Anda di halaman 1dari 25

GAMBARAN FAKTOR KEJADIAN KETUBAN PECAH

DINI (KPD) PADA IBU BERSALIN DI RSUD M. NATSIR SOLOK


TAHUN 2018 – 2019

PROPOSAL REFRAT

Diajukan Sebagai Syarat untuk Melengkapi


Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di RSUD M.Natsir Solok

Oleh :
1. Melisa Habi Winata 1210070100021
2. Thya Zethyana Gustiva 1410070100045
3. Nurhikmah 1410070100050

Preseptor:
dr. Helwi Nofira, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NATSIR
SOLOK
2019
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

JUDUL: GAMBARAN FAKTOR KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)


PADA IBU BERSALIN DI RSUD M. NATSIR SOLOK TAHUN 2018 – 2019

Disusun oleh

1. Melisa Habi Winata 1210070100021


2. Thya Zethyana Gustiva 1410070100045
3. Nurhikmah 1410070100050

Telah disetujui

Padang, 20 Agustus 2019

Pembimbing 1

dr. Helwi Nofira, Sp.OG


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang atas limpahan rahmat dan anugerah dari-Nya sehingga penulis dapat
meyelesaikan Proposal Penelitian yang berjudul “Gambaran Faktor Kejadian Ketuban
Pecah Dini (KPD) Pada Ibu Bersalin di RSUD M.Natsir tahun 2017-2018”. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad.
SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama
islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Proposal Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Helwi Nofira, Sp.OG (K) yang telah
memberikan bimbingan serta arahan, sehingga Proposal Laporan Kasus ini dapat
diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan


Proposal Laporan ini karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan serta pengalaman
yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dibidang ilmu kedokteran dan kesehatan
dan juga bagi penulis sendiri.

Solok, 20 Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL .......................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN............................Error! Bookmark not defined.

BAB 1 : PENDAHULUAN ........................................Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 6

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 2

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 2

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 2

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 3

1.5 Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................. 3

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4

2.1 Definisi Ketuban Pecah Dini ............................................................................. 4

2.2 Epidemiologi ...................................................................................................... 4

2.3 Etiologi ............................................................................................................... 5

2.4 Patofisiologi ....................................................................................................... 5

2.5 Klasifikasi .......................................................................................................... 6

2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini ............................................. 6

2.7 Penatalaksanaan Ketuban Pecah ........................................................................ 7

2.8 Komplikasi ......................................................................................................... 8

2.9 Perkembangan dan Pematangan Paru ............................................................... 8

BAB 3 : KERANGKA TEORI .................................................................................. 10

3.1 Kerangka Teori ...............................................Error! Bookmark not defined.0


BAB 4 : METODE PENELITIAN ............................................................................ 12

4.1 Jenis Penelitian...............................................Error! Bookmark not defined.2

4.2 Rancangan Penelitian ......................................Error! Bookmark not defined.2

4.3 Waktu dan Tempat .........................................Error! Bookmark not defined.2

4.4 Populasi dan Sampel .......................................Error! Bookmark not defined.2

4.4 Populasi dan Sampel .......................................Error! Bookmark not defined.2

4.5 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ............................Error! Bookmark not defined.3

