Anda di halaman 1dari 8

1.

Memahami Bisnis dan Industri Klien

Pemahaman yang menyeluruh atas bisnis dan industry klien dan pengetahuan atas operasional
perusahaan merupakan hal yang penting untuk melakukan audit dengan memadai. Standar kedua
pekerjaan lapangan menyatakan : Auditor harus mendapatkan pemahaman yang memadai atas entitas
dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai resiko salah saji material dalam
laporan keuangan, baik disebabkan karena kesalahan atau kecurangan, dan untuk merancang sifat waktu
dan keluasan prosedur audit yang lebih lanjut. Sifat bisnis dan industry klien memengaruhi risiko bisnis
klien dan risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Auditor mempertimbangkan beberapa factor
yang telah meningkatkan pentingnya pemahaman atas bisnis dan industry klien dengan menggunakan
suatu pendekatan system strategis untuk memahami bisnis klien. Beberapa factor tersebut diantaranya,
yaitu :

Teknologi informasi menghubungkan klien perusahaan dengan pelanggan dan pemasok utamanya.
Akibatnya, auditor harus memiliki pengetahuan yang lebih mengenai pelanggan dan pemasok utama dan
risiko - risiko terkait.

Klien yang telah memperluas usahanya secara global, sering kali melalui modal ventura dan aliansi
strategis.

Teknologi yang mempengaruhi proses pengendalian internal klien, meningkatkan kualitas dan ketepatan
waktu informasi keuangan.

Makin pentingnya sumber daya manusia dan aset tak berwujud lainnya telah meningkatkan kompleksitas
akuntansi dan pentingnya penilaian dan estimasi manajemen.

Auditor perlu memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap bisnis dan industry klien untuk
memberikan jasa yang memiliki nilai tambah pada kliennya.

Industri dan Lingkungan Eksternal

Terdapat tiga alasan utama untuk mendapatkan pemahaman yang baik atas industry klien dan
lingkungan eksternal.

1) Risiko terkait dengan industry tertentu dapat memengaruhi penilaian auditor atas risiko bisnis klien
dan risiko audit yang dpaat diterima dan bahkan dapat memengaruhi auditor untuk menolak kontrak
kerja dalam industry- industry yang lebih berisiko, misalnya industry asuransi kesehatan dan industry
simpan pinjam.
2) Beberapa risiko bawaan biasanya umum untuk semua klien di beberapa industry tertentu. Kepahaman
atas risiko– risiko tersebut dapat membantu auditor dalam menilai relevansinya dengan klien. Misalnya
keusangan persediaan yang potensial dalam industry pakaian jadi, risiko bawaan pada penagihan piutang
dagang di industry pinjaman konsumen, dan risiko bawaan untuk cadangan kerugian dalam industry
asuransi kerugian.

3) Banyak industry yang memiliki ketentuan akuntansi yang khusus di mana auditor harus memiliki
pemahaman dalam hal tersebut untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Contohnya, misalnya jika auditor sedang melakukan audit atas
suatu di pemerintahan kota, maka auditor tersebut harus memahami akuntansi pemerintahan dan
ketentuan – ketentuan pengauditannya.

Banyak kasus – kasus tuntutan hukum terhadap auditor yang berasal dari kegagalan auditor dalam
memahami sepenuhnya sifat transaksi dalam industry klien. Selain itu, auditor juga harus memahami
lingkungan eksternal klien, termasuk kondisi perekonomian, tingkat kompetisi dan ketentuan– ketentuan
dalam peraturan pemerintah. Untuk menyusun perencanaan audit yang efektif, auditor di semua
perusahaan harus memiliki keahlian untuk menilai risiko lingkungan eksternal.

Operasi dan Proses Bisnis

Auditor harus memahami factor– factor seperti sumber utama pendapatan, pelanggan dan pemasok
utama, sumber pendanaan, dan informasi mengenai pihak yang memiliki hubungan istimewa yang dapat
mengindikasikan bagian– bagian yang dapat meningkatkan risiko bisnis klien.

Mengunjungi pabrik dan kantor , sebuah kunjungan ke fasilitas yang dimiliki klien sangat berguna dalam
mendapatkan pemahaman yang lebih baik atas operasi bisnis klien karena hal ini memberikan
kesempatan untuk mengamati kegiatan operasi secara langsung dan untuk menemui pegawai– pegawai
kunci. Dengan melihat fasilitas fisik, auditor dapat menilai keamanan fisik terhadap aset– aset klien dan
menginterpretasikan data akuntansi yang terkait dengan aset tersebut. Dengan pengetahuan langsung
tersebut, auditor lebih mampu untuk mengidentifikasikan risiko bawaan. Selain itu, diskusi dengan
karyawan non– akuntansi selama melakukan kunjungan dan sepanjang melaksanakan pengauditan juga
membantu auditor untuk belajar lebih banyak mengenai bisnis klien untuk membantu dalam menilai
risiko bawaan.

