KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Teori
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
a. Definisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Sebelum mengajar guru harus merancang dulu rencana pelaksanaan
pembelajaran, maka dari itu menurut para ahli definisi pembelajaran tersebut
dapat dijelaskan sebagaimana yang telah dikemukakan oleh: Mulyasa (2007, hlm.
183) mengungkapkan bahwa RPP adalah rencana penggambaran prosedur dan
manajemen pengajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam standar kompetensi dan di jabarkan dalam silabus.
Adapun yang telah dipaparkan diatas maka dari itu pengertian RPP yang
dikemukakan oleh E. Kosasih (2014, hlm. 144 ) mengatakan bahwa RPP adalah
rencana pembelajaran yang pengembangannya mengacu pada suatu KD tertentu
didalam kurikulum/silabus.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih. RPP dekembangkan dari silabus untuk mengarahkan
kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar
(KD).
Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, efesien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali
pertemuan atau lebih.
Berdasarkan beberapa para ahli diatas, maka dapat disimpulkan RPP yaitu
suatu rencana atau prosedur pembelajaran yang harus disusun oleh guru sebelum
15
16
6) Menyeluruh;
7) Sistematika;
8) Beracuan Kriteria;
9) Akuntabel.
transfer of knowledge dari guru kepada peserta didik, melainkan kolaborasi antara
guru dan peserta didik, maupun peserta didik dengan peserta didik yang lain untuk
memecahkan masalah dibahas.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah model
pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada peserta didik
dimana masalah tersebut dialami atau merupakan pengalaman sehari-hari peserta
didik, selanjutnya peserta didik menyeleseikan masalah tersebut secara mandiri
untuk menemukan pengetahuan baru. Secara garis besar PBL terdiri dari kegiatan
menyajikan suatu situasi masalah yang autentik dan bermakna kepada peserta
didik serta memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan
penyelidikan dan inkuiri yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah
siswa belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar, sehingga kemampuan
berpikir, memecahkan masalah dan keterampilan intelektual siswa meningkat.
1) Bagi siswa yang malas, tujuan dari model tersebut tidak dapat tercapai
2) Membutuhkan banyak waktu dan dana
3) Tidak semua mata pelajaran bisa menggunakan model problem based
learning.
Berdasarkan kesimpulan dari kedua teori tersebut dapat di jelaskan
kekuangan problem based learning tidak akan tercapai bagi mereka siswa yang
malas dan tidak kreatif, karena problem based learning itu sendiri membutuhkan
keaktifan dan kreativitas siswa.
5) Repprasing masalah;
6) Menyuguhkan alternative;
7) Mengusulkan solusi.
Lingkungan belajar yang harus disiapkan dalam PBM adalah lingkungan
belajar yang terbuka, menggunakan proses demokrasi, dan menekankan pada
peran aktif siswa. Seluruh proses membantu siswa untuk menjadi mandiri dan
otonom yang percaya pada keterampilan intelektual mereka sendiri.
Berdasarkan kesimpulan dari para ahli diatas itulah langkah-langkah dan
penentuan masalah dari model problem based learning dimana dari langkah-
langkah tersebut tugas guru haruslah menyiapkan perencanaan sematang
mungkin, agar aktivitas siswa dalam pembelajaran harus sesuai dengan langkah-
langkah dan tujuan pembelajaran.
3. Hasil Belajar
a. Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran, berhasil atau
tidaknya siswa dalam melakukan pembelajaran ditentukan pada hasil belajar
siswa. Hasil belajar yang dikemukakan oleh Suprijono Agus (2012, hlm. 5)
bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, spresiasi dan keterampilan.
Hasil belajar memiliki beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli,
yang telah di paparkan juga diatas tentang hasil belajar. Selain itu, menurut
Susanto (2015, hlm. 5). Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, psikomotor sebagai hasil
dari kegiatan belajar.
Berdasarkan kesimpulan dari kedua teori tersebut maka maka hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan
evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan
menunjukan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
25
Selain yang dikemukan oleh Slameto diatas maka menurut Sutrisno (2007,
hlm. 58) bahwa faktor-faktor internal yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
antara lain:
Pemahaman siswa terhadap hasil belajar, minat siswa dalam pembelajaran,
kebiasaan belajar, intelegensi, bakat dan penguasaan bahasa. Faktor-faktor
29
eksternal yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah faktor dari
sumber: sekolah, keluarga dan masyarakat
Selain itu menurut Kemp dan Dyton dalam Arsyad (2001, hlm. 10) untuk
membangkitkan minat dan hasil belajar antara lain dapat dilakukan dengan cara
menggunakan media yang menarik bagi siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan mengarahkan siswa untuk bisa
mempersiapkan diri fisik dan mental, meningkatkan konsentrasi belajar siswa,
memberikan motivasi agar siswa menjadi semangat untuk belajar.
30
4. Percaya Diri
a. Definisi Percaya Diri
Berdasarkan pengertian diatas secara umum dapat disimpulkan bahwasannya
percaya diri adalah sikap percaya dan yakin akan sesuatu hal atau kemampuan
yang dimiliki oleh seseorang. Menurut Hakim (2004, hlm. 6) mengemukakan
bahwa percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek
kelebihan yang dimiliki seseorang dan keyakinan tersebut membuatnya merasa
mampu.
Selain yang telah dipaparkan diatas maka dapat dikemukakan menurut
Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005, hlm. 87),
percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi
keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan.
Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada
kemampuannya, karena itu sering menutup diri.
Selain yang telah dikemukakan diatas maka ciri-ciri sikap percaya diri
menurut Hakim (2004, hlm. 5-6) menyebutkan beberapa ciri-ciri atau karakteristik
individu yang memiliki rasa percaya diri yang proposional diantaranya:
a. Selalu merasa tenang disaat mengerjakan sesuatu.
b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.
c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai
situasi.
d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.
e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang
penampilannya.
f. Memiliki kecerdasan yang cukup.
31
5. Peduli
a. Definisi Peduli
Sikap peduli yang dimiliki oleh seseorang dapat dilakukan sejak dini, apalagi
sejak berusia anak sekolah dasar, maka dari itu beberapa ahli dapat
mendefinisikan menurut Erlangga (2007, hlm. 263). Mengemukakan bahwa
peduli adalah sebuah nilai dasar dan sikap memperhatikan dan bertindak proaktif
terhadapkondisi atau keadaan disekitar kita. Peduli merupakan sebuah sikap
keberpihakan kita untuk melibatkan diri dalam persoalan, keadaan atau kondisi
yang terjadi. Sikap kepedulian ditunjukkan dengan sikap keterpanggilan untuk
membantu mereka yang lemah, membantu mengatasi penderitaan, dan kesulitan
yang dihadapi orang lain. Nel Noddings percaya bahwa siswa paling berkembang
menjadi manusia yang kompeten ketika mereka merasa dipedulikan.
Selain sikap peduli yang telah dikemukakan oleh Erlangga, maka dari itu,
Agus Prasetyo dalam Kurniawan (2013, hlm. 42) mengemukakan bahwa peduli
adalah sikap dan tindakan selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain
masyarakat yang membutuhkan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa sikap
peduli adalah perilaku manusia untuk berinteraksi selain di lingkungan keluarga,
di lingkungan sekolah, dan di lingkungan masyarakat. Sikap peduli seseorang
dapat dipupuk sejak dini, supaya sikap sosial anak tertanam secara baik.
6. Tanggung Jawab
a. Definisi Tanggung Jawab
Tanggung jawab pada diri sesorang itu sangat diperlukan, karena bukan
hanya pengetahuan saja yang kita butuhkan, tetapi sikap juga sangat perlu untuk
kita miliki.
Definisi sikap tanggung jawab dapat dikemukakan oleh para ahli sebagai
mana menurut Said Hamid Hasan, dkk (2010, hlm. 10) menyatakan bahwa
tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha
Esa.
Definisi sikap tanggung jawab yang telah dikemukakan oleh Said Hamid
Hasan, dkk , maka dari itu menurut Magdalena (2011) mengemukakan bahwa
tanggung jawab adalah kebebasan yang tidak mencelakakan atau menimbulkan
kerugian bagi orang lain yang dilakukan dengan sikap menghargai dan
menghormati hak-kewajiban orang lain.
Berdasakan kesimpulan diatas maka tanggung jawab yaitu suatu bentuk sikap
yang harus dilaksanakan oleh semua orang baik terhadap diri sendiri ataupun
terhadap orang lain.
7. Pemahaman
a. Definisi Pemahaman
Pemahaman setiap siswa berbeda-beda, maka dari itu seorang guru harus
kreatif supaya menumbuhkan pemahaman siswa itu dengan baik. Para ahli dapat
dijelaskan bahwa pengertian pemahaman yaitu sebgai berikut, yang pertama
menurut Em Zul, dkk (2008, hlm. 607-608) pemahaman berasal dari kata paham
yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses
perbuatan cara memahami.
Selain yang telah di kemukakan diatas menurut Fajri dan Senja (2008),
pemahaman berarti proses perbuatan cara memahami.
Berdasarkan kesimpulan dari kedua teori tersebut yaitu pemahaman dapat
dikatakan bukan hanya tahu pembelajaran tetapi mengerti suatu konsep dari
pembelajaran tersebut, bahkan pemahaman itu melalui proses perbuatan tertentu
untuk paham pada suatu konsep.
41
Faktor pendorong pemahaman terbagi menjadi dua faktor internal berupa dari
dalam diri siswa itu sendiri dan faktor eksternal berupa dari luar diri siswa.
Lebih lanjut Ngalim Purwanto (dalam Noviyani Nurayu Fatimah, 2016 hlm.
34) mengungkapkan bahwa berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung pada
42
8. Keterampilan Berkomunikasi
a. Definisi Keterampilan Berkomunikasi
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” yang berarti
“bersama” (Inge Hutagalung, 2007, hlm. 65). Pendapat lain oleh Sardiman (2011,
hlm. 7-8) mengartikan bahwa istilah komunikasi yang berasal dari perkataan
“communicare” berarti “berpartisipasi”, “memberitahukan”, “menjadi milik
bersama”. Secara Konseptual arti komunikasi itu sendiri sudah mengandung
46
Selian yang telah dipaparkan diatas maka faktor pendukung seseorang untuk
berkomunikasi sebagai berikut:
1) Untuk mendapatkan informasi
2) Agar dapat menyampaikan pikiran atau perasaan
3) Supaya tidak terasing atau terisolasi dari lingkungan
4) Agar dapat mengajarkan atau memberitahukan sesuatu
5) Ingin mengetahui atau mempelajari dari peristiwa di lingkungan
6) Agar dapat mengenal diri sendiri
7) Agar memperoleh hiburan atau menghibur orang lain
8) Ingin mengurangi atau menghibur orang lain
9) Mengisis waktu luang
10) Ingin memecahkan masalah
11) Ingin membantu orang lain
Maka diakses dari https://nushofa27.wordpress.com/2015/04/14/faktor-
pendorong-berkomunikasi/
Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor
pendukung keterampilan yaitu untuk mendapatkan informasi, supaya mampu
berkomunikasi dengan baik dan benar.
presentase ketuntasan hasil belajar siswa, dari 24 orang siswa pada siklus I
presentase ketuntasan belajar siswa sebanyak 15 siswa (62,50%), pada sisklus II
meningkat menjadi 19 siswa (79,17%). Dengan demikian maka model
pembelajaran problem based learning dikatakan berhasil terhadap hasil belajar
siswa mata pelajaran Matematika kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat.
Tujuan peneliti dalam ini yaitu untuk meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa pada mete pelajaran matematika siswa kelas V.
Metode yang digunakan peneliti tersebut yaitu metode Penelitian Tindakan
Kelas dengan model Problem Based Learning yang digunakan aktivitas pada
tahap II siklus.
Masalah dalam penelitian ini model pembelajaran yang digunakan masih
konvensional, pada umumnya guru hanya menjelaskan materi secara teoritis
dalam pembelajaran khususnya pelajaran matematika materi perkalian dan
pembagian berbagai bentuk pecahan.
Maka hasil dari peneliti tersebut hasil belajar matematika siswa setiap siklus
mengalami peningkatan. Pada siklus I dengan nilai rata-rata sebesar 62,8 atau
54,2%, dan siklus II dengan nilai rata-rata sebesar 88,1 atau 85,4%. Jadi, dari
siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 25,3 atau 31,2%.
Dengan demikian penggunaan model PBL dalam pembelajaran tersebut
sudah tercapai.
C. Kerangka Berpikir
Kondisi saat ini, proses pembelajaran menunjukan bahwa interaksi
pembelajaran dalam kelas masih berlangsung satu arah. Pembelajaran masih
berpusat pada guru, siswa menerima begitu saja informasi yang diberikan oleh
guru. Respon siswa tehadap pembelajaran cenderung rendah. Selama proses
pembelajaran partisipasi siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan
guru. Sedikit sekali siswa yang mengajukan pertanyaan maupun yang menjawab
petanyaan yang diajukan guru, bahkan tidak jarang siswa bermain sendiri saat
guru sedang menerangkan pelajaran, dan siswa tidak dilatih untuk mencari
informasi-informasi yang ada kaitanya dengan pembelajaran yang sedang
diajarkan siswa hanya menerima informasi.
Pembelajaran tematik di SD masih cenderung bersifat parsial. Guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran di kelas masih kurang variatif. Proses
pembelajaran memiliki kecendrungan pada metode tertentu, yaitu metode
ceramah. Guru masih mendominasi dalam proses pembelajaran. Dalam proses
belajar siswa kurang aktif, siswa lebih banyak mendengar dan menulis. Hal
tersebut menyebabkan siswa tidak memahami konsep yang sebenarnya, hanya
menghafalkan suatu konsep. Materi yang sudah dipelajari siswa menjadi kurang
bermakna.
Setelah ditelusuri dalam pembelajaran tersebut guru menggunakan metode
ceramah, sehingga pada umumnya siswa mengikuti pembelajaran secara pasif
sehingga dalam pembelajaran tersebut keaktifan siswa sangatlah kurang, karena
siswa hanya duduk terdiam mendengarkan apa yang dibicarakan. Sehingga siswa
kurang aktif dan hasil belajar pun kurang maksimal.
Oleh karena itu peneliti berusaha untuk melakukan perubahan proses belajar
mengajar untuk berhasilnya tujuan pembelajaran dengan menerapkan suatu sistem
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar
mengajar, pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada
siswa, yaitu salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran
problem based learning, karena memiliki keunggulan menurut Suyadi (2013,
hlm. 142).
54
siklus meningkat. Yang terakhir menurut Tita Ratnasari (2009) maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa setiap siklus meningkat.
Dari apa yang sudah dipaparkan sebelumnya, kerangka berpikir dapat
divisualisasikan dalam skema sebagai berikut:
Kondisi Awal
Siswa : Guru :
Siklus I
Menerapkan
Tindakan model Problem Langkah-langkah model PBL
Based Learning
1) Mengorientasi pada masalah;
2) Mengorganisasikan siswa agar
Siklus II belajar;
3) Memaandu menyelidiki secara
Langkah-langkah model PBL mandiri atau kelompok;
4) Mengembangkan dan menyajikan
1) Mengorientasi pada masalah; hasil kerja; serta
2) Mengorganisasikan siswa agar 5) Menganalisis dan mengevaluasi hasil
belajar; pemecahan masalah.
3) Memaandu menyelidiki secara
mandiri atau kelompok; Siklus III
4) Mengembangkan dan menyajikan
hasil kerja; serta Langkah-langkah model PBL
5) Menganalisis dan mengevaluasi
hasil pemecahan masalah. 1) Mengorientasi pada masalah;
2) Mengorganisasikan siswa agar
belajar;
3) Memaandu menyelidiki secara
hasil belajar mandiri atau kelompok;
Kondisi
Akhir siswa 4) Mengembangkan dan menyajikan
meningkat hasil kerja; serta
5) Menganalisis dan mengevaluasi hasil
pemecahan masalah.
2. Hipotesis Tindakan
a. Hipotesis Umum
Mampukah model Problem Based Learning meningkatkan hasil belajar siswa
pada subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di indonesia di kelas
IV A SD Negeri Malangbong 1.
b. Hipotesis Khusus
1) Jika guru menyusun RPP menurut permendiknud No. 22 Tahun 2016 maka
siswa pada kelas IV A SD Negeri Malangbong 1 pada subtema pelestarian
kekayaan sumber daya alam di indonesia akan meningkat
2) Jika guru melaksanakan pembelajaran sesuai langkah-langkah model
pembelajaran Problem Based Learning pada kelas IV A SD Negeri
Malangbong 1 pada subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di
indonesia akan meningkat
3) Jika guru menerapkan model problem based learning maka sikap percaya diri
siswa pada kelas IV A SD Negeri Malangbong 1 pada subtema pelestarian
kekayaan sumber daya alam di indonesia akan meningkat
4) Jika guru menerapkan model problem based learning maka sikap peduli
siswa pada kelas IV A SD Negeri Malangbong 1 pada subtema pelestarian
kekayaan sumber daya alam di indonesia akan meningkat
57
5) Jika guru menerapkan model problem based learning maka sikap tanggung
jawab siswa pada kelas IV A SD Negeri Malangbong 1 pada subtema
pelestarian kekayaan sumber daya alam di indonesia akan meningkat
6) Jika guru menerapkan model problem based learning maka pemahaman
siswa pada kelas IV A SD Negeri Malangbong 1 pada subtema pelestarian
kekayaaan sumber daya alam di indonesia akan meningkat
7) Jika guru menerapkan model problem based learning maka keterampilan
berkomunikasi siswa pada kelas IV A SD Negeri Malangbong 1 pada
subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di indonesia akan
meningkat.
8) Jika guru menggunakan model Problem Based Learning (PBL) maka mampu
meningkatkkan hasil belajar pada kelas IV A SD Negeri Malangbong 1 pada
subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di indonesia akan
meningkat.