4.6 Definisi Operasional ......................................Error! Bookmark not defined.4

4.7 Alur Penelitian ................................................Error! Bookmark not defined.8

4.8 Prosedur dan Pengolahan Data ......................Error! Bookmark not defined.8

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketuban Pecah Dini merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Apabila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah
Dini pada kehamilan prematur. Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang
Menurut WHO tahun 2014, kejadian ketuban pecah dini (KPD) atau insiden
PROM (prelobour rupture of membrane ) berkisar antara 5- 10% dari semua kelahiran.
KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan dan 70% kasus KPD terjadi pada
kehamilan aterm. Pada 30% kasus KPD merupakan penyebab kelahiran prematur
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator untuk mencerminkan derajat kesehatan ibu dan anak, selain sekaligus cerminan dari
status kesehatan suatu negara. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, AKI yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup yang mengalami peningkatan dari tahun 2007
yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB pada tahun 2012 yaitu 25 per 100.000
kelahiran hidup.
Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta pada tahun 2014 AKI di
Provinsi Yogyakarta pada tahun 2014 yaitu 40 kasus kematian mengalami penurunan dibanding
dengan tahun 2013 yaitu 46 kasus. Penyebab kematian ibu berdasarkan data Dinkes Provinsi
Yogyakarta yaitu perdarahan, eklampsia/preeklampsia dan infeksi. Kematian ibu yang
disebabkan oleh infeksi yaitu sebanyak 11%. Ketuban Pecah Dini merupakan salah satu
penyebab infeksi
Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian rekam medik Rumah Sakit Islam Sultan
Agung pada tahun 2014 terdapat 131 ibu hamil dengan kasus ketuban pecah dini, pada tahun
2015 kasus ketuban pecah dini 180 ibu hamil, kemudian pada tahun 2016 mengalami
peningkatan lagi menjadi 183 ibu hamil. Dari tahun 2014-2016 insiden ketuban pecah dini yang
menyebabkan kematian ibu sebanyak 5 kasus, hal tersebut disebabkan karena komplikasi yang
menyertai ketuban pecah dini.
KPD dapat menyebabkan infeksi yang dapat meningkatkan kematian ibu dan anak
apabila periode laten terlalu lama dan ketuban sudah pecah. KPD pada ibu hamil primi jika
pembukaan kurang dari 3 cm dan kurang dari 5cm pada ibu hamil multipara. Penyebab KPD
masih belum jelas akan tetapi KPD ada hubungannya dengan hipermotilitas rahim yang sudah
lama, selaput ketuban tipis, infeksi, multipara, disproporsi, serviks inkompeten, dan lain-lain.
Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membran khorio-amniotik sebelum onset
persalinan atau disebut juga Premature Rupture Of Membrane atau Prelabour Rupture Of
Membrane (PROM). Sedangkan ketuban pecah prematur pada preterm yaitu pecahnya
membrane khorio-amniotik sebelum onset persalinan pada usia kehamilan <37 minggu atau
disebut juga Preterm Premature Rupture Of Membrane atau Preterm Prelabour Rupture Of
Membrane (PPROM).
Komplikasi ketuban pecah dini yang paling sering terjadi pada ibu bersalin yaitu infeksi
dalam persalinan, infeksi masa nifas, partus lama, perdarahan post partum, meningkatkan kasus
bedah caesar, dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal. Sedangkan komplikasi yang
paling sering terjadi pada janin yaitu prematuritas, penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia,
sindrom deformitas janin, dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penitian sebagai
berikut “Bagaimana gambaran faktor penyebab kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) pada ibu
bersalindi RSUD M. NATSIR Solok 2018-2019”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mampu mengentahui mengidentifikasi dan mengumpulkan data faktor penyebab kejadian
ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD M. NATSIR Solok tahun 2018-2019
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui faktor kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD M. Natsir
solok tahun 2018-2019
2. Diketahuinya gambaran faktor kejadian KPD pada ibu bersalin berdasarkan usia ibu di
RSUD M. Natsir solok tahun 2018-2019
3. Diketahuinya gambaran faktor kejadian KPD pada ibu bersalin berdasarkan umur
kehamilan di RSUD M. Natsir solok tahun 2018-2019
4. Diketahuinya gambaran faktor kejadian KPD pada ibu bersalin berdasarkan letak janin di
RSUD M. Natsir solok tahun 2018-2019

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ilmu pengetahuan dan tambahan
sumber pustaka khususnya ilmu tentang gambaran faktor KPD pada ibu bersalin.

1.4.2 Manfaat Penelitian


a. Bagi Peneliti
Memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih tentang faktor kejadian KPD pada ibu
bersalin.
b. . Bagi Rumah Sakit
Menjadi bahan evaluasi terhadap pelayanan yang sudah diberikan kepada masyarakat dan tetap
mengutamakan mutu pelayanan kesehatan.
c.. Bagi Peneliti Selanjutnya
Menjadi tambahan pustaka bagi peneliti selanjutnya terutama penelitian yang berkaitan dengan
KPD.

1.5 Ruang Linkup Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang faktor kejadian ketuban pecah dini pada ibu
bersalin di rumah sakit RSUD M.Natsi Solok pada tahun 2018-2019
BAB II
Tinjaun Pustaka

2.1 Definisi Ketuban Pecah dini


Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan.KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/ sebelum inpartu, pada
pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum umur kehamilan 37 minggu. KPD
yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
KPD adalah pecah ketuban spontan sebelum awitan persalinan, terlepas dari usia
kehamilan. Kejadian ini terjadi pada sekitar sepertiga kasus persalinan prematur. KPD kurang
bulan adalah pecah ketuban sebelum cukup bulan atau sebelum usia kehamilan genap 37
minggu, dengan atau tanpa awitan persalinan. KPD kurang bulan tetap merupakan penyebab
utama kelahiran prematur dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas perinatal yang
signifikan
2.2 Epidemiologi
Insidensi Ketuban pecah dini dilaporkan sebesar 8%. Pada suatu penelitian yang
dilakukan di Swedia, kejadian KPD paling banyak terjadi pada usia gestasi 34-46 minggu.
Sedangkan pada penelitian di Cina, kejadian KPD ditemui pada sebanyak 4.000.000 persalinan
setiap tahunnya.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, angka kematian ibu dan
neonatus di Indonesia pada tahun 2015 masing-masing adalah 305 per 100.000 kelahiran hidup
dan 32 per 1.000 kelahiran hidup.