Identifikasi pihak– pihak yang memiliki hubungan istimewa. Transaksi dengan pihak– pihak yang
memiliki hubungan istimewa sangat penting bagi auditor karena prinsip akuntansi yang berlaku umum
mengharuskan transaksi semacam itu untuk diungkapkan dalam pelaporan keuangan jika nilainya
signifikan. Pihak istimewa didefinisikan di dalam PSA 34 (SA 334) sebagai perusahaan terafiliasi, pemilik
utama atas perusahaan klien, atau pihak lainnya yang memiliki kesepakatan bisnis dengan klien, dimana
satu pihak dapat memengaruhi manajemen atau kebijakan operasi lainnya. Transaksi pihak yang memiliki
hubungan istimewa merupakan transaksi antara klien dan suatu pihak yang memiliki hubungan istimewa.
Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa bukan merupakan transaksi wajar. Sehingga,
terdapat risiko bahwa transaksi tersebut tidak dinilai dengan jumlah yang sama dengan transaksi yang
dilakukan terhadap pihak ketiga yang independen. Sebagian auditor menilai risiko bawaan yang tinggi
untuk pihak istimewa dan transaksi–transaksi terhadap pihak istimewa, karena adanya ketentuan
pengungkapan akuntansi dan tidak independennya pihak– pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut.
karena transaksi dengan pihak istimewa yang material harus diungkapkan, semua pihak yang memiliki
hubungan istimewa harus diidentifikasi dan dimasukkan dalam arsip permanen pada awal kontrak kerja,
dengan ini maka akan membantu auditor dalam mengidentifikasikan transaksi pihak istimewa mana yang
belum diungkapkan ketika para auditor dalam tim audit menjalankan pengauditan. Cara umum untuk
mengidentifikasi pihak yang memiliki hubungan istimewa termasuk melakukan tanya jawab dengan
manajemen , menelaah laporan Bapepam– LK dan mengamati dengan seksama daftar nama pemilik
saham untuk mengidentifikasi pemegang saham utama.

Manajemen dan Tata Kelola Perusahaan

Karena manajemen yang menciptakan strategi perusahaan dan proses bisnisnya, auditor harus menilai
filosofis manajemen dan gaya kepemimpinan serta kemampuannya untuk mengidentifikasi dan
menghadapi risiko, karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap risiko salah saji material dalam
laporan keuangan. Tata kelola perusahaan termasuk struktur organisasi dan juga aktivitas dewan direksi
dan komite auditnya. Sebuah dewan direksi yang efektif akan membantu meyakinkan bahwa
perusahaan hanya akan mengambil risiko– risiko yang tepat, sedangkan komite audit melalui
pengawasan terhadap pelaporan keuangan, dapat mengurangi kemungkinan penggunaan teknik
akuntansi yang terlalu agresif. Untuk mendapatkan pemahaman atas system tata kelola klien, auditor
harus memahami akta pendirian perusahaan dan peraturan– peraturannya, serta mempertimbangkan
kode etik perusahaan dan membaca notulensi rapat perusahaan.

Akta Pendirian Perusahaan dan Peraturan– Peraturan. Akta pendirian perusahaan diberikan oleh
pemerintah di daerah di mana perusahaan tersebut didirikan dan merupakan dokumen legal yang
penting untuk mengakui suatu perusahaan sebagai suatu entitas yang terpisah. Peraturan– peraturan
termasuk kebijakan dan prosedur yang diadopsi oleh para pemegang saham di perusahaan tersebut.
Peraturan ini menjelaskan hal– hal seperti tahun fiscal perusahaan, frekuensi rapat pemegang saham,
metode pemungutan suara untuk memilih komisaris dan tugas serta tanggung jawab pegawai
perusahaan.

Kode Etik . Perusahaan sering kali mengkomunikasikan nilai– nilai yang dianut serta standar etiknya
melalui pernyataan kebijakan dan kode etik. Auditor harus mendapatkan pengetahuan atas kode etik
perusahaan dan memeriksa setiap perubahan dan pengabaian atas kode etik yang akan berdampak pada
system tata kelola dan integritas terkait serta nilai– nilai etika para manajemen seniornya.

Notulensi Rapat . Notulensi rapat perusahaan merupakan catatan resmi atas rapat yang dilakukan oleh
dewan direksi dan pemegang saham. Notulensi rapat tersebut termasuk pengesahan– pengesahan
penting dan ikhtisar topic– topic penting pada rapat– rapat tersebut dan keputusan– keputusan yang
dibuat oleh direksi dan pemegang saham. Auditor harus membaca notulensi rapat untuk mendapatkan
otoritas. Auditor harus membaca notulensi rapat untuk mendapatkan otoritas dan informasi lainnya
yang relevan dengan pelaksanaan audit. Informasi tersebut juga harus dimasukkan ke dalam arsip audit
dengan cara membuat abstrak dari notulensi rapat atau dengan mendapatkan sebuah salinan dan
bagian– bagian penting lainnya.

Tujuan dan Strategi Klien

Strategi merupakan pendekatan yang dilakukan oleh suatu entitas untuk mencapai tujuan organisasi.
Auditor harus memahami tujuan klien terkait dengan :

1) Keandalan laporan keuangan

2) Efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan

3) Kepatuhan dengan hukum dan peraturan. Sebagai bagian dari pemahaman atas tujuan klien terkait
dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan, auditor harus mengenali istilah– istilah dalam
kontrak dan kewajiban hukum lainnya. Auditor harus menelaah dan membuat inti sari dokumen –
dokumen di awal kontrak kerja untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik atas resiko bawaan.
Selanjutnya, dokumen – dokumen tersebut dapat diperiksa lebih seksama sebagai bagian dari pengujian
dalam setiap bagian yang sedang di audit.

Pengukuran dan Kinerja

System pengukuran kinerja klien termasuk indicator – indicator kinerja penting yang digunakan oleh
manajemen dalam mengukur setiap kemajuan dalam mencapai tujuan perusahaan. Indicator– indicator
tersebut lebih dari sekedar angka– angka dalam laporan keuangan, seperti penjualan dan laba bersih,
yang dimasukkan dalam pengukuran–pengukuran yang sesuai dengan tujuan perusahaan. Risiko bawaan
dalam salah saji laporan keuangan dapat meningkatkan jika klien telah menetapkan seperangkat tujuan
yang tidak masuk akal atau jika system pengukuran kinerja memicu pembukuan yang agresif. Pengukuran
kinerja termasuk analisis rasio dan tolak ukur terhadap competitor– competitor utama. Sebagai bagian
dari pemahaman terhadap bisnis klien, auditor harus menjalankan analisis rasio atau penelaahan atas
perhitungan rasio kinerja penting klien.

2.Analisis Kemungkinan Kecurangan dan Pelanggaran Hukum

Kecurangan

SA Seksi 110 [PSA No.01] Tanggung Jawab dan Fungsu Auditor Independen, menyatakan bahwa “Auditor
bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan
memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan dan kecurangan”. Seksi ini berfokus ke pertimbangan auditor atas kecurangan dalam audit
terhadap laporan keuangan, manajemen bertanggung jawab untuk mencegah dan medeteksi
kecurangan.

Meskipun kecurangan merupakan konsep hukum yang luas, kepentingan auditor berkaitan secara
khusus ke tindakan kecurangan yang berakibat terhadap salah saji material dalam laporan keuangan.
Faktor yang membedakan antara kecurangan dan kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya,
yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau tidak
sengaja. Ada dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor tentang kecurangan dalam
pelaporan keuangan dan kecurangan yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap asset.

Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah salah saji atau penghilangan
secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti :

Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya yang menjadi
sumber data bagi penyajian laporan keuangan.

Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan peristiwa, transaksi, atau
informasi signifikan.

Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara
penyajian, atau pengungkapan.

Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap asset (sering kali disebut dengan
penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian asset entitas berakibat laporan
keuangan tidak disajikan sesuai Standar Akuntansi Kuangan di Indonesia. Perlakuan dapat dilakukan
dengan berbagai cara, termasuk penggelapan entitas membayar harga barang/uang, pencurian set, atau
tindakan yang menyebabkan entitas membayar harga barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas.

Kecurangan dapat disembunyikan dengan memalsukan dokumentasi, termasuk pemalsuan tanda


tangan. Kecurangan juga dapat disembunyikan melalui kolusi di antara menajemen, karyawan, atau
pihak ketiga. Sebagai contoh, melalui kolusi, bukti palsu bahwa pengendalian aktivitas telah didasarkan
secara efektif dapat disajikan kepada auditor.

Pelanggaran Hukum

Istilah unsur tindakan pelanggaran hukum dalam SA Seksi 317 berarti pelanggaran terhadap hukum atau
perundang-undangan Republik Indonesia. Pengertian unsure tindakan pelanggaran hukum oleh klien
tidak termasuk pelanggaran perorangan yang dilakukan oleh manajemen dan karyawan entitas yang
tidak berkaitan dengan kegiatan bisnis entitas.

Auditor biasanya mempertimbangkan hukum dan peraturan yang dipahaminya sebagai hal yang dimiliki
pengaruh langsung dan material dalam penentuan jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan
keuangan. Sebagai contoh : peraturan perpajakan memengaruhi accrual dan besarnya jumlah yang
diperlukan sebagai beban dalam suatu periode akuntansi. Semua entitas mungkin dipengaruhi oleh
banyak hukum atau peraturan, termasuk di dalamnya peraturan perdagangan sekuritas, ketenagakerjaan
dan keselamatan kerja, kesehatan, lingkungan hidup, dan peraturan lainnya. Umumnya hukum dan
peraturan tersebut lebih berkaitan dengan aspek operasi daripada aspek keuangan bersifat tidak
langsung.

Auditor harus waspada terhadap adanya kemungkinan unsure pelanggaran hukum telah terjadi. Jika ada
informasi spesifik yang menarik perhatian auditor yang memberikan indikasi tentang adanya
kemungkinan unsur tindakan pelanggaran hukum yang mungkin menimbulkan dampak material tidak
langsung terhadap laporan keuangan, maka auditor berkewajiban melaksanakan prosedur audit yang
dirancang secara khusus untuk meyakinkan apakah unsur tindakan pelanggaran hukum telah dilakukan
atau tidak.

Pada umunya, suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Institut
Akuntan Publik Indonesia tidak meliputi prosedur audit yang dirancang secara khusus untuk mendeteksi
unsur tindakan pelanggaran hukum. Namun, prosedur audit yang ditujukan untuk memberikan pendapat
atas laporan keuangan memungkinkan pengarahan perhatian auditor tentang kemungkinan adanya
unsure tindakan pelanggaran hukum. Auditor harus meminta keterangan manajemen tentang kepatuhan
klien terhadap hukum dan peraturan.

Jika auditor mengetahui adanya kemungkinan unsure tindakan pelanggaran hukum, maka ia harus
berusaha memperoleh informasi tentang sifat pelanggaran, kondisi terjadinya pelanggaran, dan
informasi lain yang cukup untuk mengevaluasi dampak unsur pelanggaran terhadap laporan keuangan.
Jika dimungkinkan, auditor harus memperoleh keterangan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi
daripada tingkat manajemen pelaku unsur tindakan pelanggaran hukum. Jika manajemen tidak berhasil
memberikan informasi dan keterangan yang memuaskan tentang terjadinya atau tidaknya unsur
tindakan pelanggaran hukum, maka auditor harus :

a. Melakukan konsultasi dengan penasihat hukum klien atau ahli lain tentang penerapan hukum dan
peraturan relevan dengan kondisi yang dihadapi sekaligus mengantisipasi dampaknya terhadap laporan
keuangan. Pertemuan konsultasi dengan penasihat hukum klien harus dengan sepengetahuan dan
persetujuan klien.

b. Menerapkan prosedur tambahan, jika diperlukan, untuk memperoleh pemahaman lebih baik tentang
sifat pelanggaran.

Auditor harus memperkirakan dampak unsur tindakan pelanggaran hukum terhadap jumlah-jumlah yang
dicantumkan dalam laporan keuangan, termasuk dampak potensial yang bersifat moneter, seperti denda
dan kerugian. Kerugian bersyarat yang ditimbulkan oleh unsur tindakan pelanggaran hukum harus
diungkapkan dan dievaluasi dengan cara sama dengan yang diterapkan terhadap kerugian bersayarat
lain. Contoh kerugian bersyarat yang mungkin timbul dari unsur pelanggaran hukum antara lain
ancaman pengambilalihan aset, desakan untuk menghentikan operasi, dan tuntutan hukum.
Jika auditor menyimpulkan bahwa unsur tindakan pelanggaran hukum yang telah dilakukan memiliki
dampak material terhadap laporan keuangan, dan pelanggran tersebut belum dipertanggungjawabkan
atau diungkapkan secara memadai, maka auditor harus menyatakan pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar atas laporan keuangan secara keseluruhan, tergantung pada
tingkat materialitas dampak pelanggaran terhadap laporan keuangan.

Jika auditor dihalangi oleh klien dalam memperoleh bukti yang cukup dan kompeten guna mengevaluasi
apakah unsure tindakan pelanggaran hukum oleh klien telah atau akan memiliki dampak material
terhadap laporan keuangan, maka auditor biasanya harus menyatakan tidak memberikan pendapat atas
laporan keuangan.

DAFTAR REFERENSI

Anonim. 2010. Pemahaman Bisnis Klien. http://ffirmann.wordpress.com/2010/01/16/pemahaman-atas-


bisnis-klien/ [Diakses pada tanggal 25 April 2013]

Arens, Alvin A, dkk. 2011. Jasa Audit dan Assurance Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia). Jakarta :
Penerbit Salemba Empat.

IAPI. Standar Profesional Akuntan Publik . 31 Maret 2011. Jakarta : Penerbit Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai