Anda di halaman 1dari 42

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Transformator Dua-belitan


Kita mulai dengan sebuah diskusi (dan review) dari transformator dua-belitan, dengan mengabaikan
rugi-rugi daya dalam gulungan dan inti. Menggunakan teori rangkaian gabungan dan fasor
didapatkan
ẽ1 = jXL1i1 + jXM ĩ2
ẽ1 = jXL2i2 + jXM ĩ1 (1.1.1)
dimana
XL1 = reaktansi induktif diri dari gulungan 1
XL2 = reaktansi induktif diri dari gulungan 2
XM = saling reaktansi induktif
Persamaan dengan mudah dapat diperpanjang pada n gulungan, dan persamaan sirkuit mirip
manegtically-coupled. Untuk transfomers praktis dengan inti permeabilitas tinggi, mereka tidak
berguna karena kesalahan kecil sangat berpengaruh dalam parameter dan dapat menyebabkan
kesalahan yang besar dalam perhitungan tegangan dan arus. Kita mengetahui bahwa berbagai
induktansi dapat ditulis dalam istilah-istilah pada permeances P dan turn N oleh keterkaitan fluks
dengan lilitan pertama menjadi
𝜓 L1 = P1N12 ĩ1 (1.1.2)
Kemudian
𝜓L1
L1 = ĩ1
= P1N12

Juga
L2 = P2 N22 (1.1.3)
hubungan fluks dari lilitan 2, ketika lilitan 1 membawa arus, menjadi
𝜓 M2 = PMN12ĩ1N2
persamaan induktansi didefinisikan sebagai
PMN12ĩ1N2
LM = ĩ1
= PMN1N2 (1.1.4)

Secara umum didefinisikan sebagai P1, P2 dan PM tidak sama, tetapi untuk inti permeabilitas
sangat tinggi mungkin hampir sama. Jika kita menjabarkan (1.1.1) untuk ĩ1 saat ini, ketika belitan
2 korslet, kita mendapatkan
ẽ1
ĩ1 = 𝑗
[XL1 – X2M / XL2]-1
ẽ1𝜔 PMN12N22 -1
= 𝑗
[P1N12 - P1N12
]

1
ẽ1𝜔N12
ĩ1 = 𝑗
[P1 – PM2/P2]-1 (1.1.5)

Jika permeabilitas inti sangat besar, istilah dalam tanda kurung terlalu banyak kesalahan
karena semua tiga PS akan kira-kira sama.
Karena persamaan rangkaian ditambah dalam hal induktansi diri dan saling dapat
menyebabkan kesalahan besar dalam perhitungan. kita mencari bentuk lain representasi (1.1.5)
kita melihat bahwa mungkin kita harus mencoba untuk mendefinisikan permeances baru sebagai
berikut
P1 = PM + PΔ1
P2 = PM + PΔ2 (1.1.6)

sebagai berikut
𝑃1 = 𝑃𝑀 + 𝑃∆1
𝑃1 = 𝑃𝑀 + 𝑃∆2
Dimana 𝑃∆1 dan 𝑃∆2 diharapkan mempunyai nilai yang rendah yang nantinya di jumlahkan
dengan 𝑃𝑀 agar nilai P1 dan P2 tepat. Jika kita mengganti ekspresi ini kembali ke (1.1.1)
menggunakan (1.1.2), (1.1.3), dan (1.1.4), kita akan mendapatkan :
𝑁2 𝑖2
𝑒1 = 𝑗𝜔𝑁12 𝑃∆1 𝑖1 + 𝑗𝜔𝑃𝑀 𝑁12 (𝑖1 + 𝑁1
)
𝑁2 𝑖2
= 𝑗𝑥11 𝑖1 𝑒𝑀1 = 𝑗𝑥11 𝑖1 + 𝑗𝑥𝑚1 (𝑖1 + 𝑁1
) (1.1.7)
𝑁1 𝑖1
𝑒1 = 𝑗𝜔𝑁22 𝑃∆2 𝑖2 + 𝑗𝜔𝑃𝑀 𝑁22 (𝑖2 + 𝑁2
)
𝑁1 𝑖1
= 𝑗𝑥12 𝑖2 𝑒𝑀2 = 𝑗𝑥12 𝑖2 + 𝑗𝑥𝑚2 (𝑖2 + 𝑁2
) (1.1.8)

reaktansi 𝑥11 tersebut sebanding dengan 𝑃∆1 disebut kebocoran reaktansi dan winding 1; begitu juga
untuk 𝑥12 dan winding 2. dicatat bahwa 𝑒𝑀1 ⁄𝑒𝑀2 = 𝑁1 ⁄𝑁2 . Kuantitas 𝜔𝑃𝑀 𝑁12 disebut "reaktansi
magnet untuk winding 1”. Jika kita menyatakan itu dengan 𝑥𝑚1 kita melihat bahwa :

N
𝑥𝑚1 = N1 ∙ X M (1.1.9)
2

Kebanyakan dari Power Transformers, 𝑥11 akan lebih rendah di banding 𝑥𝑚1 dan 𝑥12 akan
lebih rendah disbanding 𝑥𝑚2 (𝑥𝑚1 𝑁22 ⁄𝑁12 ). Rangkaian yang setara untuk (1 .1 .7) dan
(1 .1 .8 ) dapat dilihat di figure 1 .1 .1
Kedua gulungan pada rangkaian equivalen kadang -kadang dianggap
transfo rm ato r ideal. M akna ideal yaitu dengan asum si bahwa kebocoran adalah nol dan
reaktansi magnetizing adalah tak terhingga.

2
Kemudian rangkaian ekivalen sisi transformator idealnya, harus mewakili transformator dengan nol
kerugian, tidak ada kebocoran, dan reaktansi magnetizing tak terbatas. nilai-nilai reaktansi
diperoleh jika permeabilitas inti meningkat tanpa batas. Perhatikan bahwa baik 𝑥𝑚1 , or 𝑥𝑚2 , tetapi
tidak keduanya, muncul dalam rangkaian ekivalen.
Setelah membandingkan (1.1.1), (1.1.7), and (1.1.8) dapat kita lihat :

𝑥11 = 𝑋𝐿1 − 𝑋𝑀 𝑁! ⁄𝑁2 (1.1.10)

𝑥12 = 𝑋𝐿2 − 𝑋𝑀 𝑁2 ⁄𝑁1 (1.1.11)

Dan

𝑥𝑚1 = 𝑋𝑀 𝑁! ⁄𝑁2 (1.1.12)

jika transformator diwakili oleh sirkuit tee, seperti yang di tunjukan pada figure 1.1.2 dimana :

𝑒1 = 𝑍1 𝑖1 + 𝑍3 (𝑖1 + 𝑖2 ) (1.1.13)

𝑒1 = 𝑍2 𝑖2 + 𝑍3 (𝑖1 + 𝑖2 ) (1.1.14)

Kita melihat bahwa

𝑁
𝑍1 = 𝑋11 + (1 − 𝑁2 )𝑋𝑚1 (1.1.15)
1

𝑁
𝑍1 = 𝑋12 + (𝑁2 − 1) 𝑋𝑚1 𝑁2 ⁄𝑁1 (1.1.16)
1

3
Dan

𝑍3 = 𝑋𝑚1 𝑁2 ⁄𝑁1 (1.1.17)

Contoh 1.1.1
Sebuah transformator dua belitan terhubung seperti pada gambar. Jika nilai resistansi bocornya
tidak diperhitungkan, hitung fasor arus i dalam bentuk e , N1 / N 2 , dan x m1

Solusi : e  e1  e2 dan i1  i2  i , dikarenakan hubungannya.

Dari rangkaian ekivalen dan teori transformer, didapatkan


e1  em1  e2 N 1 / N 2
im1  em1 / jxm1
i1  i2 N 2 / N1  im1
Jadi,
e1  e / 1  N 2 / N1 
i  im1 / 1  N 2 / N1   e / jxm1 1  N 2 / N1 
2

Jika N1 / N 2  1.0 , arusnya akan menjadi seperempat dari saat magnetisasi normal pada sebuah
koil, hal ini terjadi karena hanya diperlukan setengah nilai flux normal ( karena tegangan di setiap
koil adalah setengahnya).


e1 i1
 N1

e
 N2

e2 i2

Contoh 1.1.1

4
Contoh 1.1.2
Ubahlah persamaan transformer menjadi bentuk seperti berikut dan identifikasi komponen A, B, C
dan D. Diketahui a  N1 / N 2 .

e1  Ae2  Bi2
i1  Ce2  Di2
Solusi : dari rangkaian ekivalen

i1 
i2 e ae
 im1  m1  m 2 
a
e2  jx12i2 
a jxm1 jxm1 jxm1
atau

ae2  1 ax 
i1   i2    12  ;
jxm1  a xm1 
i1  Ce2  Di2
Sekarang menjadi,

e1  em1  jx/ \ i1
 a e2  jx12i2   jx/ \ i1
  x / \   x jax/ \ x2 
 e2 a1    i2  jax12  j / \  
  xm1   a xm1 
 Ae2  Bi2
Sehingga AD  BC  1

Contoh 1.1.3
Pada gambar diperlihatkan autotransformer tiga fasa seimbang. Tap di 7, 8, dan 9 adalah dua pertiga
dari nilai magnetisasi. Diperlihatkan diagram fasor tegangan 3 fasa seimbang pada terminal 1, 3 dan
5 dan dikoneksikan menggunakan hubungan delta. Kemudian terminal 7, 8 dan 9 di hubungkan
dengan terminal beban A, B dan C dengan menggunakan hubungan Y. Jika beban beroperasi pada
kapasitas penuh, rating tegangannya, p.f., berapa kapasitas yang diperlukan untuk kapasitor bank???

