EKONOMI DUNIA
OLEH : KELOMPOK 7
2. Integrasi ekonomi
Menurut teori integrasi ekonomi bela balasa 1961, terdapat enam tahapan kerja
sama perdagangan untuk menuju ke integrasi ekonomi, yaitu :
Tahap kelima adalah Economic And Monetary Union (Kesatuan Ekonomi Dan
Moneter)
Adalah satu blok dagang seperti pasar tunggal dengan kesatuan moneter untuk
semua negara anggota. Bentuk ini berbeda dari latin monetary union pada tahun 1980
yang hanya menerapkan mata uang bersama tanpa diikuti oleh adanya pasar tunggal.
Kesatuan ekonomi dan moneter dilaksanakan melalui pakta dagang dari semua sistem
moneter yang berlaku dinegara anggota.
Contoh : Uni Eropa, terdapat pasar tunggak dan memakai satu kesatuan moneter yaitu
euro.
Dua tinjauan pertama merupakan tinjauan ekonomi murni, sedangkan dua tinjauan yang
terakhir merupakan tinjauan politik.
Kelompok negara berkembang mengalami proses transisi ekonomi yang pesat dengan pola dan
proses yang berbeda-beda sebagai akibat dari perbedaan antar negara.
(a) Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi)
Suatu negara yang awal pembangunan ekonomi/industrialisasinya
sudah memiliki industri-industri dasar, seperti mesin,besi dan baja yang
relatif kuat akan mengalami proses industrialisasi yang lebih cepat
dibandingkan negara yang hanya memiliki industri-industri ringan,
seperti tekstil, pakaian jadi, alas kaki, makanan, dan mimuman.
(b) Besarnya pasar dalam negeri
Besarnya pasar domestik ditentikan oleh kombinasi antara jumlah
populasi dan tingkat pendapatan riil per kapita. Pasar dalam negeri yang
besar, seperti Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta
orang (walaupun tingkat pendapatan per kapita rendah), merupakan
salah satu factor insentif bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi, termasuk
industri, karena menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi dalam
proses produksi (dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya
mendukung).
(c) Pola distribusi pendapatan
Faktor ini sangat mendukung faktor pasar diatas. Walaupun tingkat
pendapatan rata-rata perkapita naik pesat, tetapi kalau distribusinya
sangat pincang, kenaikan pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi
pertumbuhan industri-industri selain industri-industri yang membuat
barang-barang sederhana, seperti makanan dan minuman, sepatu dan
pakaian jadi (tekstil). Misalnya, kalau hanya 20% dari PDB atau PN
dinikmati oleh 80% dari jumlah penduduk (berarti kelompok kaya 20%
dari jumlah populasi), maka sesuai teori Engel mengenai perbedaan
elastisitas pendapatan terhadap permintaan antara barang-barang dari
kategori ferior dan inferior, maka permintaan efektif terhadap barang-
barang dari kategori pertama tersebut kecil, dan ini tidak terlalu
merangsang pertumbuhan industri-industri yang membuat barang-
barang tersebut.
(d) Karakteristik dari industrialisasi
Misalnya, cara pelaksanaan atau strategi pengembangan industri yang
diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri,
dan insentif yang diberikan. Aspek-aspek ini biasanya berbeda
antarnegara yang menghasilkan pola industrialisasi yang juga berbeda
antarnegara.
(e) Keberadaan SDA
Ada kecenderungan bahwa yang kaya SDA mengalami pertumbuhan
ekonomi yang lebih rendah atau terlambat melakukan industrialisasi
atau tidak berhasil melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan
struktur) daripada negara yang miskin SDA. Contoh, Indonesia yang
awalnya sangat mengandalkan kekayaan SDA terutama migas dapat
dikatakan relatif terlambat melakukan industrialisasi dibandingkan
negara-negara kecil dan miskin SDA di Asia Tenggara dan Timur,
seperti Jepang, Singapura, Korea Selatan, dan Taiwan.
