PROPOSAL REFRAT
Oleh :
1. Melisa Habi Winata 1210070100021
2. Thya Zethyana Gustiva 1410070100045
3. Nurhikmah 1410070100050
Preseptor:
dr. Helwi Nofira, Sp.OG
Disusun oleh
Telah disetujui
Pembimbing 1
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang atas limpahan rahmat dan anugerah dari-Nya sehingga penulis dapat
meyelesaikan Proposal Penelitian yang berjudul “Gambaran Faktor Kejadian Ketuban
Pecah Dini (KPD) Pada Ibu Bersalin di RSUD M.Natsir tahun 2017-2018”. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad.
SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama
islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Proposal Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Helwi Nofira, Sp.OG (K) yang telah
memberikan bimbingan serta arahan, sehingga Proposal Laporan Kasus ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, angka kematian ibu dan
neonatus di Indonesia pada tahun 2015 masing-masing adalah 305 per 100.000 kelahiran hidup
dan 32 per 1.000 kelahiran hidup.
Salah satu penyebab mortalitas ibu dan neonatus adalah kejadian ketuban pecah dini.
Hingga saat ini belum ada data yang dapat menunjukkan secara pasti angka kejadian KPD secara
nasional. Dalam suatu penelitian yang dilakukan di RSUP Prof. dr. R.Kandou Manado
dilaporkan bahwa dari 3.810 persalinan di rumah sakit tersebut terdapat 1,54% atau 59 kasus
KPD. Sebanyak 72% kasus KPD terjadi pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu, dengan
sebagian besar ibu berada pada rentang usia 20-24 tahun
2.3 Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini secara langsung belum diketahui secara pasti dan tidak
dapat ditentukan secara pasti.Menurut Cherney AH beberapa keadaan yang berhubungan dengan
ketuban pecah dini, antara lain hidroamnion, infeksi maternal, serviks inkompeten, kekurangan
nutrisi, kelainan selaput ketuban dan riwayat keluarga dengan ketuban pecah dini. terjadinya
ketuban pecah dini masih tidak jelas, namun diketahui faktor risiko klinik antara lain riwayat
ketuban pecah dini prematur sebelumnya, persalinan prematur sebelumnya, merokok, serta
perdarahan selama kehamilan.
2.4 Patofisiologi
Fakta-fakta yang berkembang menunjukkan bahwa ketuban pecah dini mungkin
merupakan hasil dari infeksi subklinis dan peradangan. Penderita dengan ketuban pecah dini 1-4
jam mempunyai prevalensi yang cukup tinggi dalam hal korioamnionitis histologis daripada
penderita yang melahirkan preterm tanpa ketuban pecah dini.
Banyak mikroorganisme servikovaginal menghasilkan fosfolipid A2 dan fosfolipid C
yang dapat meningkatkan konsentrasi secara lokal asam arakidonat dan lebih lanjut
mengakibatkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa yang selanjutnya menyebabkan kontraksi
miometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktifasi monosit / makrofag,
yaitu sitokin, interleukin-1, faktor nekrosis tumor, dan interleukin-6. Platelet activating
factoryang diproduksi paru-paru dan ginjal janin yang ditemukan dalam cairan amnion, secara
sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk ke dalam cairan
amnion juga akan merangsang sel-sel desidua untuk memproduksi sitokin dan kemudian
prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.
Enzim bakterial yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan
kelemahan dan ruptur kulit ketuban. Elastase lekosit polimorfoneklear secara spesifik dapat
memecah kolagen tipe III pada manusia, membuktikan bahwa infiltrasi lekosit pada kulit
ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan
kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini. Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin
B, katepsin N, dan kolagenase yang dihasilkan neutrofil dan makrofag nampaknya melemahkan
kulit ketuban. Sel inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin, potensial menjadi ketuban pecah dini.
2.5 Klasifikasi Ketuban Pecah Dini
Klasifikasi Ketuban Pecah Dini (KPD), yaitu:
1) Premature Rupture of the Membranes (PROM)
Ketuban Pecah Dini pada saat usia kehamilan >37 minggu. Penyebab PROM dikarenakan
melemahnya membran amnion secara fisiologis. Kondisi klinis seperti inkompetensi serviks dan
polihidramnion telah diidentifikasi sebagai faktor risiko yang jelas dalam beberapa kasus
ketuban pecah dini.
2) Preterm Premature Rupture of the Membranes (PPROM)
Ketuban Pecah Dini yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu dan sebelum
persalinan. Penyebabnya adalah penurunan dalam kekuatan peregangan membran amnion, cacat
lokal pada membran amnion, penurunan kolagen cairan ketuban dan perubahan dalam struktur
kolagen, iritabilitas uterus, apoptosis, degradasi kolagen, dan peregangan membran. Pada
jaringan Maternal-Fetal Medicine Unit (MFMU) menemukan bahwa faktor risiko PPROM
adalah PPROM sebelumya. Fibronektin janin positif pada kehamilan 23 minggu dan leher rahim
pendek (<25 mm) pada umur kehamilan 23 minggu.
2.7.2 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini pada kehamilan aterm berupa penanganan
aktif
a. Apabila usia kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin dan apabila gagal dilakukan
seksio sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 6 kali.
b. Apabila ada tanda-tanda infeksi, diberikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan di akhiri. Jika
pembukaan serviks <5 cm dilakukan pematangan serviks kemudian induksi dan jika tidak
berhasil dilakukan seksio sesarea. Jika pembukaan serviks >5 cm induksi persalinan kemudian
partus pervaginam.
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan, yaitu :
1) Persalinan prematur
` Setelah ketuban pecah biasanya disusul dengan persalinan. Periode laten tergantung dari
umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada
kehamilan 28-34 minggu persalinan terjadi lebih dari 24 jam, pada kehamilan <28 minggu terjadi
dalam 1 minggu setelah ketuban pecah.
2) Infeksi
Ketuban Pecah Dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan
dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi ascenden. Salah satu fungsi selaput
ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga
mengurangi kemungkinan infeksi. Semakin lama periode laten, makin besar kemungkinan
infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan
dan kematian ibu dan bayi atau janin dalam rahim. Tanda adanya infeksi apabila suhu ibu 38 C,
air ketuban yang keruh dan bau serta leukosit darah >15.000/ mm3.
3) Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat sehingga terjadi
asfiksia/ hipoksia pada bayi.
4) Sindrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.
Kelainan ini disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin serta hipoplasi pulmonary.
Definisi
Rumah sakit
RSUD M.NATSIR
solok Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologii
Klasifikasi
Diagnosis
Diagnosis
Terapi
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Teori ketuban pecah dini di Rumah Sakit M.Natsir Solok
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskritif kategorik yang mana data yang
diperlukan adalah data sekunder data diambil dari Rumah Sakit M.NATSIR SOLOK dilakukan
secara total sempling Januari 2018 sampai Desember 2019.
4.4.2 Sampel
Sampel penelitian adalah semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi mulai dari 1
Januari 2018 - 30 Desember 2019 menggunakan teknik pengambilan sampel total sampling.
Sampel minimal didapatkan dari rumus penelitian desktiptif kategorik dengan prevalensi yang
sudah diketahui berdasarkan kepustakaan.32
𝑍𝛼2 𝑃𝑄
N = 𝑑2
1.962 ×0,18×0,82
N = (0.1)2
0.56702016
= 0.01
= 56.702
Keterangan :
D = Kesalahan prediksi Faktor risiki ketuban pecah dini yang masih dapat diterima,
ditetapkan sebesar 10%yaitu 0.1
1. Kriteria Inklusi
Penderita yang didiagnosa Ketuban pecah dini yang tercatat rekam medis Z.KB
Obgyn M.Natsir Solok tahun 2018- 2019 dengan data:
a. Usia
b. Usia Kehamilan
c. BB bayi
d. APGAR SCORE
e. Tingakat pendidikan
f. pekerjaan
g. maternal
2. Kriteria Ekslusi
Pasien yang tidak memiliki data lengkap dan tidak jelas di rekam medis terutama
mengenai variabel yang akan diteliti. Dan umur dibawah 20 tahun tidak diambil untuk
penelitian.
a. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen (bebas) dan variabel
dependen (terikat). Variabel - variabel tersebut adalah sebagai berikut:
HASIL UKUR
CARA ALAT SKALA
NO
UKUR UKUR REMAJA DEWASA LANSIA UKUR
12-17 18-40 41-65
Data
Observasi Tandai ( Tandai (✓ Tandai (
rekam
1 rekam medis Ordinal
medis ✓) ✓)
pasien )
pasien
2. Usia Kehamilan
HASIL UKUR
CARA ALAT SKALA
NO 37-39 40- 42
UKUR UKUR <20 UKUR
Mingggu Minggu Minggu
Observasi Data
rekam rekam Tandai ( Tandai ( Tandai
1 Ordinal
medis medis ✓) ✓) (✓)
pasien pasien
3. Berat Badan
HASIL
ALAT UKUR
NO CARA UKUR
UKUR APGAR
SKALA UKUR
SCORE
4. APGAR SCORE
HASIL
ALAT UKUR
NO CARA UKUR
UKUR APGAR
SKALA UKUR
SCORE
5. Tingkat Pendidikan
HASIL UKUR
CARA ALAT SKALA
NO
UKUR UKUR UKUR
SD SMA S1
Observasi
Data rekam Tandai Tandai ( Tandai
1 rekam medis Ordinal
medis pasien (✓) ✓) (✓)
pasien
6. Tingkat Pendidikan
HASIL UKUR
CARA ALAT SKALA
NO
UKUR UKUR UKUR
SD SMA S1
Observasi
Data rekam Tandai Tandai ( Tandai
1 rekam medis Ordinal
medis pasien (✓) ✓) (✓)
pasien
7. Maternal
Observasi Data
rekam rekam
1 Tandai (✓) Tandai (✓) Tandai (✓)
medis medis
pasien pasien
4.6 Alur Penelitian
Total Sampling
Memenuhi Kriteria
di Rekam Medis
Stastistik Deskriptif /
SPSS
2. Dinkes DIY. 2014. Profil AKI di DIY. Yogyakarta. Sistem Informasi Rumah Sakit di DIY.
Yogyakarta.