beberapa proses manufaktur
mungkin tidak mengizinkan nilai nol untuk barang dalam proses, dan akan

2
menandakan produktivitas yang lebih lambat dalam proses manufaktur
ketika nilai-nilai ini terlalu tinggi.
Ketika nilai WIP terlalu tinggi, ini bisa menandakan kemacetan dalam
produksi atau masalah lain yang menyebabkan perlambatan produktivitas
manufaktur. Hal ini memungkinkan manajer untuk mengidentifikasi
masalah dan menerapkan solusi dalam produksi.

c. Raw Materis (Bahan Baku)


Raw material adalah bahan utama yang dibutuhkan perusahaan
manufaktur dalam proses produksi menjadi barang konsumsi yang siap
dijual. Untuk menghitung berapa besarnya biaya bahan mentah/bahan baku
yang digunakan dalam proses produksi, perlu diperhatikan beberapa hal,
antara lain :
• Persediaan Awal (Beginning Inventory)
• Ongkos Angkut (Freight-In)
• Retur Pembelian (Purchased Returned)
• Potongan Pembelian Tunai (Purchases Discount)
• Persediaan Akhir (ending Inventory)

Besarnya bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi suatu


perusahaan sangatlah penting untuk diketahui oleh pemilik perusahaan
karena :

• Besarnya tingkat pemakaian bahan mentah akan sangat menentukan


besarnya Harga Pokok Penjualan dari barang hasil produksi
perusahaan tersebut. Makin besar pemakaian bahan baku akan
menyebabkan tingginya harga pokok penjualan yang pada akhirnya
menyebabkan tingginya harga jual barang hasil produksi perusahaan
tersebut yang selanjutnya akan membuat daya saing produk tersebut
rendah di pasaran.
• Besarnya tingkat pemakaian bahan mentah akan menentukan berapa
besar efisiensi yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperbesar
laba dari barang produksi yang dihasilkan.

3
• Sehingga sangatlah penting untuk mengetahui berapa tingkat
kewajaran dari pemakaian bahan mentah untuk membuat barang
produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.

2.2. Determining Inventory Quantity (Menentukan Kuantitas Persediaan)


a. Determining Inventory Quantity (Menentukan Kuantitas Persediaan)
Tujuan menentukan kuantitas persediaan ialah untuk menetapkan
jumlah unit (satuan) persediaan yang dimiliki perusahaan pada tanggal
neraca, sehingga kuantitas persediaan dapat ditetapkan sesuai dengan
kebutuhan.Merupakan metode yang digunakan untuk menentukan jumlah
persediaan baik maksimum maupun minimum.Penentuan jumlah
persediaan merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena
mempunyai dampak langsung terhadap keuntungan yang dapat dicapai
oleh perusahaan. Kesalahan dalam menentukan jumlah persediaan dapat
menyebabkan perusahaan kehilangan kesempatan untuk
meraih keuntungan.
Jumlah persediaan yang terlalu besar dibanding dengan kebutuhan,
akan menyebabkan beban yang harus ditanggung perusahaan menjadi besar
seperti biaya penyimpanan, pemeliharaan, resiko kerusakan, biaya
keamanan dan sebagainya. Semua itu adalah faktor yang menyebabkan
keuntungan perusahaan berkurang.Sebaliknya persediaan yang terlalu kecil
dapat menghambat operasional perusahaan berupa tidak tersedianya barang
pada saat dibutuhkan sehingga menyebabkan perusahaan kehilangan
kesempatan memperoleh keuntungan dari penjualan yang seharusnya
diperoleh. Karena tidak tersediaanya persediaan perusahaan tidak dapat
bekerja secara optimal.

b. Determing ownership of goods (Menentukan kepemilikan barang)


Sebagai pedoman umum, barang yang masuk sebagai persediaan
adalah barang yang benar-benar dimiliki oleh perusahaan tanpa
memandang lokasi persediaan tersebut. Masalah yang mungkin terjadi

4
pada akhir periode dalam rangka menentukan status kepemilikan
persediaan, yakni antara lain:
• Barang dalam perjalanan (Goods in transit)
Masalah yang timbul apabila barang masih dalam perjalanan
adalah sulitnya menentukan apakah barang tersebut masih menjadi
hak milik penjual atau sudah menjadi hak milik pembeli. Untuk
mengatasi hal ini, maka dua syarat penyerahan barang digunakan
sebagai dasar penentuan, yaitu FOB Shipping Point atau FOB
Destination.
FOB Destination Point, artinya biaya angkut barang dimulai
dari gudang penjual sampai gudang pembeli ditanggung oleh pihak
penjual. Ini berarti bahwa barang-barang dalam perjalanan masih
merupakan hak milik penjual.
FOB Shipping Point, artinya biaya angkut barang dimulai dari
gudang penjual sampai gudang pembeli ditanggung oleh pihak
pembeli, ini berarti pembeli adalah pemilik dari barang-barang
yang masih dalam perjalanan. Oleh karena itu, dalam menentukan
saldo persediaan untuk satu periode perusahaan harus mencatat
jumlah barang dagangan dalam perjalanan.
Barang Konsinyasi
Perjanjian konsinyasi mengijinkan suatu perusahaan lain
untuk menyimpan persediaan dalam gudang mereka namun
mereka tidak harus membeli persediaan tersebut. Dengan
perjanjian ini, pemasok memberikan persediaan untuk dijual
kembali dengan menahan kepemilikan persediaan sampai
terjualnya persediaan tersebut. Barangbarang konsinyasi masih
tetap dilaporkan sebagai bagian dari persediaan pemiliknya sampai
barang tersebut dijual kepada pihak ketiga. Barangbarang ini
dilaporkan sebesar harga perolehannya (cost) di tambah biayabiaya
yang dikeluarkan untuk memindahkan barang tersebut dari gudang
pemilik ke gudang perusahaan yang menjualkannya.

5
• Barang yang dijual secara cicilan
Penjualan cicilan (installment sales) adalah penjualan yang
pembayarannya dicicil secara periodic selama periode tertentu. Dalam
penjualan cicilan biasanya penjual menahan hak legal atas barang
sampai seluruh pembayaran dilakukan. Dalam penjualan cicilan,
persediaan berpindah dari penjual kepada pembeli pada saat
ditandatanganinya kontrak penjualan cicilan walaupun hak legal atas
kepemilikan barang tersebut belum berpindah.

2.3. Inventory Costing (Biaya Inventaris)


a. Accounting for inventory and apply the inventory cost flow method
( FIFO, LIFO , Average Cost )
Inventory cost sendiri adalah biaya persediaan barang dimana
persediaan barang tersebut merupakan persediaan periode sebelumnya
yang biayanya berupa biaya saat proses pemesanan inventory, biaya
pengiriman inventory yang dipesan, biaya penerimaan inventory, dan biaya
pembayaran inventory yang dipesan kepada pihak supplier.
Dalam akuntansi persediaan barang bisa dihitung dalam beberapa
metode, dimana metode ini bisa disesuaikan dengan jenis perusahaan dan
juga kepentingan perusahaan. Beberapa metode perhitungan atau
pencatatan persediaan barang yang populer digunakan adalah metode FIFO
(First in First Out), LIFO (Last In First Out), dan Averag .

• Metode Persediaan First In First Out (FIFO)


FIFO (First-In, First-Out) adalah metode untuk menentukan harga
pokok penjualan dengan cara mengasumsikan bahwa produk yang
sudah terjual merupakan produk terlama dalam inventaris.
Biaya yang dikeluarkan untuk produk terlama itulah yang
digunakan dalam perhitungan. Singkatnya, metode FIFO akan
menghapus produk paling awal yang masuk dari akun persediaan
setiap terjadi pencatatan penjualan.

6
Metode persediaan barang FIFO ini didasarkan pada asumsi bahwa
aliran cost masuk persediaan harus dipertemukan dengan hasil
penjualannya.
Sebagai akibatnya, biaya per unit persediaan yang masuk terakhir
dipakai sebagai dasar penentuan biaya barang yang masih dalam
persediaan pada akhir periode (persediaan akhir).

Dalam penerapan metode FIFO berarti perusahaan akan


menggunakan persediaan barang yang lama/pertama masuk untuk
dijual terlebih dahulu. Jadi biasanya persediaan akhir barang dagangan
akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk.
Metode FIFO cocok diterapkan pada perusahaan yang menjual
produk yang memiliki masa kadaluarsa, seperti makanan, minuman,
obat dan lain sebagainya.

• Metode Persediaan Last In First Out (LIFO)


LIFO artinya adalah yang masuk terakhir keluar pertama. Metode
ini mengasumsikan unit persediaan yang dibeli pertama akan
dikeluarkan di akhir. Artinya, unit yang dijual pertama adalah unit
persediaan yang terakhir masuk ke gudang. Jadi biasanya persediaan
akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan
yang pertama atau awal masuk.
Metode biaya persediaan LIFO ini adalah didasarkan pada asumsi
bahwa aliran keluar biaya persediaan adalah kebalikan dari kronologi
terjadinya biaya. Pada metode ini, harga beli terakhir dibebankan ke
operasi dalam periode kenaikan harga (inflasi), sehingga laba yang
dihasilkan akan kecil dan pajak yang terutang juga menjadi lebih kecil.
Namun, berdasarkan PSAK 14 metode LIFO tidak boleh digunakan
lagi.

• Metode Average (Rata-Rata Tertimbang)

7
Metode average biasa disebut metode rata-rata tertimbang.
Metode average membagi antara biaya barang persediaan untuk dijual
dengan jumlah unit yang tersedia. Sehingga persediaan akhir dan
beban pokok penjualan dapat dihitung dengan harga rata-rata. Metode
average adalah titik tengah atau perpaduan dari metode FIFO dan
LIFO. Jadi kelebihan dan kekurangan metode ini berada diantara
metode LIFO dan FIFO.
Dalam penerapan metode Average berarti perusahaan akan
menggunakan persediaan barang yang ada di gudang untuk dijual
tanpa memperhatikan barang mana yang masuk lebih awal atau akhir.

Cara Menghitung Persediaan Barang dengan Metode FIFO


Pada awal tahun, perusahaan Anda, misalnya perusahaan roti,
memiliki inventaris awal produk. Selama tahun itu, tentu perusahaan
Anda membeli produk dan menjualnya.
Pada akhir tahun Anda perlu melakukan pencatatan. Berikut
adalah cara menghitungnya menggunakan metode FIFO.

Asumsikan bahwa produk Anda dibuat dalam tiga gelombang selama


tahun tersebut. Biaya dan kuantitas setiap gelombangnya yaitu :

Gelombang 1 : Jumlahnya 2.000 roti dengan biaya Rp8.000.000


Gelombang 2 : Jumlahnya 1.500 roti dengan biaya Rp7.000.000
Gelombang 3 : Jumlahnya 1.700 roti dengan biaya Rp7.700.000

Total yang diproduksi yaitu, 5.200 roti dengan biaya Rp22.700.000.


Biaya rata-rata untuk memproduksi satu roti yaitu, Rp4.370.

Selanjutnya, Anda perlu menghitung unit biaya untuk setiap


gelombangnya.

8
Gelombang 1 : Rp8.000.000/2.000 roti = Rp4.000
Gelombang 2 : Rp7.000.000/1.500 roti = Rp4.670
Gelombang 3 : Rp7.700.000/1.700 roti = Rp4.530

Asumsikan bahwa pada tahun ini perusahaan Anda berhasil menjual


4.000 roti dari 5.200 roti yang diproduksi. Anda tidak tahu produk dari
gelombang mana yang terjual.

Untuk menentukan biaya produk yang terjual menggunakan FIFO,


Anda harus menganggap bahwa produk yang terjual merupakan
produk tertua (pertama masuk).
Jadi, perhitungan untuk 4.000 roti yang terjual yaitu :
o 2.000 roti dari gelombang 1 bernilai masing-masing Rp. 4.000
terjual lebih dahulu dengan total Rp. 8.000.000.
o 1.500 roti dari gelombang 2 bernilai masing-masing Rp. 4.670
terjual berikutnya dengan total Rp. 7.005.000.
o 500 roti dari gelombang 3 bernilai masing-masing Rp. 4.530
terjual paling akhir dengan total Rp. 2.265.000.
Jika dijumlah, total biaya dari 4.000 roti yang terjual adalah Rp.
17.270.000. Hasil perhitungan ini yang akan dianggap sebagai biaya
pokok produksi.

b. Financial statement of Inventory


Laporan persediaan barang masih terkait erat dengan stock opname.
Stock opname adalah kegiatan penghitungan secara fisik dan persediaan
barang di gudang yang akan dijual. Stock opname dilakukan agar ada
penghitungan akurat antar barang masuk ke dalam gudang dan barang yang
keluar. Stock opname adalah kegiatan yang rutin.
Pentingnya membuat laporan persediaan barang
• Meminimalisir kehilangan barang atau kelebihan barang

9
• Bisa untuk meantisipasi jika stock barang habis atau kurang
• Tahu pasti arus masuk dan arus keluar barang
• Mengetahui kondisi barang yang tersedia
• Mengantisipasi barang kadaluarsa (untuk produk makanan minuman)

Laporan persediaan barang ini sangat erat kaitannya dengan kegiatan


stock opname. Stock opname ada 3 macam ;
• Periodic stock verification
Stock Opname ini dilakukan setiap enam bulan atau tiga bulan sekali.
• Annual stock opname
Tidak semua produk bisa melakukan stock opname setiap setahun
sekali. Biasanya untuk produk yang tahan lama seperti elektronik atau
benda mati lainnya memang bisa melakukan stock opname setahun
sekali.
• Daily Stocktaking
Daily stocktaking adalah penghitungan stock opname yang bisa
dilakukan dalam setiap bulannya.

Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Membuat Laporan Persediaan Barang


• Pencatatan yang kamu gunakan
• Kelengkapan perlengkapan administrasi
• Ketelitian, menghindari salah penghitungan kesediaan barang

Sistem membuat laporan persediaan barang agar efektif ada dua


sistem; perpetual sistem (sistem pencatatan terus menerus) dan subsidiary
ledger (buku pembantu persediaan).

• Perpetual System
Perpetual sistem adalah pencatatan secara terus menerus
penambahan dan pengurangan keseluruhan dengan cara yang sama
seperti kas, jenis barang akan dibuat perkiraan sendiri-sendiri.
• Subsidiary Ledger

10
Subsidiary ledger untuk pengurangan harga yang dibukukan. Agar
mempermudah nanti saat kamu akan membuat laporan persediaan
barang, kamu harus mencatatnya di kartu gudang untuk mutasi
barang yang keluar dan masuk. Tembusanfaktur penjualan tunai,
surat order pengiriman, tembusan memo kredit dicatat dalam
mutasi keluar. Tembusan laporan penerimaan barang dicatat
sebagai mutasi masuk.
Kesalahan dalam membuat laporan persediaan barang akan
berakibat fatal, dapat mempengaruhi laporan keuangan.
Menyebabkan salah perhitungan pada persediaan akhir, aset
lancar, dan jumlah asset dalam neraca. Juga akan mempengaruhi
harga pokok penjualan dan laba bruto dalam laporan laba rugi.

c. Consistent use
Satu-satunya tujuan dari prinsip konsistensi, atau konsep konsistensi,
adalah untuk memastikan bahwa transaksi atau peristiwa dicatat dengan
cara yang sama, dari satu tahun buku ke tahun berikutnya. Ketika berbicara
tentang metode akuntansi yang berbeda, ini dapat mencakup apa saja dari
kas vs akuntansi akrual , dan menggunakan metode LIFO vs FIFO .
Dengan kata lain, bisnis tidak boleh menggunakan metode akuntansi
tertentu satu tahun, dan metode akuntansi yang berbeda tahun berikutnya.
Namun ini tidak berarti bahwa bisnis diharuskan untuk tetap menggunakan
metode akuntansi yang sama selamanya, mereka diizinkan untuk
mengubah metode mereka, tetapi perubahan ini perlu diperhitungkan.
Dalam kasus di mana Anda mungkin perlu mengubah metode atau
prinsip akuntansi yang Anda gunakan dalam bisnis Anda untuk alasan yang
sah, maka efek dari perubahan ini perlu diungkapkan dengan jelas dalam
laporan keuangan perusahaan Anda . Akuntan didorong untuk
menggunakan metode akuntansi yang konsisten dari tahun ke tahun untuk
mencegah manipulasi laporan keuangan, dan agar laporan bisnis akurat dan
menggambarkan informasi yang sebanding.

11
Dengan menggunakan metode akuntansi yang konsisten dari satu
periode akuntansi ke periode berikutnya, semua laporan keuangan akan
memiliki struktur yang sama. Ini memudahkan bankir, manajer, kreditur,
dan pemangku kepentingan lainnya untuk membandingkan kinerja bisnis
selama tahun keuangan yang berbeda.

d. Lower of cost or net realizable value


Nilai realisasi bersih, atau net realizable value (NRV), adalah jumlah
uang tunai yang diharapkan diterima oleh perusahaan berdasarkan
penjualan atau pelepasan suatu barang setelah dikurangi biaya terkait.

Dengan kata lain: NRV= Nilai penjualan – Biaya.


NRV adalah sarana untuk memperkirakan nilai persediaan akhir tahun
dan piutang. Pada akhir periode, nilai realisasi bersih dilaporkan di neraca
dan rugi laba dilaporkan di laporan laba rugi. NRV dianggap sebagai
pendekatan akuntansi konservatif dan metode untuk menyatakan nilai aset
seakurat mungkin.
Penggunaan NRV sebagai metode penilaian diakui dalam Standar
Pelaporan Keuangan Internasional dan Prinsip Akuntansi yang Berlaku
Umum atau PABU. Perusahaan sering menggunakan metode ini untuk
menentukan berapa harga pasar saat ini dari aset mereka pada akhir tahun.
Mereka juga ingin menentukan berapa banyak uang yang terutang
perusahaan akan dikumpulkan sebagai pendapatan atau dihapuskan sebagai
beban piutang tak tertagih. NRV terutama digunakan dalam tiga bidang:
akuntansi biaya, persediaan dan piutang.
Berikut adalah cara menentukan nilai realisasi bersih:
• Tentukan nilai yang Anda harapkan untuk dikumpulkan untuk
semua barang yang tersedia untuk dijual: Jika Anda memiliki
barang yang terdaftar seharga 50.000 tetapi Anda berharap barang
tersebut hanya akan dijual dengan diskon 35.000, gunakan 35.000
untuk penilaiannya.

12
• Identifikasi semua biaya yang terkait dengan produksi,
pengemasan, dan persiapan untuk menjual.
• Kurangi total biaya dari nilai barang untuk menentukan net
realizable value.

13
DAFTAR PUSTAKA

jurnal.id. (2018). perbedaan metode persediaan fifo lifo dan average, metode
persediaan first in first out FIFO.
wibowo. (2014). definisi barang jadi dan work in process.

14

Anda mungkin juga menyukai