Anda di halaman 1dari 10

1.

Pengertian dari fluktuasi ekonomi

Fluktuasi ekonomi adalah kenaikan dan penurunan aktivitas ekonomi secara


relatif dibandingkan dengan tren pertumbuhan jangka panjang dari ekonomi.
Fluktuasi ini atau business cycle (siklus bisnis), bervariasi dalam intensitas dan
jangka waktunya.Kenaikan dan penurunan biasanya meliputi Negara dan bahkan
dunia, dan mempengaruhi seluruh dimensi dari kegiatan ekonomi, tidak hanya
tingkat pengangguran dan produksi. Dalam perkembangan teori tentang fluktuasi
ekonomi, dunia ekonomi dihadapkan pada dua pandangan yang berbeda dalam
menjelaskan terjadinya fluktuasi output dan kesempatan kerja jangka pendek. Teori
tentang fluktuasi ekonomi yang paling umum saat ini adalah teori Real Business
Cycle, teori Business Cycle Keynesian dan teori Business Cycle Moneter.

1. Teori Real Business Cycle


Teori Real Business Cycle memberi kontribusi penting dalam ilmu ekonomi dengan
memberi sudut pandang baru yang berbeda dalam mengkaji fluktuasi jangka pendek
dari output dan kesempatan kerja (employment) yang dijelaskan dengan menggunakan
substitusi tenaga kerja antar waktu. Dalam teori ini, fluktuasi dianggap sebagai
perubahan dalam tingkat output alami atau keseimbangan dengan tetap
mempertahankan model klasik sebagai acuan. Teori ini mengasumsikan bahwa harga
dan upah adalah fleksibel, bahkan dalam jangka pendek. Dengan asumsi complete price
flexibility, teori ini menganut classical dichotomy dimana variabel-variabel nominal
seperti pergerakan uang dan tingkat harga tidak mempengaruhi variabel-variabel di
sektor riil seperti output dan pengangguran (Mankiw, 2000).
Teori ini menyatakan bahwa pergerakan di sektor riil disebabkan oleh faktor alami di
sektor ini sendiri. Seperti terjadinya technological shock yang membuat produktivitas
meningkat yang kemudian berakhir pada perekonomian yang semakin meningkat.
Dengan kata lain, semua fluktuasi di sektor riil seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat
pengangguran, tingkat konsumsi dan investasi merupakan hasil reaksi dari individu-
individu terhadap perubahan dalam perekonomian.

Selama resesi/kemunduran teknologi dan output, insentif untuk bekerja menurun


karena teknologi produksi menurun. Asumsi lain yang juga penting dalam teori ini
adalah netralitas uang dalam perekonomian. Hal ini berlaku juga untuk jangka
pendek, dimana kebijakan moneter tidak akan mempengaruhi variabel-variabel riil,
seperti output dan kesempatan kerja.

2. Teori Business Cycle Keynesian


Para pengkritik teori Real Business Cycle umumnya berasal dari penganut aliran
Keynesian. Banyak dari mereka percaya bahwa fluktuasi output dan kesempatan
kerja dalam jangka pendek disebabkan oleh terjadinya fluktuasi dalam permintaan
agregat akibat lambatnya upah dan harga menyesuaikan dengan kondisi ekonomi
yang sedang berubah. Dengan kata lain teori ini percaya bahwa upah dan harga
bersifat kaku/sulit berubah, sehingga peranan pemerintah dalam kebijakan fiskal dan
moneter sangat diperlukan untuk menstabilkan perekonomian. Karena teori ini
dibangun diatas model permintaan agregat dan penawaran agregat tradisional,
maka dalam teori ini dikatakan bahwa perubahan harga dari biaya sekecil apapun
akan memiliki dampak makroekonomi yang besar karena adanya eksternalitas
permintaan agregat. Teori ini telah memasukkan guncangan pada sisi penawaran,
ketidakstabilan moneter dengan guncangan terhadap permintaan uang dalam
modelnya (Mankiw, 2000).

Teori Keynesian menekankan pada pentingnya ketidakstabilan agregat sebagai


penyebab terjadinya fluktuasi makroekonomi.

3. Teori Business Cycle Moneter


Teori business cycle moneter menekankan pada pentingnya guncangan permintaan,
khususnya terhadap fluktuasi ekonomi, tetapi hanya dalam jangka pendek. Dalam
business cycle moneter dan keynesian, uang mempengaruhi output sedangkan teori
real business cycle menyatakan bahwa output mempengaruhi uang.

Ada 3 fakta di dalam fluktuasi ekonomi yaitu;

a. Fluktuasi dalam perekonomian sifatnya tidak teratur dan tidak dapat


diprediksikan
Fluktuasi dalam perekonomiansering disebut sebagai siklus bisnis. Istilah siklus bisnissebenarnya
tidak tepat karena terkesan menunjukkan bahwa fluktuasi ekonomi mengikuti pola yang teratur dan
dapat diperkirakan. Terkadang, selama bertahun-tahun, kondisi perekonomian berjalan tanpa resesi.
Ketika PDB riil tumbuh dengan cepat maka usaha lancar. Selama periode perluasan ekonomi,
perusahaan mendapatkan bahwa daya beli konsumen tinggi dan keuntungan pun meningkat. Di sisi
lain, ketika PDB riil turun selama masa resesi, bisnis dirundung berbagai masalah, kebanyakn
perusahaan mengalamipenurunan penjualan dan keuntungan.

b. Kebanyakan besaran ekonomi makro berfluktuasi bersama-sama


PDB riil adalah sebagai alat ukur paling komperehensif untuk memantau perubahan jangka pendek
yang terjadi di dalam perkonomian dalam semua nilai akhir barang dan jasa yang diproduksi pada
periode waktu tertentu. Walau demikian, ternyata untuk memantau fluktuasi jangka pendek, dapat
menggunakan ukuran apa saja. Sebagian besar variabel ekonomi makro yang mengukur beberapa
jenis pendapatan, pengeluaran, atau produksi berfluktuasi secara bersama-sama, namun nilai
fluktuasinya berbeda-beda.

c. Saat hasil produksi turun tingkat pengangguran naik


Perubahan-perubahan pada output perekonomian dalam bentuk barang dan jasa erat kaitannya
dengan perubahan dalam utilitasi angkatan kerjanya. Dengan kata lain, ketika PDB riil menurun,
tingkat pengangguran meningkat. Namun, itu bukanlah masalah besar karena perusahaan memilih
untuk memproduksi sedikit jumlah barang dan jasa, dan memberhentikan pekerja dan memperluas
cakupan pengangguran. Setiap kali terjadi resesi, tingkat pengangguran meningkat tajam. Ketika
resesi berakhir dan PDB riil mulai berkembang, tingkat pengangguran menurun secara perlahan.
Tingkat pengangguran tidak pernah mencapai nol; hanya berfluktuasi di sekitar tingkat alamiahnya
saja.

Permintaan Agregat (aggregate demand)


Permintaan agregat (aggregate demand,AD) adalah jumlah barang dan jasa akhir
yang dihasilkan dalam perekonomian yang diminta pada berbagai tingkat harga.
Sementara yang disebut dengan kurva penawaran agregat (aggregate demand
curve) adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara jumlah output
agregat yang diminta dengan tingkat harga, dengan asumsi hal-hal lainnya tetap.
Kurva permintaan agregat tersebut memilki slope negativ yang menunjukkan
bahwa antara jumlah output yang diminta dengan tingkat harga hubungannya
adalah negatif.

Kurva AD selalu merupakan suatu garis yang menurun dari kiri-atas kekanan-
bawah. Artinya semakin rendah tingkat harga, semakin besar permintaan agregat
dalam perekonomian. Sifat kurva AD yang menurun ini disebabkan oleh
beberapa faktor.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan agregat didalam suatu


perekonomian adalah :

• Pendapatan disposibel (Yd) atau pengeluaran konsumsi (C)


• Tingkat bunga (i)
• Investasi (I)
• Jumlah uang beredar riil (real money supply atau Ms/P)
• Pengeluaran pemerintah (G)
• Pajak (T)
• Pendapatan luar negeri (Yf)
• Harga luar negeri (Pf)
• Nilai tukar riil (Exchange rate atau ER)

Untuk setiap harga tertentu, kenaikan jumlah uang


beredar menyebabkan uang beredar riil meningkat
(M/P↑), yang menyebankan kenikan permintaan agregat.
Dengan demikian, kenaikan uang beredar menggeser
kurva permintaan agregat ke kanan , hal ini
dikarenakan kenaikan uang beredar akan menurunkan
suku bunga dan mendorong pengeluaran investasi yang
direncanakan dan ekspor bersih.Pendekatan komponen
menyatakan bahwa faktor lain juga merupakan penyebab
penting bergesernya kurva permintaan agregat.
Kenaikan di dalam pendapatan disposibel (Yd), pengeluaran konsumsi (C),
pengeluaran investasi (I), penawaran uang riil (Ms/P), pengeluaran pemerintah
(G), pendapatan luar negeri (Yf), tingkat harga luar negeri (Pf) dan penurunan
tingkat bunga (i), pajak (T) dan nilai tukar atau kurs mata uang (ER) akan
membawa kenaikan didalam permintaan agregat, atau menggeser kurva
permintaan agregat kekanan. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan di dalam
Yd,C,I,Ms/P,G,Yf,Pf, dan kenaikan di dalam I,T,ER tersebut, akan menurunkan
AD atau mengserkan kurva AD ke kiri atas.

Menurunkan Kurva Permintaan Agregat


Untuk menentukan permintaan agregat, selain dengan
melihat bagaimana uang memengaruhi jumlah
permintaan agregat, kita juga dapat menurunkan kurva
permintaan agregat dengan melihat 4 komponen, yaitu :
1. Pengeluaran konsumen ( customer expenditure )
Yaitu jumlah permintaan akan barang dan jasa konsumen.
2. Pengeluaran investasi yang direncanakan ( planned
investment spending )
Yaitu jumlah pengeluaran yang direncanakan oleh
perusahaan atas mesin pabrik, dan barang modal lain yang
bar ditambah pengeluaran yang direncanakan atas rumah
baru.
3. Pengeluaran pemerintah ( goverment spending )
Yaitu pengeluaran oleh semua jajaran pemerintah atas
barag dan jasa .
4. Ekspor bersih (net export )
Yaitu pengeluaran luar negeri bersih atas barang dan jasa
domestik, sama dengan ekspor dikurangi impor.
Maka persamaan permintaan agregat dapat
diperoleh :

Dimana :
C = pengeluaran konsumen,
I = pengeluaran investasi
G = pengeluaran pemerintah
NX = ekspor bersih
Pendekatan komponen, seperti pendekatan teori jumlah
menjelaskan bahwa kurva permintaan agregat mempunyai
kemiringan menurun, karena semakin rendah tingkat
harga (P ↓), dengan juml uang nominal yang konstan,
menyebabkan jumlah uang riil ( dalam arti barang dan jasa
yang dapat dibeli, (M/P ↑ ) yang semakin besar. Semakin
besar jumlah uang dalam arti riil (M/P ↑ ) yang dihasilkan
dan tingkat harga yang semain rendah menyebabkan suku
bunga menurun (i ↓ ). Biaya investasi yang murah untuk
membeli modal fisik baru membuat investasi menjadi lebih
menguntungkan dan menstimulasi pengeluaran investasi
yang direncanakan. Karena kenaikan pengeluaran
investasi yang direncanakan secara langsung menambah
permintaan agregat (Yαd ), tingkat harga yang lebih rendah
mengakibatkan tingkat jumlah output agregat yang
diminta lebih tinggi (P↓ →Yαd↑ ), secara sistematis,
persamaan itu dapat dituliskan sebagai berikut :
P ↑→M/P ↑→ i ↓ Yαd↑
Mekanisme lain yang menghasilkan kurva permintaan
agregat mempunyai kemiringan yang menurun beroperasi
melalui perdagangan luar negeri. Karena tingkat harga
yang lebih rendah, mengakibatkan jumlah uang dalam arti
riil yang lebih besar dan menurunkan suku bunga. Hal ini
menyebabkan penurunan nilai aset dollar relatif terhadap
nilai mata uang lain. Nilai dollar yang semakin rendah
membuat barang-barang domestik relatif menjadi lebih
murah terhadap barang-barang luar negeri, hal ini
menyebakan ekspor bersih meningkat an meningkatkan
permintaan agregat.
P ↓→M/P ↑→ i ↓E↓→ Yαd↑
Penawaran Agregat (aggregate supply)

Penawaran agregat (AS) adalah jumlah seluruh barang akhir dan jasa-jasa di
dalam perekonomian yang dijual atau ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan
pada berbagai tingkat harga. Atau dengan kata lain penawaran agregat merupakan
nilai total dari seluruh barang akhir dan jasa yang di hasilkan dalam
perekonomian.

Penawaran agregat di dalam suatu perekonomian dipengaruhi oleh beberapa


faktor sebagai berikut :

• Besarnya angkatan kerja


• Besarnya stok kapital
• Keadaan atau tingkat tekhnologi
• Tingkat pengangguran alamiah
• Harga faktor-faktor produksi

Berkaitan dengan penewaran agregat ini penting untuk dibedakan antara


permintaan agregat jangka pendek (short-run aggregate supply,SRAS), dan
penawaran agregat jangka panjang (long-run aggregate suply,LRAS). Dan
pengertian penawaran agregat diatas adalah dalam artian penawaran agregat
jangka pendek (SRAS). Sedangkan penawaran agregat jangka panjang (LRAS)
lebih menunjuk kepada jumlah ooutput riil yang ditawarkan ketika upahdan
harga-harga telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga masing-masing
perusahaan memproduksi output yang memaksimimkan keuntungannya dan
perekonomian berada pada tingkat kesempatan kerja penuh (full employment
level).

Penawaran agregat jangka panjang tersebut dipengaruhi oleh factor-faktor yang


mempengaruhi SRAS, kecuali harga faktor produksi. Dengan asumsi harga lain-
lainnya tetap, apabila semakin besar jumlah angkatan kerja, semakin rendah
tingkat pengangguran alamiah, semakin besar jumlah stok kapital, dan semakin
produkktif tekhnologi yang tersedia, maka akan semakin besar pula penawaran
agregat jangka panjang.

Ciri-ciri Kurva AS

• Ketika tingkat pengangguran masih tinggi, kurva permintaan agregat relative


landai. Maksudnya, penambahan produksi nasional dapat dilakukan perusahaan-
perusahaan pada harga yang relative tetap karena tingkat penggunaan barang
modal belum mencapai kapsitasnya yang optimum dan upah masih relative tetap.
• Pada tingkat kesempatan kerja penuh, kurva AS bertambah tingkat
kenaiikannya. Sebabnya ialah : pengangguran semakin merosot dan kapasitas
pabrik-pabrik mencapai optimum.
• Sesudah tingkat kesempatan keja penuh kurva AS keadaannya semakin tegak.

Kurva penawaran agregat pada hakikatnya menggambarkan tentang hubungan


antara tingkat harga yang berlaku dalam ekonomi dan nilai produksi riil
(pendapatan nasional riil) yang akan ditawarkan dan diproduksi oleh semua
perusahaan dalam suatu perekonomian.

Dua penyebab fluktuasi ekonomi


1. Dalam jangka pendek, pergeseran-pergeseran pada permintaan agregat menyebabkan fluktuasi
pada output barang dan jasa dalam perekonomian.

2. Dalam jangka panjang, pergeseran pada permintaan agregat memengaruhi keseluruhan tingkat
harga, tetapi tidak memengaruhi output.
Studi kasus

Kasus permintaan agregat komoditi kelapa sawit di waykanan

Permintaan kelapa sawit di Kabupaten Waykanan, Provinsi Lampung, meningkat


sehingga membuat harga komoditas tersebut mengalami kenaikan sebesar Rp250
per kilogramnya. Harga komoditas sawit di perkebunan sawit Buaybahuga
sebelumnya Rp1.100 per kilogram. Kini harga sawit per kilogramnya di pabrik
Rp1.350. Kenaikan harga kelapa sawit di pekan pertama Desember, dikarenakan
permintaan yang semakin meningkat. Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Waykanan, salah satu perusahaan sawit yang dekat dengan
Kecamatan Buaybahuga ialah PT Kharisma Inti di Kecamatan Waytuba. Dengan luas
lahan 5.884,30 hektare menghasilkan tandan buah segar (TBS) sejumlah 10.026 ton
per tahun. Sementara curah hujan yang tinggi sebenarnya tidak berpengaruh pada
sawit. Jika kemarau panen sawit biasanya 20 sampai dengan 25 hari. Tapi jika
intensitas hujannya cukup tinggi panen kelapa sawit bisa sampai 15 hari

Jika melihat dari kasus tersebut bisa disimpulkan kalau harga suatu komoditas
sangat dipengaruhi oleh permintaan terhadap komoditas tersebut karena hal
tersebut berdampak pada kelangkaan komoditas tersebut sedangkan produsen tidak
bisa memenuhi permintaan yang menyebabkan kenaikan harga komoditi menjadi
naik. Tetapi hal ini belum termasuk pengaruh dari faktor-faktor lain yang telah
disebutkan seperti penjelasan sebelumnya. Jika semua faktor dilibatkan baik dari
tingkat suku bunga yang bisa mempengaruhi meningkatnya permintaan akan modal
oleh produsen tersebut yang bisa menambah jumlah produksi dengan meningkatkan
investasi baik berupa perluasan lahan produksi maupun untuk penambahan tenaga
kerja, maka tidak menutup kemungkinan harga komoditi tersebut akan menurun dan
lebih stabil meskipun jumlah permintaan meningkat tetapi hal tersebut masih
memungkinkan untuk dipenuhi jika proses produksi tidak terganggu.

http://yorandafnd.students.uii.ac.id/2014/06/09/ptma-perekonomian-
terbuka-konsep-konsep-dasar/
http://ayuandriyani38.students.uii.ac.id/2014/06/15/fluktuasi-ekonomi-
jangka-pendek/
https://www.slideshare.net/mobile/gadissriyamti/fluktuasi-ekonomi
https://teguhalimsantoso16.wordpress.com/2016/03/13/fluktuasi-
ekonomi-dan-siklus-ekonomi/
https://agamns.wordpress.com/2017/06/12/agregat-demand-dan-
supply/

Anda mungkin juga menyukai