5
Contoh 1.1.3
Solusi : Garis putus-putus menggambarkan hubungan delta. Garis tebal menggambarkan tap
hubungan beban.
Hubungan arus sebagai berikut :

2.0i17  1.0i 72  0
Karena besar ampere harus berjumlah nol (0), untuk tiap kumparan.

i 7 N  i17  i 27 ( i  0 di simpul )
Demikian

i 27 3
i7N   i 27  i 27
2 2
Dan

2
i 27  i 7 N 
3
i17  i 7 N /3
Sekarang

6
e17 
2
3
2
e12  e13 
3
2
3

e ln  e n 3 
2
e17  3 e ln  300
3

Kita perhatikan bahwa, karena sistem seimbang, n dan N adalah sama.

e 7 N  e 71  e ln
 2 
e 7 N  e ln 1   30 0 
 3 
Sehingga

 
2 2  1 
e17  e ln  30 0  e7 N  
3 3 1  2  30 0 
 3 
2e 7 N 2e 7 N
e17  
3  2  30 0  3 1
3  2  j 
 2 2
e17   j 2e 7 N
Beban VA, per fase adalah e 7 N i 7 N dan beban pada transformator setiap kumparan adalah e17 i17

e17 i 17 2
( atau e 72 i 72 ). Rasionya 
e7N i7N 3

Contoh 1.1.4. Pentahanan Trafo


Pertama, mempertimbangkan operasi 3 fase seimbang pada peralatan ini.
Dari 3 transformator simetris dan berinterkoneksi, kita akan mengharapkan semua tegangan dan

arus harus seimbang. Oleh karena itu I 0 harus

7
Contoh 1.1.4
menjadi nol (0), akan tetapi

I 0  i'1 i'2 i'3


Dan juga

I 0  i1  i 2  i3
Selanjutnya

i1  i ' 2
i 2  i '3
i 3  i '1

Sebagaitambahan, jikaarusmagnetisasidiabaikan, maka𝑁1 𝑖̅1 + 𝑁2 𝑖̅2 =0, danseterusnyasehingga


𝑁1 𝑖̃1 = 𝑁2 𝑖̃3
𝑁1 𝑖̃2 = 𝑁2 𝑖̃1

8
dan
𝑁1 𝑖̃3 = 𝑁2 𝑖̃2
Seluruhhubunganmengharuskan𝑖̃1, 𝑖̃2, dan𝑖̃3 ada di fase waktu, dimana tidak dimungkinkan adanya
keseimbangan antara ketiga fasenya, kecuali𝑖̃1 = 𝑖̃2 = 𝑖̃3 . Hal ini akan sangat jelas jika
diperhatikandarinilaitegangannya. Tegangan system akanmembentuksuatukeseimbangan.
Sekarang, perhatikanurutannoldaritegangannya (atauarusnya).Terlihatlagibahwa taka da arus yang
𝑁
mengalirkecuali𝑁1 = 1,0. Jikakondisiiniadapadamedan yang sama, sehingga amp-turn terpenuhi dan
2

setiap besaran arus bias mengalir, kecuali masing-masing arus di lilitan akan bernilai sama dan
fasenya sama.
Untuk mengetahui apa yang terjadi untuk kasus ketika impedans magnetisasi dan impedans bocor
ikut diperhitungkan, kita akan melakukan hal-hal seperti berikut: e adalah tegangan urutan nol
(Ketiga fasa bernila sama) melewati suatu rangkaian, maka
(𝑟 + 𝑗𝑥1 )𝑖̃
𝑒̃ = 𝑒̃1 − 𝑒̃2 = ̃ 𝑚2
+ 𝑍𝑚1 𝑖𝑚1 − 𝑒′
3
maka,
𝑁
𝑒̃𝑚1 𝑁1 𝑁 𝑁2 (1− 2 )𝑖̃
𝑖̃1 + 𝑁1 𝑖̃′1
𝑁1
= ≡ 𝑎dan𝑖̃𝑚1 = = (1 − ) 𝑖̃
𝑁1 1
=
𝑒̃′
𝑚2 𝑁2 2 3

olehkarenanya,
𝑁
(𝑟 + 𝑗𝑥1 )𝑖̃ (1 − 𝑁2 ) 𝑖̃ 𝑒̃
1 𝑚1
𝑒̃ = + 𝑍𝑚1 −
3 3 𝑎
dan
𝑒̃𝑚1
= 𝑍𝑚1 𝑖̃𝑚1
𝑎
sehingga,
𝑁 2
(𝑟 + 𝑗𝑥1 )𝑖̃ (1 − 𝑁2 ) 𝑍𝑚1 𝑖̃
1
𝑒̃ = +
3 3
Dimana𝑟 adalah resistans dan 𝑥1 adalah reaktansi seri, berdasarkan lilitan 1.

Example 1.1.5
Duabuah transformer dihubungkansebagaimanadigambar. Parameter darimasing-masing𝑗𝑥𝑚𝑎 =
𝑁
𝑗100, 𝑗𝑥𝑚𝑎 = 𝑗50, berdasarkanpadalilitantersebut. Rasio𝑁2 masing-masing adalah 2 dan 1 untuk a
1

dan untuk b. Tentukanlah besar sudur fasor arus dan tegangan masing-masing lilitan.Abaikan
kebocoran dan resistans.
Solusi: Pertamakitamengelompokanarusdanteganganpadamasing-masinglilitansebagaimanaberikut.

9
Persamaan “constraint” Persamaan “canonical”
𝑒̃ = 𝑒̃𝑎 + 𝑒̃𝑏 ̃𝑎
𝑒̃𝑎 = 2𝑒′
𝑖̃𝑎 = 𝑖̃𝑏 ̃𝑏
𝑒̃𝑎 = 𝑒′
̃ 𝑎 + 𝑒′
𝑒′ ̃ 𝑏 = −𝑗5𝑖′̃ 𝑎 𝑖̃′ 𝑎 𝑒̃𝑎
𝑖̃𝑎 + =
2 𝑗𝑥𝑚𝑎
̃
𝑖′𝑎 = ̃
𝑖′𝑏 𝑒̃𝑏
𝑖̃𝑏 + 𝑖̃′𝑏 =
𝑗𝑥𝑚𝑏

Persamaan no 3 disubstitusikandenganpersamaan 5 dan6 :


𝑒̈𝑎
+ 𝑒̃𝑏 = −𝑗5𝑖′̃ 𝑎
2
Dari persamaan 7 dan 8
𝑖̃′ 𝑎 ̃′ 𝑒̃𝑎 𝑒̃𝑏
𝑖̃𝑎 − 𝑖̃𝑏 + −𝑖𝑏 = −
2 𝑗𝑥𝑚𝑎 𝑗𝑥𝑚𝑏
Persamaan no 10 disubstitusikandenganpersamaan 2 dan4 :
𝑖̃′ 𝑏
− = 𝑅𝐻𝑆
2

Contoh1.1.5
Masukkan (4) ke dalam (9)

12

Hilangkan i'b dari (11) dan (12):

13

Kami menggunakan nilai numerik untuk mendapatkan

atau,

10
14
Masukkan (14) ke dalam (1):

atau,

15
Masukkan (15) ke dalam (14)

16
Masukkan (16) dan (15) ke dalam (9):

17
Dari (7), menggunakan (17) dan (16):

18
Periksa:

19

1.2 MULTI-WINDING TRANSFORMERS

Pada gambar 1.2.1, kita membiarkan menjadi tegangan fasor terminal dan
arus belitan trafo n. Perangkat ini diasumsikan untuk beroperasi secara linear seperti itu (1.2.1)
berlaku.

Sebuah rangkaian ekivalen sederhana (1.2.1) dapat dibangun jika kita pertama menulis ulang sebagai

11
.
.

Selama tiga belitan, (1.2.2) dapat diartikan sebagai rangkaian angka 1.2.2. Perpanjangan untuk
gulungan lebih tidak sulit untuk menggambar. ys yang terdiri dari jumlah dari Ys. Misalnya,

Gambar 1.2.2
Rangkaian yang ditunjukkan pada gambar 1.2.2 mungkin dapat dikembangkan dengan
menunjukan trafo ideal dengan ratio 1 : 1, untuk menghilangkan sambungan penghantar abc.
Pada gambar 1.2.3,Ys tidak hanya terhubung ke magnetisasi sendiri dan impedans bocor.
Meskipun demikian, jika kita mengganti trafo ideal dengan ratio 1:1 dengan trafo ideal dengan ratio
N1 : N1 , N1 : N2 , N1 : N3 dan lain sebagainya, itu dapat ditunjukkan bahwa admitans (impedans) baru
terhubung langsung ke admitans (impedans) bocor dan admitans (impedans) magnetisasi.

12
Gambar 1.2.3

Gambar 1.2.4
Untuk belitan 3 inti, yang menggunakan impedans dan sebuah hubungan Y lebih jarang daripada
hubungan delta, dapat dilihat pada gambar 1.2.4. Hubungan antara zs dan ys tidak jelas atau mudah
untuk dijelaskan karena ratio trafo telah dirubah. Meskipun demikian, agak mudah untuk
menghubungkan dengan Zs untuk nilai terukur. Mengingat prosedur percobaan. Misal belitan 2 dan
3 dihubung buka. Kemudian impedans terhubung ke belitan 1 yang termagnetisasi. Jika terjadi
kebocoran dan seharusnya tidak dibandingkan deengan kasus kita belitan 2 dan 3 terbuka. Jika
belitan 2 dihubung singkat tetapi belitan 1 dan 3 dihubung buka, impedans belitan 1 dan 3 adalah
impedans bocor antara belitan 1-2 dan belitan 3-2. Dengan menganggap sama, kita dapat
menyimpulkan bahwa z lm , z 2m dam z 3m terhubung dengan dengan impedans magnetisasi trafo dan
banyak yang diabaikan ketika arus magnetisasi diabaikan. Jika kita mengasumsikan kasus ini,
rangkaian menjadi seperti gambar 1.2.5.
Ketiga Zs mungkin dapat dijelaskan sebagai berikut:
𝑒̃1
𝑖̃1
= 𝑍1 + 𝑍2 saat 𝑒̃2 = 0 dan 𝑖̃3= 0

13
𝑒̃1
𝑖̃1
= 𝑍1 + 𝑍3 saat 𝑒̃3 = 0 dan 𝑖̃2= 0,

Dan persamaan yang ketiga untuk masing masing pengukuran dapat ditulis menjadi:
𝑒̃2 𝑁 2
𝑖̃1
= (𝑁2 ) (𝑍2 + 𝑍3 ) saat 𝑒̃3 = 0 dan 𝑖̃1 = 0,
1

atau
𝑒̃3 𝑁 2
𝑖̃3
= (𝑁3 ) (𝑍2 + 𝑍3 ) saat 𝑒̃2 = 0 dan 𝑖̃1 = 0.
1

Dari ketiga perhitungan di atas, dengan N2/N1 atau N3/N1, sebagaimana mestinya, kita dapat
mencari Z1, Z2, dan Z3.
Jika kita ingin, kita dapat rangkaian per unitnya dengan memilih nilai-nilai dasar. Jika kita
memilih nilai tegangan dasarnya untuk semua belitan secara proporsional dengan jumlah gulungan
pada setiap belitan dan nilai volt ampere harus sama untuk setiap belitan, terlepas dari rating
belitan, trafo yang “ideal” biasanya dapat dihilangkan, tetapi disarankan untuk tetap menggunakan
trafo yang ideal untuk menunjukkan isolasi konduktif