(f) Kebijakan perdaganagn luar negeri
Fakta menunjukkan bahwa di Negara yang merupakan kebijakan
ekonomi tertutup (inward looking), pola dan hasil industrialisasinya
berbeda dibandingkan di negara-negara yang menerapkan kebijakan
ekonomi terbuka, pada awal pembangunan menerapkan kebijakan
protektif terhadap sektor industrialisasinya, kebijakan yang umum
disebut kebijakan subsitusi impor. Hasilnya, sektor industri mereka
berkembang tidak efisien, sangat tergantung pada tingkat diversivikasi
rendah, khususnya lemah dikelompok industri-industri tengah, seperti
industri barang modal, input perantara, dan komponen-komponen untuk
kelompok industri-industri hilir, pada umumnya menerapkan sistem
produksi assembling. Sedangkan negara-negara berpendapatan di Asia
Tenggara dan Timur, seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Singapura
dan Hongkong, China yang menerapkan kebijakan ekonomi terbuka
atau kebijakan promosi ekspor sangat berhasil dalam struktur ekonomi
mereka dengan tingkat efisiensi dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dalam periode yang relatif tidak terlalu lama.
(Dikerjakan oleh Ni Luh Putu Sukma Pradnyani/1707532110)
F. PEREKONOMIAN INDONESIA DIMASA YANG AKAN DATANG
1. Sistem Negara dan Pemerintahan.
Pada masa pemerintah Sukarno, Indonesia merupakan Negara kesatuan,kemudian
berubah menjadi Negara federasi,setelah itu kembali lagi ke Negara kesatuan
sampai sekarang setelah melewati Pemerintahan Sukarno,Habibie,Abdulrahman
Wahid,Megawati Sukarno Putri,dan terakhir Susilo Bambang Yudhoyono.Namun
pada masa reformasi dari tahun 1998 muncul kembali wacana untuk mengubah
sistem negara kesatuan menjadi negara federal.
Pada masa pemerintahan Sukarno Indonesia memakai sistem pemerintahan
demokratis dengan multipartai.Pada saat itu muncul pendapat bahwa demokrasi
Barat tidak cocok untuk bangsa Indonesia sehingga terjadi perubahan menjadi
demokrasi terpimpin,atau demokrasi pancasila;dan dari demokrasi parlementer ke
demokrasi presidensial.Pada masa itu sering terjadi pertikaian dalam negeri,DI-TII
di Jawa Barat,Sulawesi Selatan,Permesta di Sumatera Barat dan peperangan
melawan Belanda,Inggris,Malaysia dan terakhir perebutan Irian Jaya.Pada masa
pemerintahan Suharto partai disederhanakan menjadi tiga partai dan sistem
pemerintahan adalah diktator militer,pada saat Suharto jatuh Indonesia kembali ke
sistem banyak partai,malah jumlah partai jauh lebih banyak dibandingkan pada
masa pemerintahan Sukarno.Sulit menghubungkan antara bentuk negara kesatuan
atau federasi dengan tujuan pembangunan ekonomi.
Banyak ahli berpendapat bahwa dalam jangka panjang sistem pemerintahan yang
demokratis mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari pada
sistem pemerintahan yang diktator,dan sistem perekonomian sosialis atau komunis
mempunyai tingkat ketimpangan distribusi pendapatan yang lebih baik dari pada
sistem pemerintahan yang kapitalis.Dari pengalaman sejak Indonesia merdeka
rupanya tidak terbukti bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi pemerintahan yang
demokratis(masa presiden Sukarno dan setelah Suharto)lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi pada pemerintahan diktator militer pemerintahan
Suharto.Mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk membuktikan
pendapat para ahli tersebut.
Namun rupanya terbukti bahwa stabilitas dalam satu sistem memegang peran
penting,yakni tingkat pertumbuhan ekonomi dalam pemerintahan diktator militer
yang stabil (masa Suharto) tinggi dibandingkan dengan sistem demokrasi dengan
stabilitas politik yang goyah (kurang) .Mengenai beda distribusi pendapatan pada
berbagai sistem pemerintahan,Indonesia hanya mengalami sistem sosialis dalam
kurun waktu yang pendek,pada masa akhir pemerintahan Sukarno,barangkali tidak
sampai 5 tahun,sedangkan masa dengan perekonomian dalam kurun waktu yang
jauh lebih lama,masa pemerintah Suharto dan sesuadahnya sampai sekarang (lebih
dari 40 tahun). Distribusi pendapatansejak Suharto sampai sekarang,sebagaimana
ditunjukan pada bab 2 dengan rasio Gini,rasio Kuznets ataupun IPM selalu
menunjukan tingkat ketimpangan yang sedang(menengah) .Mungkin dapat diduga
bahwa tingkat ketimpangan distribusi pendapatan pada masa Indonesia dengan
sistem ekonomi sosialis ala Indonesia lebi jelek dari pada perekonomian dengan
sistem bukan sosialis.Jadi dari sudut sistem negara dan pemerintahan,tampaknya
perekonomian Indonesia di masa yang akan datang tetap berada dibawah naungan
NKRI dengan sistem pemerintah yang demokratis dan sistem ekonomi yang bukan
sosialis melainkan condong ke pasar bebas dengan peranan pemerintah yang cukup
besar dalam bidang ekonomi untuk meningkatkan laju pertumbuhan dan
mempertahankan ketimpangan distribusi pendaptan setidak-tidaknya pada tingkat
yang sedang.