Salah satu penyebab mortalitas ibu dan neonatus adalah kejadian ketuban pecah dini.
Hingga saat ini belum ada data yang dapat menunjukkan secara pasti angka kejadian KPD secara
nasional. Dalam suatu penelitian yang dilakukan di RSUP Prof. dr. R.Kandou Manado
dilaporkan bahwa dari 3.810 persalinan di rumah sakit tersebut terdapat 1,54% atau 59 kasus
KPD. Sebanyak 72% kasus KPD terjadi pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu, dengan
sebagian besar ibu berada pada rentang usia 20-24 tahun

2.3 Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini secara langsung belum diketahui secara pasti dan tidak
dapat ditentukan secara pasti.Menurut Cherney AH beberapa keadaan yang berhubungan dengan
ketuban pecah dini, antara lain hidroamnion, infeksi maternal, serviks inkompeten, kekurangan
nutrisi, kelainan selaput ketuban dan riwayat keluarga dengan ketuban pecah dini. terjadinya
ketuban pecah dini masih tidak jelas, namun diketahui faktor risiko klinik antara lain riwayat
ketuban pecah dini prematur sebelumnya, persalinan prematur sebelumnya, merokok, serta
perdarahan selama kehamilan.

2.4 Patofisiologi
Fakta-fakta yang berkembang menunjukkan bahwa ketuban pecah dini mungkin
merupakan hasil dari infeksi subklinis dan peradangan. Penderita dengan ketuban pecah dini 1-4
jam mempunyai prevalensi yang cukup tinggi dalam hal korioamnionitis histologis daripada
penderita yang melahirkan preterm tanpa ketuban pecah dini.
Banyak mikroorganisme servikovaginal menghasilkan fosfolipid A2 dan fosfolipid C
yang dapat meningkatkan konsentrasi secara lokal asam arakidonat dan lebih lanjut
mengakibatkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa yang selanjutnya menyebabkan kontraksi
miometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktifasi monosit / makrofag,
yaitu sitokin, interleukin-1, faktor nekrosis tumor, dan interleukin-6. Platelet activating
factoryang diproduksi paru-paru dan ginjal janin yang ditemukan dalam cairan amnion, secara
sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk ke dalam cairan
amnion juga akan merangsang sel-sel desidua untuk memproduksi sitokin dan kemudian
prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.
Enzim bakterial yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan
kelemahan dan ruptur kulit ketuban. Elastase lekosit polimorfoneklear secara spesifik dapat
memecah kolagen tipe III pada manusia, membuktikan bahwa infiltrasi lekosit pada kulit
ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan
kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini. Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin
B, katepsin N, dan kolagenase yang dihasilkan neutrofil dan makrofag nampaknya melemahkan
kulit ketuban. Sel inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin, potensial menjadi ketuban pecah dini.
2.5 Klasifikasi Ketuban Pecah Dini
Klasifikasi Ketuban Pecah Dini (KPD), yaitu:
1) Premature Rupture of the Membranes (PROM)
Ketuban Pecah Dini pada saat usia kehamilan >37 minggu. Penyebab PROM dikarenakan
melemahnya membran amnion secara fisiologis. Kondisi klinis seperti inkompetensi serviks dan
polihidramnion telah diidentifikasi sebagai faktor risiko yang jelas dalam beberapa kasus
ketuban pecah dini.
2) Preterm Premature Rupture of the Membranes (PPROM)
Ketuban Pecah Dini yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu dan sebelum
persalinan. Penyebabnya adalah penurunan dalam kekuatan peregangan membran amnion, cacat
lokal pada membran amnion, penurunan kolagen cairan ketuban dan perubahan dalam struktur
kolagen, iritabilitas uterus, apoptosis, degradasi kolagen, dan peregangan membran. Pada
jaringan Maternal-Fetal Medicine Unit (MFMU) menemukan bahwa faktor risiko PPROM
adalah PPROM sebelumya. Fibronektin janin positif pada kehamilan 23 minggu dan leher rahim
pendek (<25 mm) pada umur kehamilan 23 minggu.

3.Prolonged Premature Rupture of the Membranes


Ketuban pecah yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini


Faktor penyebab Ketuban Pecah Dini mempunyai dimensi multifaktoral, yaitu sebagai
berikut:6
1) Serviks inkompeten
2) Ketegangan rahim berlebihan: kehamilan kembar, hidramnion
3) Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang, letak lintang
4) Kemungkinan kesempitan panggul: perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP,
disproporsi sefalopelvik
5) Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6) Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah

2.7 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini


2.7.1 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini pada kehamilan preterm berupa penanganan
konservatif
a. Pasien dirawat dalam posisi tredelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk
mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan dipertahankan sampai usia kehamilan 37 minggu.
b.Memberikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin) dan
metronidazol 2x500 mg selama 7 hari.
c. Jika umur kehamilan <32-34 minggu dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air
ketuban tidak keluar lagi.
d. Pada usia kehamilan 32-34 minggu diberikan steroid untuk memacu kematangan paru janin
dan apabila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Sediaan terdiri
atas betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari atau deksametason IM 5 mg setiap 6
jam sebanyak 4 kali dalam sehari.
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa (-), diberikan
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi kehamilan pada
usia kehamilan 37 minggu.
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, diberikan tokolitik
(salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
g. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, diberikan antibiotik dan melakukan induksi.
h. Nilai tanda-tanda infeksi, seperti suhu, leukosit, dan tanda-tanda infeksi intrauterin.

2.7.2 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini pada kehamilan aterm berupa penanganan
aktif
a. Apabila usia kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin dan apabila gagal dilakukan
seksio sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 6 kali.
b. Apabila ada tanda-tanda infeksi, diberikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan di akhiri. Jika
pembukaan serviks <5 cm dilakukan pematangan serviks kemudian induksi dan jika tidak
berhasil dilakukan seksio sesarea. Jika pembukaan serviks >5 cm induksi persalinan kemudian
partus pervaginam.

2.8 Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan, yaitu :
1) Persalinan prematur
` Setelah ketuban pecah biasanya disusul dengan persalinan. Periode laten tergantung dari
umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada
kehamilan 28-34 minggu persalinan terjadi lebih dari 24 jam, pada kehamilan <28 minggu terjadi
dalam 1 minggu setelah ketuban pecah.
2) Infeksi
Ketuban Pecah Dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan
dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi ascenden. Salah satu fungsi selaput
ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga
mengurangi kemungkinan infeksi. Semakin lama periode laten, makin besar kemungkinan
infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan
dan kematian ibu dan bayi atau janin dalam rahim. Tanda adanya infeksi apabila suhu ibu 38 C,
air ketuban yang keruh dan bau serta leukosit darah >15.000/ mm3.
3) Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat sehingga terjadi
asfiksia/ hipoksia pada bayi.
4) Sindrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.
Kelainan ini disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin serta hipoplasi pulmonary.

2.9 Perkembangan dan pematangan paru-paru


Kelahiran prematur merupakan kelahiran seorang bayi kurang dari 37 minggu dari usia
kehamilan. Sejauh ini kelahiran prematur merupakan penyebab utama kematian bayi di negara
maju. Bayi prematur berada pada risiko lebih besar untuk jangka pendek dan komplikasi
panjang,termasuk morbiditas serta hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan mental.
Kemajuan signifikan telah dibuat dalam merawat bayi prematur, tetapi tidak dalam mengurangi
prevalensi kelahiran prematur. 19Bayi prematur belum mencapai tingkat perkembangan janin
yang umumnya memungkinkan kehidupan diluar rahim. Pada janin manusia normal, beberapa
sistem organ dewasa antara 34 dan 37 minggu, dan janin yang memadai mencapai kematangan
pada akhir periode ini. Salah satu organ utama yang sangat dipengaruhi oleh kelahiran prematur
adalah paru-paru.
Paru-paru adalah salah satu organ terakhir yang berkembang di dalam rahim sehingga
bayi prematur biasanya menghabiskan hari-hari pertama/minggu hidup mereka pada ventilator.
Prematur dapat dikurangi ke tingkat yang kecil dengan menggunakan obat untuk
mempercepatpematangan janin, dan untuk tingkat yang lebih besar dengan mencegah kelahiran
prematur. Tahap pembentukan paru dimulai dari tunas respiratori. Pada hari ke 26 muncul suatu
pembukaan di usus depan yang mengalami evaginasi ke laringotrachea.Epitel berkembang dari
endoderm tabung laringotrachea,mesoderm berkembang dari mesoderm splanknikdan rawan
berkembang dari pial neural.Setelah itu terjadi pemisahan divertikulum laringotrachea,
Tahap pembentukan paru dimulai dari tunas respiratori. Pada hari ke 26 muncul suatu
pembukaan di usus depan yang mengalami evaginasi ke laringotrachea.Epitel berkembang dari
endoderm tabung laringotrachea,mesoderm berkembang dari mesoderm splanknikdan rawan
berkembang dari pial neural.Setelah itu terjadi pemisahan divertikulum laringotrachea, terbentuk
lipatan tracheoesofageal dan septum tracheoesofageal. Pada pemisahan septum tracheoesofageal,
terbentuk trachea, kuncup paru dan esophagus. Pada perkembangan trachea, epitel berkembang
dari endoderm tabung laringotracheal, sedangkan rawan, jaringan ikat dan otot dari mesoderm
splanknik.
Salah satu kelainan trachea / esophagus yaitu tracheoesofageal fistula. Kurang lebih 90%
kasus, udara masuk ke abdomen. Pada saat lahir, trachea bifurkasi berada pada daerah vertebra
torakalis ke 4. Pertumbuhan paru dipengaruhi oleh faktor fisik. Pada pertumbuhan paru terdiri
dari perkembangan struktur dan perkembangan anatomi. Sedangkan pematangan paru
dipengaruhi oleh faktor hormonal. Pematangan paru terdiri dari perkembangan fungsi dan
perkembangan biokimiawi
Table . Stadium perkembangan par
BAB III
KERANGKA TEORI
3.1 Kerangka Teori

Faktor penyebab kajian Ketuban pecah dini


ketuban pecah dini

Definisi

Rumah sakit
RSUD M.NATSIR
solok Epidemiologi

Etiologi

Patofisiologii

Klasifikasi

Diagnosis

Diagnosis
Terapi

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Teori ketuban pecah dini di Rumah Sakit M.Natsir Solok
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskritif kategorik yang mana data yang
diperlukan adalah data sekunder data diambil dari Rumah Sakit M.NATSIR SOLOK dilakukan
secara total sempling Januari 2018 sampai Desember 2019.

4.2 Rancangan Penelitian


Pada penelitian ini data yang diambil adalah data sekunder, yang mana data sekunder ini
meliputi data , usia, usia kehamilan, BB, Agar score, tingkat pendidikan, pekerjaan, maternal M.
Natsir Solok.

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian


Pada penelitian ini data diambil dari Rekam Medis Rumah Sakit di Z.KB Obgyn M.Natsir
Solok. Waktu penelitian dilakukan dari awal bulan Oktober 2019 sampai dengan akhir bulan
Januari 2020.

4.4 Populasi dan Sampel


4.4.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien yang terdiagnosa Ketuban pecah dini di
Z.KB Obgyn M.Natsir Solok, Sumatera Barat pada tahun 2018 sampai 2019.

4.4.2 Sampel
Sampel penelitian adalah semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi mulai dari 1
Januari 2018 - 30 Desember 2019 menggunakan teknik pengambilan sampel total sampling.
Sampel minimal didapatkan dari rumus penelitian desktiptif kategorik dengan prevalensi yang
sudah diketahui berdasarkan kepustakaan.32

𝑍𝛼2 𝑃𝑄
N = 𝑑2

1.962 ×0,18×0,82
N = (0.1)2

3.8416 𝑥 0.18 𝑥 0.82


= 0.01
0.691488 𝑥 0.82
= 0.01

0.56702016
= 0.01

= 56.702

= 57 responden atau sampel

Keterangan :

N = Jumlah subjek penelitian.

𝛼 = Kesalahan generalisasi, ditetapkan sebesar 5%.

𝑍𝛼 2 = Nilai standar alpha (𝛼) 5% yaitu 1,96.

P = Faktor risiki ketuban pecah dini kepustakaan 18%yaitu 0.18

Q = 1-P = 1-0,18 = 0,82.

D = Kesalahan prediksi Faktor risiki ketuban pecah dini yang masih dapat diterima,
ditetapkan sebesar 10%yaitu 0.1

4.5 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

1. Kriteria Inklusi
Penderita yang didiagnosa Ketuban pecah dini yang tercatat rekam medis Z.KB
Obgyn M.Natsir Solok tahun 2018- 2019 dengan data:

a. Usia
b. Usia Kehamilan
c. BB bayi
d. APGAR SCORE
e. Tingakat pendidikan
f. pekerjaan
g. maternal
2. Kriteria Ekslusi
Pasien yang tidak memiliki data lengkap dan tidak jelas di rekam medis terutama
mengenai variabel yang akan diteliti. Dan umur dibawah 20 tahun tidak diambil untuk
penelitian.

a. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen (bebas) dan variabel
dependen (terikat). Variabel - variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Variabel Independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab


timbulnya variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini yaitu Usia, usia
Kehamilan, BB, APGAR SCORE,Tingkat pendidikan, Pekerjaan, maternal dan Riwayat
Keluarga.
2. Variabel Dependen merupakan variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel
independen. Variabel dependen pada penelitian ini yaitu Ketuban Pecah Dini.

4.5 Definisi Operasional


1. Usia
Usia pertama kali penderita terdiagnosa sebagai Ketuban pecah dini yang tercantum
dalam rekam medis.

HASIL UKUR
CARA ALAT SKALA
NO
UKUR UKUR REMAJA DEWASA LANSIA UKUR
12-17 18-40 41-65

Data
Observasi Tandai ( Tandai (✓ Tandai (
rekam
1 rekam medis Ordinal
medis ✓) ✓)
pasien )
pasien
2. Usia Kehamilan
HASIL UKUR
CARA ALAT SKALA
NO 37-39 40- 42
UKUR UKUR <20 UKUR
Mingggu Minggu Minggu

Observasi Data
rekam rekam Tandai ( Tandai ( Tandai
1 Ordinal
medis medis ✓) ✓) (✓)
pasien pasien

3. Berat Badan
HASIL

ALAT UKUR
NO CARA UKUR
UKUR APGAR
SKALA UKUR
SCORE

Observasi Data rekam


1 rekam medis medis Tandai (✓) Nominal
pasien pasien

4. APGAR SCORE
HASIL

ALAT UKUR
NO CARA UKUR
UKUR APGAR
SKALA UKUR
SCORE

1 Observasi Data rekam Tandai (✓) Nominal


rekam medis medis
pasien pasien

5. Tingkat Pendidikan

HASIL UKUR
CARA ALAT SKALA
NO
UKUR UKUR UKUR
SD SMA S1

Observasi
Data rekam Tandai Tandai ( Tandai
1 rekam medis Ordinal
medis pasien (✓) ✓) (✓)
pasien

6. Tingkat Pendidikan

HASIL UKUR
CARA ALAT SKALA
NO
UKUR UKUR UKUR
SD SMA S1

Observasi
Data rekam Tandai Tandai ( Tandai
1 rekam medis Ordinal
medis pasien (✓) ✓) (✓)
pasien
7. Maternal

HASIL UKUR SKALA UKUR


CARA ALAT
NO
UKUR UKUR Pregnancy- Late maternal
related death death

Observasi Data
rekam rekam
1 Tandai (✓) Tandai (✓) Tandai (✓)
medis medis
pasien pasien
4.6 Alur Penelitian

Persiapan Penelitian dan membuat kode etik


untuk di izin melakukan suatu penelitia.

Identifikasi Subjek Penelitian


Berdasarkan Data yang Telah Ada

Data Rekam Medis

Penilaian Lebih Lanjut

Total Sampling

Memenuhi Kriteria

Pemeriksaan Data Subjek Penelitian

di Rekam Medis

Memenuhi Besar Sampel Pasien

Stastistik Deskriptif /
SPSS

Gambar 4.1Alur Penelitian


4.5 Prosedur dan Pengolahan Data
Data dikumpulkan dalam bentuk data sekunder yaitu data diperoleh melalui rekam medis
Ketuban pecah dini di Rumah Sakit M.Natsir Solok sumatera barat. Pemilihan subjek
berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan. Profil Kesehatan Jawa Timur 2010. www.dinkesjatim.go.id,


Diakses tanggal 08 April 2013 pukul 18.45 WIB.

2. Dinkes DIY. 2014. Profil AKI di DIY. Yogyakarta. Sistem Informasi Rumah Sakit di DIY.
Yogyakarta.

3. Mina. Obstetri Ginekologi (Ketuban Pecah dini (KPD).


http://obstetriginekologi.com/kpd-dan-6-faktor-penyebabnya. 2009. (Didownload pada
hari Rabu, Tanggal 04 januari 2016).

4. Mochtar, R. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai