OLEH : KELOMPOK 4
KELAS A1
Om Swastyastu,
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmatnyalah maka Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Manajemen dengan tepat waktu. Berikut ini Penulis mempersembahkan sebuah makalah
dengan judul “Peerbandingan Manajemen Indonesia Dan Amerika”, yang menurut Penulis dapat
memberikan manfaat yang besar bagi Pembaca untuk mempelajari Manajemen.
Melalui kata pengantar ini Penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang penulis buat kurang
tepat atau menyinggung perasaan Pembaca. Dengan ini Penulis mempersembahkan makalah ini
dengan penuh rasa terima kasih .
Om Shanti, Shanti, Shanti Om
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengambilan Keputusan Kelompok ................................................................... 4
2.2 Kebaikan dan Kelemahan Keputusan Kelompok .............................................. 4
2.3 Berbagai Gaya Dalam Pengambilan Keputusan ................................................ 8
2.4 Metode Kuantitatif Dalam Pengambilan Keputusan ........................................ 9
2.5 Gaya Kepemimpinan Dalam Suatu Perusahaan……………………………….
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………... ………….6
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen itu sendiri berasal dari kata manage. Kata manage berasal dari bahasa
Italia, yaitu maneggiare, di mana kata ini berasal dari bahasa latin, yakni manus yang
berarti hand (tangan). Kata manage dalam bahsaa Perancis berarti house-keeping (rumah
tangga). Dalam kamus Webster’s New Collegiate Dictionary, kata management
diberikan penjelasan sebagai : the act or art of managing, conduct, direction, and
controll.
Di sisi lain banyak ahli manajemen memberi batasan tentang manajemen, yaitu
diantaranya Terry (1972), Robins (1991), Bartol dan Martin (1994) dan Stoner, dkk
(1995).
1. Terry (1972 : 4) menyatakan bahwa manajemen adalah sesuatu proses khas
yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan tenaga manusia dan
sumberdya lainnya.
2. Robbins (1991 : 5) memberi pengertian manajemen sebagai suatu proses
kegiatan untuk mencapai sesuatu secara efisien melalui orang lain. Proses
kegiatan tersebut terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan
pengawasan.
3. Bartol dan Martin (1994 : 6) menyatakan bahwa manajemen adalah suatu
proses mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan memanfaatkan empat fungsi
utama, yakni perencanaan. Pengorganisasian, memimpin dan pengawasan.
4. Stoner, dkk (1995 : 7) yang menyatakan bahwa manajemen adalah proses
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan
anggota organisasi dan menggunakan semua sumberdaya organisasi untuk
mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan.
Dari empat pendapat para ahli tersebut, ada empat batasan tentang manajemen
yang bisa ditarik yang merupakan ide pokok yang sangat penting untuk diperhatikan,
yaitu :
Menurut pendekatan dari sudut pandang fungsi, seorang manajer menjalankan fungsi-
fungsi atau aktivitas-aktivitas tertentu dalam rangka mengelola pekerjaan orang lain secara
efisien dan efektif. Apakah fungsi-fungsi tersebut? Henri Fayol mengatakan bahwa setiaap
manajer menjalankan empat buah fungsi dalam manajemen diantaranya: fungsi perencanaan
(planning), fungsi penataan (organizing), fungsi kepemimpinan (leading), dan fungsi
pengedalian (controlling).
a. Fungsi perencanaan (planning) adalah fungsi dimana kita menetapkan strategi dan
mengembangkan rencana kerja untuk mengelola aktivitas-aktivitas. Perencanaan harus
aktif, dinamis, berkesinambungan, dan kreatif agar manajemen tidak hanya akan bereaksi
terhadap lingkungannya, tetapi lebih menjadi peserta aktif dalam dunia usaha.
b. Fungsi penataan (organizing) adalah fungsi manajemen yang melibatkan tindakan-
tindakan penataaan dan pengaturan berbagai aktivitas kerja secara terstruktur demi
mencapai sasaran organisasi.
c. Fungsi kepemimpinan (leading) adalah fungsi manajemen yang melibatkan interaksi
dengan orang-orang lain untuk mencapai sasaran organisasi. Manajer dengan gaya
kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanakan pekerjaan daripada pengembangan
dan pertumbuhan karyawan.
d. Fungsi pengendalian (controlling) adalah sebuah fungsi manajemen yang melibatkan
tindakan-tindakan pengawasan, penilaian, dan koreksi terhadap kinerja dan hasil
pekerjaan. Pengendalian yang efektif memastikan kegiatan telah dilakukan dengan cara
yang menghasilkan pencapaian tujuan. Keefektifan pengendalian ditentukan oleh
bagaimana pengendalian itu dapat membantu karyawan dan manajer mencapai tujuan
mereka.
A. Secara Umum
Mengapa budaya berperan sangat penting khususnya di bidang organisasi dan
manajemen? Hal ini seperti yang dikatakan oleh Budhi Paramita (hal10, 1988):
Organisasi pada hakekatnya merupakan kebudayaan pada tingkat mikro yang bekerja
dalam lingkungan). budaya nasional makro. Kedua satuan kebudayaan dapat saling
mempengaruhi, rendahnya hasil kerja dan kerja sama dalam suatu organisasi, bisnis
sebagian besar disebabkan oleh adanya kurang keserasian antara budaya ditempat kerja
dengan sifat pekerjaan dan/atau dengan teknologi yang dipergunakan yang berasal dari
kebudayaan bangsa lain yang berbeda dengan kebudayan bangsa Indonesia.
Definisi diatas menunjukkan bahwa seseorang yang menjadi organisasi tempat dia
berada. Hal ini tentu sangat berkaitan dengan tata cara kerja atau nilai pribadi yang
dihayati individu. Nilai pribadi seseorang apakah dapat diadaptasikan dengan tujuan
perusahaan sangat tergantung bagaimana mensosialisasikan nilai-nilai perusahaan sesuai
dengan individu sebagai pekerja.
Seperti yang dikatakan oleh Prof. Umar Nimran bahwa nilai-nilai, anggapan,
falsafah, ideologi, harapan, sikap, dan norma-norma yang dimiliki bersama dan mengikat
suatu masyarakat dalam organisasi yang disebut budaya organisasi (budaya perusahaan).
Adanya budaya perusahaan ini bertujuan untuk menciptakan rasa memiliki jati
diri dari para pekerja, sehingga ada keterkaitan pribadi dan perusahaan, membantu
perusahaan, memotivasi kerja para karyawan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Suatu perusahaan memiliki budaya kerja yang sangat erat kaitannya dengan budaya
masyarakat ataupun budaya bangsa dimana organisasi itu berada.
Anak-anak bangsa Amerika mulai dari kecil telah diajarkan nilai individu.
Sedangkan anak-anak bangsa Indonesia diajarkan tentang arti kerja gotong royong dan
manfaatnya nilai-nilai bekerjasama. Pendidikan bagi siswa di Amerika mengajarkan
tentang bagaimana cara berfikir, menganalisis dan bertanya. Sedangkan siswa di
Indonesia lebih diarahkan dalam menerima setiap masukan dari gurunya. Sehingga
adanya perbedaan budaya kedua bangsa ini terlihat juga mengakibatkan perbedaan
prilaku pekerja anggota suatu organisasi dari sebuah perusahaan sangat berkaitan erat
dengan setiap kepentingan diri dan diantara kedua bangsa. Adapun pekerja Amerika
terlihat lebih kompetitif dan memfokuskan ke pada kepentingan pribadi daripada pekerja
Indonesia.
Penerimaan pikiran bahwa perusahaan bebas merupakan suatu sarana untuk aksi
social merupakan konsep dasar dari korporasi AS. Sebuah korporasi diakui sebagai salah
satu entitas yang memiliki peraturan dan kontinuitas keberadaan, dan merupakan sebuah
institusi social yang vital dan terpisah. Pengakuan ini bisa menimbulkan rasa kewajiban
yang besar untuk melayani perusahaan. Tentu saja, perusahaan tersebut mungkin lebih
diutamakan daripada keluarga, teman-teman atau aktivitas-aktivitas yang mungkin
mengurangi apa yang terbaik bagi perusahaan. Ini sangat kontras dengan pendirian yang
dimiliki oleh orang-orang meksiko, yang sangat yakin bahwa hubungan personal lebih
penting dalam kehidupan sehari-hari, bila dibandingkan dengan pekerjaan dan
perusahaan, dan orang cina, yang menganggap penting kumpulan pemegang saham yang
lebih luas.
Setelah membahas masalah manajemen, budaya, nilai dan sikap secara umum
maka dibahas masalah manajemen Indonesia, Apakah manajemen Indonesia sama
dengan manajemen gaya Jepang atau Amerika?
Bila kita tinjau nilai-nilai luhur bangsa Indonesia termuat secara mengkristal
dalam Pancasila. Walaupun demikian kita tidak dapat menyebutkannya sebagai
manajemen Pancasila karena Pancasila adalah pedoman dan penghayatan seseorang
sebagai warga Indonesia sedangkan cakupan manajemen sangat erat kaitannya dengan
gaya nimpinan seorang manajer, pengambilan keputusan, hubungan antar manusia dan
lainya. Untuk itu dalam menyusun konsep manajemen Indonesia, Pancasila perlu kan
lebih rinci dalam nilai dan aturan-aturan yang lebih khusus bagi masing-masing
kegiatan, ataupun profesi yang dapat diaplikasikan oleh para Manajer Indonesia
sehingga merupakan pedoman bertindak dalam pekerjaan manajemen.
Para manajer beranggapan bahwa tempat mereka bekerja cukup penting, yang
berorientasi pada hubungan vertikal yaitu pemilik harus dihormati, berpendidikan
cukup tinggi, memiliki kesetiaan bersyarat (perhitungan) tergantung dari kepuasan yang
diberikan perusahaan, rekan kerja merupakan bagian dari pekerjaan, tidak menganggap
bawahannya aset yang harus dijaga sedangkan untuk luar organisasi para manajer tidak
merasa perlu terlalu memperhatikan pihak konsumen, masyarakat, sedangkan
pemerintah sangat perlu diperhatikan sebagai salah satu faktor penentu perubahan suatu
organisasi.
Hal hampir senada dikemukakan pula oleh Budi Paramita (1992 : 10) yang
mengatakan gaya manajerial di Indonesia bersifat antara lain, paternalistik dan
otokritik. Suatu jenis pengendalian yang bersifat langsung dan pribadi dengan
wewenang dipusatkan pada pucuk pimpinan. Ini sesuai dengan dalih yang muncul dari
gambaran di atas, yang menunjukkan bahwa suatu pengendalian hierarkis yang ketat
dalam suatu organisasi merupakan cara paling efektif dalam masyarakat yang bersifat
otoriter. Berikut ini adalah Profil Manajer Indonesia menurut hasil temuan Danandjaja
(1986 : 150) : 1. Bagi para Manajer, perusahaan adalah wujud lain dari pemilik, yang
patut dihormati dan dituruti segala kehendaknya dengan taat. Ucapan “terserah
bagaimana maunya perusahaan”! sangat mudah diucapkan oleh Manajer di Indonesia,
terutama kalau sedang frustasi. Karena tidak ada ikatan lain kecuali sebagai wadah
tempat ia memperoleh kesempatan kerja, jaminan dan keamanan, maka para Manajer
tersebut akan cenderung untuk keluar dari perusahaannya begitu saja kalau hal-hal
tersebut tidak dipenuhi. 2. Bagi para Manajer, pemilik adalah orang yang sampai batas
tertentu dapat memberikan kesempatan memperoleh apa yang dibutuhkannya. Sesuai
dengan orientasi vertikalnya, para Manajer akan menghormati pemilik, dan malah
sering menganggapnya sebagai orang tua yang mempunyai kewajiban dan tanggung
jawab moral untuk memelihara anak buah dan menjamin keberhasilannya. Profil
Manajer seperti tersebut di atas, sejalan dengan temuan Astrid S. Susanto (dalam
Marbun, 1980 :73-74) bahwa pegawai, dalam hal ini Manajer profesional
mengharapkan adanya solidaritas organik di dalam perusahaannya yang diidentikkan
dengan pemilik. Harapan tersebut sedemikian besarnya sehingga ia akan merasa sangat
kecewa dan sering merasa sakit hati bila apa yang diharapkan dari pemilik tidak
terpenuhi. Sejauh pemilik perusahaan dapat memuaskan kebutuhankebutuhannya, ia
akan bekerja dengan setia. Akan tetapi bila kepuasan itu tidak lagi dapat dicapai, maka
ia akan pergi. Hal ini sering tidak dapat dimengerti oleh pemilik, yang kebanyakan
masih menganggap bahwa bawahannya yang diberi pekerjaan dan upah itu, dianggap
bahwa bawahannya yang diberi pekerjaan dan upah itu, harus tahu diri dan tidak
menghianatinya (Danandjaja,1986 : 151). Danandjaja juga mengemukakan bahwa
kecuali jika rekan kerja Manajer adalah sahabat karib yang mempunyai hubungan lebih
daripada sekedar rekan kerja biasa, tidak ada piiran dibenaknya bahwa sesama rekan
kerja adalah orang-orang yang berbagi nasib dan hari depan, yang ikut menentukan dan
menanggung hidup perusahaan dan kebahagiaan hidup semuanya. Dikatakannya
bahwa hal tersebut pertanda bahwa nilai-nilai seperti gotongroyong dan sebagainya
tidak lagi diikuti : sistem nilai yang berperan pada para Manajer lebih menunjukkan
individualisme dan konsentrasi pada keberhasilan pribadi. Hal tersebut tampaknya
benar. Namun masih benar juga bahwa para Manajer merasa sangat kecewa, malah
sakit hati, jika apa yang dilihatnya sebagai kewajiban dan tanggung jawab moral
atasan/pemilik untuk memelihara anak buah dan menjamin keberhasilannya tidak
terwujud, dan bahwa atasan/pemilik merasa dikhianati jika bawahan keluar dari
perusahaan. Perasaan-perasaan demikian justru menunjukkan bahwa orang secara
emosional masih terikat pada hal tersebut, dan oleh karena itu masih tetap
menginginkan terwujudnya solidaritas organik. Charles hendy (dalam Budi Paramita,
1992 : 11) mengemukakan adanya 4 macam budaya organisasi, yakni budaya
organisasi berdasarkan kekuasaan, peran, tugas dan orang. Gambaran singkat masing-
masing jenis budaya organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Budaya Berdasarkan Kekuasaan Budaya yang seperti ini paling banyak terdapat di
Indonesia. Strukturnya bisa digambarkan seperti jaring laba-labanya berada di pusat.
Pusat kekuasaan tidak harus selalu merupakan seseorang individu sebagai penguasa
tunggal, melainkan dapat juga terdiri dari sekelompok kecil manusia yang memegang
kekuasaan organisasi. Pada umumnya organisasi seperti ini merupakan suatu organisasi
politis, mengingat keputusan organisasi lebih merupakan hasil imbangan kekuatan yang
ada daripada atas dasar prosedur atau tindakan yang wajar dan masuk akal. Kekuatan
organisasi semacam ini terletak pada kecepatan pada tindakan dan lebih tanggap dalam
menghadapi ancaman dan perubahanperubahan. Bagi karyawan yang berorientasi
politis, senang berkuasa, suka mengambil atau mencari resiko dan kurang
mementingkan keamanan, organisasi semacam ini merupakan lingkungan kerja yang
paling menawan hati. Pengendalian kekuatan dan arah kegiatan dilakukan atas dasar
pengendalian dana dan sumber dana.
2. Budaya Atas Dasar Peran Budaya peran sebetulnya adalah budaya birokrasi.
Menurut Weber (dalam Gerth dan Wright, 1958 : Bab 8), organisasi yang berdasarkan
birokrasi yang benar umumnya lebih sempurna dibandingkan organisasi bentuk lain,
dikarenakan memiliki ketepatan da kecepatan bertindak serta mengurangi biaya bahan
maupun biaya pegawai. Sebagian dari penalarannya mengenai efektivitas birokrasi
adalah disiplin yang superior dan adanya pengendalian atas tingkat peran. Semua
pekerjaan dilakukan secara teratur, sistematis dan rutin. Organisasi peran sangat efisien
dan efektif dalam lingkungan yang stabil, atau bilamana lingkungannya dapat
dikendalikan dengan jalan monopoli misalnya. Organisasi jenis ini khususnya berguna
bagi organisasi yang lebih memerlukan skala ekonomi besar dibandingkan fleksibilitas,
atau dalam hal keahlian teknis dan spesialisasi yang mendalam lebih penting daripada
pengembangan dan biaya produksi. Kelemahannya adalah kurangnya kepakaan
terhadap perubahan lingkungan dan lambatnya melakukan penyesuaian yang
diperlukan. Bagi karyawan yang menyukai kepastian, dan jaminan hidup bekerja dalam
organisasi, peran memberikan ketenangan besar. Sebaliknya bagi mereka yang ingin
mengendalikan pekerjaannya sendiri atau menginginkan kekuasaan, organisasi
semacam ini sangat mengecewakan baginya.
3. Budaya Atas Dasar Tugas Budaya ini berusaha mengumpulkan sumber daya manusia
yang tepat untuk dapat melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya sebab orientasinya
terhadap penyelesaian pekerjaan/tugas. Organisasinya dapat digambarkan sebagai suatu
matriks antar fungsi atau keahlian dengan pekerjaan. Pengaruhnya bersumber pada
kekuatan keahlian dan bukan pada kedudukan atau atas dasar kekuatan pribadi
seseorang. Budaya atas dasar tugas ini merupakan budaya tim atau budaya gotong-
royong dikarenakan demi keberhasilan tugas harus dapat mengatasi konflik yang dapat
timbul disebabkan perbedaan kepentingan pribadi, perbedaan status dan cara kerja.
Ada keunggulan positif budaya ini, yaitu peka atau lentur terhadap perubahan
lingkungan, dan sangat berguna bilamana organisasi menghadapi pasar yang sangat
bersaing, terutama jika produk yang dihasilkan bersiklus pendek. Namun ada juga segi
negatifnya, yaitu pengendaliannya agak sukar dan mudah bergeser menjadi budaya
peran atau kuasa. Pengendalian hanya dapat dilakukan
2.4 Bentuk motivasi yang di berikan oleh pemimpin kepada para karyawannya
Motivasi adalah Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan (T. Hani
Handoko 2003:252).
Kelemahan dari pemberian motivasi ini adalah jika pada saat perusahaan mengalami
situasi krodit/tidak terkendali dan ada karyawan yang ingin mengambil YDOs itu akan
berdampak negatif pada perusahaaan, dan membuat kredibilitas perusahaan menurun
dikarenakan kualitas dari karyawannya tidak baik.
Menurut Ariani (2003:95) kepemimpinan merupakan proses pemberian pengaruh yang tidak
memaksa. Pengertian kepemimpinan yang dikutip oleh Paul Hersey and Blanchart (1977:83-84)
dalam bukunya “Management Organization Behavior” adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa
sifat-sifat tertentu seperti: kepribadian (personality), kemampuan (ability), dan
kesanggupan (capability).
2. Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat
dipisahkan dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.
3. Kepemimpinan adalah sebagai proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin,
pengikut dan situasi.
Agar kelompok atau organisasi berjalan dengan efektif, makan seorang pemimpin harus
melaksanakan dua fungsi utama yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi yang berhubungan dengan tugas (task related) atau pemecahan masalah
Fungsi ini mencakup pada penetapan struktur tugas, pemberian saran penyelesaian,
informasi dan pendapat.
Di Amerika perusahaan berbentuk korporasi dengan modal yang besar dan jumlah
karyawannya pada umumnya lebih dari pada 100 orang. Gaya kepemimpinannya menuju
kepada system otonomi atau dengan kata lain, struktur organisasinya menuju kepada
desentralisasi. Jenis kepemimpinan perusahaan di negara amerika diberi istilah Unitary Board.
Menurut Jhon H. Jackson dan Vernon A (1989) system perusahaan amerika didasarkan atas
pemilihan kekayaan swasta dan karakteristik system bisnis amerika bersifat spesialisasi, saling
bergantung dan operasi berskala besar.
Gaya kepemimpinan di Indonesia mengikuti system two-tier board dimana dewan komisaris
yang mewakili pemegang saham dipisahkan dengan dewan direksi yaitu manajemen yang
mengelola perusahaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah memaparkan berbagai pengertian, definisi, hasil temuan penelitian
dan pendapat-pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum
manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui dan bersama orang lain. Agar
pencapaian tujuan dapat dilakukan secara efektif dan efisien, perlu ada koordinasi
dari semua orang yang ada di dalamnya. Manajemen dalam usaha koordinasinya
harus memperhatikan 3 unsur, yakni unsur teknis dan unsur manusia, serta
hubungan diantara kedua unsur tersebut. Dari unsur-unsur tersebut, faktor budaya
lebih banyak mempengaruhi unsur manusia daripada unsur teknisnya. Dikarenakan
kedua unsur saling berkaitan, maka manajemen secara keseluruhan tidak akan pernah
bebas dari pengaruh budaya. Manajemen Indonesia yang banyak mengadopsi manajemen
barat (Amerika dan Eropa Barat) dan timur (Jepang dan Cina), tampaknya tidak luput dari
pengaruh faktor budaya tradisional yang ada di tengah-tengah masyarakat. Apalagi belum
ditemukannya secara pas bentuk manajemen Indonesia, menjadikan manajemen yang
dijalankan selama ini mencampurkan berbagai macam bentuk atau gaya yang ada, serta
ditambah dengan faktor budaya di mana organisasi tersebut berada.
Namun dari berbagai hasil temuan para peneliti dan dari berbagai tulisan
yang ada. Manajemen Indonesia secara umum bercirikan diantaranya adalah :
1. Bersifat budaya tradisional seperti solider organik, hierarkis, rukun dan
musyawarah untuk mencapai mufakat dalam mengembalikan keputusan
(Astrid S. Susanto, 1980).
2. Bersifat pragmatis, akusentris dan dalam beberapa tahun terakhir bersifat
otokritik dan berpikir jangka pendek (Danandjaja, 1986).
3. Bersifat rutin, formalistik, kurang tersentralisasi, kurang berkomunikasi tugas,
umumnya lebih dikoordinasi melalui rencana daripada saling menyesuaikan,
namun tidak selurhnya birokratis serta bersifat paternalistik dan otokritik
(Budi Paramita, 1992).
Daftar Pustaka
Purboadji, Aristo. Demokrasi kuat, Mimpi buruk Koruptor. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Agung, A.M. Lilik. 2015. CEO WISDOM : Strategi 25 pemimpin Asli Indonesia dalam
Membesarkan Organisasi. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Bagian 2.
Jakarta: IMTIMA.
Soekarso dan Iskandar Putong. 2015. Kepemimpinan: Kajian teoritis dan Praktis Volume 1
dari kepemimpinan edisi 1. Jakarta: Buku&Artikel Karya Iskandar Putong.
Robbins, Stephen P. 2009. Buku Manajemen Jilid 1 Edisi 10. Jakarta: Erlangga
Mas’ud, Fuad. 2004. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi: Mitos Keuniversalan Teori
Manajeman Amerika Volume.1. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Perpustakaan Ekstensi Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro: Semarang
Dalimunthe, Ritha. 2003. Manajemen Indonesia. Tugas Akhir. Tidak Diterbitkan. Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara: Medan
Rini, Endang Sulistya. 2002. Manajemen Indonesia: Perpaduan Manajemen Barat Dan Timur
Serta Budaya Tradisional. Tugas Akhir. Tidak Diterbitkan. Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatra Utara: Medan