Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

“Teori Belajar Kontrustivistik”

Dosen Pembimbing:
Novitawati, S.Psi, M.Pd
Drs. H. M. Kusasi, M.Pd

Disusun oleh :
Nadia (1810120120018)
Nur Febriani Ghadah (1810120120014)
Putri Pratiwi (1810120220006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan maklah kami yang bejudul
“Teori Belajar Konstruktivistik” untuk memenuhi tugas mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
Ibu, S Pd, M. Pd selaku dosen pembimbing kami.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca
dan bagi masyarakat luas. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, tapi kami sudah menuangkan semua semampu kami.
Kami memohon maaf jika pada makalah kami terdapat banyak
kekurangan, kerana sejatinya kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang
Maha Esa.

Banjarmasin, 4 September 2019

Penulis

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………..………………ii

BAB I .................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 2
Latar Belakang................................................................................................................. 2
Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
Tujuan .......................................................................................................................... 2-3
BAB II ................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 4
A. Pengertian Teori Konstruktivistik ............................................................................... 4
B. Ciri-ciri Pembelajaran secara Konstruktivistik ......................................................... 4-5
C. Prinsip-prinsip Konstruktivistik ................................................................................... 5
D. Karakteristik Manusia Masa Depan yang diharapkan .............................................6-7

E. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik .......................................................7-8

F. Perbandingan Pembelajaran Behavioristik dan Pembelajaran Konstruktivistik


.........9-10

BAB III ................................................................................................................................ 11


KESIMPULAN ..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan terutama
pada proses pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah konstruktivisme.
Pemilihan pendekatan ini lebih dikarenakan agar pembelajaran membuat siswa
antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba
memecahkan persoalannya. Pembelajaran di kelas masih dominan menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berintekrasi langsung kepada benda-benda konkret. Seorang
guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak
demikian, maka seorang pendidik tidak akan berhasil menanamkan konsep yang
benar, bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya.
Mengajar bukan hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa,
melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan
di mana mungkin konsepsi itu salah, dan jika ternyata benar maka pendidik harus
membantu siswa dalam mengkonstruk konsepsi tersebut biar lebih matang.
Maka dari permasalahan tersebut, kami melakukan penelitian konsep
untuk mengetahui bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar konstruktivisme ini
bisa mengembangkan keaktifan siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya
sendiri, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta didik bisa lebih
memaknai pembelajaran karena dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki
siswa dan pengalaman yang siswa peroleh dari lingkungan kehidupannya sehari-
hari.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori konstruktivistik?
2. Apa ciri-ciri pembelajaran secara konstruktivistik?
3. Apa prinsip-prinsip konstruktivistik?
4. Apa karakteristik manusia masa depan yang diharapkan?
5. Bagaimana proses belajar menurut teori konstruktivistik?
6. Bagaimana perbandingan tradisional (behavioristik) dan pembelajaran
konstruktivistik?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian teori konstruktivistik
2. Mengetahui ciri-ciri pembelajaran secara konstruktivistik

1
3. Mengetahui prinsip-prinsip konstruktivistik
4. Mengetahui bagaimana karakteristik manusia masa depan yang
diharapkan
5. Mengetahui proses belajar menurut teori konstruktivistik
6. Mengetahui perbandingan tradisional (behavioristik) dan pembelajaran
konstrukvistik

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Konstruktivistik (konstruktivisme)
Teori belajar konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita adalah hasil bentukan (konstruk) kita
sendiri.
Teori Konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru
dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai
bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuam,
mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk
dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam
benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi
kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan
mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar. Guru bisa memberi siswa anak tangga yang membawa siswa
kepemahaman yang lebi tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat
anak tangga tersebut.
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, siswa harus
aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan
kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-
botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan
kehendak guru.
B. Ciri-ciri pembelajaran secara Konstruktivistik (Konstruktivisme)

1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui


penglibatan dalam dunia sebenarnya.
2. Mengembangkan ide yang yang diawali oleh murid dan menggunakannya
sebagai panduan merancang pengajaran.
3. Menyokong pengajaran secara koperatif.
4. Membentuk sikap dan pembawaan murid.
5. Mengembangkan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide.
6. Mengembangkan dan menerima usaha dan pribadi murid.
7. Menggairahkan murid bertanya dan berdialog dengan murid dan guru.

3
8. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan
hasil pembelajaran.
9. Mengembangkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.

C. Prinsip-prinsip Konstruktivistik (Konstruktivisme)


Prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan
keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi
berjalan lancar.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7. Mencari dan menilai pendapat siswa.
8. Menyelesaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru
tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat
membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi
sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan
mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri
untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu
nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman
yang lebih tinggi, tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang
memanjatnya.
D. Karakteristik manusia masa depan yang diharapkan
Pembangunan sumber daya manusia ditentukan oleh karakteristik manusia
Dan masyarakat masa depan yang dikehendaki. Karakteristik manusia masa depan
yang dikehendaki tersebut adalah manusia-manusia yang memiliki kepekaan,
kemandirian, tanggung jawab terhadap risiko dalam pengambilan keputusan,
mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang terus menerus
untuk menemukan diri sendiri dan menjadi diri sendiri yaitu sebagai proses learn
to be. Mampu melakukan kolaborasi dalam memecahkan masalah yang luas dan
kompleks bagi kelestarian dan kejayaan bangsanya.
Kepekaan berarti ketajaman baik dalam arti kemampuan berpikirnya,
maupun mudah tersentuh hati nuraninya di dalam melihat dan merasakan segala

4
sesuatu mulai dari kepentingan orang lain sampai dengan kelestarian lingkungan
yang merupakan gubahan sang pencipta. Kemandirian merupakan kemampuan
menilai proses dan hasil berpikir sendiri disamping proses dan hasil berpikir orang
lain, serta keberanian bertindak sesuai dengan apa yang di anggapnya benar dan
perlu. Tanggung jawab merupakan kesadaran untuk menerima segala konsekuensi
keputusan serta tindakan sendiri. Kolaborasi berarti mampu bekerja sama dengan
individu lainnya dalam meningkatkan mutu kehidupan bersama.
E. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pengajar adalah
mampu melihat bagaimana siswa mengkonstruksikan pengetahuan yang ada
dalam dirinya. Proses konstruksi pengetahuan adalah salah satu aktifitas mental
yang terjadi kepada seorang siswa untuk membangun pengetahuannya melalui
dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi dan kemudian melalui proses ekuilibrasi
sebagai penyesuaian. Selain itu, guru juga mempertimbangkan dan mengetahui
gaya berfikir yang dimiliki oleh siswa, karena gaya berfikir memiliki keterkaitan
didalam proses konstruksi itu sendiri yang merupakan bagaimana seseorang
memperoleh dan menggunakan pengetahuannya melalui persepsi dan pengolahan
informasi yang mereka terima.

Proses belajar konstruktivistik secara konseptual proses belajar jika


dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang
berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa kepada pengalamannya
melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemuktahiran stuktur
kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi
perolehan pengetahuan daripada fakta-fakta yang terlepas.

Ada beberapa pandangan dari segi konstruktivistik, dan dari aspek-aspek


si-belajar, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar.

a. Peran pelajar
Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif
melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyususn konep, memberi makna tentang
hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil
prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya
belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala
belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri.

b. Peran guru
Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar proses
pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak

5
mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa
untuk membentuk pengetahuannya sendiri.

c. Sarana belajar
Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar
adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala
sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya
disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.

d. Evaluasi
Pendangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat
mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas,
kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada
pengalaman. Adapum situasi pembelajaran konstruktivistik dalam kelas sebagai
berikut :
a) Ruang lingkup pembelajaran disajikan secara utuh, dengan penjelasan
tentang keterkaitan antarbagian, dengan penekanan pada konsep-
konsep utama.
b) Pertanyaan mahasiswa dan konstruksi jawaban mahasiswa adalah
penting.
c) Kegiatan pembelajaran berlandaskan beragam sumber informasi
primer dan materimateri yang dapat dimanipulasi langsung oleh
mahasiswa.
d) Mahasiswa dilihat sebagai pemikir yang mampu menghasilkan teori-
teori tentang dunia dan kehidupan.
e) Dosen bersikap interaktif dalam pembelajaran, menjadi mediator dari
lingkungan bagi mahasiswa dalam proses belajar.
f) Dosen mencoba mengerti persepsi mahasiswa agar dapat melihat pola
pikir mahasiswa dan apa yang sudah diperoleh mahasiswa untuk
pembelajaran selanjutnya.
g) Penilaian terhadap proses belajar mahasiswa merupakan bagian
integral dalam pembelajaran, dilakukan melalui observasi dosen
terhadap hasil kerja mahasiswa melalui pameran karya mahasiswa,
dan portofolio.
h) Lebih banyak mahasiswa belajar dalam kelompok.

6
F. Perbandingan tradisional (behavioristik) dan pembelajaran
konstruktivistik
Proses pembelajaran akan efektif jika diketahui inti kegiatan
belajar yang sesungguhnya. Pada bagian ini akan di bahas perbedaan
pembelajaran tradisional (behavioristik) dan pembelajaran
konstruktivistik.
Kegiatan pembelajaran yang selama ini berlangsung, yang berpijak
pada teori behavioristik, banyak didominasi oleh guru. Guru
menyampaikan materi pelajaran melalui ceramah, dengan harapan siswa
dapat memahaminya dan memberikan respon sesuai dengan materi yang
diceramahkan. Dalam pembelajaran, guru banyak menggantungkan pada
buku teks. Materi yang disampaikan sesuai dengan urutan isi buku teks.
Diharapkan siswa memiliki pandangan yang sama dengan buku teks
tersebut. Alternatif-alternatif perbedaan interpretasi di antara siswa
terhadap fenomena sosial yang kompleks tidak dipertimbangkan. Siswa
belajar dalam isolasi, yang mempelajari kemampuan tingkat rendah
dengan cara melengkapi buku tugasnya setiap hari.
Berbeda dengan bentuk pembelajaran di atas, pembelajaran
konstruktivistik membantu siswa menginternalisasi dan menstranformasi
informasi baru. Transformasi terjadi dengan menghasilkan pengetahuan
baru yang selanjutnya akan membentuk struktur kognitif baru. Pendekatan
konstruktivistik lebih luas dan sukar untuk dipahami. Pandangan ini tidak
melihat pada apa yang dapat diungkapkan kembali atau apa yan dapat
diulang oleh siswa terhadap pelajaran yang telah diajarkan dengan cara
menjawab soal-soal tes (sebagai perilaku imitasi), melainkan pada apa
yang dapat dihasilkan siswa, didemonstrasikan, dan ditunjukkannya.

Pembelajaran Behavioristik dalam Pembelajaran

1. Menekankan pada keterampilan-keterampilan dasar peserta didik mulai


dari bagian-bagian menuju keseluruhan kurikulum yang disajikan.
2. Taat kepada kurikulum yang ditetapkan.
3. Kegiatan pembelajaran banyak mengandalkan pada buku teks dan soal-
soal.

7
4. Peserta didik dianggap sebagai kertas putih kosong yang dapat dicoret
apapun oleh guru dan umumnya guru menggunakan cara diktaktik dalam
memberikan informasi kepada peserta didiknya.
5. Hasil belajar peserta didik menjadi bagian dari pembelajaran dan
dilakukan ketika pembelajaran berakhir.
6. Peserta didik bekerja sendirian tanpa ada kelompok belajar dan diskusi.

Pembelajaran Konstruktivistik dalam Pembelajaran

1. Mendekatkan peserta didik pada konsep-konsep yang lebih kompleks dan


luas mulai dari keseluruhan menuju bagian-bagian kurikulum yang
disajikan.
2. Proses pembelajaran berjalan dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan
dan ide-ide yang bervariatif.
3. Kegiatan pembelajaran mengandalkan berbagai sumber dan manipulasi
media belajar.
4. Peserta didik dianggap sebagai pemikir yang memunculkan pendapat dan
teori-teorinya sendiri.
5. Selain hasil belajar, proses belajar juga menjadi ukuran dan keduanya
menjadi kesatuan kegiatan pembelajaran dengan cara guru mengamati
peserta didik serta melalui LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik).
6. Peserta didik bekerja dan belajar dengan berkelompok dan diskusi.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori Konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri
dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai bagi
siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuam, mereka
harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya,
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
Pengajar dapat dikatan sebagai salah satu pelayan ahli
kependidikan,sehingga salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang
pengajar adalah mampu melihat bagaimana siswa mengkonstruksikan
pengetahuan yang ada dalam dirinya. Dan siswa tersebut harus dapat melalui
beberapa proses kontruksi pengetahuan. Proses konstruksi pengetahuan adalah
salah satu aktifitas mental yang terjadi kepada seorang siswa untuk membangun
pengetahuannya melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi dan kemudian
melalui proses ekuilibrasi sebagai penyesuaian.
Ada beberapa peranan dalam proses belajar dan pembelajaran yaitu peran
pelajar itu sendiri untuk membentuk pengetahuan dan aktif berpikir serta aktif
dalam melakukan kegiatan, guru berperan membantu siswa mengkonstruksi
pengetahuan siswa itu sendiri, sarana belajar juga mempengaruhi proses belajar
dan pembelajaran, evaluasi.
Perbedaan pembelajaran tradisional (behavioristik) dan modern yaitu
kegiatan pembelajaran yang selama ini berlangsung, yang berpijak pada teori
behavioristik, banyak didominasi oleh guru. Sedangkan pada pembelajaran
modern siswa sendiri menginternalisasi dan menstranformasi informasi baru tanpa
bantuan guru.

9
DAFTAR PUSTAKA
Danoebroto, S.W. 2015. Teori Belajar Konstruktivis Piaget dan Vgotsky. Jurnal
of Mathematics and Educations. Vol 2, No 3
Kuncahyono. 2013. Teori Belajar Konstruktivistik dan Implementasinya dalam
Pembelajaran IPA Kelas 5 Sekolah Dasar. Malang: Universitas Negeri
Malang
Setyawan, D & Rahman, A. 2013. Eksplorasi Proses Konstruksi Pengetahuan
Matematika Berdasarkan Gaya Berfikir. Jurnal Sainsmat. 140
Slavin, R.E . 1997. Educational Psychology Theory and Practice. Fourth Edition.
Allyn and Bacon
Supandan, H. D. 2016. Teori dan Praktik Pendekatan Konstruktivisme dalam
Pembelajaran. Jurnal Edunomic. Vol 4, No 1

Sutisna, Y. 2013. Pendekatan Kontruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar


Siswa Pada Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar. Jurnal Universitas
Pendidikan Indonesia. 12-33

10

Anda mungkin juga menyukai