Masalah pertama yang harus diatasi dalam jangka pendek adalah menetapkan
inventory level yang tepat untuk memenuhi permintaan konsumen dengan cepat
namun tidak terjadi penumpukan persediaan yang berlebihan. Secara umum, Divisi
Vancouver perlu menemukan model forecasting yang sesuai dengan bisnis mereka.
Secara sederhana mereka dapat melakukan proyeksi permintaan sesuai dengan
pertumbuhan pasar PC. Hasil forecasting tersebut akan menjadi dasar dalam
menentukan safety stock pada inventory level pada setiap DC.
Untuk DC Amerika Utara, hal ini tidak menjadi masalah besar karena lead time
yang relatif singkat yaitu 8 hari. Divisi Vancouver bisa dengan mudah
berproduksi sesuai level permintaan yang diperkirakan. Dari data permintaan
pada Exhibit 4, diketahui bahwa rata-rata permintaan bulanan dari produk A
berkontribusi terhadap 99% total permintaan. Dengan fakta ini, maka metode
Fixed-Order Quantity with Safety Stock bisa diterapkan secara optimal untuk
inventory level produk A. Perhitungan safety stock dengan asumsi confidence
level 95% dan lead time 8 hari dan data demand dianggap sebagai forecast
tahun mendatang, maka:
26,432.1
d= = 881
30
7377.1
σd = = 245.9
30
Pengiriman awal sebagai level awal inventory dan jumlah per pengiriman
menggunakan angka sebesar rata-rata demand bulanan yaitu 26.432 unit. Untuk
perhitungan safety stock produk lain menggunakan metode yang sama, namun
nilai confidence level bisa diturunkan menjadi 90% atau 85% karena permintaan
yang tidak signifikan dan terlalu fluktuatif. Selain inventory level, hal yang dapat
dilakukan HP adalah mengalokasikan sebagian besar lini produksi yang fixed
untuk produk A, dan mengalokasikan sebagian kecil lini produksi yang
customized untuk produk-produk lainnya.
Untuk DC Eropa, lead time (L) dianggap 5 minggu (1 minggu produksi dan 4
minggu transportasi) atau 35 hari. 96.7% forecast produk adalah produk AB, AQ,
dan AU. Maka untuk produk-produk ini, confidence level yang dipakai harus
tinggi. Dengan asumsi confidence level sebesar 95% dan data demand dianggap
sebagai data forecast, maka:
Safety Reorder UNIT
d d σ σ Stock (Unit) Point FOR
PRODUK
(monthly) (daily) (monthly) (daily) (SS + 1ST
(z. √𝟑𝟓. 𝛔𝐝𝟐
d.L) SHIPM.
AB 15,830.1 528 5,624.6 188 1,824 20,304 20,304
AQ 2,301.2 77 1,168.5 39 378 3,073 3,073
AU 4,208 141 2,204.6 74 717 5,652 5,652
Pengiriman pertama dianggap sebagai level awal inventory dan jumlah per
pengiriman. Pengiriman lewat air freight menjadi pilihan terakhir jika memang
demand membludak melebihi ekspektasi sehingga tidak terkejar dengan lead
time 35 hari sehingga opsi lewat udara dipakai untuk mempersingkat lead time
secara signifikan. Level inventory untuk produk A, AA, dan AY menggunakan
metode yang sama namun confidence level yang lebih rendah karena jumlah
permintaan yang rendah dan fluktuatif sehingga resiko kehabisan barang atau
kelebihan stok tidak membawa dampak signifikan bagi performa perusahaan.
Perusahaan juga memiliki opsi untuk tidak memasarkan produk A yang sangat
kecil persentase permintaannya sehingga bisa mengurangi holding cost.
Untuk DC Asia, lead time (L) dianggap 6 minggu (1 minggu produksi dan 5
minggu transportasi) atau 42 hari. 92% permintaan disumbang oleh AB, AG, dan
AU sehingga perhitungan untuk safety stock pada level inventory menggunakan
confidence level 95%. Dengan asumsi confidence level tersebut dan data
demand dianggap sebagai data forecast, maka:
Safety Reorder UNIT
d d σ σ Stock (Unit) Point FOR
PRODUK
(monthly) (daily) (monthly) (daily) (SS + 1ST
(z. √𝟑𝟓. 𝛔𝐝𝟐
d.L) SHIPM.
AB 331.6 12 265.8 9 87 507 507
AG 1005.9 34 604.5 21 204 1394 1394
AU 448.5 15 557.5 19 184 709 709
Pengiriman pertama dianggap sebagai level awal inventory dan jumlah per
pengiriman. Pengiriman lewat air freight menjadi pilihan terakhir jika memang
demand membludak melebihi ekspektasi sehingga tidak terkejar dengan lead
time 42 hari sehingga opsi lewat udara dipakai untuk mempersingkat lead time
secara signifikan. Level inventory untuk produk A dan AK menggunakan metode
yang sama namun confidence level yang lebih rendah karena jumlah permintaan
yang rendah dan fluktuatif sehingga resiko kehabisan barang atau kelebihan stok
tidak membawa dampak signifikan bagi performa perusahaan. Perusahaan juga
memiliki opsi untuk tidak memasarkan produk AK yang sangat kecil persentase
permintaannya sehingga bisa mengurangi holding cost.