1.3 TRANSIEN DI BELITAN MAGNET YANG DIGABUNGKAN, TANPA KEBOCORAN


Perhatikan rangkaian dari gambar 1.3.1 yang di kopel antara dua kumparan yang sangat
ketat, sehingga kita dapat mengasumsikan L = M. Setelah saklar ditutup, menggunakan “p”
(Heaviside notation) untuk d/dt, kita memiliki
E = Lpi1 + Ri1 + Lpi2 (1.3.1)
0 = Lpi2 + Ri2+ Lpi1 (1.3.2)

Ditambah (1.3.1) dan (1.3.2)


E = R (i1 + i2) + 2 Lp (i1 + i2) (1.3.3)

Jika kita mendefinisikan


I ≡ i1 + i2 kita mendapatkan (1.3.4)
E = Ri + 2 Lpi

14
Sebelum saklar S ditutup, kita asumsikan i1 dan i2 bernilai nol. Dari (1.3.4), kita melihat
bahwa i(0+)=i(0-)=0 dalam kasus ini. Maka solusi untuk I adalah
𝑡
𝐸
𝑖= 𝑅
(1 − 𝜀 −𝑇 ) (1.3.5)

Dimana
T = 2 L/R (1.3.6)

Dengan catatan bahwa I saat ini fiktif (tidak ada arus), dan juga dapat disebut arus
magnetisasi untuk kumparan yang digabungkan. Kita melihat bahwa waktu konstan efektif untuk
saat ini adalah sama dengan jumlah waktu konstanta masing-masing.
Jika kita mengurangkan (1.3.2) dari (1.3.1) kita mendapatkan
Ri1 – Ri2 = E atau
I1 – i2 = E/R (1.3.7)

Oleh karena itu


I1 = E/R + i2
= E/R + I – i1

Atau
I1 = E/2R + i/2 (1.3.8)
𝑡
𝐸 𝐸
𝑖1 = 2𝑅 + 2𝑅 (1 − 𝜀 −𝑇 )

Demikian pula, kita mendapatkan


𝑡
𝐸 𝐸
𝑖2 = − 2𝑅 + 2𝑅 (1 − 𝜀 −𝑇 ) (1.3.9)

Kedua persamaan tersebut menunjukkan bahwa i1 dan i2 saat t=0 sampai E/2R dan –E/2R
secara berturut-turut.

15
1.4 TRANSIEN DI BELITAN MAGNET YANG DIGABUNGKAN, DENGAN KEBOCORAN YANG
TERBATAS
Perhatikan rangkaian 2 belitan, gambar 1.4.1, dengan konstanta yang sama di kedua
rangkaian. Hal ini tidak jauh berbeda dari kondisi sebenarnya, ketika nilai-nilai yang dimaksud
dianggap. Kita memiliki RL1+Ldi1/dt+Mdi2/dt=0, dengan persamaan yang sama untuk beltan yang
kedua.
Jika kita memecahkan masalah untuk arus transien kita mendapatkan
I1 = K1 ε- Rt/(L+M) + K2 ε- Rt/(L+M)

Dan (1.4.1)
I2 = K1 ε- Rt/(L+M) - K2 ε- Rt/(L+M)

Perhatikan bahwa dua kali konstanta (L=M)/R≡Tm dan (L-M)/R≡T1, mungkin berbeda jauh.
Juga Tm menjadi sekitar dua kali baik rangkaian tanpa kopel. Jelasnya, kita melihat bahwa T1 dapat
dikaitkan dengan peluruhan fluks bocor, dan tidak ada fluks utama yang dihasilkan oleh i1+i2, kita
lihat
I1 + I2 ≡ Im = 2K1 ε- Rt/(L+M) = 2 K1 ε- t/Tm

Sehingga fluks saling meluruh untuk waktu konstan Tm.


Perhatikan bahwa komponen transien magnetisasi pada setiap alur belitasn kea rah yang
sama, tetapi arah aliran komponen bocor berlawanan sehingga inti tidak termagnetisasi. Jika ada
arus beban yang besar, kita menyimpulkan bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh daerah yang bocor.

Perhatikan pula bahwa sekarang menjadi magnet DC dengan belitan yang teredam untuk
mempertahankan fluks, sehingga menghindari tegangan lebih (lihat gambar 1.4.2). anggap
sebelumya tidak ada arus t=0, dan saat t→∞, t1=i. kemudian K1+K2=-1 dan K1-K2=0, sehingga K1=K2=-
1/2. Total arusnya adalah

16
Dengan kebocoran yang kecil antara 2 kumparan, arus i1 mencapai setengah nilai final
dengan cepat ketika sebuah arus setara tetapi berlawanan arah dihadirkan di damper. Kemudian,
arus damper berkurang hingga nol secara bertahap dengan konstanta waktu dari main flux, ketika i1
bertambah nilai akhirnya secara perlahan-lahan. Fluks utama tidak mengikuti perubahan yang cepat
dari arus karena ini disebabkan oleh :
−𝑡⁄𝑇
𝑖1 +𝑖2 = 𝑖𝑚 = 𝐼 (1 − 𝜀 𝑚 )

Oleh karena itu, fluk utama bertambah menuju nilai akhir secara perlahan. Diharapkan, setelah arus i
mencapai I, kita langsung membuka kumparan utama. Kemudian, untuk damper L2di2/dt + R2i2 +
Mdi1/dt=0, tetapi selama saklar R2i2 bernilai kecil sehingga kurang lebih, di2/di1 = -M/L2 .
Oleh karena itu, ketika i1 berkurang dari I menuju 0, i2 berkurang dari 0 menuju IM/L2 , dan
menurun sesuai
𝑀 −𝑅2 𝑡⁄𝐿
𝑖2 = 𝐼𝜀 2
𝐿2
Bagian utama dari energi yang secara alami tersimpan pada kumparan utama medan magnet diubah
menjadi panas pada damper. Energi yang tersisa adalah sesuatu yang tidak baik (dapat merusak)
kontak saklar. Kita menemukan energi ini sebagai berikut
Energi alami yang tersimpan sebelumnya adalah
1
𝑊1 = 𝐿1 𝐼 2
2
dan jumlah yang berubah menjadi panas adalah

𝑀 2 ∞ −2𝑅2 𝑡
⁄𝐿 1 𝑀2 2
𝑊2 = ∫ 𝑖22 𝑅2 𝑑𝑡 = ( ) 𝑖 2 𝑅2 ∫ 𝜀 2 = 𝐼
0 𝐿2 0 2 𝐿22
Selisih dari keduanya adalah
1 𝑀2
𝑊1 − 𝑊2 = 𝐿1 (1 − ) 𝐼2
2 𝐿1 𝐿2
1
= 𝐿1 𝐼 2
2
dilepaskan di saklar. Oleh karena itu, kebocoran adalah sebuah pengukuran dari energi busur.
Kita sebaiknya mencatat bahwa konstanta waktu dari sebuah kumparan, didefinisikan
sebagai T=L/R, dapat juga ditulis sebagai
𝑇 = 𝐿𝑖 2 ⁄𝑅𝑖 2 = 2 energi tersipan / input daya
untuk eksitasi dalam keadaan stabil. Energi tersimpan dapat ditemukan dengan menjumlahkan
energi dari medan magnet yang berbeda volumnya, dimana ditulis
1
energi tersimpan = 2 ∑ 𝜓 2 ⁄𝑃

17
dimana permecance, P, diasosiasikan dengan nilai fluks gandeng, 𝜓. Didalam banyak mesin, fluks
gandeng dihubungkan dengan banyak faktor, dan tidak dapat dikurangi. Oleh karena itu, kita lihat
bahwa kostanta waktu dapat dikurangi secara langsung hanya jika kita menaikan input daya
kumparan.

1.5 GAYA DAN TORKA PADA SISTEM MAGNETIK TAK JENUH


Misalkan induktans dari koil, L, dicatu oleh sumber tegangan, e. Asumsikan tidak terdapat
resistans di dalam rangkaian, dan L tidak tergantung arus i, tapi tergantung fungsi geometris,
disimbolkan dengan variabel x. Sebagai contohnya, sebuah blok dari bahan magnetik di A (lihat
gambar 1.5.1) akan mempengaruhi induktans. Kita akan sebut komponen x dari gaya pada blok
disebabkan oleh efek elektris fe. Dengan demikian, fe ditunjukkan berlaku sepanjang aksis-x.
Perhatikan bahwa bila perpindahan kecil dx terjadi, energi yang disuplai ke sistem (koil dan blok yang
dapat berpindah) dari beberapa sumber energi mekanis dari luar adalah fedx. Secara akurat, fedx
menggambarkan energi yang diubah dari bentuk mekanis ke bentuk elektris. Perhatikan bahwa fe
ditunjukkan berlaku sepanjang arah x negatif, dan itu terjadi bila dx adalah + dan fe adalah +,
kemudian energi mekanis yang diubah ke bentuk elektris juga akan bernilai positif.

gambar 1.5.1

Kita tahu bahwa flux linkage Ψ terkait dengan L dan i dalam


Ψ = Li
Lebih lanjut,
e = d Ψ/ dt

18
Akhirnya, input energi listrik ke dalam koil melalui terminal membawa arus i, ditambah
energi mekanis yang diubah ke bentuk elektris, harus sama dengan kenaikan dalam energi yang
disimpan dalam medan magnet. Ini merupaka keseimbangan energi untuk sistem karena
pertimbangan tidak ada rugi – rugi. Penulisan ulang simbol:
∫eidt + ∫fedx = ∫dWmed magnet
Sekarang
∫eidt = ∫ d Ψ i dt / dt
= ∫i d(Li)dt / dt
= ∫i d (Li)
= ∫i2 dL + ∫ Li di.
Energi yang disimpan dalam medan magnet Wmed dapat ditemukan pada bentuk fungsional dengan
lebih mudah untuk kondisi khusus saat tidak ada gerakan. Kemudian persamaan energi menjadi
∫Li di = ∫dWmed magnet (x tetap)
Atau
Wmed magnet = ½ Li2 (untuk x tetap)
Maxwell menemukan bahwa ekspresi di atas benar walaupun x berubah sementara energi
ditambahkan ke koil. Dia membuktikan bahwa energi yang disimpan dalam medan magnet tidak
tergantung dari kecepatan (dx/dt) dari x, dan itu hanya kondisi sekarang dari x dan i yang
menentukan energi yang tersimpan. Ini adalah pengamatan yang sangat berharga karena
memungkinkan kita untuk menggunakan (1.5.4) bahkan ketika x berubah. Misalnya, mengubah nilai
x dan i dengan jumlah diferensial. Kemudian
1 (1.5.5)
𝑑𝑊𝑚𝑎𝑔 = [𝑖 2 𝑑𝐿 + 2𝑖𝐿𝑑𝑖]
2

Jika kita mengganti (1.5.3b) dan (1.5.5) ke (1.5.3a), kita memiliki


𝑖 2 𝑑𝐿 (1.5.6)
∫ 𝑖 2 𝑑𝐿 + ∫ 𝐿𝑖 𝑑𝑖 + ∫ 𝑓𝑒 𝑑𝑥 = ∫ + ∫ 𝑖𝐿 𝑑𝑖
2
atau
𝑖2
∫ 𝑓𝑒 𝑑𝑥 = − ∫ 𝑑𝐿
2
𝑖 2 𝑑𝐿
∫ 𝑓𝑒 𝑑𝑥 = − ∫ 𝑑𝑥
2 𝑑𝑥
sehingga
1 𝑑𝐿 (1.5.7)
𝑓𝑒 = − 𝑖 2
2 𝑑𝑥

19
Ungkapan ini memungkinkan kita untuk menghitung gaya jika kita tahu arus i dan pernyataan untuk
kemiringan kurva L terhadap x. (1.5.7) dapat ditulis dalam bentuk simbol matematika yang berbeda
sebagai berikut:
catatan bentuk (1.5.4)
1
𝑊𝑚𝑎𝑔 = 𝐿𝑖 2
2

1
Oleh karena itu, 2 𝑖 2 𝑑𝐿/𝑑𝑥 dapat ditulis sebagai
𝜕𝑊𝑚𝑎𝑔
𝜕𝑥

membuat kita sepakat bahwa notasi derivatif parsial berarti kita menjaga variabel i tetap sementara
kita mengambil derivatif sehubungan dengan x. Ini berarti bahwa kita harus mengekspresikan Wmag
dalam variabel tertentu i dan x. Kita tidak harus menggantikan i sebagai variasi fungsional dalam x,
bahkan harus seperti hubungan yang diketahui. Substitusi dibuat hanya setelah derivatif parsial
𝜕𝑊𝑚𝑎𝑔 /𝜕𝑥 telah dilakukan. Dari sebelumnya, kita melihat bahwa fe

dapat ditulis sebagai


−𝜕𝑊𝑚𝑎𝑔 (𝑖, 𝑥) (1.5.8)
𝑓𝑒 =
𝜕𝑥

Terkadang, ini lebih mudah untuk menjelaskan Wmag sebagai sebuah fungsi dari fluks hubungan ψ
dan x, daripada saat i dan x. Untuk kasus ini, (1.5.8) tidak berlaku. Untuk menemukan bentuk
matematika yang benar, kita kembali ke (1.5.1) dan (1.5.4). Kemudian
1 1 (1.5.9)
𝑊𝑚𝑎𝑔 = 𝐿𝑖 2 = ψ2 /L = Wmag (ψ , x)
2 2
mencatat bahwa
Wmag (ψ , x) 1 dL
= − ( ψ2 /L2 )
∂x 2 dx

dan membandingkan ini dengan (1.5.7), kita melihat bahwa simbolisme matematika setuju dengan
fisika hanya jika kita menulis

20
𝜕𝑊𝑚𝑎𝑔 (𝜓, 𝑥) (1.5.10)
𝑓𝑒 = +
𝜕𝑥

(1.5.10) dan (1.5.8) sama-sama valid, namun ada perbedaan dalam tanda antara keduanya dan
variabel yang berbeda harus digunakan. Untuk torsi, kita menulis
𝜕𝑊𝑚𝑎𝑔 (𝜓, 𝜃) (1.5.11)
𝑇𝑒 = +
𝜕𝜃

Jika dua kumparan digabungkan secara magnetis, dan linieritas sirkuit magnetis diasumsikan, kita
dapat menulis
𝜓1 = 𝐿1 𝑖1 + 𝑀𝑖2 dan
𝜓2 = 𝐿2 𝑖2 + 𝑀𝑖1 .

Energi disimpan di medan magnet dari dua sirkuit diberikan oleh


1 1 1
𝑊𝑚𝑎𝑔 = 𝐿1 𝑖12 + 𝐿2 𝑖22 + 𝑀𝑖1 𝑖2 .
2 2 2

Jika kita menginginkan gayanya, dalam hal ini fe , kita bisa menggunakan persamaan
−𝜕𝑊𝑚𝑎𝑔 (𝑖1 , 𝑖2 , 𝑥) (1.5.12)
𝑓𝑒 =
𝜕𝑥

Hasil ini dapat dengan mudah digeneralisasi untuk n pasangan kumparan.


Contoh 1.5.1
Membiarkan 𝜓 = 6 + 17𝑥 + 12𝑥 2 dan i = 2 + 3x, untuk relay tertentu. Mencari 𝑓𝑒 ketika x = 1.0.
Berapa banyak energi yang disimpan di medan magnet ketika x = 2.0 ?
1 𝜓 1
Solusi : Dari (1.5.4), 𝑤𝑚𝑎𝑔 = 2 𝐿𝑖 2 , dan L = 𝑖
= 3 + 4x. Demikian, 𝑤𝑚𝑎𝑔 = 2 . 11 . 64, atau 352 watt

detik, ketika x = 2.0. dari (1.5.7),


1 𝑑𝐿 1
𝑓𝑒 = − 𝑖 2 = − (2 + 3𝑥)2 .4 = −50
2 𝑑𝑋 2
Newton, ketika x = 1.0. perhatikan bahwa (1.5.8) tidak dapat digunakan sampai kita pertama
mengekspresikan 𝑊𝑚𝑎𝑔 secara eksplisit dalam kerangka i dan x.
Contoh 1.5.2
mempertimbangkan mesin listrik sederhana ditampilkan. induktansi diri, L, dari stasioner belitan
dapat dinyatakan sebagai rangkaian Fourier dalam malaikat sebagai 𝜃 𝐿 = 𝐿0 + 𝐿2 𝑐𝑜𝑠2𝜃 +
𝐿4 𝑐𝑜𝑠4𝜃 + ...... umumnya . 𝐿2 ≪ 𝐿4 jadi kita akan mengasumsikan sebagai berikut 𝐿 = 𝐿0 +

21
1
𝐿2 𝑐𝑜𝑠2𝜃 . Jika 𝑖𝑟 = 0,kemudian untuk menunjukkan arah, 𝑇𝑒 = + 2𝑖2 𝑑𝐿/𝑑𝜃 = -𝐿2 𝑖 2 𝑠𝑖𝑛2𝜃 . Torsi

rata-rata lebih dari 2 𝜋 penuh adalah nol jika konstan, jika 𝑖 2 adalah konstan. Jika i = 𝐼𝑚 cos 𝜔𝑡
2
𝑇𝑒 = −𝐿2 𝐼𝑚 𝑐𝑜𝑠 2 𝜔𝑡 𝑠𝑖𝑛2𝜃
2
𝐿2 𝐼𝑚
=− 2
[ 1 + cos2 𝜔𝑡] 𝑠𝑖𝑛2𝜃
2
𝐿2 𝐼𝑚 1
=− 2
{ 𝑠𝑖𝑛2𝜃 + 2 [sin(2𝜃 + 2𝜔𝑡) + sin(2𝜃 − 2𝜔𝑡)]}

rata-rata nilai waktu masa pertama selama satu revolusi dari rotor adalah nol. nilai rata-rata masa
kedua adalah nol selama jumlah yang cukup besar revolusi. masih ada istilah sin(2𝜃 + 2𝜔𝑡).
menganggap 𝜃 = 𝑣𝑜𝑡 + 𝛿, 𝑣𝑜 dan 𝛿 yang konstans. kemudian, jika kecepatan rotasi konstan 𝑣𝑜 = 𝜔,
kita (2𝜃 + 2𝜔𝑡) = +𝑠𝑖𝑛2𝛿 sehingga torsi rata-rata adalah
2
−𝐿2 𝐼𝑚
𝑇𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 = 𝑠𝑖𝑛2𝛿
4
Dicatat bahwa torsi seketika memiliki frekuensi di 0,2 𝜔, 𝑑𝑎𝑛 4𝜔.

22
𝑑𝜓 𝑑
𝑒 =+ = + 𝐿𝑖
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑
= [{𝐿𝑜 + 𝐿2 𝑐𝑜𝑠(2𝜔𝑡 + 2𝛿)}𝐼𝑚 cos 𝜔𝑡]
𝑑𝑡
𝑑 𝐿2 𝐼𝑚
= [𝐿 𝐼 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡 + { 𝑐𝑜𝑠(3𝜔𝑡 + 2𝛿) + 𝑐𝑜𝑠(𝜔𝑡 + 2𝛿)]
𝑑𝑡 𝑜 𝑚 2
𝜔𝐿2 𝐼𝑚 3𝜔𝐿2 𝐼𝑚
= − 𝐿𝑜 𝐼𝑚 𝜔 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 − 2
𝑠𝑖𝑛(𝜔𝑡 + 2𝛿) − 2
𝑠𝑖𝑛(3𝜔𝑡 + 2𝛿)

Apabila kita melihat nilai fundamental (ω) antara e dan I dari fasor, saat … dan … kita mendapat
diagram fasor yang dapat kita lihat.
Daya listrik rata-rata yang masuk
|𝑒||𝑖|
cos < 𝑒𝑖
2

Yang dapat diartikan


𝜔𝐿2𝐼𝑚 − 𝜔𝐿2 𝐼𝑚²
( 𝐼𝑚) /2 . cos ( π/2 + 2δ ) = sin 2δ
2 4

(bandingkanlah dengan T rata-rata dikali dengan kecepatan). Apabila alat ini dioperasikan dengan
a+δ , maka alat tersebut disebut generator. Apabila I melalui nilai + values δ maka generator yang
akan bertindak. Daya dikonversi dari listrik ke bentuk mekanik diberikan oleh Tedθ/dt.
Mari kita berikutnya mempertimbangkan kasus dimana arus, bukan nol. Kemudian induktansi
mutual antara gulungan harus dipertimbangkan. Biarkan Mrs = M cosθ + … dimana M adalah sebuah
konstanta positif. Kebenaran bentuk tersebut dengan mudah dapat diperiksa dengan mencatat
petunjuk lilitan dan persamaan ψs = Li + Mrs Ir untuk arah arus dipostulasikan. Sistem yang
tersimpan Wmag = ½ is² L + is ir Mrs + ½ Ir² Lr dimana Lr = induktansi diri rotor belitan.
Lalu

𝑑𝐿 𝑑𝑀𝑟𝑠 𝑑𝐿𝑟
Te = ½ Is² + Is Ir + ½ Ir²
𝑑𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃

Sekarang,

L + Lo + L2 cos 2θ + …
Mrs = M cos θ + …

Dan

23
Lr = L0r + L2r cos 2 θ + …

Lalu

dL/dθ = - 2L2 sin 2θ ,

𝑑𝑀𝑟𝑠
= - M sin θ ; dan
𝑑𝜃

𝑑𝐿𝑟
= −2𝐿2𝑟 sin 2𝜃
𝑑𝜃

Torsinya adalah Te = - L2 Is² sin2θ – Is Ir Msinθ – L2 ir² sin2θ

Kita ansumsikan Ir = Idc dan Is = Im cos ωt ; lalu


Te = - L2r Idc² sin 2θ – Im Idc M sin θ cos ωt – L2 Im² cos² ωt sin 2θ

Apabila berbagai fungsi diperluas, kita mendapatkan

Te = - L2r Idc² sin 2θ – Im Idc M ½ [ sin( θ+ωt ) + sin ( θ – ωt)]

𝐿2 𝐼𝑚² 1
- 2
[ sin 2𝜃 + 2 {sin( 2𝜃 + 2 𝜔𝑡 ) + sin( 2𝜃 − 2 𝜔𝑡 )}]

Seperti sebelumnya, kita melihat apabila tidak ada rata-rata torsi untuk nilai positif dari kecepatan
yang stabil. Kecuali pada saat θ = ωt + δ. Untuk mendapatkan nilai dari θ

−𝐼𝑚 𝐼𝑑𝑐 𝑀 𝐿2 𝐼𝑚²


Trata = sin 𝛿 − sin 2𝛿
2 4

Untuk Idc = 0 , hasilnya sama saja seperti kasus sebelumnya. Namun, adanya arus dc pada
rotor akan meningkatkan torsi dengan tambahan yang diberikan. Pada kenyataannya, kontribusi dc
umumnya jauh lebih besar daripada ketentuan kedua, yang disebut torsi keengganan. torsi
keengganan akan menjadi nol jika bukan karena perubahan dalam L , hal ini disebabkan oleh
perubahan keengganan sirkuit magnet rotor yang bergerak. Ketentuan pertama tidak bergantung

24
pada posisi perubahan keengganan. Sehingga seluruh rangkaian magnetik diubah. Dan itulah cara
menghitung fluks hubungan gulungan rotor untuk kasus arus rotor Ir = 0

Lalu
Ψr = Mrs Is
= M cos θ Im cos ωt
𝑀 𝐼𝑚
= 2
[cos ( 𝜔𝑡 + 𝜃 ) + cos ( 𝜔𝑡 − 𝜃 )]

Apabila θ = ωt + δ ,

𝑀 𝐼𝑚
Ψr = [cos ( − 𝛿 ) + cos ( 2 𝜔𝑡 + 𝛿 )]
2

Perluasan ini memperlihatkan flux melalui lilitan rotor yang disebabkan arus Is dalam belitan
stasioner yang memiliki dua komponen-satu komponen adalah konstan dan hal tersebut disebabkan
oleh kepadatan fluks berputar. Kecepatan gelombang ini kerapatan fluks hanya exatly sama dengan
kelajuan rotor.Komponen yang lain adalah berdenyut di 2ω dan boleh dianggap sebagai disebabkan
oleh gelombang rapat fluks. berputar ke arah berlawanan dengan rotor, pada kelajuan ω. Prinsip
dasar dari mesin elektrik adalah gelombang kepadatan fluks dari gulungan rotor dan stasioner. Jika
mereka dari panjang gelombang yang sama, harus diam dengan menghormati antara satu sama lain
untuk menghasilkan torsi rata-rata bersih.Gelombang yang lain sebenarnya menurunkan prestasi
enjin dengan menghasilkan torsi ayunan.
2
Te= -L 𝐼𝑑𝑐 sin 2𝜃
Saat θ = 0 ada torsi ada. Namun, jika rotor menggantikan sedikit dari kedudukan ini, torsi
dibangunkan yang cenderung untuk mengembalikan rotor untuk posisiton θ 0 =.Dengan kata lain, θ
= 0 adalah posisi keseimbangan stabil rotor. Untuk menunjukkan ini benar kita menghitung
𝑑𝑇 2
= −2𝐿2 𝐼𝑑𝑐 cos 2𝜃
𝑑𝜃
Dan perhatikan bahawa jumlah kecil torsi yang dihasilkan selama Δθ perpindahan kecil adalah
sekitar yang diberikan oleh
𝑑𝑇
∆𝑇 ≅ ∆𝜃
𝑑𝜃
dT / dθ negatif selama hampir o atau sifar, setakat ini nilai positif Δθ kita menemukan ΔT adalah
negatif. Ini bermakna torsi kuasa menentang displacment + dan cenderung untuk mengembalikan
rotor untuk θ = 0. Jika Δθ negatif, maka ΔT adalah positif dan, sekali lagi, torsi elektrik cenderung
menentang perpindahan. Dengan demikian, kami membuat kesimpulan bahawa θ = 0 adalah posisi

25
keseimbangan stabil. Sebuah perpindahan sedikit rotor arah baik mengembangkan torsi memulihkan
cenderung pusat rotor pada θ = 0
Jika analisis di atas kestabilan dilakukan untuk θ = π / 2, maka akan didapati bahawa torsi
kuasa dibangunkan untuk perpindahan kecil bantu penyebab luaran perpindahan dan, kerananya,
cenderung meningkat perpindahan, kerana baik + atau - perpindahan.Jadi θ = π / 2 adalah
keseimbangan stabil - perpindahan rawak sedikitpun rotor akan mengembangkan torsi elektrik
menyebabkan ia menjauh bahkan lebih dari θ = π / 2.
Mesin rotor magnet kekal boleh dikira dengan cara appoximate dengan mencatat bahawa
PM adalah setara dengan elektromagnet dalam gulungan kesannya terhadap tetangga dan
besi. Dengan demikian, dalam ekspresi torsi kami untuk rotor dengan arus dc, kita hanya perlu
menukar MIdc, yang hubungan fluks dari stasioner berliku saat θ = 0 adalah kerana PM rotor.
Contoh di atas menunjukkan bahawa ekspresi torsi boleh helpfuk dalam mengembangkan
pemahaman tentang prestasi mesin elektrik asas. Kami juga melihat bahawa persamaan voltan
gulungan boleh ditulis, banyak kesulitan qithout, dalam hal arus berliku dan parameter mesin, untuk
keadaan operasi sederhana. Sebelum procedding untuk analisis yang lebih umum dari mesin, kami
akan mempertimbangkan beberapa mesin asas yang lain (induksi dan sinkron) yang beroperasi
dalam cara berperilaku baik.
Contoh 1.5.3
Pertimbangkan tata cara empat gulungan dipaparkan, rangkaian magnet simetris, ahli
berputar itu bulat dan stator permukaan halus dan konsentris dengan itu. Stator (rotor) kumparan
π/2radians berasingan dalam paksi magnetik mereka. Gulungan sebenarnya diedarkan (tidak
dipaparkan) untuk memastikan bahawa ekspresi induktansi berikut berlaku cukup tepat:
𝐿𝑎𝑎 = 𝐿0 = 𝐿𝑏𝑏
𝑀𝑎𝑓 = 𝑀 cos 𝜃
𝑀𝑏𝑓 = 𝑀 sin 𝜃
𝑀𝑎𝑔 = 𝑀 sin 𝜃
𝑀𝑏𝑔 = 𝑀 cos 𝜃
𝑀𝑏𝑔 = − 𝑀 cos 𝜃
𝐿𝑓𝑓 = 𝐿𝑔𝑔
𝑀𝑓𝑔 = 0 = 𝑀𝑎𝑏

26
Mari kita asumsikan keadaan operasi berikut:
𝑖𝑎 = 𝑖𝑎 √2 cos 𝜔𝑡 (fasa 2 seimbang set arus) (1)
𝑖𝑏 = 𝑖𝑎 √2 sin 𝜔𝑡 (2)
𝑖𝑓 = 𝑖𝑓 √2 cos[(𝑤 − 𝑣)𝑡 + 𝜃] (fasa 2 seimbang set arus) (3)

𝑖𝑔 = − 𝑖𝑓 √2 cos[(𝑤 − 𝑣)𝑡 + 𝜃] (4)


𝜃 = 𝑣𝑡 − 𝛿 (v malar pada kelajuan rotor) (5)
Mengganti ekspresi tersebut ke dalam rumus untuk torsi memberi, setelah pengurangan
beberapa
𝑇𝑒 = 2𝑀𝐼𝑒 𝐼𝑓 sin(𝛿 − 𝜃) (6)

𝜃 Cb
stator

Te
f
g

a a

f g

b
𝑅
Ia 𝑠
Xa
Ra
E’
Ea Xf
Xm

27
𝑅
Ia 𝑠 Xf
Xa
Ra
E’
Ea R(t-s)/s
Xm

Dapat diketahui persamaan (6) menunjukkan bahwa torsi yang ditimbulkan


sesaat oleh rotor adalah konstan. Untuk menunjukkan pernyataan yang lebih berarti,
anggap saja setiap rotor lilitan f dan g memiliki resistansi R Ω. Selanjutnya,
mengasumsikan bahwa masing-masing lilitan terjadi hubung singkat pada terminal-
terminalnya. Persamaan tegangan untuk lilitan f sebagai berikut:
d f
0  Ri f 
dt
Untuk melihat apakah persamaan (7) kompatibel dengan hukum arus,
subsitusikan kedalam persamaan tersebut dan perhatikan pada sisi kanan persamaan
menjadi,
d
R 2 I f cos[( w  v)t   ]  {L ff i f  M af ia  M bf ib }
dt
di f d
 R 2 I f cos[(  v)t   ]  L ff  M 2I a [cos  cos t  sin  sin t ]
dt dt
 R 2I f cos[(  v)t   ]  (  v) L ff 2I f sin[(  v)t   ]  (  v)M 2I a sin[(  v)t   ]
(8)
Dapat dilihat bahwa setiap hubungan dalam persamaan ini memiliki frekuensi
yang sama, karena ada pengaruh dari gabungan ia dan ib. Untuk menguji kemungkinan
dari persamaan (8) sama dengan nol, ganti setiap langkah dengan fasor ekuivalennya.
Menggunakan If = If   , dapat diperoleh,

RI f  j (  v) L ff I f  j (  v) MI a  0

 jI a (  v)M
If  , so that
R  j (  v) L ff

(  v) M I a (  v) M I a
If  1

Zf
[ R 2  (  v)2 L2ff ] 2

and

28
(  v) L ff
     / 2    tan ,
R
(  v) L ff
tan[     / 2] 
R
Oleh karena itu, persamaan (10) menunjukkan amplitude If harus berhubungan
dengan fase stator arus Ia dan harus diproduksi oleh tegangan induksi dalam kaitan
dengan arus stator. Bentuk fasor tegangan induksi ini didapat dari persamaan (9),
j (  v) MI a   

Dapat dilihat bahwa jika kecepatan v mencapai ω, maka tidak ada tegangan
induksi pada rotor oleh arus stator dan If akan menjadi nol. Dengan jelas persamaan
diatas konsisten terhadap situasi fisik dan mesin dapat dikatakan sebagai mesin induksi.
Subsitusikan persamaan (10) dan (11) ke persamaan (6), menjadi
Te  2MI a I f sin(   )

 2 MI a I f R / Z f

2 RI 2f
Te 
 v
2vRI 2f
Te v 
 v
Jika kita atur,
 v
s

Dapat kita tuliskan,
1 s
vTe  2 RI 2f = mengubah bentuk listrik menjadi bentuk mekanik
s
Sejauh ini, semua pernyataan mempunyai kaitan dengan arus-arus di kumparan.
Hubungan antara ia dan ea dapat dicari dengan menuliskan,
d
ea  Ra ia  a
dt
Where Ra = resistansi dari kumparan “a.” maka,
 a  Laaia  M af i f  M ag ig  0 ib

29
 Laia  M 2I f {cos  cos[(  v)t   ]  sin  sin[(  v)t   ]}

 a  La 2I a cos t  M 2I f cos(t     )
Perhatikan bahwa kerterkaitan “a” dikombinasikan dengan if dan ig dalam frekuensi
ω/2π, bukan (ω-v)/2π.
Menggunakan persamaan (18) dalam persamaan (17),

ea  R 2I a cos t   L0 2I a sin t   M 2I f sin(t     )

Mewakili persamaan (19) dalam hubungan fasor,


(  v) M
Ea  ( R  jX 0 ) I a  X m I a   
Zf

X m2 I a
Ea  ( R  jX 0 ) I a 
R
 jX ff
s
Dimana X0 = ωL0 dan Xff = ωLff
Asumsikan bahwa kumparan mengenai persamaan.
X 0  Xm  X a
Dan
X ff  X m  X f

Dalam keadaan ini, rangkaian ekivalen sebagai “a” terminal yang bersangkutan, seperti
yang ditunjukan pada persamaan (21). Untuk menunjukkan bahwa rangkaian ini benar,
amatilah dari rangkaian yang kita miliki;
R
 jX f )
I a jX m (
E '  Ea  ( Ra  jX a ) I a  s
R
jX m  (  jX ff )
s
Dengan menambahkan - jXMIa untuk tiap persamaan maka menghasilkan:
R
Ia jXM ( +jXf )
s
Ea - ( Ra + jXa)Ia - jXMIa = R - jXMIa
𝑗𝑋𝑀 +( +jXf )
s

Ia 𝑅 𝑅
Ea - ( Ra + jXo)Ia = 𝑅 [( 𝑠 + jX ff ) (-𝑗𝑋𝑀 ) + 𝑗𝑋𝑀 ( 𝑠 + jX ff )]
+jXff
𝑠

I X2M
Ea - ( Ra + jXo)Ia = 𝑅 a (26)
+jXff
𝑠

Persamaan (26) sama dengan persamaan (21)


Dari (10)

30
𝑋𝑀 Ia
If = 𝑅 2 2 ]1⁄2
[( 𝑠 ) +𝑋𝑓𝑓

tapi ini dengan menambahkan arus pada akar yang terdapat R / s pada rangkaian
ekivalen di atas. Sehingga rangkaian ekivalen tersebut dapat digunakan, untuk
menghitung arus, kerugian, torsi, efisiensi, dan kecepatan. sirkuit mungkin digambar
ulang sedikit seperti yang ditunjukkan. Daya yang hilang di setiap rotor belitan ketika
panas

R𝐼𝑓2 (27)
sehingga daya yang hilang total rotor

2R𝐼𝑓2 (28)

istilah ini R𝐼𝑓2 (1 − 𝑠)⁄𝑠 yang timbul akibat R(1-s)/s pada rangkaian ekivalen hanya
setengah daya dikonversi dari listrik ke bentuk mekanik, menurut (16). Demikian 2
R𝐼𝑓2 (1 − 𝑠)⁄𝑠 = Jumlah tenaga diubah ke bentuk mekanik. Juga 2Ra 𝐼𝑎2 adalah kekuatan
didisipasikan dalam satu fasa stator, sehingga 2Ra 𝐼𝑎2 adalah total daya yang hilang
dalam stator. Kita lihat, karena itu, bahwa rangkaian ekivalen adalah setara fase tunggal
seluruh mesin, dan dapat digunakan untuk menghitung kerugian daya, konversi, dan
input, serta jumlah terkait lainnya. Kedua contoh ini digunakan untuk mengkonversi nilai
satu fasa ke seluruh jumlah total mesin induksi fasa dua

Contoh 1.5.4
Sebagai contoh terakhir untuk bagian ini, kita perhatikan mesin sinkron dasar
ditampilkan. Kita anggap variasi induktansi menjadi
Laa = Lo + L2 cos 2ɵ Laf = M cos ɵ
Lbb = Lo + L2 cos 2ɵ Lbf = M sin ɵ
Lab = L2 sin 2ɵ
Dan besarnya torsi elektrik adalah
1 𝑑𝐿11 1 𝑑𝐿22 𝑑𝐿12
Te = 2 𝑖12 𝑑ɵ
+ 2 𝑖22 𝑑ɵ
+𝑖1 𝑖2 𝑑ɵ
+... (1)

Maka sekarang kita mengasumsikan arus tersebut menjadi


ia = √2 𝐼𝑎 cos 𝜔𝑡 if = If (constant) (2)
ib = √2 𝐼𝑎 sin 𝜔𝑡

31
kemudian
1 1 1
Te = 2 .2. 𝐼𝑎2 cos2 𝜔𝑡 [ L2(-)2 sin 2ɵ + 2 .2. 𝐼𝑎2 sin2 𝜔𝑡[+2 L2 sin 2ɵ]+ 2 𝐼𝑓2 .0+2. 𝐼𝑎2 sin 𝜔𝑡 cos 𝜔𝑡

L2.2 cos 2ɵ+√2 Ia If cos 𝜔𝑡(−)M sinɵ+√2 Ia If sin 𝜔𝑡 M cosɵ (3)


Te = 2L2 𝐼𝑎2 {(sin2 𝜔𝑡- cos2 𝜔𝑡)sin 2ɵ+2sin 𝜔𝑡 cos 𝜔𝑡 cos 2ɵ}√2 Ia If M(cosɵ sin 𝜔𝑡 − sinɵ
cos 𝜔𝑡}
Te = 2L2 𝐼𝑎2 {− cos 2𝜔𝑡 sin 2ɵ+sin 2𝜔𝑡 cos 2ɵ}+√2 Ia If M sin(𝜔𝑡-ɵ)
Te = 2L2 𝐼𝑎2 sin(2𝜔𝑡-2ɵ)+ √2 Ia If M sin(𝜔𝑡-ɵ); (4)
For ɵ= 𝜔𝑡 − 𝛿
Te = 2L2 𝐼𝑎2 sin 2 𝛿+√2 Ia If M sin𝛿, a konstant (5)

32
Jika sebuah motor berputar,maka 𝐿2 = 0, dan
𝑇𝑒 = √2 𝐼𝑎 𝐼𝑓 M sin ᵟ (6 )
Sebelum proses ekspresi torsi,mari kita periksa sifat dasar dari medan lilitan “ f ” aliran
hubungan,yaitu
ᵠ 𝑓 = 𝐿𝑓𝑓 𝑖𝑓 + 𝐿𝑎𝑓 𝑖𝑎 + 𝐿𝑏𝑓 𝑖𝑏
= 𝐿𝑓𝑓 𝐼𝑓 + M√2 𝐼𝑎 ( cos θ cos ωt + sin θ sin ωt )
= 𝐿𝑓𝑓 𝐼𝑓 + M√2 𝐼𝑎 cos (θ – ωt )
(7)
jika θ = ωt – ᵟ , maka
ᵠ 𝑓 = 𝐿𝑓𝑓 𝐼𝑓 + M√2 𝐼𝑎 cos ( – ᵟ ) (8)
jadi, ᵠ 𝑓 adalah konstan sehingga tidak ada tegangan yang menginduksi di dalam f
berkat perlindungan arus ; atau kita dapat menyebutnya tegangan yang menginduksi 𝑖𝑎
batal karena 𝑖𝑏 .
Daya yang diberikan untuk lilitan f adalah
dᵠ𝑓
𝑒𝑓 𝑖𝑓 = 𝑟𝑓 𝑖𝑓 𝑖𝑓 + Δ𝑥
. 𝑖𝑓 (

9)

33
dalam kasus ini θ = ωt – ᵟ dan 𝑖𝑓 = 𝐼𝑓 ,

𝑃𝑓 = 𝑒𝑓 𝑖𝑓 = 𝑟𝑓 𝐼𝑓2 .
( 10 )

Daya yang diberikan ke armature adalah

𝑒𝑎 𝑖𝑎 + 𝑒𝑏 𝑖𝑏
( 11 )

kita dapat mengerjakan ulang pernyataan sebagai berikut, jumlah daya yang diberikan
kepada mesin sama dengan dikonsumsi dalam resistansi yang hilang, perubahan dari
bentuk elektrik ke mesin dan peningkatan energi yang disimpan dalam medan magnet.
kerugiannya adalah
𝑟𝑖𝑎2 +𝑟𝑖𝑏2 + 𝑟𝑓 𝑖𝑓2 ( 12 )

= r .2. 𝐼𝑎2 + 𝑟𝑓 𝐼𝑓2 untuk operasi yang diasumsikan. ( 13 )

sisa daya yang tersedia


dᵠa dᵠb dᵠf
P = 𝑖𝑎 𝑑𝑡
+ 𝑖𝑏 𝑑𝑡 + 𝑖𝑓 𝑑𝑡
(

14 )
dᵠa dᵠb
= √2 𝑖𝑎 {cos 𝜔𝑡 𝑑𝑡
sin 𝜔𝑡 𝑑𝑡 } +0
d d
= √2 𝑖𝑎 {cos 𝜔𝑡 𝑑𝑡
[𝐿𝑎𝑎 𝑖𝑎 + 𝐿𝑎𝑏 𝑖𝑏 + 𝐿𝑎𝑓 𝑖𝑓 ] + sin 𝜔𝑡 𝑑𝑡 [𝐿𝑏𝑏 𝑖𝑏 +

𝐿𝑎𝑏 𝑖𝑎 + 𝐿𝑏𝑓 𝑖𝑓 ]}

P = ω2 𝐿2 𝑖𝑎2sin (2ωt - 2θ) + 2 √𝑖𝑎 𝑖𝑓 M ω sin ( ωt – θ )


( 15 )
terlihat bahwa P hanya Te of ( 4 ) dikalikan dengan ω. Karena itu
𝑒𝑎 𝑖𝑎 + 𝑒𝑏 𝑖𝑏 = 2 r𝐼𝑎2 + T ω
( 16 )
( 16 ) menunjukkan bahwa total daya sesaat yang diberikan adalah konstanta. Sekarang
marilah kita periksa pernyataan untuk terminal fasa tegangan 𝑒𝑎 .
𝑒𝑎 = r𝑖𝑎 + pᵠa
( 17 )

34
dimana r = resistan dari fasa a dan p berdiri untuk d/dt.untuk ᵠa kita punya
ᵠa = 𝐿𝑎𝑎 𝑖𝑎 + 𝐿𝑎𝑏 𝑖𝑏 +𝐿𝑎𝑓 𝑖𝑓
( 18 )
Atas penggantian ( 2 ) dan pernyataan untuk induktansi dan melakukan diferensiasi yang
ditunjukkan,kita mendapatkan
pᵠa = -ω 𝐿0 √ 2 𝐼𝑎 sin ωt – ω 𝐿2 √ 2 𝐼𝑎 [sin 𝜔𝑡 cos 2 𝛿 − cos 𝜔𝑡 sin 2 𝛿]-ωMIf sin (ωt-
𝛿) ( 19 )
Terlihat bahwa 𝑒𝑎 adalah tegangan frekuensi dasar dank arena itu dapat ditulis sebagai
𝑒𝑎 = √ 2 𝐸𝑎 sin ( ωt + ρ ) ( 20 )
kembali ke 17 dan disubstitusikan dengan 19 dan 20,
√2 Ea sin (ωt + ρ) = r √2 Ia cos ωt – ω L0 √2 Ia cos 2δ sin ωt + ωL2 √2 Ia sin 2δ cos ωt – ω M
If sin (ωt – δ). (21)
akan lebih mudah untuk memahami keterkaitannya jika kita menggunakan fasor. maka
(21) dapat diwakili sebagai
Ẽa = r Ĩa + jX0 Ĩa + jX2 Ĩa cos 2δ + X2 Ĩa sin 2δ + Ẽ1 (22)
Dicatat bahwa
|Ẽ1| = ω M If / √2 . (23)
(22) dapat ditulis kembali sebagai
Ẽa = r Ĩa + jX0 Ĩa + jX2 Ĩa (cos 2δ – j sin 2δ) + Ẽ1. (24)
kita mungkin ingin menggunakan (24) untuk memecahkan masalah berikut : diberikan
terminal "a” tegangan dan arus sebagai fasor, dan diketahui parameter mesin, untuk
menentukan besar arus If. kesulitan yang timbul adalah bahwa sudut δ ternyata tidak
diketahui. kita akan memecahkan masalah tersebut dengan memperkenalkan beberapa
variabel baru untuk menggantikan Ia dan ib.
mari kita mendefinisikan dua arus Ia dan Iq sebagai berikut:
id = ia cosθ + ib sinθ (25)
dan
iq = ia sinθ – ib cosθ. (26)
setelah mensubstitusi (2) ke definisi dibawah ini
id = √2 Ia cos δ. (27)
dan
iq = -√2 Ia sin δ. (28)

35
menarik untuk dicatat bahwa Id dan Iq yang setara dengan arus dc saat Ia dan Ib seperti
dalam (2).
Dari (25) dan (26) dapat kita lihat
Ia = id cosθ + iq sinθ (29)
Dan
Ib = id sinθ – iq cosθ. (30)
dapat ditulis dalam bentuk fasor jika Ia dan Ib diberikan oleh (2). sehingga kita dapat
mengatakan bahwa
Ĩa = Ĩd + Ĩq (31)
Yang mana

Ĩd = Ia cos δ  -   a = Ĩa cos δ    (32)


Dan

Ĩq = +jIa sin δ  -   a = +jĨa sin δ    (33)


Yang mana ɸa adalah sudut dari Ĩa ; maka Ĩa = Ia ɸa (34)
Kembali ke (24) perhatikan bahwa

Cos 2δ – j sin2δ = cosδ    – j sinδ    (35)


Sehingga (24) dapat ditulis menjadi

Ẽa = r Ĩa + j X0 Ĩa + j X2 Ĩa cosδ    + X2 Ĩa sin δ    + Ẽ1 (36)

= r Ĩa + jX0 Ĩa + j X2 [Ĩa cosδ    - j Ĩa sin δ    ] + Ẽ1


Ẽa = r Ĩa + jX0 (Ĩd + Ĩq) + jX2 (Ĩd – Ĩq) + Ẽ1 (37)
Yang mana Xd = X0 + X2 dan Xq = X0 – X2
(37) dapat ditulis menjadi
Ẽa = r Ĩa + jXq Ĩa + j(Xd – Xq) Ĩd + Ẽ1 (38)
Ini dapat ditunjukkan dengan ĒI dan j( Xd – Xq )Īd merupakan fasor yang terletak pada
tempat yang sama. Ini berdasarkan pada definisi dari ĒI (lihat(21) dan (22)) dan Īd, pada
(32). Juga dapat dilihat bahwa Īd tegak lurus dengan ĒI dan Īq sejajar dengan ĒI. Jadi,
karena
Īa = Īd + Īq (39)
Īq dan Īd merupakan proyeksi dari Īa sepanjang arah dari ĒI dan tegak lurus terhadap arah
tersebut. Dari (38), jika Ēa, Īa, dan konstanta r, Xd, dan Xq telah diketahui, maka kita dapat
merumuskan
Ē𝑎 − 𝑟Ī𝑎 − 𝑗𝑋𝑞 Ī𝑎 ≡ Ē𝑞 (40)

36
Tetapi Ēq adalah sepanjang ĒI jadi dengan memproyeksikan Īa sepanjang sumbu dari Ēq
kita dapat menentukan Īq. Dengan cara yang sama, Īd juga bisa ditentukan.Jadi
Ē𝐼 = Ē𝑞 − 𝑗(𝑋𝑑 − 𝑋𝑞 )Ī𝑑 (41)
Contoh pada gambar 1.5.4 menunjukkan lokasi dari fasor yang mewakili tegangan dan
arus yang berkepentingan.Kita akan melanjutkan untuk memperoleh persamaan penting
untuk daya dari gambar tersebut.Sudut baru τ didefinisikan seperti yang telah di
tunjukkan.Itu merupakan sudut dimana Ēa sebelum ĒI. Biasanya, efek dari hambatan r
hanyalah kecil dan dapat diabaikan dalam perhitungan daya; jadi jika r = 0,
𝑃 = Ē𝑎 ∙ Ī𝑎
=Ē𝑎 ∙ (Ī𝑑 + Ī𝑞 ) (42)
= Ē𝑎 sin 𝜏Ī𝑑 + Ē𝑎 cos 𝜏Ī𝑞
Namun, dari gambar 1.5.4, ketika r = 0,
𝑋𝑑 𝐼𝑑 = 𝐸𝐼 − 𝐸𝑎 cos 𝜏
dan
𝑋𝑞 𝐼𝑞 = 𝐸𝑎 sin 𝜏 ;
jadi
𝑃 = 𝐸𝐼 𝐼𝑞 − (𝑋𝑑 − 𝑋𝑞 )𝐼𝑑 𝐼𝑞 (43)
atau,
𝐸𝐼 𝐸𝑎 sin 𝜏 1 (𝑋𝑑 −𝑋𝑞 ) 2
𝑃= + 𝐸𝑎 sin 2𝜏 (44)
𝑋𝑑 2 𝑋𝑑 𝑋𝑞

(44) hamper sama seperti persamaan (5) tetapi biasanya lebih banyak berguna karena
diekspresikan dalam bentuk yang berbeda.Sebagai contoh, diberikan tegangan terminal,
tegangan induksi yang disebabkan If, dan mesin konstan, dimungkinkan untuk
menjadikan P sebagai sebuah fungsi dari τ dan jadi kita menemukan daya maksimum
pada mesin yang diberikan pada suatu beban.
Mungkin bisa dikatakan pada saat ini bahwa teori rotor putar mesin termasuk
dalam apa yang kita kerjakan untuk mesin kutub menonjol sebagai kasus khusus.Semua
yang diperlukan adalah mengatur L2 = 0 dimanapun terjadi.Ini akan menyebabkan
Xd = Xq
dan sehingga dapat menyederhanakan persamaan; contohnya, (44) menjadi
𝐸𝐼 𝐸𝑎 sin 𝜏
𝑃= 𝑋𝑑
ketika Xd = Xq (motor putar) (45)

37
1.6 SISTEM MAGNETIK DALAM KEADAAN JENUH
Sekarang, mari kita meninjau sebuah kasus dimana ψ bukan merupakan sebuah fungsi
linear dari i.Ini dapat diilustrasikan dengan gambar 1.6.1.Kurva 000tersebut mungkin
berlaku untuk rele sederhana, seperti yang di tunjukkan pada gambar 1.6.200.
Pertama-tama, mari kita mencoba untuk memvisualisasikan gambar antara ψ dan I
ketika sumber rele tersebut adalah tegangan DC.Kemudian, rele terebut di tutup sangat
lambat sehingga nilai dari d ψ / dt dapat diabaikan dibandingkan dengan Ri.Maka
persamaan tegangan menjadi
E = Ri + d ψ/dt
≈ Ri
jadi I = E/R = konstan
Kemudian, nilai dari fluks ψ dimulai pada titik a dan bergerak ke titik b sejajar sumbu ψ
karena arusnya tetap secara substansial di i = I
Kemungkinan lainnya yaitu dengan menutup rele dengan sangat cepat sehingga fluks
tidak berubah sama sekali pada saat rele menutup (tidak mudah melakukannya dalam
praktek, tetapi itu sebaliknya mewakili perbedaan besar dari penutupan yang lambat
).Sekarang, meskipun ψ berubah sangat kecil pada waktu x dari K menuju 0, d ψ/dt
dapat menjadi besar; faktanya, itu akan menjadi sebuah nilai sedemikian rupa sehingga
arus i akan turun menjadi nilai Ig.Kemudian kedua arus dan fluks akan meningkat
sepanjang kurva gb menuju nilai akhirnya.

38
Dengan cara ini, kita telah memeriksa dua perbedaan penting gerakan dari
lengan rele, yang satu menutup sangat lambat dan satu lagi sangat cepat.Semua gerakan
halus yang mungkin akan berada diantara dua kurva ini (dengan asumsi tidak ada
gerakan gemertak). Kurva yang menunjukkan keadaan menutup adalah daerah yang
diarsir.
Dari diskusi yang sudah dilakukan, sekarang kita akan mempersiapkan untuk
menghitung seberapa banyak energy yang diberikan kepada rele dari sumber energy
mekanik luar.

Lebih tepatnya, kita bisa menghitung berapa banyak energi yang dikonversi Fom
mekanik untuk membentuk listrik, atau sebaliknya.
Untuk melakukan hal ini, pertama kita harus yakin metode untuk menghitung
energi medan magnet ketika gerakan tidak terjadi. untuk gerak tidak ada masukan,
listrik dari sumber e = energy hilang di R+ peningkatan energi medan magnet dtored

∫ 𝑒𝑖 𝑑𝑡 = ∫ 𝑅𝑖 2 𝑑𝑡 + 𝑑𝑊𝑚𝑎𝑔

𝑑𝜓
∫ (𝑅𝑖 + ) 𝑖 𝑑𝑡 = ∫ 𝑅𝑖 2 𝑑𝑡 + ∫ 𝑑𝑊𝑚𝑎𝑔
𝑑𝑡

∫ 𝑖 𝑑 𝜓 = ∫ 𝑑𝑊𝑚𝑎𝑔 (1.6.1)

Untuk persamaan (1.6.1) kita lihat energi medan magnet adalah perhitungan
pengukuran daerah kiri dari ψ banding kurva i, untuk setiap yang diberikan x.
Mari kita asumsikan saat t = 0 sistem relay dalam kondisi i = I dan x = K, sesuai
dengan titik a, dan relay itu dari t = 0 ke t = T , selama waktu ψ banding kurva i jejak
keluar garis berat antara a dan b. selama ini sumber pasokan energi listrik e
𝑇
𝑑𝜓
∫ 𝑒𝑖 𝑑𝑡 = ∫ (𝑅𝑖 + ) 𝑖 𝑑𝑡
0 𝑑𝑡

39
Pengubah energi dari listrik ke mekanik akan kita donasikan dengan simbol E → M.
Peningkatan energi mean magnet yang tersimpan disebabkan perbedaan antara
energi terakhir yang tersimpan, ketika x=0, dan energi awal yang tersimpan, saat x = K.
Dengan menggunakan huruf pada gambar 1.6.1, perbedaan ini dihasilkan oleh
perbedaan area.
𝑜𝑔𝑏𝑐𝑑𝑜 − 𝑎𝑜𝑔𝑑𝑜
Menempatkan ekspresi ini semua bersama-sama dalam sebuah persamaan
keseimbangan energi.
𝑇 𝑇
∫ 𝑒𝑖 𝑑𝑡 = ∫ 𝑅𝑖 2 𝑑𝑡 + 𝑎𝑔𝑏𝑐𝑑𝑜 − 𝑜𝑎𝑔𝑑𝑜 + 𝐸 → 𝑀
0 0
𝑇 𝑇
= ∫ 𝑅𝑖 2 𝑑𝑡 + ∫ 𝑖 𝑑 ⋋= 𝑅. 𝐻. 𝑆.
0 𝑡=0

Lalu, 𝑜𝑔𝑏𝑐𝑑𝑜 − 𝑜𝑎𝑔𝑑𝑜 + 𝐸 → 𝑀


(1.6.2)
Jika kamu akan berhati – hati memutuskan bagian dan menambahnya bersama sehingga
diperlukan dengan melihat (1.6.2), kamu akan menemkan itu.
𝐸 → 𝑀 = 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑜𝑎𝑏𝑔𝑜, (1.6.3)

Yang ditunjukkan dengan arsiran pada gambar 1.6.1


Mengulangi, bidang oabgo adalah numerik sama dengan energi yang dikonversi dari
listrik ke mekanik ketika relay tertutup. Ini ekspresi yang sangat berguna karena bidang
dapat sangat mudah sekali dihitung oleh cara sekali digital ψ banding kurva i untuk nilai
yang berbeda dari x telah ditentukan. Baik prosedur analitik dan eksperimental biasanya
diperlukan untuk mendapatkan kurva serupa.
Ada kekurangan serius dalam pengembangan; tidak ada ekspresi untuk 𝑓𝑒 diperoleh,
tetapi hanya energi total dari proses.

𝑥=𝑘
−∫ 𝑓𝑒 𝑑𝑥
0

Kita akan temukan sebuah ekspresi untuk 𝑓𝑒 sendiri sebagai berikut. Persamaan
keseimbangan energi, ketika perubahan yang sangat kecil, dx, berlangsung di x

40
ψ
𝑒𝑖 𝑑𝑡 + 𝑓𝑒 𝑑𝑥 = 𝑅𝑖 2 𝑑𝑡 + 𝑑 ∫ 𝑖 𝑑ψ
0

ψ
𝑑ψ
(𝑅𝑖 + ) 𝑖 𝑑𝑡 + 𝑓𝑒 𝑑𝑥 = 𝑅𝑖 2 𝑑𝑡 + 𝑑 ∫ 𝑖 𝑑ψ
𝑑𝑡 0

ψ (1.6.4)
𝑖 𝑑ψ + 𝑓𝑒 𝑑𝑥 = 𝑑 ∫ 𝑖 𝑑ψ
0

𝑑ψ 𝑑 ψ
𝑓𝑒 = −𝑖 + ∫ 𝑖 𝑑ψ
𝑑𝑥 𝑑𝑥 0
ψ
𝑑ψ 𝑑ψ 𝑑i
𝑓𝑒 = −𝑖 +𝑖 +∫ 𝑑ψ
𝑑𝑥 𝑑𝑥 0 𝑑𝑥
ψ
𝑑i
=∫ 𝑑ψ
0 𝑑𝑥
Namun, integrasi sedang dilakukan dengan cara area dasar dψ tinggi dan 𝑑𝑖/𝑑𝑥 lebar;
demikian 𝑑𝑖 = (𝛿𝑖 ⁄𝛿𝑥 )𝑑𝑥 + (𝛿𝑖 ⁄𝛿𝑣)𝑑𝜓 menjadi sederhana (𝛿𝑖 ⁄𝛿𝑥 )𝑑𝑥. Notasi yang (1.6.5)

jelas
ψ
𝛿𝑖
𝑓𝑒 = ∫ 𝑑ψ
0 𝛿𝑥
Dimana i adalah sebuah fungsi dari antara ψ dan 𝑥. Umumnya, (1.6.5) adalah hasil yang
sangat berguna untuk teknik perhitungan praktis. Bisa juga dimasukkan ke dalam bentuk
yang berbeda sebagai berikut. kita ingat bahwa
𝜓
𝑊𝑚𝑎𝑔 (𝜓, 𝑥) = ∫ 𝑖 𝑑𝜓
0

𝛿 ψ ψ
𝑑i
∫ 𝑖 𝑑ψ = ∫ 𝑑ψ
𝛿𝑥 0 0 𝑑𝑥
ψ
𝑑i 𝛿
∫ 𝑑ψ = 𝑊 (ψ, x)
0 𝑑𝑥 𝛿𝑥 𝑚𝑎𝑔
Dari hasil ini, kita daoat melihat
𝛿
𝑓𝑒 = 𝛿𝑥 𝑊𝑚𝑎𝑔 (ψ, x)

hasil yang sama yang sebelumnya kita berasal (1.5.10) untuk kasus linier. Seperti yang (1.6.6)
kita harapkan, hasil nonlinier berlaku untuk kasus khusus dari linier ψbanding hubungan
(1.6.7)
i. Gaya ekspresi bisa ditulis ulang dalam hal torsi, dengan membiarkan 𝑥 = 𝑟𝜃. Lalu
(1.6.6) akan menjadi

41
𝛿
𝑇𝑒 = 𝑊 (ψ, θ)
𝛿𝜃 𝑚𝑎𝑔

Example 1.6.1
Untuk relay tertentu 𝑖 = 2𝑥𝜓 + 3𝑥 2 𝜓 + 4𝑥 2 𝜓 2. Menentukan 𝑓𝑒 ketika 𝑥 = 3 dan 𝜓 =
1.0. berapa banyak energi yang kemudian disimpan kemudian disimpan dalam medan
magnet?
Solusi:
2𝑥ψ2 3𝑥 2 𝜓 2
𝑊𝑚𝑎𝑔 = ∫ 𝑖 𝑑𝜓 = + + 4𝑥 2 𝜓 2 /3
2 2
= 28.5 , ketika 𝑥 = 3 𝑑𝑎𝑛 𝜓 = 1.0

𝛿
𝑓𝑒 = 𝑊 (ψ, x) = ψ2 + 3𝑥ψ2 + 8𝑥ψ2
𝛿𝑥 𝑚𝑎𝑔

= 18 newtons, ketika 𝑥 = 3 dan ψ = 1

42

Anda mungkin juga menyukai