2. Politik,Ekonomi,dan Hukum
Perjuangan membuat kemerdekaan tidak saja ketika kemerdekaan diproklamasikan
pada tahun 1945 tetapi telah mulai lama sebelumnyadan selesai pada lama setelah
itu.Dalam kancah politik tidak ada masalah benar salah,yang ada adalah siapa
mendapat apa.Dapat dibayangkan bagaimana akibatnya terhadap kesejahteraan
masyarakat kalau politik adalah komando dari setiap kebijaksanaan,salah satunya
adalah korupsi.Korupsi sesungguhnya telah banyak dipraktekkan pada masa
pemerintahan Sukarno,dan usaha untuk memberantas korupsi pun waktu itu telah
banyak,namun usaha tersebut macet.Ucapan bung Karno pada waktu itu
adalah”kalau kita mencari tikus jangan sampai membakar rumahnya” .Ucapan
tersebut memacetkan usaha pemberantasan korupsi kalau korupsi itu menyangkut
pejabat tinggi dalam pemerintahan.
Kita dapat membayangkan akibatnya terhadap kesejahteraan masyarakat,kalau
politik sebagai komando tindakan pemerintah dan tindakan masyarakat.Hanya
segelintir orang yang mengalami keuntungan dari keadaan tersebut,sebagian besar
masyarakat miskin dan miskin sekali.Dalam kancah Internasional,Indonesia
dikatakan sebagai “a Nation of coolie among Nations (negara yang terdiri dari
kuli,dan negara kuli di antara bangsa-bangsa)” .Pemerintahan Sukarno diakhiri
dengan demonstrasi mahasiswa dan masyarakat yang antara lain,menuntut ekonomi
“YES”,politik “NO” .Kemudian pada pemerintahan Suharto,ekonomi sebagai
komando setiap kebijaksanaan pemerintah.
Ekonomi sebagai komando juga akan menghasilkan pemerintahan dan masyarakat
yang korup.Korupsi malah merata di seluruh negeri,dan sulit membedakan mana
perbuatan yang korup dan mana yang tidak korup.Korupsi sudah dianggap sebagai
kebudayaan.Istilah yang terkenal adalah KKNKroni,Korupsi,dan Nepotisme)
.Dibidang ekonomi,karena ekonomi sebagai komando,terlihat adanya kemajuan
dalam arti pertumbuhan,malah sepanjang pemerintahan Suharto pertumbuhan
ekonomi termasuk tinggi,rata-rata 7-8 persen per tahun.
Pemerintah Suharto juga jatuh melalui demonstrasi mahasiswa dan masyarakat
yang menuntut,antara lain pemberantasan korupsi (pemerintahan yang bersih) dan
penegakan hukum.Kebijaksanaan pemerintah dan tindakan masyarakat yang
dikomandoi oleh ekonomi selama pemerintahan Suharto (32 tahun) menimbulkan
berbagai pungutan resmi maupun tidak resmi oleh oknum pemerintah dan swasta
yang tidak bertanggung jawab dan menimbulkan istilah ekonomi biaya tinggi,penuh
pungutan yang tidak perlu.Masalah korupsi dan ekonomi biaya tinggi bukan tidak
diusahakan untuk dihapus,namun belum selesai.Di masa datang,masalah
korupsi,masalah ekonomi biaya tinggi dan masalah penegakan hokum rupanya
tidak bisa ditolerir,kalau Indonesia menghadapi persaingan bebas dalam bidang
ekonomiyang dijanjikan oleh proses globalisasi ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA