Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KONSEP DASAR KEPERAWATAN

MAKALAH SCIENCE OF HUMAN BEING (ROGER)

DISUSUN OLEH

CAHYA TRI UTAMI (11)

YOSIANA M (22)

LAILY FATMALASARI (23)

EKA AMELIA S (26)

FAYRUZ ZAHROTIN N (29)

SILMA VANESSA S (30)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2015/2016


LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS KONSEP DASAR KEPERAWATAN

MAKALAH SCIENCE OF HUMAN BEING (ROGER)

Penulis

CAHYA TRI UTAMI (11)

YOSIANA M (22)

LAILY FATMALASARI (23)

EKA AMELIA S (26)

FAYRUZ ZAHROTIN N (29)

SILMA VANESSA S (30)

Telah disetujui oleh Pembimbing Dosen

Semarang, 29 September 2015


Dosen Pembimbing

Sawab, Skp.Ns, M.Kep


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai konsep dasar keperawatan dengan baik dan tepat
waktu.
Kami menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini ,terutama kepada :
1.Direktur POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2.Dosen pengampu mata kuliah konsep dasar keperawatan
3.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah Roger
Makalah kami memuat tentang teori keperawatan Martha E Rogers (Teori
Rogers). Kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.Kami mohon maaf apabila ada kesalahan
baik isi maupun bahasa.

Semarang, 28 September 2015

Kelompok 5
DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan penulisan
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi keperawatan menurut Martha E. Roger ............................................ 1
2. Prinsip-prinsip hemodinamika ........................................................................ 2
3. prinsip-prinsip Roger dalam keperawatan ....................................................... 3
4. Hubungan teori Martha E. Roger dengan praktik keperawatan .......................4
5. Kelemahan Roger tentang homeodinamik ...................................................... 7
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan .................................................................................................... 8
2. Saran .............................................................................................................. 8
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Martha E Rogers lahir pada tanggal 12 Mei 1914 di Dallas, Texas. Beliau
memulai karier sarjananya di Universitas Tennessee di Knoxville tahun 1913. Beliau
masuk sekolah keperawatan di RSU Knoxville pada September 1933. Beliau menerima
gelar Diploma Keperawatan pada tahun 1936 dan menerima gelar B.S dari George
Peabody Colleage.Pada tahun 1945 beliau mandapat gelar MA dalam bidang
pengawasan kesehatan masyarakat dari Fakultas Keguruan Universitas Columbia, New
York. Beliau menjadi Eksekutif Direktur dari pelayanan keperawatan di Phoenix, AZ.
Beliau meninggalkan Arizona pada tahun 1951 dan kembali melanjutkan sekolah di
Universitas Johns Hopkins, Baltimre MD dengan memperoleh gelar M.P.H tahun 1952
dan Sc.D tahun 1954. Beliau di tetapkan menjadi Kepala Bagian Keperawatan di New
York University pada tahun 1954.
Secara resmi beliau mengundurkan diri sebagai Professor dan Kepala Bagian
Keperawatan pada tahun 1975 setelah 21 tahun dalam pelayanan. Pada tahun 1979
beliau pensiun dengan hormat dengan memakai gelar Professornya dan terus aktif
mengembangkan dunia keperawatan sampai beliau meninggal pada 13 maret 1994.

Keperawatan adalah ilmu humanistik/humanitarian yang didedikasi untuk


menghibur agar dapat mempertahankan dan memulihkan kesehatan,mencegah
penyakit,merawat,serta merehabilitasi individu yang sakit dan cacat.pada dasarnya,ilmu
keperawatan mempelajari sifat dan arah pengembangan manusia sebagai satu kesatuan
yang utuh dengan lingkungannya.
2. Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum

Membantu mahasiswa memahami tentang konsep dasar keperawatan


teori roger (science of human being ).

B. Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi keperawatan menurut Martha E. Rogers


b. Memahami tentang prinsip-prinsip hemodinamika
c. Memahami tentang prinsip-prinsip roger dalam proses keperawatan
d. Memahami tentang teori roger dan metaparadigma lansia
e. Memahami tentang hubungan teori Martha E. Roger dengan praktik
keperawatan
f. Memahami tentang kelemahan teori roger mengenai homeodinamik
BAB II

PEMBAHASAN
1. DEFINISI KEPERAWATAN MENURUT MARTHA E.
ROGERS
Roger menjelaskan bahwa keperawatan merupakan profesi yang
menggabungkan unsur ilmu pengetahuan dan seni.Kaitannya dengan proses
kehidupan manusia bahwa,ilmu keperawatan merupakan ilmu pengetahuan
empiris yang menggambarkan, menerangkan, dan memprediksi proses
kehidupan manusia.Oleh sebab itu,keperawatan bersifat unik karena merupakan
satu-satunya ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan
manusia.Disebutkan juga bahwa praktik keperawatan profesional merupakan
praktik yang bersifat kreatif,imajinatif,dan eksis untuk melayani individu.Praktik
keperawatan profesional tidak memiliki fungsi dependen,melainkan bersifat
kolaboratif.
Model konsep dan teori keperawatan Martha E. Rogers dikenal dengan
nama konsep manusia sebagai unit.dalam memahami konsep model dan teori ini,
Martha berasumsi bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, yang
memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Dalam proses kehidupan
manusia yang dinamis, manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan yang
saling mempengaruhi dan dipengaruhi serta dalam proses kehidupan manusia
setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia di ciptakan
dengan karakteristik dan keunikan sendiri.
Asumsi tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara
alamiah yaitu yang keutuhan manusia dan lingkungan, kemudian sistem
ketersediaan sebagai satu kesatuan yang utuh serta prose kehidupan manusia
berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiri dari integritas, resonasi dan
helicy.
2. PRINSIP-PRINSIP HEMODINAMIKA
Teori menyatakan bahwa dalam keperawatan dipergunakan prinsip
hemodinamika untuk melayani manusia, yaitu :

1. Integral
Prinsip pertama adalah integral. badan manusia dan lingkungannya tidak
dapat dipisahkan, rangkaian pertukaran proses kehidupan terus terjadi
pembaharuan interaksi antara badan manusia dan lingkungannya. Keduanya
saling berinteraksi yang konstan dan saling bertukar dimana pembentukan
keduanya ditempatkan dalam waktu yang sama. Maka, integral adalah
kelanjutan proses interaksi antara manusia dan lingkungan.

2. Resonansi
Prinsip selanjutnya, resonansi, berbicara pada kejadian pertukaran alam
antara manusia dan bidang lingkungan. Pertukaran adalah pola manusia dan
bidang lingkungan disebarkan dari gelombang yang berpindah dari gelombang
yang lebih tinggi dari frekuensi rendah ke gelombang yang lebih pendek dari
frekuensi yang lebih tinggi. Proses kehidupan dalam badan manusia adalah
simfoni dari ritme yang bergerak dalam frekuensi tertentu. Pengalaman manusia
di lingkungannya seperti segaris kompleks kesatuan gelombang resonansi
mereka dengan dunia istirahat

3. Helicy
Terakhir, prinsip helicy sependapat dengan alam dan pertukaran
langsung pada manusia- lingkungan. Manusia dan lingkungan adalah dinamis,
sistem terbuka dalam pertukaran adalah hak berlanjut pada pertukaran yang
konstan antara manusia dan bidang lingkungan.Pertukaran ini juga mengalami
pembaharuan. Jika, pertukaran tidak dapat diprediksi. Akhirnya, pertukaran
langsung menuju peningkatan perbedaan dan kerumitan. Proses ini dan polanya
tidak dapat di prediksi, dinamis, dan peningkatan perbedaan.
3. PRINSIP-PRINSIP ROGER DALAM PROSES
KEPERAWATAN
Prinsip – prinsip hemodinamika memberi petunjuk untuk mengetahui
hubungan antara perkembangan individu dengan alam sebagai respon sehat yang
berhubungan dengan masalah yang terjadi.
Kesuksesan menggunakan prinsip hemodinamika perlu pertimbangan perawat
dan melibatkan baik perawat maupun klien dalam proses keperawatan. Jika
sesuatu di luar individu adalah bagian dari lingkungan maka perawat menjadi
bagian dari lingkungan klien.
Keperawatan bekerja dengan klien bukan untuk untuk klien. Ini meliputi proses
keperawatan dengan menunjukkan bahwa perawat memperhatikan manusia
secara keseluruhan, tidak cukup satu aspek, satu masalah, atau terbatas pada
pemenuhan kebutuhannya saja.

4. TEORI ROGERS DAN METAPARADIGMA LANSIA


Marta Rogers (1992) mengungkapkan metaparadigma lansia. Dia menyajikan
lima asumsi tent, citra, bahasa, pikiran, sensasi, dan emosi. Manusia
diidentifikasi dengan pola dan mewujudkan karakteristik dan perilaku yang
berbeda dari bagian dan yang ang manusia. Setiap manusia diasumsikan sebagai
kesatuan yang dengan individualitas. Manusia secara kontinyu mengalami
pertukaran energi dengan lingkungan. Manusia mampu abstraksi tidak dapat
diprediksi dengan pengetahuan tentang bagian - bagiannya.
 Lingkungan terdiri dari semua pola yang ada di luar individu. Keduanya,
individu dan lingkungan dianggap sistem terbuka. Lingkungan merupakan,
tereduksi terpisahkan, energi lapangan pandimensional diidentifikasi dengan
pola dan integral dengan bidang manusia (Rogers, 1992).
 Individu menurut Rogers merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa
disederhanakan dan merupakan manifestasi karakteristik yang melebihi dan
bahkan berbeda dari bagian-bagiannya.
 Perawatan utamanya adalah seni dan ilmu dan humanistik kemanusiaan.
Ditujukan terhadap semua manusia dan berkaitan dengan sifat dan arah
pembangunan manusia. Tujuannya untuk berpartisipasi dalam proses
perubahan sehingga orang dapat mengambil manfaat (Rogers, 1992).
 Kesehatan tidak secara khusus diatur, Malinski (1986) dikutip dari
komunikasi pribadi dengan Rogers di mana di negara bagian Rogers bahwa
ia memandang kesehatan sebagai sebuah nilai. Komunikasi ini menegaskan
kesimpulan sebelumnya bahwa penyakit, patologi dan kesehatan adalah
sebuah nilai.

5. HUBUNGAN TEORI MARTHA E. ROGER DENGAN


PRAKTIK KEPERAWATAN
Martha E Rogers mengungkapkan bahwa teori yang diambilnya dari
konsepnya sangat mungkin untuk di terapkan dalam praktik keperawatan.
Malinski (1986) mencatat ada tujuh trend yang ada dalam praktik keperawatan,
yang kesemuanya berdasar pada konsep teori yang di kemukakan Martha E
Rogers.
1) Pemberian kewenangan penuh dalam hubungan perawat klien
2) Menerima perbedaan sebagai sesuatu yang wajar
3) Penyesuaian terhadap pola
4) Menggunakan modalitas gelombang seperti lampu musik
5) Menunjukkan suatu perubahan yang positif
6) Memperluas fase pengkajian dalam proses keperawatan
7) Menerima hubungan yang menyeluruh dalam hidup.
KEGUNAAN PRINSIP ROGERS DALAM PROSES KEPERAWATAN
Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat
manusia, prinsip-prinsip homeodynamics memberikan pedoman untuk
memprediksi sifat dan arah perkembangan individu sebagai respon terhadap
masalah kesehatan. Diharapkan, praktik keperawatan profesional kemudian akan
meningkatkan dinamika integrasi manusia dan lingkungannya, untuk
memperkuat hubungan dan integritas bidang manusia, dan untuk mengarahkan
pola dari bidang manusia dan lingkungan untuk realisasi maksimum kesehatan
(Rogers, 1992). Tujuan ini akan tercermin dalam proses keperawatan.
Untuk berhasil menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik, diperlukan
pertimbangan perawat dan melibatkan perawat dan klien dalam proses
keperawatan. Jika sesuatu atau seseorang di luar individu adalah bagian dari
lingkungan, maka perawat akan menjadi bagian dari lingkungan klien. Maka
tersirat bahwa klien berpartisipasi, serta bersedia maju dalam proses
keperawatan. Akibatnya, hasil keperawatan mandiri, yang Rogers (1992),
mempertahankan diperlukan jika klien berusaha mencapai potensi maksimal
dengan cara yang positif. Keperawatan, adalah bekerja dengan klien, bukan
kepada atau untuk klien. Keterlibatan ini dalam proses keperawatan oleh
perawat menunjukkan kepedulian terhadap semua orang bukan dari satu aspek,
satu masalah, atau segmen terbatas pemenuhan kebutuhan.
Dalam tahap keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan
lingkungan dikumpulkan. Karena keterbatasan kita dalam mengukur dan alat
pengumpulan data, informasi yang dikumpulkan sesering mungkin dari suatu
pemisahan diri atau bagian lainnya. Namun, untuk melaksanakan pedoman,
analisis data harus dalam keadaan yang mencerminkan keutuhan, yang mungkin
dicapai dengan menanyakan beberapa pertanyaan dan mendapat respon dari data
yang ada.
Pertanyaan seri pertama mencerminkan prinsip Integrasi. Seri berikutnya
akan mencerminkan prinsip resonancy. Seri terakhir dari pertanyaan akan
dipengaruhi oleh prinsip helicy.
Untuk mencerminkan pola gagasan, terkadang akan ditambahkan
beberapa pertanyaan untuk prinsip helicy sebagai pertimbangan. Harus diingat
bahwa tanggapan klien merupakan cerminan suatu titik tertentu dalam ruang-
waktu. Akibatnya, pola yang diidentifikasi ini tidak statis tetapi terus berubah,
mencerminkan perubahan waktu dan menambahkan pengalaman masa lalu.
Bukan berarti pertanyaan-pertanyaan ini memuat semua, tetapi menggunakan
mereka sebagai referensi akan membantu memberikan perawat dengan melihat
klien seutuhnya. Ini akan mengidentifikasi perbedaan individu dan pola
pertukaran bagian-bagian secara berurutan dalam proses kehidupan. Penilaian
keperawatan, adalah penilaian dari seluruh keadaan manusia dan bukan
penilaian yang hanya berdasarkan fisik atau status mental. Ini merupakan
penilaian potensi sehat dan sehat secara mandiri dan bukan penilaian dari suatu
penyakit atau proses penyakit. Hasilnya ialah bahwa kemandirian memiliki
kedudukan lebih tinggi dibandingkan penyakitnya.
Sebagai hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang
kemandirian. Kesimpulannya adalah diagnosis keperawatan, langkah kedua
dalam proses keperawatan, dan itu mencerminkan prinsip-prinsip
homeodynamik. Irama, pola, keanekaragaman, interaksi, dan variasi proses
kehidupan terlihat dengan jelas. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengetahui pola pertukaran bagian-bagian tersebut dalam proses kehidupan
yang mencakup hubungan manusia-lingkungan (Roger, 1970). Meskipun tidak
sempurna, diagnosa keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional Gordon
memiliki potensi yang lebih besar kegunaannya dengan kerangka Roger karena
cenderung mencerminkan pandangan yang lebih tentang keutuhan individu.
Mengingat bersifat statis dan kehilangan tradisi sepanjang diagnosa, sehingga
penggunaannya dalam sistem abstrak dinamis bahkan mungkin tidak tepat
(Smith,1988).
Dengan membuat diagnosis keperawatan, mengarahkan perawat
memberikan asuhan keperawatan. Fokus pada perkembanagn yang
membutuhkan implementasi dalam lingkungan maupun di dalam individu.
Diharapkan bahwa perubahan yang satu ini akan terkait dengan perubahan
simultan lainnya. Karena integrasi individu dengan lingkungan, masalah
kesehatan tidak dapat dipisahkan dari penyakit sosial di dunia. Oleh karena itu,
masalah ini tidak bisa ditangani dengan efektif dengan cara yang umumnya
diterima secara umum, transisi, tindakan penyakit berorientasi (Rogers, 1992).
Dibutuhkan daya imajinasi dan kreatifitas. Resonansi mensyaratkan bahwa
rencana keperawatan diarahkan untuk mendukung atau memodifikasi variasi
proses kehidupan seluruh manusia. karena proses kehidupan manusia merupakan
fenomena searah, sehingga tidak bisa mengembalikan individu ke tingkat
mantan keberadaan, melainkan, perawat membantu individu bergerak maju ke
tingkat yang lebih tinggi lebih beragameksistensi.
6. KELEMAHAN ROGER TENTANG HOMEODINAMIK
Walaupun prinsip-prinsip homeodinamik konsisten dengan tujuan
universal, ada keterbatasan utama pelaksanaan prinsip-prinsip universal. Banyak
orang mengalami kesulitan untuk memahami prinsip-prinsipnya. Meskipun
asumsi dasar yang diberikan dan prinsip-prinsip yang ditetapkan, sistem tetap
abstrak. Persyaratan belum cukup untuk dioperasionalkan untuk menyediakan
pemahaman yang jelas. Kesulitan definisi pengoperasian konsep serta membawa
keabstrakan konsep dan hubungan ke tingkat empiris untuk pengujian yang
mengganggu banyak ilmuwan perawat (Kim, 1986). Definisi operasional
diperlukan untuk pengembangan hipotesis bahwa tes konsep teoritis dan untuk
pemilihan instrumen yang memadai akan mengukur konsep-konsep yang terlibat
(Hardy, 1974).
Pada tahap dalam perkembangan ilmu keperawatan, instrumen yang
cukup akan menilai manusia dalam totalitas mereka tidak ada. Tanpa instrumen
tersebut, kemampuan menggunakan atau menguji sistem abstrak sepenuhnya
adalah hampir tidak mungkin. Selanjutnya, ketidakmampuan untuk cukup
menggunakan atau menguji sistem yang membuat kesuksesan
mengimplementasikan kesulitan keperawatan. Dengan demikian, penggunaan
prinsip-prinsip homeodynamics di dalamnya adalah totalitas terbatas.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Martha E. Rogers memandang perawat sebagai ilmu dan mendukung
adanya penelitian keperawatan. Oleh sebab itu keperawatan mengembangkan
pengetahuan dari ilmu – ilmu dasar dan fisiologi, begitu juga dengan ilmu
keperawatan itu sendiri, ilmu keperawatan bertujuan untuk memberikan inti dari
pengetahuan abstrak. Inti pengetahuan ilmiah keperawatan merupakan hasil
penemuan terbaru mengenai keperawatan secara humanistik.

2. Saran
a. Pentingnya pengetahuan mengenai teori roger (science of human being),
sehingga diharapkan mahasiswa lebih mendalami pemahan tentang konsep dasar
keperawatan teori roger.
b. Dengan memahami konsep dasar keperawatan teori roger, mahasiswa
diharapkan mampu melaksanakan pelayanan keperawatan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://yorigustinaa.wordpress.com/2012/12/06/martha-e-rogers-teori-roger/

Hidayat,A .Aziz Alimul.2001.Pengantar Konsep DasarKeperawatan.Surabaya:


Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai