Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini merupakan pembahasan dari konsep teori asuhan keperawatan Dengue
Hemoragic Fever yang dibandingkan dengan tinjauan kasus asuhan keperawatan pada Tn. H
dengan Dengue Hemoragic Fever. Pembahasan meliputi segi pengkajian, diagnosa keperawatan,
dan perencanaan keperawatan, implemetasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapat diperoleh melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang lainnya. Hal ini sama dengan yang kami lakukan pada tahap pengkajian,
pengumpulan data yang dilakukan meliputi tahap-tahap tersebut. Pada kasus hasil
pengkajian yang di dapatkan mulai dari riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik serta pola
fungsional kesehatan, sebagian besar sesuai dengan konsep yang ada. Proses pengkajian
yang dilakukan terhadap pasien dengan DBD dilakukan sesuai dengan standar format
pengkajian secara umum dengan ditambah beberapa data yang harus dikaji terkait proses
terjadinya penyakit seperti kondisi lingkungan rumah serta riwayat berpergian sebelum sakit.
1. Identitas Klien Data-data dasar pasien yang dikaji meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomer rekam medis, diagnosa medis. Pada pengkajian klien
dengan DHF, data dasar yang menjadi informasi yang penting terkait proses penyakit adalah
informasi mengenai alamat rumah atau tempat tinggal pasien. Dari data tersebut perawat
dapat mengetahui apakah klien bertempat tinggal di daerah yang menjadi daerah padat dan
kotor atau daerah endemik terjadinya DBD. Peningkatan dan penyebaran kasus DBD
kemungkinan salah satunya disebabkan oleh perkembangan wilayah perkotaan dan
perubahan kepadatan dan distribusi penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Pada
kasus di atas, keluarga mengatakan bahwa mereka bertempat tinggal di area pemukiman
yang cukup bersih dan tidak terlalu padat di daerah Kelurahan sunter .

Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama Keluhan utama yang muncul pada klien dengan DBD secara umum
adalah demam yang mendadak, ada rasa mual dan disertai muntah, adanya perdarahan
(petekie, ekimosis, purpura pada ekstremitas atas, dada, epistaksis, perdarahan gusi), kadang
– kadang disertai kejang dan penurunan kesadaran. Pada kasus Tn. H, Keluhan utama yang
menjadi alasan klien datang ke Rumah Sakit adalah karena demam tinggi. Demam tinggi
yang dirasakan terjadi secara mendadak dan demam tidak turun dalam 3 hari. Selain demam,
klien juga mengeluh nyeri pada semua otot, mengeluh mual dan sakit kepala. Keluhan
tersebut merupakan keluhan umum yang terjadi pada klien dengan DBD namun harus
diperkuat lagi oleh data-data tambahan atau pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Riwayat Penyakit Sekarang (saat dikaji) Saat dikaji klien mengeluh badan panas,
kepala terasa pusing, mual-mual dan badan terasa lemas. TD=120/90 mmHg N=111x/menit
,RR=20 S=39,2°C badan teraba panas, tampak meringis sakit kepala, klien tampak mual dan
menolak untuk makan. Keluhan tersebut masih dirasakan sampai hari ke 4
c. Riwayat Penyakit Dahulu Pada kasus DHF riwayat penyakit dahulu untuk menentukan
apakah DHF yang dialami klien saat ini yang pertama kali atau yang kedua kalinya karena
akan menentukan kepada jenis dari virus dengue. Seseorang yang pernah mendapat infeksi
primer virus dengue, akan mempunyai antibody yang dapat menetralisasi yang sama
(homologous). Tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder dengan jenis
serotipe virus yang lain, maka terjadi infeksi yang berat.
d. Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah di
dalam keluarga ada yang menderita DHF untuk menentukan apakah DHF yang dialami oleh
klien didapat dari anggota keluarga atau dari orang atau lingkungan .
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan Tanda – Tanda Vital Keadaan umum pada klien dengan
masalah DHF dapat bervariasi dari yang ringan sampai yang berat tergantung dari
derajat DBD. Pada kasus di atas keadaan umum klien masih dalam kondisi yang
baik, klien masih dalam kondisi kesadaran penuh tidak ada kejang atau tidak dalam
kondisi syok.

b. Sistem Tubuh
1) Pernapasan
Pola pernafasan klien Tn. H di dalam kasus tidak mengalami gangguan pernapasan, hal
ini sesuai dengan konsep bahwa pada penyakit DBD dengan derajat 1 dan 2 jarang terdapat
gangguan pada sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 yang sering disertai
keluhan sesak napas sehingga memerlukan penatalaksanaan lebih lanjut.
2) Cardiovaskuler
Pada pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler pada klien ditemukan TD: 120/90 mmHg,
N: 111 x/mnt, pulsasi kuat, akral panas, sianosis (-), CRT < 3 detik, Uji tourniquet positif.
Hal tersebut sesuai dengan tanda dan manifestasi klinis pasien dengan DHF derajat satu.
3) Persarafan
Pada pemeriksaan system persarafan klien tidak mengalami gangguan atau penurunan
kesadaran. Penurunan kesadaran terjadi sebagai akibat dari penurunan volume cairan
intravaskuler yang menyebabkan perfusi ke seluruh tubuh berjurang termasuk ke jaringan
otak.
4) Perkemihan
Eliminasi Urinaria (B4 : Bladder) Klien mengatakan produksi urin masih banyak dan
berwarna kekuningan. Sesuai dengan derajat 2 DBD.
5) Pencernaan
Eliminasi Fekal (B5 : Bowel) Klien mengeluh mual hal ini sesuai dengan literature yang
mengatakan bahwa klien dengan DHF akan mengalami gejala seperti mual dan muntah /
tidak ada nafsu makan, haus, sakit menelan, nyeri tekan ulu hati dan konstipasi. Mukosa
mulut kering, hiperemia tenggorokan, derajat 3 dan 4 terdapat pembesaran hati dan nyeri
tekan, sakit menelan, pembesaran limfe, nyeri tekan epigastrium, hematemisis dan melena.
6) Muskuloskeletal (B6 : Bone) Pemeriksaan fisik klien dengan DHF derajat 1 dan 2
adalah Nyeri pada sendi, otot, punggung dan kepala; kulit terasa panas, wajah tampak merah
dapat disertai tanda kesakitan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan merupakan suatu keputusan klinik yang diberikan kepada
pasien mengenai respon individu untuk menjaga penurunan kesehatan, status, dan mencegah
serta merubah. (NANDA,2011). Pada konsep diagnosa keperawatan yang lazim muncul
pada pasien dengan DHF ada Sembilan (7) diantara nya adalah : (1) Devisit volume cairan,
(2)Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,(3)Hipertermia,(4)Nyeri akut,
(5)Ketidak efektivan jaringan perifer,(6)Resiko syok hipovolemik,dan Ketidak efektifan
pola nafas.
Kami menegakkan sebanyak tiga (3) diagnosa keperawatan berdasarkan hasil pengkajian
yang telah dilakukan. Diagnosa pertama adalah Hipertermia berhubungan dengan proses
infeksi virus. kami menegakan diagnosa ini karena di dapatkan data klien mengalami febris
hari ke 4 ,suhu : 39,2°C, kulit kemerahan, kulit teraba panas,nadi 111 x/menit. Diagnosa
keperawatan ini sesuai dengan konsep 7 diagnosa yang lazim muncul pada asuhan
keperawatan dengan DHF.
Diagnosa kedua yaitu nyeri akut berhubungan dengan injuri biologis. Kami
menegakkan diagnosa ini karena dari hasil pengkajian di dapatkan data klien mengalami Os
mengatakan pusing,Os mengatakan badan terasa sakit semua ,P : nyeri meningkat saat
beraktivitas,Q: nyeri terasa nyut2an,R: lokasi kepala dan seluruh otot,S: 4,T : akut. Diagnosa
keperawatan kedua yang kami angkat ini sejalan dengan konsep 7 diagnosa yang lazim
muncul pada asuhan keperawatan dengan DHF .

Diagnosa ketiga yang muncul adalah resiko perdarahan berhubungan dengan


trombositopenia. Kami menegakkan diagnosa ini karena dari hasil pengkajian di dapatkan
data klien mengalami trombositopenia dengan hasil lab Trombosit : 112.000/µL.

Dari ketiga diagnosa yang kami tegakan pada kasus ini terdapat satu diagnosa
keperawatan yang tidak sejalan dengan konsep, menurut kami perbedaan ini wajar terjadi
pada saat penegakan diagnosa keperawatan. Karena prinsip penegakan diagnosa
keperawatan adalah mengikuti atau menurut PES. P (problem) adalah masalah yang
ditemukan pada klien saat pengkajian, E (Etiologi) adalah penyebab muncul nya masalah
keperawatan berdasarkan hasil analisa data, dan S (sindrom) adalah gejala yang tampak atau
di dapatkan pada saat pengkajian. Jadi penegakan diagnosa keperawatan bisa saja terjadi
perbedaan dengan konsep yang ada, karena di sesuaikan dengan data yang di dapat di
lapangan.
C. Perencanaan
Menurut UU perawat No. 38 Th. 2014, perencanaan merupakan semua rencana tindakan
yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Perencanaan di buat perdiagnosa berdasarkan problem, etiologi, tanda dan gejala yang
mengacu pada perencanaan NOC dan NIC. Banyaknya referensi Intervensi (NIC) dan
Kriteria Hasil (NOC), memudahkan kami untuk menyusun perencanaan pada kasus ini. Kami
hanya memilih intervensi (NIC) dan kriteria hasil (NOC) yang sesuai dengan kebutuhan
pasien atau sesuai dengan masalah yang muncul pada pasien yang kami tuangkan dalam
bentuk tabel Intervensi Keperawatan.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi yang diberikan
semuanya disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pada kasus ini
terdapat satu intervensi yang tidak efektif di implementasikan karena alasan yang
berhubungan dengan biaya, yaitu intervensi memonitor hasil laboratorium elektrolit. Menurut
kami ini wajar saja tidaki lakukan setiap hari karena berhubungan dengan biaya, kemampuan
setiap fasyankes satu dengan yang lain berbeda dalam hal biaya, akan tetapi hal yang
terpentiang ialah intervensi ini tetap aman atau masih dalam kaidah keselamatan pasien
walaupun tidak di implementasikan setiap hari.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan,
dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Pada kasus ini evaluasi dilakukan terhadap ketiga
diagnosa keperawatan yang ditegakkan.Diagnosa keperawatan satu dan dua memiliki target
capaian 3x 24 jam, artinya dalam 3x24 jam diharapkan masalah yang muncul pada pasien
bisa teratasi dengan perencanaan yang telah di buat. Diagnosa keperawatan ketiga dalam
3x24 jam proses keperawatan masalah hanya teratasi sebagain, hal ini mengacu pada masih
adanya indikator kriteria hasil yang belum sesuai target. Dari 5 indikator kriteria hasil, baru 3
indikator yang sesuai target sisanya masih belum sesuai. Hal ini terjadi karena saat dilakukan
pengakajian keperawatan tidak ditemukan adanya tanda-tanda perdarahan hanya trombosit
yang menurun dari angka normal yaitu 112.000µ/ L. Dari ketiga diagnosa yang muncul
hanya satu diagnosa yang teratasi sesuai perencanaan yang telah di buat, kami menilai hal ini
wajar terjadi karena setiap individu satu dengan yang lain berbeda, bisa saja target ini bisa
tercapai pada satu individu tetapi belum tentu terhadap individu (klien) yang lain, karena sifat
manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual. Faktor lain adalah karena terbatasnya waktu
yang kami miliki dalam mengimplementasikan intervensi yang telah di rencanakan.

Anda mungkin juga menyukai